Anda di halaman 1dari 8

INFILTRASI

a. Pengertian
Infiltrasi adalah proses dimana air meresap ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Di
dalam tanah, air dapat mengalir lateral, sebagai aliran antara (interflow) menuju mata air,
danau, dan sungai, atau secara vertikal melalui perkolasi menuju air tanah. Gerakan air di
dalam tanah melalui pori-pori tanah dipengaruhi oleh dua gaya, yaitu gaya gravitasi dan
gaya kapiler. Gaya gravitasi menyebabkan aliran air menuju tempat yang lebih rendah,
sementara gaya kapiler membuat air bergerak ke segala arah. Air kapiler cenderung
mengalir dari area yang lebih basah ke area yang lebih kering, dengan tanah kering
memiliki gaya kapiler yang lebih besar daripada tanah basah. Intensitas gaya kapiler
berkurang saat tanah menjadi lebih lembab, dan gaya kapiler lebih efektif pada tanah
berbutir halus seperti lempung dibandingkan dengan tanah berbutir kasar seperti pasir.

Ketika tanah kering, air akan terinfiltrasi melalui permukaan tanah karena pengaruh gaya
gravitasi dan gaya kapiler pada seluruh permukaan tanah. Namun, ketika tanah menjadi
basah, gerakan kapiler berkurang karena gaya kapiler menurun, yang mengakibatkan
penurunan laju infiltrasi. Meskipun aliran kapiler pada lapisan permukaan menurun, aliran
yang disebabkan oleh gaya gravitasi tetap mengisi pori-pori tanah. Seiring terisinya pori-
pori tanah, laju infiltrasi berangsur-angsur berkurang hingga mencapai kondisi konstan, di
mana laju infiltrasi sejajar dengan laju perkolasi melalui tanah.

Dalam konteks infiltrasi, terdapat dua istilah penting, yaitu kapasitas infiltrasi dan laju
infiltrasi, yang diukur dalam satuan mm/jam. Kapasitas infiltrasi merujuk pada laju infiltrasi
maksimum yang dapat dicapai oleh suatu jenis tanah tertentu. Sebaliknya, laju infiltrasi
adalah kecepatan infiltrasi yang bervariasi tergantung pada kondisi tanah dan intensitas
hujan pada saat tertentu. Kurva kapasitas infiltrasi (fp) dalam Gambar 4.1 mencerminkan
perubahan seiring waktu. Saat tanah dalam kondisi kering pada saat infiltrasi, kapasitas
infiltrasi mencapai nilai tinggi karena gaya kapiler dan gravitasi bekerja bersama-sama
untuk menarik air ke dalam tanah.

Namun, ketika tanah menjadi basah, gaya kapiler mengalami penurunan yang
mengakibatkan penurunan laju infiltrasi. Pada akhirnya, kapasitas infiltrasi mencapai nilai
konstan yang dipengaruhi terutama oleh gaya gravitasi dan laju perkolasi. Hal ini
menunjukkan bahwa, ketika tanah sudah jenuh air, kapasitas infiltrasi tidak lagi meningkat,
dan nilai tersebut dipertahankan secara konsisten oleh pengaruh gravitasi dan laju
perkolasi di dalam tanah.
Gambar 4.1. Kurva Kapasitas Infiltrasi

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi


Beberapa faktor memengaruhi laju infiltrasi, antara lain kedalaman genangan dan tebal
lapisan jenuh, tingkat kelembaban tanah, efek pemadatan akibat hujan, adanya tanaman
penutup, intensitas hujan, dan sifat-sifat fisik tanah.

1. Kedalaman genangan dan tebal lapis jenuh


Seperti yang terlihat dalam Gambar 4.2, air yang tergenang di atas permukaan tanah
akan meresap ke dalam tanah, menyebabkan lapisan di bawah permukaan tanah
menjadi jenuh air. Jika ketebalan lapisan jenuh air tersebut adalah L, kita dapat
menganggap bahwa air mengalir ke bawah melalui sejumlah tabung kecil. Aliran air
melalui lapisan tersebut dapat dibandingkan dengan aliran melalui pipa. Ketinggian
genangan di atas permukaan tanah (D) memberikan tekanan pada ujung atas tabung,
sehingga tinggi tekanan total yang menyebabkan aliran adalah D+L. Resistensi aliran
yang diberikan oleh tanah sebanding dengan ketebalan lapisan jenuh air L.

