Anda di halaman 1dari 27

TUGAS BANGUNAN AIR

BENDUNGAN BATUJAI

1. GAMBARAN UMUM KAWASAN WADUK BATUJAI

Bendungan batujai adalah bendungan yang berada pada desa Penujak, Batujai.

Bendungan mulai beroperasi sekitar tahun 1980 an, tujuan dari pembangunan bendungan

ini adalah untuk mengatasi masalah kekeringan yang terjadi pada daerah Lombok

Selatan, karena pada sekitar tahun 1960 lombok selatan mengalami kekeringan yang juga

menyebabkan kelaparan. Dengan adanya masalah tersebut maka dibangunlah bendungan

batujaisebagai solusi mengatasi kekeringan yang berkepanjangan.

Kawasan waduk Batujai berada tepat di tengah kawasan Perkotaan Praya yang

merupakan Ibu kota Kabupaten Lombok Tengah. Kawasan Waduk Batujai secara

administratif sebagai pintu bendung ( out flow ) berada di Desa Batujai Kecamatan Praya

Barat, sedangkan daerah genangan dan greenbelt nya melingkupi; kelurahan Panjisari,

kelurahan Semayan, kelurahan Prapen, kelurahan Tiwugalih merupakan wilayah

kecamatan Praya, kelurahan Sasake dan desa Lajut yang merupakan wilayah kecamatan

Praya Tengah, dan Desa Batujai dan desa Penujak merupakan wilayah kecamatan

Praya Barat (Lihat Gambar 1 ).

Kawasan waduk ini memiliki posisi yang sangat strategis karena berada dekat pusat

kota praya sebagai ibu kota Kabupaten Lombok Tengah dan bersebelahan dengan Bandara

Internasional Lombok (BIL). Penggunaan lahan disekitar waduk Batujai yaitu terdiri atas

area permukiman penduduk, area green belt, area persawahan, dan fasilitas kota lainnya.
Waduk Batujai bukan hanya bendungan semata. Tempat tersebut juga dimanfaatkan sebagai

destinasi wisata dan tempat pemancingan.

Gambar 1.Lokasi Kawasan Rth Waduk Batujai


(Sumber : Masterplan RTH Kawasan Perkotaan Praya 2012-2017)
Bendungan Batujai

Sumber air dari bendungan batujai ini adalah berasal dari air hujan, daerah-daerah
aliran sungai (DAS) akan mengirim air ke sungai disekitar bendungan selanjutnya air akan
dikirim ke dalam bendungan Batujai tersebut. Bendungan ini membantu dalam pengairan lahan
pertanian, pembukaan pintu air akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan irigasi di lahan
pertanian yang ada. Bendungan ini memiliki 4 pintu air, masing-masing pintu air mengairi
daerah yang berbeda.
Tidak lepas dari kegunaannya sebagai penyalur air, bendungan ini juga mempunyai
masalah yang harus ditanggulangi. Masalah tersebut dapat berupa pendangkalan, kedalaman
bendungan yang semula 16 m, kini telah mendangkal lebih dari 50% yaitu menjadi 6 m, dan
35% dari gengangan air sudah ditutupi oleh populasi eceng gondok. Dari bebrapa sumber
diketahui pada tahun 2004, jumlah daya tampung bendungan ini telah menurun dari keadaan
awal sebesar 23.518.000 m3, menjadi sebesar 21.437.227,488 m3 penurunnya mencapai
2.000.000 m3 dari keadaan awal. Pendangkalan bendungan dapat diakibatkan karena
sedimentasi atau penumpukan lumpur di dasar bendungan serta banyaknya tanaman air
seperti enceng gondok. Pada saat pengamatan dapat terlihat ada banyak sekali tanaman
enceng gondok yang menutupi permukaan air bendungan. Sedimentasi atau penumpukan
lumpur di dasar bendungan yang mengakibatkan pendangkalan tersebut akan berdampak
buruk pada daerah sekitar bendungan. Daerah atau wilayah yang semulanya bukan merupakan
wilayah bendungan menjadi tergenang dengan air, karena air dari bendungan meluap ke
wilayah tersebut. Sedangkan tanaman enceng gondok yang memenuhi permukaan air, dapat
juga menimbulkan masalah berupa pendangkalan karena tanaman tersebut membawa lumpur
di akarnya juga membawa kotoran sehingga menjadi tidak baik untuk mutu air. Tanaman
enceng gondok tersebut juga dapat menguapkan air karena tanaman tersebut bertranspirasi,
apalagi jumlahnya dalam kapasitas yang banyak sehingga dapat menguapkan air dalam jumlah
banyak pula. Permasalahan bukan hanya dari bendungan itu sendiri, daerah yang menjadi
pinggiran bendungan pun perlu diperhatikan dan dikelola dengan baik agar kelestariannya
tetap terjaga, dan apabila telah terjaga dengan baik daerah tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai area wisata.
Pada umumnya bendungan memiliki beberapa saluran irigasi, diantaranya saluran irigasi
primer, saluran irigasi sekunder dan saluran irigasi tersier. Saluran irigasi primer adalah saluran
irigasi yang membawa air dari jaringan utama (bendungan) ke saluran sekunder dan cabang-
cabang saluran tersier yang dialiri, saluran ini merupakan saluran yang berhubungan langsung
dengan jaringan utamanya yaitu bendungan. Saluran irigasi sekunder merupakan saluran irigasi
yang membawa air dari saluran primer ke saluran-saluran tersier, sedangkan saluran tersier
merupakan saluran yang berhubungan langsung dengan lahan pertanian, saluran ini langsung
mengairi ke sawah-sawah petani melalui cabang-cabang dari saluran tersier itu sendiri atau bisa
disebut dengan saluran kuarter. Pada saat praktikum praktikan hanya dapat mengamati saluran
irigasi primer dan sekunder dari bendungan batujai, saluran tersier tidak dapat diamati karena
saluran tersier tersebut berhubungan langsung dengan lahan pertanian sedangkan para
praktikan tidak turun langsung pada daerah pertaniannya dikarenakan letaknya yang cukup
jauh dari bendungan. Gambar Bendungan Batujai:

