PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mutu pendidikan dan berperan langsung dalam mencetak generasi Indonesia yang
berkualitas. Sekolah akan berfungsi dengan maksimal jika didukung oleh sistem
peraturan dan sistem manajemen yang baku dalam lembaga pendidikan tentunya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. Semakin baik mutu sekolah
review, yakni suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama
khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional untuk mengevaluasi dan
untuk menetapkan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu, 3)
menjadi umpan balik bagi sekolah dan memberikan jaminan bagi orang tua bahwa
1
suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang
unggul apabila siswa mampu mencapai prestasi akademik yang tinggi, memiliki
kesadaran masyarakat yang bertanggung jawab, memiliki moral dan etika yang
fisiknya.
Selain itu, sekolah yang unggul juga dapat dilihat dalam perspektif
organisasi, bahwa karena lembaga pendidikan adalah termasuk salah satu unit
organisasi, dan organisasi itu juga terdiri dari berbagai unsur atau sumber, maka
unsur manusia menjadi unsur yang sangat penting. Sumber Daya Manusia seperti
bekerjasama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa sukses atau tidaknya suatu organisasi mencapai tujuan yang
2
sumber atau resourcer tersebut sehingga pendayagunaannya berjalan efektif dan
psikis, fisik, etika, moral, religi, emosi, spirit, adversity dan intelegensi.
perhatian dan kepercayaan yang besar terhadap sistem pendidikan pada sekolah
unggulan, banyak sekali para pakar dan praktisi pendidikan yang menyatakan
bahwa sistem pendidikan pada sekolah unggulan sangat membebani siswa, terlalu
stress berat pada anak yang mengenyam pendidikan pada sekolah unggulan. Ada
sekolah yang hanya mengejar target supaya dapat diterima pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Jadi memang tidak semua sekolah unggulan
berdampak baik pada peserta didik. Masih ada sekolah unggulan yang hanya
unggul adalah sekolah yang secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dan
3
akademis saja yang ditumbuh-kembangkan, melainkan potensi psikis, fisik, etik,
salah satu SMA Negeri unggulan yang ada di Lombok Tengah. Sekolah ini sudah
memperoleh akreditasi A, yang merupakan salah satu bukti bahwa sekolah ini
tergolong sekolah yang berkualitas. Selain itu, sekolah ini juga telah mempu
meraih prestasi yang membanggakan yang memperkuat bahwa sekolah ini benar-
prestasi-prestasi yang pernah diraih yaitu Siswa SMAN 1 Praya mewakili NTB
lomba 4 pilar, mewakili NTB OSN Bidang Komputer, peraih nilai UN terbaik
mampu bersaing dengan sekolah-sekolah maju lainnya terutama yang ada di Nusa
Tenggara Barat. Keunggulan sekolah ini memiliki sistem dan manajemen sekolah
efektif, 2) memotivasi seluruh warga sekolah melalui bermacam pola dan strategi
kompetensi, 3) guru BP/BK yang berperan aktif dalam membantu siswa dalam
sikap proaktif semua warga sekolah yang didasari oleh semangat demokrasi
Praya). Selain itu, tingginya minat orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya
4
di SMAN 1 Praya juga dapat menjadi pertimbangan karena dianggap bahwa
sekolah ini mampu bersaing dengan sekolah lain yang lebih maju di NTB.
B. Rumusan Masalah
Praya?
3. Hambatan dan tantangan apa saja yang dihadapi oleh manajemen sekolah di
Praya?
C. Tujuan Penelitian
manajemen pembelajaran SMA yang baik. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan
5
untuk mengembangkan bangunan teori (theory building) berdasarkan data
1 Praya.
3. Menguraikan hambatan dan tantangan apa saja yang dihadapi oleh manajemen
Negeri 1 Praya.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini akan berguna sebagai bahan masukan bagi
peningkatan (improvement).
Adapun secara praktis, hasil penelitian ini menjadi bahan masukan berharga
bagi para praktisi pendidikan, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para
6
pendidik, dalam mengelola pembelajaran yang baik, dan bagi para pemerhati
umumnya.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Relevan
untuk menemukan praktik yang baik dan pelajaran yang dapat dipetik dengan baik
melalui diskusi, fokus secara totalitas maupun diskusi fokus secara luas melalui
penelitian yang dilakukan saat ini terletak pada pelaksanaan manajemen sekolah
unggulan.
konteks sekolah, yang paling nyata adalah munculnya kelas standar internasional
sebagai implementasi kebijakan tersebut. Hal lain adalah kebijakan ini membuat
sekolah unggul, dan saat yang bersamaan pihak sekolah dapat mengumpulkan
dana tambahan dari orang tua dengan jumlah yang besar. Relevansi dengan
8
penelitian yang dilakukan saat ini terletak pada kebijakan sekolah unggul di
bahwa: Melalui penerapan TQM akan diperoleh kualitas kerja yang baik,
dengan penelitian yang dilakukan saat ini terletak pada kualitas manajemen yang
tepat diterapkan.
10 Samarinda mendirikan asrama sekolah dengan cara yang strategik agar dapat
keduanya bertujuan untuk mendidik siswa. Peran kedua manajemen tersebut dapat
dilihat dari prestasi yang didapat oleh berbagai siswa dalam berbagai lomba.
9
bahwa: manajemen pembelajaran dalam rangka pengembangan
dengan penelitian yang dilakukan saat ini terletak pada manajemen pembelajaran.
bahwa secara garis besar aspek yang diteliti tidak jauh beda dalam hal cara
dengan yang sekarang yaitu ada pada aspek spesifik tentang manajemen sekolah
membedakan dengan sekolah lain dan tetap bisa bertahan dan unggul dalam hal
kemajuan sekolah.
harapan terhadap apa yang dapat diharapkan dimiliki oleh siswa setelah keluar
yaitu sejauh mana keluaran (output) sekolah itu memiliki kemampuan intelektual,
moral dan keterampilan yang dapat berguna bagi masyarakat. Sekolah unggul
10
pendidikannya (Mulyasa, 2003). Untuk mencapai keunggulan tersebut maka
keinginan untuk memiliki sekolah yang mampu berprestasi di tingkat nasional dan
dunia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditunjang oleh
dengan yang lain, maka dalam konteks ini sekolah unggul mengandung makna
sekolah model yang dapat dirujuk sebagai contoh bagi kebanyakan sekolah lain
karena kelebihan, kebaikan dan keutamaan serta kualitas yang dimilikinya baik
11
a. Profesional Leadership. Kepemimpinan adalah faktor kunci pertama untuk
b. Shared Vision and Goals. Karakteristik ini merujuk kepada rumusan visi dan
tujuan yang jelas yang dijadikan panduan bagi komponen sekolah. Visi
pencapaiannya.
yang adaptif.
tersebut.
12
h. Monitoring Progress. Sekolah efektif adalah sekolah yang selalu memonitor
juga sekolah.
siswa dan masyarakat menjadi faktor kunci berikutnya dari sekolah efektif.
ini menunjuk kepada kesadaran guru dan staf sekolah untuk selalu belajar.
161) “There have been many studies of the organizational effectiveness of schools
and in a major survey 719 factors were found to be associated with effectiveness.
These have been reduced to eleven salient factors” Artinya ada banyak studi
tentang efektivitas organisasi sekolah dan dalam survei utama 719 faktor yang
ditemukan terkait dengan efektivitas. Ini telah berkurang ke sebelas faktor penting
13
No Kategori Sekolah Favorit Keterangan
8 hak dan tanggung jawab murid (pupil rights and sebagian ruang
responsibilities) untuk perbaikan
9 mengajar tujuan (purposeful teaching) langkah selanjutnya
10 organisasi pembelajaran (a learning organization)
11 kemitraan rumah-sekolah (home–school partnership)
sekolah unggul di luar Negeri sangat berbeda dengan di Indonesia. Ciri sekolah
sarana dan prasarana untuk mendukung terciptanya pembelajaran yang baik. Hal
ini terjadi, tidak lepas dari filosofi dan kondisi sosial masyarakat.
1. Hakikat Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
atau pembelajar yang bertujuan untuk membantu siswa (Setyosari; 2003: 6).
Senada dengan hal itu Muhaimin (1996: 99), menyatakan bahwa pembelajaran
adalah upaya membelajarkan siswa/peserta didik untuk belajar. Kegiatan ini akan
mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien.
14
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
b. Tujuan Pembelajaran
yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek,
yaitu dari siswa dan guru. Dari segi siswa belajar dialami sebagai suatu proses.