Pada awal hujan, ketika L relatif kecil dibandingkan dengan D, tinggi tekanan dominan
dibandingkan dengan resistensi aliran, sehingga air cepat masuk ke dalam tanah.
Seiring waktu, L menjadi lebih panjang hingga melebihi D, menyebabkan resistensi
aliran semakin besar. Pada kondisi ini, kecepatan infiltrasi berkurang. Jika L jauh lebih
besar daripada D, perubahan dalam L memiliki pengaruh hampir sebanding dengan
gaya tekanan dan hambatan, sehingga laju infiltrasi menjadi hampir konstan.

Gambar 4.2. Genangan pada permukaan tanah


2. Kelembaban tanah
Kandungan air dalam tanah memiliki dampak signifikan terhadap kapasitas infiltrasi.
Saat air turun ke tanah yang kering, permukaan atas tanah menjadi lembab, sementara
bagian bawahnya masih relatif kering. Hal ini mengakibatkan perbedaan yang besar
dalam gaya kapiler antara permukaan atas dan bagian di bawah tanah. Akibat
perbedaan ini, gaya kapiler bekerja bersama dengan gaya gravitasi, memungkinkan air
bergerak ke bawah (infiltrasi) dengan cepat. Seiring berjalannya waktu, permukaan
bawah tanah menjadi lembab, mengurangi perbedaan gaya kapiler, sehingga laju
infiltrasi juga menurun. Selain itu, ketika tanah menjadi basah, koloid yang terdapat
dalam tanah akan mengembang dan menutupi pori-pori tanah, mengakibatkan
penurunan kapasitas infiltrasi pada fase awal hujan.

3. Pemampatan oleh hujan


Saat hujan turun di atas tanah, butiran tanah mengalami pemadatan akibat air hujan
yang meresap. Proses pemadatan ini menyebabkan penyusutan pori-pori tanah yang
terdiri dari butiran halus, seperti lempung, sehingga dapat mengurangi kapasitas
infiltrasi tanah. Namun, pada tanah pasir, dampak tersebut sangat minimal.

4. Penyumbatan oleh Butir Halus


Ketika tanah mengalami kekeringan, seringkali terdapat butiran halus di
permukaannya. Saat hujan turun dan infiltrasi terjadi, butiran halus tersebut terbawa
masuk ke dalam tanah, mengisi pori-pori tanah, dan mengurangi kapasitas infiltrasi.

5. Tanaman Penutup
Adanya vegetasi yang menutupi permukaan tanah, seperti rumput atau hutan, dapat
meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah tersebut. Tanaman penutup mencegah air hujan
memampatkan tanah, dan pembentukan lapisan humus di bawahnya dapat menjadi
tempat hidup bagi serangga. Selama hujan, lapisan humus dapat mengembang, dan
lubang-lubang yang dibuat oleh serangga menjadi sangat permeabel. Kapasitas
infiltrasi dapat menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanah tanpa tutupan
tanaman.

6. Topografi
Keadaan topografi juga memengaruhi infiltrasi. Pada lahan dengan kemiringan yang
signifikan, aliran permukaan memiliki kecepatan tinggi sehingga infiltrasi terbatas.
Sebaliknya, pada lahan datar, air dapat menggenang, memberikan waktu yang cukup
untuk infiltrasi.

7. Intensitas Hujan
Intensitas hujan memiliki dampak pada kapasitas infiltrasi. Jika intensitas hujan (I)
kurang dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual akan sama dengan intensitas
hujan. Namun, jika intensitas hujan lebih besar dari kapasitas infiltrasi, laju infiltrasi
aktual akan terbatas oleh kapasitas infiltrasi.
c. Pengukuran Infiltrasi
Cara umum yang digunakan untuk mengukur kapasitas infiltrasi adalah melalui
penggunaan infiltrometer dan analisis hidrograf. Infiltrometer terbagi menjadi dua jenis,
yaitu infiltrometer genangan dan simulator hujan. Metode kedua, yaitu analisis hidrograf,
akan dijelaskan lebih lanjut dalam sub-bab VI.

1. Infiltrometer genangan
Infiltrometer genangan yang umum digunakan melibatkan penggunaan dua silinder
konsentris atau tabung yang ditanam dalam tanah. Pada jenis pertama, dua silinder
konsentris terbuat dari logam dengan diameter antara 22,5 hingga 90 cm ditempatkan
dengan bagian bawahnya berada beberapa sentimeter di bawah permukaan tanah,
seperti yang terlihat pada Gambar 4.3. Kedua ruang di dalamnya diisi dengan air yang
dijaga pada elevasi yang sama. Silinder luar berfungsi untuk mencegah air di dalam
ruang dalam menyebar ke daerah yang lebih luas setelah meresap di bawah dasar
silinder. Kapasitas infiltrasi dan perubahan dapat dihitung dari kecepatan penambahan
air pada silinder dalam yang diperlukan untuk menjaga elevasi tetap.

