Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
IV - 1
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
Salah satu proses yang berkaitan dengan distribusi air hujan yang jatuh ke permukaan bumi
adalah infiltrasi. Infiltrasi adalah proses masuk atau meresapnya air dari atas permukaan
tanah ke dalam bumi. Jika air hujan meresap ke dalam tanah maka kadar lengas tanah
meningkat hingga mencapai kapasitas lapang. Pada kondisi kapasitas lapang air yang
masuk menjadi perkolasi dan mengisi daerah yang lebih rendah energi potensialnya
sehingga mendorong terjadinya aliran antara (interflow) dan aliran bawah permukaan
lainnya (base flow). Air yang berada pada lapisan air tanah jenuh dapat pula bergerak ke
segala arah (ke samping dan ke atas) dengan gaya kapiler atau dengan bantuan penyerapan
oleh tanaman melalui tudung akar.
Proses infiltrasi sangat ditentukan oleh waktu. Jumlah air yang masuk kedalam tanah dalam
suatu periode waktu disebut laju infiltrasi. Laju infiltrasi pada suatu tempat akan semakin
kecil seiring kejenuhan tanah oleh air. Pada saat tertentu laju infiltrasi menjadi tetap. Nilai
laju inilah yang kemudian disebut laju perkolasi.
Ketika air hujan jatuh diatas permukaan tanah, tergantung pada kondisi biofisik permukaan
tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut akan mengalir masuk kedalam tanah melalui
pori-pori permukaan tanah. Proses mengalirnya air hujan kedalam tanah disebabkan oleh
tarikan gaya gravitasi dan gaya kapiler tanah. Di bawah pengaruh gaya gravitasi air hujan
mengalir vertikal kedalam tanah, sedangkan pada gaya kapiler bersifat mengalirkan air
tersebut tegak lurus keatas, kebawah, dan kearah horizontal (lateral). Gaya kapiler bekerja
nyata pada tanah dengan pori-pori yang relative kecil.
Apabila semua faktor-faktor di atas dikelompokkan, maka dapat dikategorikan menjadi dua
faktor utama yaitu:
1. Faktor yang mempengaruhi air untuk tinggal di suatu tempat sehingga air mendapat
kesempatan untuk terinfiltrasi (oppurtunity time).
2. Faktor yang mempengaruhi proses masuknya air ke dalam tanah.
Selain dari beberapa factor yang menentukan infiltrasi diatas terdapat pula sifat-sifat
khusus dari tanah yang menentukan dan membatasi kapasitas infiltrasi (Arsyad, 1989)
sebagai berikut:
a. Ukuran pori
Laju masuknya hujan ke dalam tanah ditentukan terutama oleh ukuran pori dan susunan
pori-pori besar. Pori yang demikian itu dinamakan pori aerasi, oleh karena pori-pori
mempunyai diameter yang cukup besar yang memungkinkan air keluar dengan cepat
sehingga tanah beraerasi baik.
b. Kemantapan pori
IV - 3
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
Kapasitas infiltrasi hanya dapat terpelihara jika porositas semula tetap tidak terganggu
selama waktu tidak terjadi hujan.
c. Kandungan air
Laju infiltrasi terbesar terjadi pada kandungan air yang rendah dan sedang.
d. Profil tanah
Jumlah dan ukuran pori yang menentukan adalah jumlah pori-pori yang berukuran besar.
Makin banyak pori-pori besar maka kapasitas infiltrasi makin besar pula. Atas dasar ukuran
pori tersebut, tanah liat kaya akan pori halus dan miskin akan pori besar. Sebaliknya fraksi
pasir banyak mengandung pori besar dan sedikit pori halus. Dengan demikian kapasitas
infiltrasi pada tanah-tanah pasir jauh lebih besar daripada tanah liat.