Siswa mengalami satu proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan
bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru proses
belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal (Dimyati,
1999: 17).
guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak
diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa (Hamalik,
2003: 76)
integrasi. Pendidikan adalah di sini dan sekarang ini. Tujuan pembelajaran ialah
15
mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakatnya. Sekolah berfungsi
bukan dipersiapkan untuk menghadapi masa depan yang lebih jauh, 10 atau 20
dalam lingkungannya, di rumah dan di masyarakat. Karena itu, para siswa harus
c. Ciri-ciri Pembelajaran
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran ialah:
yang serasi dalam suatu keseluruhan. Setiap aspek bersifat esensial, dan
Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan
sistem yang alami (natural). Sistem yang dibuat oleh manusia, seperti sistem
utama sistem pembelajaran adalah agar siswa belajar. Tugas seorang perancang
sistem ialah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar
16
d. Pembelajaran Unggul
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguasi ilmu
semua siswa (bukan hanya pada sebagian siswa). Kedua, dalam pembelajaran
bersangkutan.
harus mampu melayani siswa baik secara individu maupun kelompok. Kedua,
17
sekolah dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik secara
dan berproses untuk mencapai tujuan (Gordon, 1990; Puxty, 1990). Bagian suatu
sistem yang melaksanakan suatu fungsi untuk menunjang usaha pencapaian tujuan
13).
18
secara baik. Dalam pendekatan sistem bahwasanya untuk mencapai tujuan
yang baik, yang meliputi tujuan, siswa, guru, metode, media, sarana, lingkungan
Manajemen
Sarana Belajar
Fisik dan
Penampilan
Sekolah Partisipasi Masyarakat
berkualitas secara efektif dan efisien, maka diperlukan manajemen. Artinya bahwa
19
tanpa adanya manajemen yang baik bisa dipastikan tujuan pembelajaran tidak
c. Komponen-komponen Pembelajaran
dengan yang lain, karena satu sama lain saling mendukung. Komponen-komponen
komponen yang berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama lain dan dengan
keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
dari: (1) Siswa, (2) Guru, (3) Tujuan, (4) Materi, (5) Metode, (6) Sarana/Alat, (7)
bagian yang berdiri sendiri, namun dalam berproses di kesatuan sistem mereka
143).
dapat dipisahkan satu sama lain karena dapat mengakibatkan tersendatnya proses
20
jelas, tanpa siswa, tanpa tujuan, tanpa bahan ajar. Masing-masing komponen
1) Siswa
komponen proses belajar mengajar (PBM). Siswa yang semula dipandang sebagai
adalah kunci dari semua pelaksanaan pendidikan. tiada pendidikan tanpa anak
didik. Untuk itu siswa harus dipahami dan dilayani sesuai dengan hak dan
yang secara sosiologis berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola sekolah,
telah membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan sosial. Masing-
masing memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Potensi dan kemampuan
2) Guru
Guru adalah sebuah profesi. Oleh karena itu, pelaksanaan tugas guru harus
mengemban tugas mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan. Untuk itu guru
Oleh karena itu, tidak semua orang bisa menjadi guru yang profesional.
21
menguasai metode pembelajaran, menguasi materi, menguasai cara mengevaluasi,
144).
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mangajar.
Menurut Usman (1993: 7) ada empat peran guru dalam pembelajaran, yaitu: (1)
sebagai demonstrator, lecturer (pengajar), (2) sebagai pengelola kelas, (3) sebagai
3) Tujuan
Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai
tanpa tujuan bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan dan
Tujuan belajar adalah sejumah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa
keterampilan dan sikap-sikap yang baru yang diharapkan tercapai oleh siswa
4) Materi
Materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya yang tertuang dalam
22
pembelajaran. Setiap aktivitas belajar-mengajar harus ada materinya. Anak yang
sistematis agar mudah dipahami oleh anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan
karakteristik siswa.
5) Metode
6) Sarana/Alat/Media
Agar materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam
benda yang sesungguhnya, imitasi, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan sebagainya
yang dituangkan dalam media. Media itu dapat berupa alat elektronik, alat cetak,
dan tiruan. Menggunakan sarana atau alat pembelajaran harus disesuaikan dengan
Oleh karena itu diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan
kecakapan yang memadai (Asnawir, 2002: 17) diperlukan tenaga pengajar yang
7) Evaluasi
sehingga ada penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi
23
dilaksanakan secara komprehensif, obyektif, kooperatif, dan efektif. Dan evaluasi
Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar
adanya evaluasi, maka dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau individu
8) Lingkungan
lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan psikologis pada waktu PBM
sehingga belajar anak dapat maksimal untuk mencapai hasil yang maksimal pula.
meliputi tujuh aspek yaitu: (1) tujuan pendidikan dan pengajaran, (2) peserta didik
atau siswa, (3) tenaga kependidikan khususnya guru, (4) perencanaan pengajaran
24
Menurut Arikunto (1990: 216), unsur-unsur atau komponen-komponen yang
siswa, kurikulum, konteks, metode, dan sarana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Kurikulum
Guru Konteks
Pembelajaran
Siswa Metode
Sarana
Dari gambar di atas, nampaknya setiap unsur dapat dikatakan penting dan
selain guru, yakni konteks, siswa, kurikulum, metode, dan sarana, tidak dapat
menunjukkan peran yang berbeda tanpa mengubah posisinya, namun disisi lain
(1) Guru, konteks, siswa, kurikulum, metode, media, sarana adalah unsur yang
(3) Guru merupakan unsur yang mempunyai peran amat penting bagi
25
3. Manajemen Pembelajaran
mengajar dalam rangka tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan
b. Manajemen Modern
sesuatu dengan baik sejak dari awal hingga proses akhir atau produksi atau
peran manajemen tersebut meliputi: (1) Peran interpersonal, yang meliputi peran
simbol, dan peran penghubung sebagai pihak eksternal organisasi; (2) Peran
informatif, yang meliputi peran untuk memonitor kegiatan dalam organisasi, dan
peran sebagai juru bicara dipihak ekternal organisasi, (3) Peran pengambilan
26
baik dari dalam maupun dari luar organisasi, peran pengalokasian sumberdaya,
berikut: (1) cara mencari pendekatan pemecahan masalah, (2) metode yang
digunakan, (3) penggunaan inovasi, (4) upaya peningkatan, (5) jangka waktu yang
(8) penekanan sumberdaya, (9) motivasi peningkatan kualitas, dan (10) arah
pengembangan.
27
tradisional berusaha memecahkan masalan secara “cepat-tepat” dalam arti
modern digunakan berbagai teknik untuk mengukur kualitas, seperti diagram alir
(flow chart), analisis kapasitas (capacity analyses), diagram kegiatan (run charts)
dan matriks.
ketat, bersifat top down, karyawan merasa takut pada pemimpin mereka,
berorientasi pada diri sendiri, dan tidak mendukung adanya perubahan. Sementara
28
itu, manajemen modern menggunakan team work yang mandiri, dengan
c. Perencanaan Pembelajaran
Menurut Bafadhal (2003: 42), rencana merupakan acuan dalam upaya untuk
dalam pengambilan keputusan terhadap tindakan yang akan dilakukan pada waktu
pembelajaran.
29
3) Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari
yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala
tingkatan kompleksitasnya.
bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan
sebuah proses. Menurut Bafadhal (2003: 43) sebagai sebuah proses, ada beberapa
30
Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa: (1) keberhasilan
secara objektif; (3) perencanaan harus diarahkan pada pencapain tujuan, sehingga
d. Pengelolaan Pembelajaran
dimulai dari perencanaan pembelajaran itu sendiri. Langkah pertama yang harus
tiga aspek penting yang di istilahkan oleh Bloom (1956) merupakan domain
memilih pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa sesuai dengan tujuan
31
3) Kegiatan belajar mengajar. Menentukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai,
pendekatan individu.
fungsi dan tugasnya dengan baik, maka guru harus memiliki kemampuan untuk
5) Bahan dan alat. Pemilihan bahan dan alat juga merupakan bagian dari system
perencanaan pembelajaran.
6) Fasilitas fisik. Fasilitas fisik merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap
bersumber dari buku ajar atau materi pelajaran yang disediakan oleh sekolah
belajar mengajar Bahan yang dimaksudkan bias berupa bahan tertulis maupun
32
Agar menghasilkan lulusan yang berkualitas dengan kemampuan yang utuh
a) Sumber Belajar
Sering kita dengar istilah sumber belajar (learning resources), orang juga
diketahui hanya perpustakaan dan buku sebagai sumber belajar. Padahal secara
tidak terasa apa yang mereka gunakan, orang, dan benada tertentu adalah
dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai
cetakan, video, format perangkat lunak (soft ware) atau kombinasi dari berbagai
b) Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan
dasar secara runtut dan sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai
semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Bahan ajar merupakan informasi, alat
implementasi pembelajaran.
33
Dari berbagai pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa bahan
ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta
c) Pengelolaan Media
(1) Media berbasis visual. Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin di
foto, gambar/ilustrasi, sketsa, grafik, bagan, achart, dan gabungan dari dua
pembelajaran. CAI bisa berbentuk tutorial, drills and practice, simulasi dan
permainan.
menggunakan lebih dari satu media, bisa berupa kombinasi antara teks grafik,
34
Dalam pembelajaran seringkali terjadi penyimpangan-penyimpangan
sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien. Salah satu usaha untuk
d) Pengelolaan Lingkungan
pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembalajaran,
kejenuhan dan rasa bosan. Di samping itu, iklim belajar yang kondusif harus
harmonis antara peserta didik dan guru dan diantara peserta didik itu sendiri, serta
(1) Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam
35
didik, terutama bagi mereka yang lambat belajar akan membangkitkan nafsu
remedial.