Infiltrometer tipe kedua terdiri dari tabung dengan diameter sekitar 22,5 cm dan
panjang 45 hingga 60 cm yang ditanam dalam tanah hingga kedalaman minimum di
mana air meresap selama percobaan (sekitar 37,5 hingga 52,5 cm), sehingga tidak ada
penyebaran. Laju air yang harus ditambahkan untuk menjaga kedalaman konstan di
dalam tabung dicatat.

Meskipun infiltrometer genangan ini tidak dapat menciptakan kondisi infiltrasi yang
sepenuhnya representatif di lapangan karena tidak memperhitungkan dampak pukulan
butir-butir hujan dan struktur tanah di sekitar dinding silinder yang terganggu pada saat
pemasangannya, alat ini tetap dapat dipindahkan dan digunakan untuk menilai
kapasitas infiltrasi di titik tertentu sesuai dengan tata guna lahan, jenis tanaman, dan
faktor-faktor lainnya.

Gambar 4.3. Infiltrometer genangan


2. Simulator hujan
Untuk mengatasi kelemahan yang mungkin ada pada alat-alat sebelumnya, digunakan
simulator hujan yang menciptakan hujan tiruan dengan intensitas merata yang lebih
tinggi daripada kapasitas infiltrasi. Luas area yang disiram berkisar antara 0,1 hingga
40 m2. Infiltrasi dihitung dengan mencatat jumlah hujan dan limpasan.

Sketsa simulator hujan dapat dilihat pada Gambar 4.4. Dalam simulator hujan ini, hujan
tiruan dengan intensitas tertentu jatuh pada area yang akan diuji kapasitas infiltrasinya.
Intensitas hujan tersebut sengaja dibuat lebih tinggi daripada kapasitas infiltrasi,
sehingga terjadi genangan di atas permukaan tanah. Pada suatu titik, genangan air
akan meluap dan air yang meluap ditampung dalam sebuah ember. Dengan
mengetahui intensitas hujan, volume yang tertampung dalam ember, dan tinggi
genangan, maka kapasitas infiltrasi dapat dihitung.

Gambar 4.4. Simulator hujan

d. Kapasitas Infiltrasi
Ketika hujan menyebabkan penumpukan air di permukaan tanah, air tersebut akan
meresap melalui permukaan dan masuk ke dalam tanah dengan laju infiltrasi awal (f 0),
yang nilainya bergantung pada kadar air tanah pada saat itu. Seiring berjalannya hujan, laju
infiltrasi akan berkurang karena tanah menjadi lebih lembab. Laju infiltrasi, yang merupakan
fungsi waktu, dapat dijelaskan oleh Horton (1940) melalui Persamaan (4.1) dan Gambar
4.5.

−kt
f t=f c + ( f 0−f c ) e
dengan:
ft : kapasitas infiltrasi pada saat ke I
f0 : kapasitas infiltrasi awal
fc : kapasitas infiltrasi konstan, yang tergantung pada tipe tanah
k : konstanta yang menunjukkan laju pengurangan kapasitas infiltrasi.
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa ketika suplai hujan melebihi kapasitas infiltrasi,
jumlah infiltrasi akan mengalami penurunan secara eksponensial. Konstanta k dalam
persamaan tersebut merupakan fungsi dari tekstur permukaan. Nilai k kecil jika permukaan
dilapisi tanaman, sedangkan nilai k besar pada permukaan dengan tekstur halus seperti
tanah gundul.

Parameter f0 dan fc dalam persamaan tersebut dipengaruhi oleh jenis tanah dan tutupan
tanaman. Nilai f0 dan fc tinggi pada tanah berpasir atau berkerikil, sedangkan pada tanah
berlempung yang gundul, nilai tersebut cenderung rendah. Keberadaan rumput pada
permukaan tanah dapat meningkatkan nilai fc.

