Oleh:
Hardy Mulya
Bambang Irianto
Dwi Joko Winarno
Pra survey pada TPG (Teladan Prima Group) dilaksanakan pada 2 PT, yaitu PT TPS (Telen Prima
SEJATI) dan PT GSA (Gemilang Sawit Abadi)
Pada PT TPS terdapat 4 kebun, yaitu: BBE 1, BBE 2 (Benua Baru Estate), MBE 1, dan MBE 2 (Muara
Bengkal Estate)
Pada PT GSA terdapat 1 kebun, yaitu LME
Banjir/genangan terjadi pd beberapa spot kebun, namun demikian genangan dengan intensitas paling
tinggi (elevasi dan durasi) berturut-turut sbb: (1) BBE 1 (Blok O, P, dan Q); (2) BBE 1 (Blok M 40); (3)
BBE 1 (Sempadan Sungai Bluhi); (4) BBE 2 (Blok J 59); (5) BBE 2 (Sempadan Sungai Napai, Sungai
Toda, dan Sungai Bendang); (6) LME (Blok M, N, L, K); (7) MBE 1 (Blok I dan H); (8) MBE 1(Blok N 45
dan N 46).
Karakteristik dari banjir/genangan yg terjadi bisa dikelompokkan menjadi 3:
1. Banjir karena luapan sungai sebagai sumber banjir: (1.1). BBE 1 (Luapan Sungai Bluhi); (1.2). BBE
2 (Luapan Sungai Napai, Sungai Toda, dan Sungai Bendang); (1.3). MBE 1 (Blok N 45 dan N 46
sebagai akibat luapan Sungai Beliwit).
2. Banjir karena terhambatnya sistem pembuangan dan interkoneksi saluran antar Blok: (2.1). LME
(Blok M, N, K, L); (2.2). MBE 1 (Blok I dan H)
3. Banjir karena kombinasi antara (1) dan (2): (3.1) BBE 1 (Blok O, P, dan Q); (3.2) BBE 1 (Blok M
40); dan (3.3) BBE 2 (Blok J 59);
1.1. Banjir karena luapan sungai pada BBE 1 (Sempadan Sungai Bluhi)
Sungsi Bluhi
Lahan di sebelah hilir jembatan Sungai Bluhi
Air sungai masuk ke lahan kebun melalui areal yang mempunyai elevasi lahan yang lebih rendah
pada sepanjang kanan dan terutama kiri sempadan Sungai sehingga membentuk bantaran banjir.
Solusinya adalah pembuatan tanggul sungai & batas HGU yg mempunyai elevasi lebih rendah
dibanding elevasi jembatan; dan pencucian sungai
Tanggul dibuat dengan elevasi = elevasi jembatan
Pencucian sungai dimaksudkan untuk memperlancar aliran air
1.2. Banjir karena luapan sungai pada BBE 2 (Sungai Napai, Sungai Toda, Sungai
Bendang)
S. Napai
S. Toda
S. Bendang
Gambar diambil dari Jembatan S. Napai; Sebelah kanan adalah hutan masyarakat, di sebelah kiri adalah Blok J 066
Banjir menggenangi jalan dan lahan di kanan kiri jalan.
Solusi: (1) meninggikan elevasi jalan sehingga = elevasi jembatan. Jalan berfungsi sebagai tanggul; (2) Tanggul pada
sempadan sungai yg berfungsi mencegah masuknya luapan air sungai ke kebun; (3) pencucian alur Sungai Napai.
Gambar diambil dari Jembatan S. Toda; Sebelah kanan adalah Blok J 071, di sebelah kiri adalah Blok J 072
Banjir menggenangi jalan dan lahan kebun di kanan kiri jalan.
Sungai Toda merupakan sungai yg ketika banjir paling cepat surut dibanding 2 sungai yang lain
Solusi: (1) meninggikan elevasi jalan sehingga = elevasi jembatan, ketika belum dibuat tanggul sungai. Tatkala sudah
dibuat tanggul spt pada poin (2) maka tidak diperlukan lagi upaya untuk meninggikan jalan. (2) Tanggul pada sempadan
sungai yg berfungsi mencegah masuknya luapan air sungai ke kebun; (3) pencucian alur Sungai Toda.