(3) Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman
dalam hal ini adalah penyediaan bahan pembelajaran yang menarik dan
menantang bagi peserta didik, serta pengelolaan kelas yang tepat, efektif, dan
efisien.
(4) Menciptakan suasana kerjasama saling menghargai, baik antar peserta didik
maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelolaan pembelajaran lain.
(5) Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran.
Dalam hal ini guru harus mampu memposisikan diri sebagai pembimbing.
yang dilaksanakan.
36
(6) Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara
peserta didik dan guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai
pada evaluasi diri (self assessment). Dalam hal ini, guru sebagai fasilitator
164-165).
e) Evaluasi Pembelajaran
langsung terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, perlu adanya
Menurut Krajeweski (1982) (dalam bafadhal, 2004: 65), ada dua asumsi
Melalui pengamatan dan analisis ini, seorang supervisor pendidikan akan mudah
Ada beberapa teknik dalam supervisi menurut Bafadhal (2004: 80), yaitu
37
mengunjungi dan penilaian diri sendiri (self assessment). Sementara teknik
D. Kerangka Berpikir
dalam perencanaan adalah bahwa perencanaan yang kita susun memiliki nilai
kesesuaian baik internal maupun eksternal. Kesesuaian itu harus sesuai dengan
mungkin guru merasa banyak alternatif yang di gunakan. Namun, hendaknya guru
f) Prediktif. Perencanaan pembelajaran yang baik harus memiliki daya ramal yang
daya ramal ini penting untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan
38
Seperti yang telah di kemukakan sebelumnya bahwa pengelolaan
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Belajar bukan hanya sekedar mencatat dan
Menentukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai, pada dasarnya kita dapat
orang yang terlibat. Peran guru dalam proses embelajaran adalah sebagai
dan tugasnya dengan baik, maka guru harus memiliki kemampuan untuk berbicara
tulis dan lain sebagainya, e) Bahan dan alat. Pemilihan bahan dan alat juga
39
evaluasi merupakan faktor penting dalam sebuah sistem perencanan pembelajaran.
diagram alur kerangka berpikir dalam penelitian ini seperti yang tertera dalam
gambar berikut:
Bentuk manajemen
pembelajaran
Pengelolaan Upaya
SMAN 1
pembelajaran Praya mendukung
kegiatan
pembelajaran
Manajemen Pembelajaran SMAN 1
Praya
Gambar. 2.3
Diagram Alur Kerangka Berpikir
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
metode studi kasus, lebih menekankan pada pengungkapan secara rinci dan
Pendekatan kualitatif dipilih karena objek penelitian ini berupa proses, kegiatan
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data
lebih daripada yang lain sebanyak 8 orang karena orang tersebut yang banyak
dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
kasus ini dimaksudkan agar dapat menggambarkan apa yang diamati untuk
41
dianalisis dan diinterpretasikan sesuai dengan kenyataan yang ada atau sebenarnya
B. Latar Penelitian
pada bulan Juli- Desember 2019. Peneliti memilih SMA Negeri 1 Praya karena
organisasi dan manajemen yang harus dipelajari dan dipahami oleh peneliti.
interest dan konflik minat yang tidak diharapkan sebelumnya. Untuk menghindari
observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi
sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan
pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan
karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu
42
memberikan data yang lengkap maka mencari orang lain lagi yang dapat
pilihan peneliti (tentang aspek apa, peristiwa apa, dan siapa yang dijadikan fokus
pada saat dan situasi tertentu), jadi sampling bersifat holistik kontekstual dan
maka yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah adalah Kepala Sekolah,
Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, Waka Humas, Waka Sarpras, Kepala TU,
C. Kehadiran Peneliti
merupakan instrumen penelitian utama yang memang harus hadir sendiri secara
43
peneliti harus bersikap hati-hati, terutama terhadap informasi kunci agar tercipta
pelapor dari hasil penelitian. Karena itu peneliti harus bisa menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi lapangan. Hubungan baik antara peneliti dan subjek
akan membantu kelancaran proses penelitian, sehingga data yang diinginkan dapat
berikut: (a) sebelum memasuki lapangan, peneliti terlebih dahulu meminta izin
kepada pihak sekolah/SMA Negeri 1 Praya, secara formal dan menyiapkan segala
peralatan yang diperlukan, seperti recorder, handycam, camera, dan lain-lain; (b)
surat izin, memperkenalkan diri pada komponen yang ada di lembaga serta
menyampaikan maksud dan tujuan; (c) secara formal memperkenalkan diri kepada
yang besifat formal maupun semi formal; (d) mengadakan observasi di lapangan
untuk memahami latar penelitian yang sebenarnya; (e) membuat jadwal kegiatan
44
berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan subjek penelitian; dan (f)
disepakati.
organisasi dan manajemen yang harus dipelajari dan dipahami oleh peneliti.
interest dan konflik minat yang tidak diharapkan sebelumnya. Untuk menghindari
1. Jenis Data
a. Data Primer
“Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini
tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data
ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden,
yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan
45
didasarkan atas informan dan rekomendasi dari informan kunci yang ada di
b. Data Sekunder
yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah
oleh media, situs Web, internet dan seterusnya (Uma Sekaran, 2011). Untuk
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dipilih sesuai kebutuhan sampai informasi
yang diperoleh sudah mencapai data yang lengkap. Subyek yang menjadi
informan dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Waka
Kesiswaan, Waka Humas, Waka Sarpras, Kepala TU, Guru, Siswa, dan
Perwakilan orang tua siswa/ komite sekolah. Pemilihan informan yang benar-
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (1) wawancara tidak
studi dokumen. Menurut Mulyana (2010: 162), ketiga teknik tersebut yang selalu
46
1. Wawancara tidak berstrukur (Unstructured Interview)
pengalamanya.
mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam dengan jumlah yang
langsung melalui tatap muka maupun lewat telepon dengan informan yang
47
mempertimbangkan susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri
setiap responden.
Suasana yang diamati selama proses peneliti meliputi, lokasi penelitian, situasi
Negeri 1 Praya.
terhadap komunitas), serta punya imajinasi yang kuat untuk merumuskan hasil
penelitian. Data yang diperoleh melalui pengamatan peran serta dicatat dan
pengamatan langsung.
Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini dapat disajikan pada tabel 3.1
berikut ini:
48
Tabel 3.1 Setting dan peristiwa yang diamati
No Ragam Situasi yang Diamati Keterangan
1 Keadaan fisik: Setting yang penting dan
a. Situasi lingkungan sekolah menarik akan
b. Ruang kepala, guru dan karyawan didokumentasikan
c. Ruang kelas dan pembelajaran lainnya (foto/shooting).
d. Sarana dan prasarana yang menunjang
pembelajaran.
e. Hiasan/tulisan/gambar yang dipajang
2 Kegiatan Pembelajaran: Dapat diperdalam melalui
a. Kegiatan siswa saat datang ke sekolah wawancara.
b. Persiapan sebelum siswa masuk ke kelas
c. Kegiatan proses pembelajaran baik di
dalam kelas maupun di luar kelas.
d. Kegiatan praktek
e. Kegiatan setelah KBM dilaksanakan
f. Kegiatan siswa saat pulang dari sekolah
3 Kegiatan lainnya:
a. Rapat atau pertemuan-pertemuan
b. Lomba sekolah sebagai penyeleng gara
c. Lomba di luar sekolah
d. Dan sebagainya yang ada kaitannya
dengan fokus penelitian.
3. Dokumentasi
tulisan dan rekaman, seperti halnya daftar nama tenaga pengajar, pembagian
jam tugas mengajar, keadaan siswa, berkas surat permohonan pelamar tenaga
49
antara lain: (1) merupakan sumber yang selalu tersedia, (2) informasinnya
stabil dan akurat, (3) sumber informasi yang kaya serta secara kontekstual
50
F. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2010: 338), analisis data terdiri dari tiga jalur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan
Pengumpulan
Data
Penyajian
Data
Reduksi
Data
Kesimpulan:
Penarikan/verifikasi
Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak peneliti memasuki
latar penelitian dengan cara menelaah setiap data yang dikumpulkan baik data
bentuk tulisan atau dokumen-dokumen. Semua data yang dikumpulkan dibaca dan
diteliti.
dalam kertas yang terpisah, setelah itu dibuat dalam bentuk rangkuman yang
berupa abstraksi agar tidak menyimpang dari pokok pembahasan. Setelah itu
memisahkan data-data yang dianggap penting dan yang kurang penting agar tidak
51
1. Reduksi Data
dengan cara memberi tanda dengan spidol berwarna pada poin-poin yang
ditemukan dalam catatan lapangan. Tanda yang berupa warna itu disesuaikan
dengan fokus penelitian, biru untuk fokus pertama, merah untuk fokus kedua,
dan hijau untuk fokus ketiga. Setelah itu mengorganisasi data dengan cara
mengumpulkan semua temuan dalam tanda yang sama. Misalnya poin yang
sudah diberi warna biru dikumpulkan dengan semua temuan dengan warna
yang sama biru dan seterusnya sehingga lebih mudah dibaca. Dengan demikian
dapat memberi warna gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan.