Pengukur ketinggian Air

Pengukur tinggi permukaan air


Pemandangannya juga baguss looh ^^
Pintu Air dan saluran irigasi utama
Jalan menuju Bendungan

Enceng Gondok merupakan salah satu


permasalahan pada Bendungan Batujai

Jembatan Bendungan

BENDUNGAN BATUJAI
Bendungan Batujai
Bendungan batujai adalah bendungan yang berada pada desa Penujak, Batujai.
Bendungan mulai beroperasi sekitar tahun 1980an, tujuan dari pembangunan bendungan ini
adalah untuk mengatasi masalah kekeringan yang terjadi pada daerah Lombok Selatan, karena
pada sekitar tahun 1960 lombok selatan mengalami kekeringan yang juga menyebabkan
kelaparan. Dengan adanya masalah tersebut maka dibangunlah bendungan batujaisebagai
solusi mengatasi kekeringan yang berkepanjangan.
Sumber air dari bendungan batujai ini adalah berasal dari air hujan, daerah-daerah
aliran sungai (DAS) akan mengirim air ke sungai disekitar bendungan selanjutnya air akan
dikirim ke dalam bendungan Batujai tersebut. Bendungan ini membantu dalam pengairan lahan
pertanian, pembukaan pintu air akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan irigasi di lahan
pertanian yang ada. Bendungan ini memiliki 4 pintu air, masing-masing pintu air mengairi
daerah yang berbeda.
Tidak lepas dari kegunaannya sebagai penyalur air, bendungan ini juga mempunyai
masalah yang harus ditanggulangi. Masalah tersebut dapat berupa pendangkalan, kedalaman
bendungan yang semula 16 m, kini telah mendangkal lebih dari 50% yaitu menjadi 6 m, dan
35% dari gengangan air sudah ditutupi oleh populasi eceng gondok. Dari bebrapa sumber
diketahui pada tahun 2004, jumlah daya tampung bendungan ini telah menurun dari keadaan
awal sebesar 23.518.000 m3, menjadi sebesar 21.437.227,488 m3 penurunnya mencapai
2.000.000 m3 dari keadaan awal. Pendangkalan bendungan dapat diakibatkan karena
sedimentasi atau penumpukan lumpur di dasar bendungan serta banyaknya tanaman air
seperti enceng gondok. Pada saat pengamatan dapat terlihat ada banyak sekali tanaman
enceng gondok yang menutupi permukaan air bendungan. Sedimentasi atau penumpukan
lumpur di dasar bendungan yang mengakibatkan pendangkalan tersebut akan berdampak
buruk pada daerah sekitar bendungan. Daerah atau wilayah yang semulanya bukan merupakan
wilayah bendungan menjadi tergenang dengan air, karena air dari bendungan meluap ke
wilayah tersebut. Sedangkan tanaman enceng gondok yang memenuhi permukaan air, dapat
juga menimbulkan masalah berupa pendangkalan karena tanaman tersebut membawa lumpur
di akarnya juga membawa kotoran sehingga menjadi tidak baik untuk mutu air. Tanaman
enceng gondok tersebut juga dapat menguapkan air karena tanaman tersebut bertranspirasi,
apalagi jumlahnya dalam kapasitas yang banyak sehingga dapat menguapkan air dalam jumlah
banyak pula. Permasalahan bukan hanya dari bendungan itu sendiri, daerah yang menjadi
pinggiran bendungan pun perlu diperhatikan dan dikelola dengan baik agar kelestariannya
tetap terjaga, dan apabila telah terjaga dengan baik daerah tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai area wisata.
Pada umumnya bendungan memiliki beberapa saluran irigasi, diantaranya saluran irigasi
primer, saluran irigasi sekunder dan saluran irigasi tersier. Saluran irigasi primer adalah saluran
irigasi yang membawa air dari jaringan utama (bendungan) ke saluran sekunder dan cabang-
cabang saluran tersier yang dialiri, saluran ini merupakan saluran yang berhubungan langsung
dengan jaringan utamanya yaitu bendungan. Saluran irigasi sekunder merupakan saluran irigasi
yang membawa air dari saluran primer ke saluran-saluran tersier, sedangkan saluran tersier
merupakan saluran yang berhubungan langsung dengan lahan pertanian, saluran ini langsung
mengairi ke sawah-sawah petani melalui cabang-cabang dari saluran tersier itu sendiri atau bisa
disebut dengan saluran kuarter. Pada saat praktikum praktikan hanya dapat mengamati saluran
irigasi primer dan sekunder dari bendungan batujai, saluran tersier tidak dapat diamati karena
saluran tersier tersebut berhubungan langsung dengan lahan pertanian sedangkan para
praktikan tidak turun langsung pada daerah pertaniannya dikarenakan letaknya yang cukup
jauh dari bendungan. Gambar Bendungan Batujai:
Pengukur ketinggian Air