Area tergenang
outlet
Penyebab utama genangan pada kebun LME:
1. Genangan terjadi pada tempat yang relatif rendah. Blok N, M, L dan K adalah beberapa
blok yang tergenang.
2. Belum adanya interkoneksi aliran air antar Blok secara menyeluruh. Sebagai contoh
elevasi lahan Blok N lebih tinggi dibanding Blok M. Namun demikian belum ada koneksi
aliran dari Blok N ke Blok M, sehingga air yang jatuh di Blok N akan tertahan dan
menggenang serta akan mengalir ke Blok M dengan melimpasi jalan.
3. Terhambatnya aliran mulai dari sluran parit 1 2, collection drain, maupun main drain, serta
saluran pembuangan ke Sungai Melan dan S. Melan – S. Kelinjau.
Kepala Desa Melan (Bp. Natalis) bersama Kepala Kebun (Bp. Jajang & Asisten),
mendiskusikan perihal rencana pembuatan saluran pembuangan yang baru yg bermuara
pada bagian hilir dibanding saluran pembuangan yg lama pada Sungai Melan.
Foto bersama di pertemuan antara Sungai Melan
dan Sungai Kelinjau.
Letak muara Sungai Melan tersebut relatif jauh
dari Outlet kebun LME.
Diduga tidak ada luapan dari Sungai Kelinjau
maupun Sungai Melan ke Kebun LME
Pada saat musim hujan maka yg terjadi adalah
efek pembendungan aliran dari kebun LME oleh
elevasi muka air sungai.
Kondisi saluran
pembuangan (parit
luar) pada Blok I dan H
3.1. Banjir karena Kombinasi antara (1) dan (2): BBE 1 (Blok O, P, dan Q);
Banjir pada Blok O, P, dan Q adalah disebabkan karena:
1. Suplai air dari Sungai Bluhi dan luapan Sungai yang lain pada sebelah Utara (Hulu Lahan Kebun)
2. Topografi yang relatif rendah dari lahan kebun. Menurut pengukuran sementara bahwa lahan
terendah pada Blok Q mempunyai beda elevasi lebih dari 3 meter dari elevasi jalan.
3. Belum adanya tanggul pada Blok QQ
4. Elevasi tanggul Blok O dan P adalah sekitar 75 cm lebih tinggi dibanding jalan, namun demikian
belum ada outlet (pintu pembuangan)
5. Pada saat musim hujan maka elevasi air di luar kebun adalah tinggi, namun demikian belum
melimpas tanggul eksisting. Elevasi muka air di luar lahan kebun ini akan menghambat laju
pembuangan air dari lahan kebun.
Metode rasional banyak digunakan utk memperkirakan debit puncak yg ditimbulkan oleh
hujan deras pada daerah tangkapan (DAS) kecil.
Suatu DAS disebut kecil apabila distribusi hujan dapat dianggap seragam dalam ruang dan
waktu, dan biasanya durasi hujan melebihi waktu konsentrasi. Luas DAS kurang dari 2,5
km2 dapat dianggap sebagai DAS kecil
Pemakaian metode rasional sangat sederhana, dan sering digunakan dalarn perencanaan
drainasi.
Beberapa parameter hidrologi yang diperhitungkan adalah intensitas hujan, durasi hujan,
frekuensi hujan, luas DAS, abstraksi (kehilangan air akibat evaporasi, intersepsi, infiltrasi,
tampungan permukaan) dan konsentrasi aliran. Metode rasional didasarkan pada
persamaan berikut:
dengan:
Q : debit puncak yang ditimbulkan oleh hujan dengan intensitas, durasi dan frekuensi
tertentu (m3/d)
I : intensitas hujan (mm/jam)
A : luas daerah tatgkapan (km2)
C : koesifien aliran yang tergantung pada jenis perrnukaan lahan
Kriteria Tata Ruang
Pola Tanam 136 Pokok / Ha
Syarat Umum
Pola Peletakan sistem pusat-pusat kegiatan, yaitu emplasemen dan unit kenun
diupayakan sebaik-baiknya agar :
1. Dapat menunjang pola pengembangan wilayah setempat
2. Mempertahankan sarana dan prasarana yang telah ada untuk menekan biaya
pembangunan
3. Memanfaatkan lahan seoptimal mungkin tanpa mengabaikan prinsip
pelestarian lingkungan
4. Dapat menampung pengembangan kegiatan pada masa yang akan datang
5. Penyediaan sistem jaringan jalan yang optimal secara agresif, agar struktur
jalan dapat memberikan
tingkat aksesibilitas yang tinggi
6. Penentuan ukuran Blok Tanam diupayakan akurat, baik batas ukuran panjang
dan lebar blok tidak
mengganggu pola tanam dan sirkulasi pengumpulan hasil panen
7. Semua lahan yang tidak dapat digunakan karena kendala fisik dapat dijadikan
areal konservasi
Syarat Khusus
Norma yang akan diterapkan dalam membuat tata ruang kebun adalah :
Jalan Penghubung (Access Road), lebar 12 m, perkerasan 8 m.