gambaran yang jelas mengenai bagian yang termasuk pada bagian fokus
sesuai dengan sub fokus. Pada tahap ini, peneliti membaca dan memahami
52
semua catatan yang telah terkumpul setiap kali kegiatan pengumpulan data
meberikan kode pada setiap data yang diperoleh baik melalui wawancara,
catatan lapangan, mencari data yang sesuai dengan kebutuhan peneliti dan
2. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh terdiri dari kata, kalimat,
atau paragraf, maka penyajian data yang paling sering digunakan adalah dalam
bentuk uraian (teks) naratif yang panjang. Namun bisa terjadi bahwa uraian
berlebihan. Maka dalam hal ini perlu adanya penyusunan dalam bentuk yang
53
tindakan (Miles dan Huberman, 1992). Penyajian data dalam penelitian ini
pengumpulan fokus dan paparan data dari hasil penelitian, dan bagian konteks
Analisis data akan dilakukan secara terus menerus baik selama maupun
menggambarkan suatu pola tentang peristiwa yang terjadi. Analisis data yang
yang terfokus, mencatat keteraturan pola-pola, dan alur sebab akibat yang
terjadi baru kemudian dibuat kesimpulan yang bersifat longgar dan terbuka,
yang pada mulanya belum jelas, lalu meningkat menjadi rinci dan mengakar
berdasarkan matriks yang telah dibuat menemukan pola, topik atau temasesuai
Keabsahan data merupakan hal yang amat penting dalam penelitian, karena
54
diteliti. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrument utamanya.
Oleh karena itu temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi
pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2010: 365). Menurut Damaianti dan
1. Kredibilitas
dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar dilapangan. Lincoln dan
ditempuh teknik pengecekan data melalui: (1) observasi yang dilakukan secara
sumber data, metode dan peneliti lain; (3) pengecekan anggota (member
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari informan yang satu dengan
55
informan lainnya. Misalnya dari Kepala Sekolah ke Waka Kurikulum ke Waka
informan yang satu dengan informan lainnya. Misalnya dari guru yang satu ke
guru lainnya, dari kepala ke wakil kepala sekolah dan juga sampai ke guru, dan
sebagainya.
pada subjek wawancara melalui dua cara. Cara pertama langsung pada saat
wawancara dalam bentuk penyampaian ide yang tertangkap peneliti pada saat
hasil wawancara yang sudah dibuat oleh peneliti. Didalam hal ini tidak setiap
oleh pihak-pihak tertentu yang dianggap sumber informasi dan yang sudah
2. Transferabilitas
dengan cara “uraian rinci”. Data yang ditemukan dapat ditransfer dalam kasus
56
yang sama dalam penelitian di lain tempat. Untuk kepentingan ini peneliti
khusus segala sesuatu yang diperlukan oleh pembaca, agar para pembaca dapat
sendiri bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsirannya yang diuraikan
3. Dependabilitas
tesis.
4. Konfirmabilitas
yang diperoleh objektif atau tidak. Hal ini bergantung pada persetujuan
telah disepakati oleh beberapa atau banyak orang dapat dikatakan objektif,
57
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan data dengan
para informan atau para ahli. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan
informasi, dan interpretasi yang dituangkan dalam laporan serta didukung oleh
Waka Kesiswaan, Waka Humas, Waka Sarpras, dan Kepala TU yang terlibat di
tempat penelitian.
58
BAB IV
SMA Negeri 1 Praya merupakan salah satu SMA Negeri yang berada Kota
Tenggara Barat. SMA Negeri 1 Praya yang merupakan sekolah menengah atas
Lingkungan sekolah sangat beragam yang terdiri dari instansi pemerintah, pusat
penduduk.
jumlah penduduk 96.128 jiwa (Oktober 2006). Kabupaten Lombok Tengah terdiri
dari 12 Kecamatan, 112 Desa dan 12 Kelurahan memiliki luas wilayah 6.125
kilometer persegi dengan jumlah penduduk 821.989 jiwa (Oktober 2006). Mata
pencaharian penduduk sangat beragam seperti PNS, TNI, Polri, Petani, Pedagang,
pemerintahan, ekonomi, bisnis dan adat budaya akan menerima dampak baik
59
Dengan kondisi seperti di atas SMA Negeri 1 Praya mulai tahun pelajaran
masyarakat.
masyarakat akhir-akhir ini akan berimplikasi pada tuntutan dan harapan tentang
model pendidikan yang mereka harapkan, dan dalam kaitan ini sekolah memiliki
telah terbuka dan bersaing untuk melakukan sesuatu yang terbaik secara kontinyu.
Dengan semboyan “Hari Esok Harus Lebih Baik dari Hari Ini”, maka SMA
Negeri 1 Praya terus berubah dan berbenah diri, tahan uji, dan mempunyai jiwa
sekolah yang dikelola yayasan (swasta). Hal ini menyebabkan semakin tidak
60
sekolah-sekolah yang berkualitas sangat diminati masyarakat dan akhirnya hanya
bisa survive dan tetapi diminati oleh masyarakat. Oleh karena itu, manajemen
bahwa apa yang telah dilakukan oleh SMA Negeri 1 Praya merupakan upaya
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka diperlukan arah dan tujuan
yang jelas. Tujuan tersebut merupakan impian atau cita-cita yang ingin dicapai
oleh seluruh personel organisasi. Cita-cita di masa datang yang disepakati oleh
SMA Negeri 1 Praya ini memiliki visi. Adapun yang menjadi visi pada
61
Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi
global.
kokoh dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama (sesuai dengan ajaran agama
global.
62
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan belajar secara efektif sehingga
sehingga tingkat berfikir dan bertindak dapat dilaksanakan secara arif dan
bijaksana.
berbudaya lingkungan.
yang ramah.
63
2. Terciptanya kehidupan religius di lingkungan sekolah yang tercermin dan
menyenangkan.
5. Terciptanya penerapan iptek bagi guru dan siswa pada seluruh mata
pelajaran.
10. Terciptanya lingkungan sekolah yang indah, sejuk, rindang, dan nyaman.
d. Sasaran
sasaran program, baik untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang. Sasaran program dimaksudkan untuk mewujudkan visi dan misi sekolah
64
Tabel 4.1: Sasaran Program Sekolah
SASARAN PROGRAM 4 SASARAN PROGRAM 4 SASARAN PROGRAM 4
TAHUN TAHUN KE 2 TAHUN KE 3
( 2007 / 2011 ) ( 2012 / 2016 ) ( 2017 / 2020 )
(Program Jangka Pendek) (Program Jangka Menengah) (Program Jangka Panjang)
1. Kehadiran Peserta didik, Guru 1. Kehadiran Peserta didik, 1. Kehadiran Peserta didik,
dan Karyawan lebih dari 95%. Guru dan Karyawan lebih Guru dan Karyawan lebih
dari 97%. dari 99 %.
2. Target pencapaian rata-rata 2. Target pencapaian rata-rata 2. Target pencapaian rata-
Nilai Ujian Akhir 6,01. NUAN lulusan 7,01. rata NUAN lulusan 8,00.
3. 75 % lulusan dapat diterima di 3. 80 % lulusan dapat diterima 3. 85 % lulusan dapat
PT, baik melalui jalur PMJK di PT baik melalui jalur diterima di PT baik
UMPTN maupun jalur lain. PMJK, UMPTN maupun melalui jalur
jalur lain. PMDK,UMPTN maupun
jalur lain.
4. Kegiatan intrakurikuler dan 4. Kegiatan intrakurikuler dan 4. Kegiatan intrakurikuler
ekstrakurikuler dapat menjadi ekstrakurikuler dapat dan ekstrakurikuler dapat
finalis dan juara di tingkat menjadi finalis di tingkat menjadi juara I di tingkat
propinsi nasional nasional
5. 35 % peserta didik dapat aktif 5. 75 % peserta didik dapat 5. 100 % peserta didik dapat
berbahasa Inggris secara aktif. aktif berbahasa Inggris aktif berbahasa Inggris
secara aktif. secara aktif.
6. 100 % peserta didik dapat 6. 100 % peserta didik dapat 6. 100 % peserta didik dapat
mengoperasikan mengoperasikan program mengoperasikan program
mengoperasikan program Ms komputer (Microsoft Word , komputer (Microsoft
Word dan Ms Excel Excel, Power point, Internet Word , Excel, Power
dan Photoshop). point, Internet, Photoshop
dan Bahasa Pemrograman
Pascal).
8. Memiliki ruang Lab. Komputer 8. Memiliki stadion mini dan 7. Penambahan 1 unit Lab.
dan Lab. IPS. Bengkel Matematika Komputer
9. Menjadi finalis lomba sekolah 9. Pencapaian sekolah 8. Pencapaian sekolah
adiwiyata tingkat provinsi. Adiwiyata Adiwiyta tahap Mandiri
tahap Pemberdayaan.