Total air yang terinfiltrasi selama suatu periode tergantung pada laju infiltrasi dan fungsi
waktu. Jika laju infiltrasi pada suatu saat adalah f(t), maka total infiltrasi atau jumlah air
yang terinfiltrasi adalah F(t). Laju infiltrasi dan jumlah air yang terinfiltrasi dapat dijelaskan
oleh persamaan tersebut.

dF (t)
f ( t )=
dt

dan

t
F ( t )=∫ f ( t ) dt
0

Gambar 4.5. Kapasitas infiltrasi sebagai fungsi waktu

Persamaan (4.3) menyatakan bahwa jumlah air yang terinfiltrasi F(t) dapat dihitung sebagai
integral dari laju infiltrasi, yang dapat diinterpretasikan sebagai luasan di bawah kurva f(t)
sebagaimana terlihat pada Gambar 4.6.a. Jumlah air yang terinfiltrasi ini setara dengan
volume air yang ditambahkan ke dalam infiltrometer. Sementara itu, Persamaan (4.2)
adalah persamaan diferensial yang menggambarkan laju infiltrasi f(t). Laju infiltrasi
merupakan turunan dari infiltrasi kumulatif F(t). Dengan kata lain, laju infiltrasi f(t) sama
dengan kemiringan kurva F(t) pada waktu t, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4.6.b.
Jika laju infiltrasi dinyatakan oleh Persamaan (4.1), maka Persamaan (4.3) dapat diubah
menjadi:

t
F (t)=∫ f c + ( f 0−f c ) e
−kt
dt
0

1
F ( t )=f c t + ( f 0−f c ) ( 1−e )
−kt
k

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, air hujan yang jatuh ke permukaan tanah
mengalami tiga kemungkinan peruntukan, yaitu sebagian menguap, sebagian terinfiltrasi ke
dalam tanah, dan sisanya menjadi limpasan permukaan. Limpasan permukaan yang
berasal dari air hujan disebut juga sebagai hujan efektif atau hujan lebihan (excess rainfall).
Pada hujan dengan intensitas tinggi dan durasi singkat, kehilangan air akibat penguapan
relatif kecil dibandingkan dengan jumlah air yang terinfiltrasi. Untuk memperkirakan air
hujan yang berubah menjadi limpasan permukaan, dapat dilakukan dengan mengurangkan
kapasitas infiltrasi dari intensitas hujan, seperti yang terlihat pada Gambar 4.7. Dalam
gambar tersebut, area yang diarsir menunjukkan bagian dari curah hujan yang berubah
menjadi limpasan permukaan, yaitu hasil pengurangan kapasitas infiltrasi dari intensitas
hujan.

Gambar 4.6. Kapasitas infiltrasi dan infiltrasi kumulatif


Gambar 4.7. Kapasitas infiltrasi dan intensitas hujan

e. Indeks Inliltrasi
Kurva kapasitas infiltrasi, seperti yang dijelaskan oleh Horton, bersifat spesifik untuk suatu
titik atau lokasi tertentu. Oleh karena itu, untuk suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
luas dan heterogen, dengan berbagai tata guna lahan yang berbeda, kurva tersebut tidak
dapat diterapkan secara umum. Setiap daerah dengan tata guna lahan yang berbeda
kemungkinan besar memiliki kurva kapasitas infiltrasi yang unik.

Dalam konteks DAS, di mana kapasitas infiltrasi dan intensitas hujan dapat bervariasi antar
lokasi, aliran antar (interflow) juga menjadi faktor penting dalam aliran permukaan. Aliran
antar seringkali merupakan bagian integral dari infiltrasi, tetapi sering tidak dihitung dalam
aliran permukaan yang diestimasi menggunakan kurva kapasitas infiltrasi.

Untuk menyederhanakan analisis di daerah yang luas atau heterogen, digunakan indeks
infiltrasi. Indeks infiltrasi adalah metode yang paling sederhana untuk memperkirakan
volume total aliran permukaan atau volume air hujan yang hilang karena infiltrasi. Indeks
infiltrasi (Φ atau Φindex) merupakan laju rerata kehilangan air karena infiltrasi, sehingga
volume air hujan di atas laju tersebut dianggap sebagai aliran permukaan. Indeks infiltrasi
sangat berguna dalam memperkirakan infiltrasi di daerah yang luas atau heterogen, dan
dihitung sebagai laju infiltrasi rerata atau kapasitas infiltrasi yang diratakan selama seluruh
periode hujan.

F P−Q
Index Φ= =
Tr Tr

dengan
F : infiltrasi total
P : hujan total
Q : aliran permukaan total
Tr : waktu terjadinya hujan

Anda mungkin juga menyukai