Jalan Utama (Main Road), lebar 9 m, perkerasan 6 m.
Jalan Transport (Transport Road), lebar 7 m, perkerasan 5 m.
Jalan Koleksi (Collection Road), lebar 6 m, perkerasan 4 m.
Jalan Pringgan (Control Road), lebar 5 m, tanpa perkerasan.
Luas Blok normal 32,27 Ha, maksimal 45 Ha dan minimal 15 Ha.
Luas Afdeling normal 500 Ha, maksimal 600 Ha dan minimal 400 Ha.
Luas Kebun normal 2.500 Ha, maksimal 3.000 Ha dan minimal 2.000 Ha.
Luas Emplasemen Pusat/Pabrik 20 Ha dan emplasemen afdeling 4 Ha.
Lereng < 15% jalan diluruskan, lereng > 15% jalan mengikuti kontur.
CARA TANAM POHON SAWIT
(POLA TANAM 136/HA)
7.97 9.2
0
4.60
9.2
0
4.60
90
°
60
°
4.60
9.20
60°
4.60 Jarak pokok ke pokok = 9.2 m sudut 60°
KETERANGAN :
Ukuran Blok Tanam Efektif 316,00 x 1021,12 m
Ukuran Blok Tanam Non Efektif 322,00 x 1028,12 m
Jarak Pokok Ke Pokok (Barat - Timur) 7,97 m
Jarak Pokok Ke Pokok (Utara - Selatan) 9,2 m
Jarak pokok 60° dari Utara-Selatan (90°) 9,2 m
1028.12
LEGENDA
1021.12
Jalan Transport / Colection
As Jalan
Pohon Sawit
Pancang Mati
316.00
12.00
8.00
Lapisan Tanah Laterit T= 5 Cm
Lapisan Krokos T= 10 Cm
Parit T = 80 cm Lapisan Batu Belah T= 20 Cm Parit T = 80 cm
Kemiringan 1:10
1.00 1.00
Access Road
9.00
6.00
Lapisan Tanah Laterit T =5 Cm
Lapisan Krokos T= 10 Cm
Batu belah T=20 Cm
Kemiringan 1:10
Parit T = 80 cm Parit T = 80 cm
100 1.00
Main Road
7.00
5.00
Parit T = 80 cm Parit T = 80 cm
Lapisan Krokos T= 10 Cm
4,47 1.00 Tanah Laterit T= 5 Cm
Kemiringan 1:10 1.00 4,47
Transport Road
6.00
4.00
Parit T = 80 cm Parit T = 80 cm
Lapisan Krokos T= 10 Cm
Kemiringan 1 : 10
Collection Road
JL.TRANSPORT
PANCANG MATI
0.70
1.00
3.90
JL.COLLECTION
JL.COLLECTION
JALAN PIKUL
8.50
0.70
0.70
RUMPUKAN L/C
3.50
4.47
PANCANG MATI
MAIN ROAD
0,9
5,5
ACCESS ROAD
2,7
JALAN PIKUL
RUMPUKAN L/C
3.47
PANCANG MATI
2,4
MAIN ROAD
JALAN PIKUL
2,2
ACCESS ROAD
RUMPUKAN L/C
1,97 6
Zona perakaran Kelapa Sawit di kebun diupayakan berada di atas Elevasi Engsel (+20); Atau elevasi lahan di atas (+20
+ 0,6) = +20.6
Dasar saluran di kebun diupayakan di atas Elevasi Dasar Pintu Air (+19)