3. Keadaan Sekolah
m2, luas bangunan 2.368 m2, dan di sekitar sekolah dikelilingi oleh pagar
65
Tabel 4.2: Keadaan Tanah dan Bangunan
No. JENIS LUAS/PANJANG SATUS
1 Tanah 15.642 m2 MILIK NEGARA
2 Bangunan 2.368 m2 MILIK NEGARA
3 Pagar 606 m MILIK NEGARA
2) Gedung Sekolah
3) Personil Sekolah
SMA Negeri 1 Praya didirikan pada tahun 1967 sesuai dengan surat
66
Pimpinan sekolah yang pernah bertugas di SMA Negeri 1 Praya sejak awal
berdirinya (1967) sampai saat ini adalah seperti yang terdapat pada tabel berikut:
Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 84 orang, terdiri atas guru 72
orang (51 orang Guru Tetap, 21 orang Guru Tidak Tetap), karyawan tata usaha
13 orang (11 orang Karyawan Tetap, 2 orang Karyawan Tidak Tetap), dan
berstatus guru PNS dan guru Guru Tidak Tetap (GTT) sebanyak 19,75%.
peserta didik SMA Negeri 1 Praya dari tahun pelajaran 2000/2001 sampai dengan
67
Tabel 4.6: Data Keadaan Peserta Didik SMA Negeri 1 Praya Tahun
Pelajaran 2014/2015 s.d. 2018/2019.
Tahun Jumlah
Kelas Jumlah
Pelajaran Keseluruhan
X 330
2014/2015 XI 316 920
XII 274
X 355
2015/2016 XI 331 1004
XII 318
X 356
2016/2017 XI 362 1050
XII 332
X 318
2017/2018 XI 367 1048
XII 363
X 337
2018/2019 XI 319 1021
XII 365
1021 orang. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas merata. Peserta didik di
kelas X ada sebanyak 11 rombongan belajar yang terdiri dari peminatan MIPA 8
belajar dan peminatan Bahasa dan Budaya (BB) 1 rombongan belajar. Peserta
didik di kelas XI ada sebanyak 11 rombongan belajar yang terdiri dari peminatan
rombongan belajar dan peminatan Bahasa dan Budaya (BB) 1 rombongan belajar.
Sedangkan peserta didik di kelas XII ada sebanyak 11 rombongan belajar yang
Sosial (IPS) 2 rombongan belajar dan peminata Bahasa dan Budaya 1 rombongan
belajar.
68
Sebanyak 80 % peserta didik berasal dari Kecamatan Praya, sementara
sisanya yang 20% berasal dari luar Kecamatan Praya. Siswa yang berasal dari luar
Jumlah
Kelas Jumlah
Laki-laki Wanita
X Bahasa & Budaya 3 18 21
X MIPA 94 165 259
X IPS 29 28 57
XI Bahasa & Budaya 11 13 24
XI MIPA 90 150 240
XI IPS 24 31 55
XII Bahasa & Budaya 10 18 28
XII MIPA 108 163 271
XII IPS 28 38 66
JUMLAH 397 624 1021
Peserta didik yang tidak naik kelas dan yang putus sekolah (Droup-Out) dari
Tabel 4.8: Data Peserta Didik Yang Tidak Naik Kelas dan Putus Sekolah.
Tahun Jumlah
Tidak Putus
Kelas Jumlah Keseluruh
Pelajaran Naik Sekolah/DO
an
X 330 - -
2014 / 2015 XI 316 920 - -
XII 274 - -
X 355 - -
2015 / 2016 XI 331 1004 - -
XII 318 - -
X 356 - -
2016 / 2017
XI 362 1050 - -
69
Tahun Jumlah
Tidak Putus
Kelas Jumlah Keseluruh
Pelajaran Naik Sekolah/DO
an
XII 332 - -
X 318 - -
XI 367 1048 - -
2017 / 2018
XII 363 - -
X 337 - -
2018 / 2019 XI 319 1021 - -
XII 365 - -
Keadaan peserta didik yang tidak naik kelas dan putus sekolah pada tahun-
tua dan peserta didik tentang arti pentingnya pendidikan, selain juga karena faktor
kesulitan ekonomi.
bantuan dari berbagai pihak. Pada tahun pelajaran 2018/2019 peserta didik yang
Miskin (BKM) sebanyak 116 orang siswa, Beasiswa Siswa Berprestasi sebanyak
Tabel 4.9. Perkembangan Nilai Ujian Nakhir Nasional pada Bidang Minat Bahasa
Budaya Tahun Pelajaran 2013/2014 sd 2017/2018
NO MATA PELAJARAN 13/14 14/15 15/16 16/17 17/18
70
NO MATA PELAJARAN 13/14 14/15 15/16 16/17 17/18
b. Peminatan MIPA
Tabel 4.10. Perkembangan Nilai Ujian Nakhir Nasional pada Bidang Minat MIPA
Tahun Pelajaran 2013/2014 sd 2017/2018
NO MATA PELAJARAN 13/14 14/15 15/16 16/17 17/18
c. Peminatan IPS
Tabel 4.11. Perkembangan Nilai Ujian Nakhir Nasional pada Bidang Minat IPS
Tahun Pelajaran 2013/2014 sd 2017/2018
NO MATA PELAJARAN 13/14 14/15 15/16 16/17 17/18
Sementara itu mata pencaharian otang tua/wali murid siswa SMA Negeri 1 Praya
71
adalah sebagai berikut: PNS sebanyak 545 orang atau sama dengan 53,38%,
Orang sama dengan 3,62 %, Petani sebanyak 210 Orang atau sama dengan
5. Kerjasama Sekolah
Komite Sekolah SMA Negeri 1 Praya. Adapun peran dan fungsi Komite
Sekolah adalah:
Peran:
pendidikan.
Fungsi:
72
2. Melakukan kerja sama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan
pendidikan mengenai:
Kerja sama antara sekolah dengan alumni belum dapat digali secara
73
B. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian
prinsip manajemen modern. Hal dapat terlihat melalui beberapa ciri dan upaya
setiap rapat atau kegiatan lainnya dan mengobarkan visi dan misi yang
sangat kuat.
74
b. Prioritas Usaha Pada Jangka Panjang
panjang yang harus ditempuh dengan misi yang kuat. Sebagai salah satu
melaksanakan rencana yang telah disusun. Hal ini sesuai dengan apa yang
M.Pd:
organisasi atau lembaga bukan aspek materiil tetapi aspek sumber daya
75
motivasi para pegawai, baik dari aspek pemenuhan kesejahteraan para
Hal ini dapat dilihat melalui hasil wawancara penulis dengan Kepala
merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam rangka mencapai tujuan. Melihat
pendidikan dan pelatihan kepada para guru dan pegawai. Hal ini dapat dilihat
bahwa:
guru dan karyawan. SMA Negeri 1 Praya juga mewajibkan bagi setiap guru
76
kreatif dalam membuat berbagai materi maupun media belajar bagi siswa. Hal
“Untuk tahun depan target kita baik sekolah dan terutama bagi
guru-guru adalah membuat media pembelajaran sebanyak-
banyaknya.” (W/Kepsek/No.11.2d/14 Juni 2019).
hanya berupa sesuatu hal yang bersifat materiil saja akan tetapi hal yang
memiliki prestasi atau unjuk kerja yang baik. Sebagai sebuah lembaga modern
kegiatan pendidikan dan pelatihan. Hal ini seperti yang diungkapkan kepala
pengamatan peneliti dilapangan anak sangat senang dan bangga sekali ketika
77
mereka mendapatkan point prestasi, sehingga mereka berkompetisi untuk
mendapatkan point tersebut. Hal ini juga dalam dilihat melalui wawancara
“Untuk memotivasi anak dalam belajar, kita ada sistem reward and
punishment. Ada point prestasi dan bintang prestasi, misalnya kalo
ada dapat nilai bagus dapal PR (pekerjaan rumahnya), maka
tergantung gurunya mau diberi point berapa, bisa 3 atau 4 point.
Kalau dimatematika ada bintang prestasi, bedanya kalo poin
prestasi, bentuknya gambar-gambarl, kalo bintang prestasi
bentuknya tropi, kemudian di akhir semester akan diambil tiga
siswa terbaik untuk tiap bidang studinya, yaitu terutama yang
nilainya terbanyak agama dan tebanyak umum. Dari dua kategori
itu kita ambil tiga anak, jadi ada enam orang. Biasanya hadiahnya
berupa bingkisan, tetapi untuk yang bintang kelas kita beri tropi
pada saat wisuda, itu diberikan untuk setiap kelas.”
(W/Wakur/No.2d/30 Mei 2019).
a) Perencanaan Pembelajaran
perencanaan yang baik dan matang, serta komitmen yang tinggi terhadap
tanpa perencanaan yang baik dan matang, maka sudah dapat diprediksi tujuan
yang ditetapkan sebelumnya tidak dapat tercapai atau bahkan dapat berakhir
dengan kegagalan. Ini bisa saja terjadi karena tanpa perencanaan, program
yang dilaksanakan tidak akan dapat terarah dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran di sekolah.