Pengukur tinggi permukaan air

Pemandangannya juga baguss looh ^^


Pintu Air dan saluran irigasi utama
Jalan menuju Bendungan
Enceng Gondok merupakan salah satu
permasalahan pada Bendungan Batujai

Jembatan Bendungan
Bendungan batujai, saluran irigasi

1. Uraian umum

Waduk Batujai dibangun pada Kali Penujak yang mengalir dari lereng gunung Kundo dan
bermuara di Selat Lombok dengan panjang sungai seluruhnya 54 km dan daerah aliran
sungainya seluas 550 km2. Kali Penujak ini mempunyai karakteristik debit sungai yang cukup
besar perbedaannya antara musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan debit rata-rata
bulanannya dapat mencapai puluhan meter kubik perdetik sehingga merupakan potensi yang
terbuang percuma ke laut, sedangkan di musim kemarau debit rata-rata bulanannya dapat
mencapai 0,1 m3/det dan bahkan bisa kurang.
Dengan kondisi alam yang demikian, maka dibuatlah waduk yang dapat menampung potensi air
yang berlebihan di musim hujan untuk dapat digunakan pada musim kemarau.
Pulau Lombok bagian Selatan yang sering mengalami musibah kurang makan ini merupakan
daerah yang kurang air. Hal ini antara lain disebabkan oleh kecilnya hujan yang turun di daerah
ini (kurang dari 1500 mm/tahun) dan seringkali hujan yang turun di musim penghujanpun tidak
menentu sehingga menyebabkan gagal panen padi di sawah tadah hujan. Selain itu keadaan
topografi yang tidak menguntungkan mengakibatkan sedikit sekali sungai yang mengalir ke
daerah ini.
Sejarah dari Waduk Batujai, seperti umumnya pengembangan pengairan di pulau Lombok,
pertama kali distudi oleh Consultant Canada pada bulan Juni 1974 melalui Lombok Island Water
Resources Development. Potensi waduk yang cukup besar ini ditindak lanjuti oleh Badan
Pelaksana Proyek Induk Serbaguna kali Brantas pada tahun 1975 – 1977 dengan diadakan studi
kelayakan dan detail desain yang dilanjutkan dengan pembangunan waduk dari tahun 1977 –
1982.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan Pembuatan booklet ini adalah membuat satu buku khusus tentang
Bendungan Batujai guna dijadikan sebagai acuan umum bagi Pemilik/ Pengelola Bendungan
khususnya dan masyarakat terkait di dalam melaksanakan kegiatan Operasi, Pemeliharaan,
dalam rangka mengenal lebih dekat kinerja Bendungan Batujai, sehingga fungsi bendungan
dapat lestari dan berkelanjutan sesuai dengan yang diharapkan.