Menurut Boedi Susanto (2008), laju infiltrasi berbeda menurut jenis tanahnya seperti pada tabel
berikut:
IV - 4
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
f p > Pp
Kerikil
Tanah liat
Muka air tanah
Tanah liat
f p < Pp
Kerikil
Muka air tanah
IV - 5
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
………… 4.1
………….4.2
Dimana a dan b adalah konstanta. Konstanta a dan b tergantung pada karakteristik tanah
dan kadar air tanah awal. Konstanta ini tidak bisa ditentukan sebelumnya dan biasanya
ditentukan dengan penarikan sebuah garis lurus pada kertas grafik untuk data empirik atau
dengan menggunakan metode pangkat terkecil. Karena kesederhanaannya, metode ini
sering diterapkan pada pelajaran irigasi permukaan.
b. Model Horton
Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam hidrologi. Horton
mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan bertambahnya waktu hingga
mendekati nilai yang konstant. Ia menyatakan pandangannya bahwa penurunan kapasitas
infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor yang beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan
proses aliran di dalam tanah. Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti
penutupan retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran
struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah oleh tetesan
air hujan. Model Horton dapat dinyatakan secara matematis mengikuti persamaan 4.3:
f = fc + (fo – fc)e-kt ; i ≥ fc dan k = konstan …………….. (4.3)
IV - 6
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
Keterangan;
f : laju infiltrasi nyata (cm/h)
fc : laju infiltrasi tetap (cm/h)
fo : laju infiltrasi awal (cm/h)
k : konstanta geofisik
Model ini sangat simpel dan lebih cocok untuk data percobaan. Kelemahan utama dari
model ini terletak pada penentuan parameternya f0, fc, dan k dan ditentukan dengan data-
fitting. Meskipun demikian dengan kemajuan sistem komputer proses ini dapat dilakukan
dengan program spreadsheet sederhana.
c. Model Holtan
Model Holtan pada dasarnya serupa dengan model Horton, akan tetapi pada model ini, Holtan
menambahkan faktor vegetasi dalam persamaan sehingga fungsi matematiknya berubah
menjadi fungsi power dan bukan fungsi eksponensial seperti pada Model Horton. Fungsi
matematik model Holtan disajikan sebagai berikut:
IV - 7
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
……..4.4
Dengan Fp adalah infiltrasi potensial. a dan n adalah konstanta untuk vegetasi tanah. Holtan
berpendapat bahwa kapasitas infiltrasi berbanding lurus dengan ruang pori yang tersedia.
Model Holtan agak cocok dimasukkan untuk model batas air dalam ilmu tata air karena dia
menghubungkan laju infiltrasi (f) dengan kelembaban tanah. Kekurangan dari model ini
adalah spesifikasi kedalaman permukaan air tanah bebas. Kedalaman mempengaruhi infiltrasi
secara signifikan.
d. Model Overton
Overton pada tahun 1964 merumuskan kembali model Holtan. Dia mencatat bahwa ruang
pori-pori yang tersedia pada awal terjadinya hujan tidaklah selalu terisi seluruhnya sebelum
kapasitas infiltrasi menjadi tetap. Jarak antar ruang pori-pori yang terisi tergantung pada
tumbuh-tumbuhan penutup tanah. Persamaan matematik infiltrasi dan laju infiltrasi Model
Overton disajikan pada persamaan 4.5 dan 4.6.
.……..4.5
……..4.6
IV - 8
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
infiltrasinya dapat dihitung dari banyaknya air yang ditambahkan kedalam tabung sebelah
dalam per satuan waktu.
b. Dengan testplot
Pengukuran infiltrasi dengan infiltrometer hanya dapat dilakukan terhadap luasan yang
kecil saja, sehingga sukar untuk mengambil kesimpulan terhadap besarnya infiltrasi bagi
daerah yang lebih luas.
Untuk mengatasi hal ini dipilih tanah datar yang dikelilingi tanggul dan digenangi air. Daya
infiltrasinya didapat dari banyaknya air yang ditambahkan agar permukaannya konstan.
Jadi testplot sebenarnya adalah infiltrometer yang berskala besar.
IV - 9
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
IV - 10
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
c. Lysimeter
Lysimeter merupakan alat pengukur berupa tangki beton yang ditanam dalam tanah diisi
tanah dan tanaman yang sama dengan sekelilingnya, dilengkapi dengan fasilitas drainage
dan pemberian air. Dengan persamaan neraca air (waterbalance) seperti berikut:
P + I = D + E S …………………….. (4.7)
Keterangan :
I = pemberian (supply) air
D = air yang dikeluarkan
E = penguapan (evapotranspirasi)
S = tampungan air dalam tanah
Untuk mencapai tujuan ini lebih baik digunakan lysimeter timbang, dengan lysimeter timbang
besarnya infiltrasi dengan kondisi curah hujan yang sebenarnya dapat dipelajari. Curah hujan
harus diukur dengan alat pencatat hujan (recording rain gauge) yang harus ditemptkan di dekat
lysimeter tersebut.
IV - 11