78
program-program serta langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. hal
ini dapat diungkap melalui wawancara penulis dengan Wakil Kepala Sekolah
sebagai berikut:
tahun sekali pada waktu liburan. Masing-masing Wakil Kepala Sekolah serta
program yang akan dibahas dalam raker. Hal ini bertujuan menentukan
acuan dan target yang jelas. Hal ini sebagaimana data di bawah ini;
79
Waka Kurikulum, Waka Keuangan dan Waka Kesiswaan masing-
masing menuangkan program kerjanya untuk periode pembelajaran
2018/2019 dalam raker yang dibahas pada kamis 13 Juni 2018 di
SMA Negeri 1 Praya. Hal ini merupakan kegiatan rutin setiap awal
tahun pelajaran pada hari libur. Hal ini dimaksudkan untuk
menyusun kembali program-program pembelajaran berdasarkan
hasil evaluasi pembelajaran sebelumnya. (D/PKM/13 Juni 2019).
dasar utama yang harus diperhatikan dalam proses perencanaan yaitu sikap
amanah dan keinginan untuk melayani siswa. Jadi apapun bentuk program
yang akan direncanakan harus berorientasi pada tujuan yaitu untuk melayani
sebagai berikut:
80
Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Dra. Hj. Sri Hartatiningsih, sebagai
berikut:
wawancara berikut:
b) Pengelolaan Siswa
1) Seleksi siswa
Memahami pentingnya hal tersebut, maka upaya yang dilakukan SMA Negeri
1 Praya adalah mengadakan seleksi masuk siswa secara ketat. Seleksi ini
terdiri dari dua macam yaitu: pertama, tes umum dari sekolah, dan kedua, tes
psikologi dan IQ oleh tim dari mitra yang bekerjasama dengan sekolah. Hal ini
dapat dilihat melalui wawancara dengan Bapak Hamdan, M.Ag berikut ini:
81
minat serta bakat siswa, yang kedua adalah tes umum dari sekolah
yang mencakup aspek pengetahuan dan agama”.
(W/Wakur/No.23.2b/15 Juli 2019).
2) Pengelompokan siswa
di atas rata-rata dan dibawah rata, hal ini sebagai bagian dari proses pelayanan
pendidikan yang profesional kepada siswa, sebagai mana data berikut ini:
82
atau tingkat evaluasinya diturunkan sesuai dengan kompetensi
dasar yang telah ditentukan.” (W/Wakur/No.2a/30 Mei 2019).
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Drs. H. Muchin Amin salah satu guru
mereka dikumpulkan dengan anak yang memiliki sifat yang sama, cara ini
belajar pada anak. Hal tersebut dimaksudkan agar guru lebih mudah dalam
anak bisa berubah-ubah sesuai dengan kebijakan guru yang mengajar, hal
tersebut dimaksudkan agar siswa dapat mengenal semua teman yang ada di
kelasnya dan bisa bersosialisasi dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat
83
Akan tetapi untuk memudahkan monitoring mereka perlu
dikelopokkan, misalnya dari aspek kinestetik, yang suka bergerak
kita kelompokkan mereka, kita suruh untuk maju mengerjakan
soal-soal, yang suka gambar kita ajak ke audio visual.”
W/Wakur/No.2a/30 Mei 2019).
“Salah satunya sudah disetting oleh wali kelas dan juga oleh guru-
guru yang mengajar. Kalo saya sering memberi pengertian kepada
anak-anak, misalnya memberi informasi kepada anak-anak. Kalo
sebelum masuk kelas siswa disiapkan oleh yang piket atau ketua
kelas, kemudian masuk dan dilakukan kegiatan literasi dengan
berdo’a sampai jam 7 kemudian baru pelajaran. Kemudian untuk
pengelompokan siswa di dalam kelas sangat bervariasi tergantung
guru, satu bulan sekali pasti posisi mereka dirubah dan posisi
bangkunya juga berubah, jadi siswa tidak hanya main dengan satu
teman, tapi mereka bisa bersosialisasi. Dengan semua teman-teman
di dalam kelas, minimal bisa mengenali masing-masing karakter
dari siswa yang lain. Kemudian untuk pengelompokan kelas disini
heterogen tidak homogen. (W/Waksis/No.6.2a/30 Mei 2019)
3) Pengelolaan Guru
yang berperan dalam pembentukan sumber daya manusia yang potensial, oleh
karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan harus
berperan aktif sebagai tenaga yang profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat
yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap
diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu
SMA Negeri 1 Praya memberikan kesempatan bagi para guru untuk ikut
dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat melalui data wawancara sebagai berikut:
84
“Sekolah punya program latihan setiap tahunnya bagi guru baik
untuk keterampilan belajar, mengajar atau keterampilan baru
tentang pembelajaran yang ditemukan oleh tokoh-tokoh baru,
lembaga atau konsorsium. Maka akan kita ambil tanpa menunggu-
nunggu lagi. Kita”.(W/Wakur/No.3/30 Mei 2019).
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran), di samping itu juga ada KKKS (Kelompok
Kerja Kepala Sekolah). Hal ini sebagaimana ungkapan Lalu Ruspandi salah satu
Data ini diperkuat oleh informasi yang diberikan oleh Nurmiana, M.Pd
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka
85
di dalam sekolah termasuk guru. Sebagaimana hasil wawancara dengan kepala
pembelajaran, karena suatu hasil akhir yang baik dalam pembelajaran sangat
dituturkan oleh Nurmiana, M.Pd salah satu guru SMA Negeri 1 Praya:
digunakan di SMA Negeri 1 Praya agar proses belajar lebih baik. Hal ini
Negeri 1 Praya:
lapangan, sebelum siswa masuk kelas terlebih dahulu semua siswa di sambut oleh
86
guru-guru yang berada di pintu gerbang dengan mengucapkan salam. Hal ini
dimaksudkan agar guru lebih dekat dengan anak dan lebih mengenal pribadi anak.
Hal ini juga diperkuat oleh hasil wawancara dengan Drs. H. Lalu Juanda
5) Pengelolaan Metode
pembelajaran di sekolah. Ada berbagai macam metode yang bisa digunakan dalam
tetapi harus berpusat kepada siswa dan siswa harus terlibat. Sekolah menggunakan
87
“Yang terpenting adalah terjadinya pelibatan anak dalam
pembelajaran, yang paling pokok adalah metodologi, metodologi
yang kita gunakan kita sarikan dari metodologi yang sudah ada
yaitu Quantum teaching, Quantum Learning atau pembelajaran
PAKEM, yaitu pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan.
(W/Kepsek/No.10.1c/14 Juni 2019).
Quantum Teaching dan Learning, akan tetapi memadukan dari berbagai macam
metode yang ada dan sudah teruji dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar
siswa tidak bosan dalam proses pembelajaran, karena guru bisa menggunakan
berbagai metode. Akan tetapi sekolah melarang guru terlalu sering menggunakan
metode ceramah, hal ini dikarenakan tidak sesuai dengan Kurikulum 2013 dan
88
pelibatan anak dalam pembelajaran tidak boleh tergesa-gesa guru
menyampaikan pembelajaran.” (W/Kepsek/10.1c/14 Juni 2019).
Data di atas, juga diperkuat oleh ungkapan Nurmiana, M.Pd salah seorang
6) Pengelolaan Media/Sarana
Adanya media dan kemampuan guru dalam memilih media yang sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai merupakan pertimbangan penting dalam proses
pembelajaran. Pemilihan media yang kurang tepat bahkan sama sekali tidak
relevan dapat mengurangi daya tangkap siswa terhadap bahan ajar yang dipelajari.
Sebab pemilihan media yang kurang tepat bukan menambah kejelasan informasi
89
yang diberikan justru akan menambah kekaburan informasi yang diperoleh. Oleh
karena itu, pemilihan media harus dilakukan secara lebih cermat dan tepat sasaran.
Dalam pengelolaan media di SMA Negeri 1 Praya diatur oleh sekolah, akan
tetapi jika guru bisa membuat media sendiri dalam pembelajaran sekolah akan
memberikan point tersendiri bagi mereka. Hal ini sebagai mana yang diungkapkan
sekolah juga menggunakan media internet dalam pembelajaran, agar para siswa
setiap guru membuat dapat membuat satu media pembelajaran. Sebagaimana yang
90
atau operasional konkrit yaitu bahwa dia akan bisa menerima
materi yang abstrak, apabila dibantu dengan media pembelajaran,
seperti kubus, maka anak harus diperlihatkan kubus betulan, jadi
harus konkrit kemudian semi konkrit, kubus itu jika digambarkan
seperti ini, kemudian abstraknya dengan kata-kata bukan
sebaliknya.” (W/Kepsek/No.11.2d/14 Juni 2019).
zaman dan derasnya arus teknologi dan informasi membuat sekolah harus selalu
layan. Seperti yang diungkapkan Drs. H. Ahmad Dimyati, M.Pd berikut ini:
“Dari sarana prasara atau media kita penuhi, atau kita adakan kalau
diperlukan, misalnya buku atau komputer dan media pembelajaran
lainnya.” (W/Wakur/No.23.2e/15 Juni 2019).
dirawat dengan baik, sekolah juga mengelola media tersebut mulai dari
akan tetapi guru jarang sekali yang menggunakan media elektronik seperti LCD,
Flash dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan sekolah masih belum memliki
sebagaimana yang penulis sebutkan di atas. Hal ini sebagaimana informasi yang
91
“Secara umum, sekolah ini punya sarana yang cukup, akan tetapi
kurang bisa merawat, kalo di IPA ada media untuk membuktikan
adanya udara, kadang-kadang penggunaannya kurang maksimal,
karena belum punya tempat khusus untuk media center.”