Saat ini bendungan Batujai masih belum memiliki pola operasi waduk yang baku, besarnya air
yang dikeluarkan pada intake tergantung dari permintaan masyarakat petani di hilir bendungan.
Agar diperoleh hasil yang optimum dalam pemenuhan kebutuhan air tersebut, maka saat ini
diperlukan rencana pola operasi waduk yang baku yang mengatur pemenuhan kebutuhan air
dengan memperhatikan ketersediaan air dalam tampungan.
3. Fungsi dan Manfaat
1. Irigasi
Semula menyediakan air untuk kepentingan irigasi di daerah pertanian penujak, Setanggor,
Darek, Ungga, Ranggagata, dan sekitar Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah
seluas 3.350 ha yang sebelumnya berupa sawah tadah hujan.
Dengan berkembangnya lingkungan di sekitar waduk dan perubahan tataguna lahan di hulu
sungai maka manfaat bendungan untuk mengairi sawah tersebut kian hari menjadi berkurang
yakni seluas 2.426 ha, diakibatkan oleh tingginya sedimen yang masuk ke dalam waduk (selama
operasi ± 27 tahun).
2. Pengendalian Banjir
Dengan adanya waduk ini dapat mengatur debit puncak dari suatu banjir yakni dari 1.332
m3/det menjadi 764 m3/det (dapat mereduksi banjir sebesar 568 m3/det) sehingga akibat yang
lebih besar dapat dihindarkan/ diperkecil.
3.Perikanan Darat
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari maka masyarakat setempat juga memanfaatkan
Bendungan Batujai untuk area memelihara dan menangkap ikan, bahkan sumber penghidupan
sampingan sebagai pencari ikan dan nelayan.
4. Penyediaan Air Minum

Bendungan Batujai juga berfungsi untuk melayani kebutuhan dan Air baku penduduk sekitar
waduk
5. Pariwisata
6.Pengembangan sebagai Pembangkit Listrik Micro Hydro
Dengan potensi debit yang ada, sebelum dialirkan ke daerah irigasi tahap pertama
dipergunakan dulu untuk pembangkit listrik tenaga microhydro dengan daya terpasang sebesar
150 KW (maksimum). Tenaga ini dipakai untuk memompa air waduk untuk mengairi sawah
seluas 650 Ha di desa Dongak Langit.

4. Lokasi Bendungan
Waduk Batujai secara administrasi terletak di Desa Batujai, Praya Barat, Kabupaten Lombok
Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sungai utama dari waduk Batujai adalah sungai Penujak,
yang mengalir dari kaki gunung Kendo kearah selatan menuju kota Praya dan bermuara di
waduk Batujai ± 3 km kearah selatan kota Praya.
5. Data Teknis
1.Umum

Lokasi

Desa/Kecamatan : Batujai/Praya Barat


Kabupaten : Lombok Tengah
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
Manfaat : Irigasi + 3000 ha
Tahun pelaksanaan : 1977 - 1982
2. Hidrologi


o Sungai : Penunjak
o Luas daerah aliran sungai : 169 km2

3. Waduk
Data awal

o
o Daerah Aliran Sungai (DAS) : 169 km
o Elevasi HWL (Muka Air Tinggi) : EL. 92,50 m
o Elevasi LWL (Muka Air Rendah) : EL. 87,00 m
o Elevasi dasar sungai : EL. 79,00 m
o Volume Tamp Brutto : 25.000.000 m3
o Volume Tamp Efektif : 23.502.000 m3
o Volume Tamp Mati : 1,4 x 106 m3
o Luas daerah Tenggelam : 8,90 k m2
o Debit banjir rencana (1000 th) : 1.332 m3/det

Data Hasil Pengukuran Echosounding

Data ini diambil dari ″Studi Penanggulangan Sedimen dan Optimalisasi Fungsi Waduk Batujai,
Konsultan Karya Utama Jaya, 2005″
: EL. 92,35 m ( elevasi tertinggi operasi waduk)
: EL. 87,00 m
: 1,2 x 106 m3 (pada tampungan mati)
: 6,6 x 106 m3 ( pada tampungan mati dan efektif)
: 18,2 x 106 m3

o Tipe : Urugan tanah


o Kemiringan bendungan :
o Hulu : 1 : 3,5
o Hilir : 1 : 2,5
o Tinggi di atas galian : 16 m
o Panjang puncak : 1300 m
o Lebar puncak : 8,00 m
o levasi puncak : EL + 94,00 m
o Elevasi dasar sungai : EL + 79,00 m
o Volume tubuh bendungan : 130.000 m3

Anda mungkin juga menyukai