(W/Guru/No.14.2d/14 Juni 2019).
a. Supervisi pembelajaran
Evaluasi manajemen sekolah terhadap pembelajaran memegang peranan
yang penting baik dalam penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya,
maupun pengambilan keputusan dalam kurikulum dan pembelajaran.
Hasil evaluasi pembelajaran dapat digunakan oleh sekolah atau
pemegang kebijakan, dalam memilih dan mengembangkan model atau sistem
pembelajaran akan digunakan selanjutnya. Hasil-hasil evaluasi ini juga dapat
digunakan oleh guru-guru atau kepala sekolah dan pelaksanan pendidikan
lainnya dalam membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran,
memilih media dan alat bantu pembelajaran, cara penilaian dan sarana atau
fasilitas pendukung lainnya.
Bentuk evaluasi manajemen sekolah terhadap pembelajaran belum dapat
dilakukan setiap hari, karena di sekolah ini masih banyak guru-guru senior
dengan masa kerja yang berfariasi. Pembahasan persoalan pembelajaran,
kendala baik guru dan siswa dalam proses pembelajaran serta persoalan
sekolah secara umum blm dapat dilakukan secara menyeluruh. SMA Negeri 1
Praya belum optimal dalam menerapkan teknik supervisi dalam pembelajaran
di sekolah, sebagaimana wawancara dengan Drs. H. A. Jus'an, M.Pd sebagai
berikut:
“Yang sering kita gunakan adalah supervisi kolektif, setiap hari
Jum’at rapat evaluasi atau mungkin ada informasi-informasi dari
luar yang dikorelasi misalnya MGBS (Musyawarah Guru Bidang
Studi) yaitu mereka kumpul-kumpul untuk membahas bagaimana
pembelajaran yang baik, kemudian bagaimana targetnya,
bagaimana membuat medianya.” (W/Kepsek/No.11.2d/14 Juni
2019).
92
Hal ini juga diperkuat oleh informasi yang diberikan salah seorang guru
di SMA Negeri 1 Praya, bahwasanya salah satu bentuk evaluasi pembelajaran
dilakukan dengan supervisi. Berikut ini paparan wawancara peneliti dengan
Didik Ery Risdiyanto, M.Pd:
“Salah satunya adalah dalam bentuk supervisi, dan yang dipakai
menggunakan teori Glickmen, diantar item-item supervisinya
adalah tingkat ketercapaian minimal tiap kelas, kemudian evaluasi
ini dilakukan setiap hari, isinya tentang persoalan sekolah secara
umum atau informasi sekolah, kemudian permasalah tentang kelas
jam 13.00 sampai 14.00, dan diikuti oleh semua guru dan
karyawan, dipimpin langsung oleh kepala sekolah, kemudian
tentang kekurangan guru evaluasinya secara personal.”
(W/Guru/No.14.2f/14 Juni 2019).
93
menyangkut persiapan mengajar, kemudian bagaimana dia
membawakan materi pembelajaran, kemudian bentuk evaluasinya,
misalnya untuk materi ini evaluasinya dengan tulis, cocok atau
tidak, itu juga disupervisi, selain itu evaluasi formatif dan sumatif.”
(W/Guru/No.17.2e/14 Juni 2019).
Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Astar, S.Pd salah satu guru di
SMA Negeri 1 Praya, dia mengatakan:
“Kita menggunakan instrument tesendiri, misalnya apa yang mau
kita nilai, misalkan menilai sikap, berapa aspek misalkan dan
berapa nilai tertinggi untuk masing-masing aspek. Kemudian
bentuk evaluasi proses pembelajaran ada supervisi, kemudian
diskusi antara guru, misalkan saya dengan team teaching.”
(W/Guru/No.19.1e/15 Juni 2019).
Supervisi dilakukan oleh pihak sekolah dalam hal ini oleh kepala sekolah
dan teman sejawat. Hal ini dimaksudkan agar guru saling mengasah
kemampuan dalam bidang mengajar mereka, memberikan masukan dan kritik
94
yang konstruktif. Sebagaimana wawancara dengan Drs.H.Ahmad Damyati,
M.Pd sebagai berikut:
“Untuk supervisi guru dalam proses pembelajaran, di SMA Negeri
1 Praya ini dilakukan oleh kepala sekolah dan rekan sejawat. Ini
dimaksudkan untuk lebih mengefektifkan kinerja atau unjuk kerja
guru dalam proses pembelajaran. Mereka dapat saling memberikan
masukan dan kritikan yang bersifat konstruktif agar kinerja mereka
semakin maksimal.” (W/Wakur/No.23.2g/15 Juni 2019).
Juga diperkuat oleh informasi yang diberikan Drs. H. Lalu Masri, M.Pd
berikut ini:
“Kegiatan terakhir dalam proses pembelajaran kita adalah evaluasi
yaitu tanya jawab baik secara tertulis maupun lisan dan praktik, dan
setiap guru harus melakukannya, ini dilakukan setiap hari setiap
akhir pelajaran, yaitu secara lisan, tulis dan praktik.”
(W/Waksis/No. 09/30 Mei 2019).
95
4. Upaya Manajemen Sekolah dalam Menggerakkan Sumber Daya untuk
mencapai Pembelajaran Unggulan di SMA Negeri 1 Praya.
a. Persiapan guru
Persiapan mengajar pada hakikatnya memproyeksikan apa yang akan
dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar adalah memperkirakan
tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen-
komponen pembelajaran, yakni kompetensi dasar, materi standar, indikator
hasil pembelajaran, skenario pembelajaran dan penilaian berbasis kelas
(PBK).
Membuat persiapan pembelajaran merupakan tugas guru yang paling
utama. Rencana pembelajaran merupakan realisasi dari pengalaman belajar
siswa. Guru dapat mengembankan rencana pembelajaran dalam berbagai
bantuk (Lembar Kerja Siswa, Lembar Tugas Siswa dan lain-lain.
Persiapan yang dilakukan oleh guru-guru di SMA Negeri 1 Praya
menurut pengamatan peneliti adalah mempersiapkan materi yang akan
diajarkan dan pemilihan media yang tepat dalam pembelajaran. Selain itu
guru-guru menyiapkan bahan-bahan yang bisa dijadikan sebagai sumber
belajar. Hal ini lebih lanjut dapat dilihat melalui wawancara dengan Astar,
S.Pd berikut ini:
“Guru harus mencari alat untuk mengajar, misalkan saya mengajar
tentang berat, maka saya mencari timbangan, bawa beras atau gula
dari rumah. Kalau tentang rasa anak-anak saya suruh untuk
membawa gula atau garam. Di samping itu guru-guru harus
membuat jurnal, karena persiapan mengajarnya sudah dibuat.”
(W/Guru/No.18.3a/14 Juni 2019).
96
baik pula hasil yang akan dicapai. Oleh karena itu, di awal tahun guru harus
menyerahkan administrasi pembelajaran. Hal ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh Drs.H.Ahmad Damyati, M.Pd berikut ini;
“Dari awal guru-guru sudah mengetahui tugas-tugasnya, yaitu
administrasi guru sudah harus diserahkan di awal.”
(W/Wakur/No.24.3a/15 Juni 2019).
97
Sebagai subjek pendidikan, guru dituntut memiliki pribadi yang baik dan
menyenangkan. Di SMA Negeri 1 Praya guru-guru dalam berhubungan
dengan siswa dituntut untuk sabar, bisa menjadi teladan dan disenangi anak-
anak. Karena hal ini akan memberikan dampak psikologis terhadap siswa
dalam pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan Drs.H.Ahmad Damyati,
M.Pd, mengatakan:
“Guru harus menciptakan suasana yang menyenangkan dari diri
sendiri. Bahwasannya dia harus menjadi guru yang sabar, yang bisa
diteladani, disenangi anak-anak. Mulainya dari sikap. Keberhasilan
guru dalam mengelola kelas tergantung pada guru masing-masing,
melalui penampilan dan lain-lain.” (W/Wakur/No.24.3b/15 Juni
2019).
Memotivasi siswa agar mau belajar, merupakan salah satu upaya yang
harus dilakukan baik oleh guru maupun sekolah. Secara psikologis anak usia
98
sekolah dasar masih suka bermain, oleh karena itu diperlukan keterlibatan
orang tua dalam mendukung anak agar mereka mau belajar. SMA Negeri 1
Praya melakukan komunikasi dengan orang tua sebagai salah satu cara agar
bawah ini:
1 Praya menggunakan sistem point prestasi atau bintang untuk memacu siswa
sehingga mereka berkompetisi untuk mendapatkan point tersebut. hal ini juga
sebagai berikut:
99
“Biasanya secara langsung atau tidak langsung memberikan
reward, misalnya memberikan point prestasi, setiap mengerjakan
PS atau PR dapat nilai 100 tiga kali berturut-turut maka dapat
point dan anak-anak semangat sekali untuk berpacu dengan
temannya yang lain.” (W/Guru/No.21.3b/15 Juni 2019).
sebagai berikut:
Lebih lanjut hal ini diperkuat oleh pernyataan Hj. Hardiyani Setyati,
“Kita pakai lembar prestasi, jadi yang nilainya bagus dapat gambar,
kemudian diakhir tahun yang paling banyak point prestasinya
ditukar dengan “door prize”, dari wali kelas atau sekolah, selain itu
jug dorongan secara moral.” (W/Guru/No.18.3b/14 Juni 2019).
3) Pendekatan Emosional.
Cara yang sering pula dilakukan oleh memotivasi belajar anak baik di
100
d. Peningkatan prestasi belajar siswa
101
“Perlakuan kita terhadap anak-anak yang rata-rata dan di bawah
rata-rata adalah sama, akan tetapi pada saat tertentu kita perlakukan
khusus. Caranya kita lakukan pembelajaran bersama kemudian kita
evaluasi, setelah evaluasi pertama akan kelihatan mana yang masuk
rata-rata dan mana yang masuk di bawah rata-rata, kemudian nanti
akan dilakukan evaluasi tingkat kedua, yang di atar rata-rata akan
dilakukan pengayaan, yang di atas rata-rata diambil suatu kebijakan
boleh ikut boleh tidak, sedangkan untuk yang di bawah rata-rata dia
harus remidi atau tingkat evaluasinya diturunkan sesuai dengan
kompetensi dasar yang telah ditentukan’. (W/Wakur/No.2a/30 Mei
2019).
102
2) Penggunaan metode problem solving
103
“Kita lakukan melalui pengamatan, misalkan kita beri soal, anak-
anak yang selesai satu jam pelajaran dengan satu jam lebih, kita
beri nilai yang berbeda, kemudian selain itu anak-anak bisa kita
beri PS (pekerjaan sekolah), PR dan lain-lain.
(W/Guru/No.18.3d/14 Juni 2016).
Bentuk lain untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan juga untuk
melatih agar para siswa terampil. Guru di SMA Negeri 1 Praya menggunakan
metode proyek sebagai salah satu model evaluasinya. Hal ini akan mendorong
siswa agar lebih kreatif, di samping itu, siswa akan berusaha dan berupa untuk
mencari informasi atau cara untuk menyelesaikan proyek yang diberikan oleh
bapak dan ibu guru. Sebagaimana penuturan I Komang Restu S., S.Pd berikut
ini:
“Saya banyak menggunakan metode proyek dan juga bentuk yang
lain yaitu anak disuruh membuat model, misalnya membuat roket
dan guru juga harus membuatnya.” (W/Guru/No.15.3d/14 Juni
2019).
Hal tersebut juga dikuatkan oleh penuturan Drs. Ahmad Rifa'i salah
seorang guru sekaligus pembina kegiatan ekstrakurikuler:
104
“Kita gunakan lembar kerja atau tugas, baik tulis, lisan dan
tindakan, misalkan untuk sholat anak-anak langsung ke mushola.”
(W/Guru/No.21.3d/15 Juni 2019).
Dari uraian dan paparan data di atas, dapat penulis kemukakan bahwa
bentuk upaya yang dilakukan oleh guru dalam mendukung kegiatan
pembelajaran di SMA Negeri 1 Praya sesuai dengan prinsip-prinsip
pembelajaran modern, baik dari aspek perencanann, pengelolaan, dan evaluasi
hasil belajar. Diantaranya:
a) Persiapan guru dalam mengajar, meliputi: (1) perencanaan pembelajaran
b) Hubungan harmonis antara guru dan siswa. Hal ini dapat dilihat melalui:
(1) proses penyambutan guru pada siswa saat datang ke sekolah, (2) sikap
c) Motivasi belajar pada anak. Upaya yang dilakukan oleh para guru untuk
memotivasi belajar anak yaitu: (a) komunikasi antara guru dan orang tua
105
siswa, (b) bernyanyi, bermain, bertepuk dan yel-yel, (c) pemberian reward
solving (pemecahan masalah); (d) home visit, (e) pembinaan siswa dalam
e) Evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Bentuk upaya yang dilakukan oleh
anak mana yang menyelesaikan pekerjaan secara cepat dan tepat, dan
mereka diberi bimbingan, (2) berbentuk proyek, (3) tes, tulis, dan praktik,
C. Pembahasan
yang diformulasikan oleh Burn (1978). Dalam mengelola lembaga kepala SMA
para pemimpin dan para pengikut (pegawai) saling menaikkan diri ketingkat
dan memotivasi para pegawai dengan: (1) memberikan pengertian dan kesadaran
kepada pegawai tentang pentingnya hasil suatu pekerjaan, (2) mendorong mereka
106
untuk lebih memperhatikan tim atau organisasi dari pada kepentingan diri sendiri,
1994: 297). Pemimpin merupakan sumber ide dan inspirasi, seorang pemimpin
harus memiliki visi yang kuat dan jauh ke depan (Stone dan Eddy, 1996: 41). Hal
tampak pada kepemimpinan di SMA Negeri 1 Praya, yaitu kepala sekolah selalu
memberikan gagasan-gagasan baru setiap dua minggu sekali pada rapat rutin pada
Selain itu, para pegawai SMA Negeri 1 Praya baik guru maupun karyawan
sebagai berikut: (1) para pegawai merasa percaya dengan pimpinan, (2) para
menunjukkan rasa kesetiaan yang besar kepada pemimpin, (4) para pegawai
menunjukkan rasa hormat kepada pemimpin, dan (5) para pegawai termotivasi
secara berkala sesuai dengan visi, target dan tujuan yang akan dicapai. Untuk
strategi jangka panjang, hal ini juga merupakan stimulasi bagi ekskutif untuk
107
(Mantja, 2002: 30-31). Dengan adanya manajemen strategi, maka prioritas jangka
modern. Jadi jelas sekali bahwa sebuah lembaga jika tidak memiliki visi, dan misi
yang kuat, maka lembaga tersebut akan mengalami kebuntuan dalam artian apa
kemampuan, dapat dipercaya, tidak malas dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
melakuka sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan,
atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh
faktor dari luar, tetapi motivasi itu muncul dari dalam diri seseorang. Dalam
kegiatan pendidikan maka motivasi adalah keseluruhan daya penggerak pada diri
guru dan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar secara efektif dan
efisien.
Pemberian reward atau hadiah merupakan salah satu cara untuk memotivasi
belajar anak. Banyak sekali bentuk dan macamnya reward (hadiah). Menurut
Emmer dalam Arikunto (1980: 160) ada bermacam-macam hadiah mulai dari
yang berbentuk simbol, pengakuan, kegiatan, sampai yang berupa benda. Bentuk
108
hadiah yang berupa symbol yang sering digunakan adalah berupa peringkat huruf
atau angka, bintang atau point. Pemberian hadiah simbol dengan cara yang tepat
merupakan hadiah yang sangat tepat jika dikaitkan dengan usaha siswa, prestasi
atau kemampuan. Oleh karena itu, penggunaan simbol dapat dilakukan sebanyak-
banyaknya dengan berbagai segi keberhasilan siswa. Hal penting yang harus
diketahui oleh guru bahwa di dalam memberikan nilai sebagai hadiah harus
disesuaikan dengan jerih payah siswa terhadap apa yang telah mereka lakukan.
Hadiah berupa pengakuan bisa berupa hal yang mempunyai arti adanya
"perhatian" kepada siswa. Misalnya saja siswa berhasil membuat pekerjaan tangan
atau membuat karya sendiri. Karena hasil tersebut sangat baik dibanding dengan
hasil karya siswa yang lain, maka hasil tersebut dipamerkan di dapan kelas atau
dipertontonkan kepada siswa yang lain atau mungkin kepada masyarakat pada
saat ada kesempatan pameran di sekolah. Kata pujian dapat dikategorikan sebagai
pada waktu guru kelas IB memberikan soal IPA untuk dikerjakan, kemudian
109
Banyak pemberian hadiah yang sudah dilakukan oleh guru-guru SMA
diperkirakan mengandung nilai bagi siswa. Hadiah tersebut berupa alat tulis, alat
permainan, buku atau tropi. Namun, dalam memberikan hadiah ini guru dituntut
lain. Oleh karena terbatasnya sumber dana, maka guru harus betul-betul memilih
dapat menguatkan motivasi siswa dalam belajar dan juga timbulnya perilaku
negatif.
pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib. Namun perlu dicatat bahwa tidak
semua hukuman diperlukan atau diminati orang sebagai alat bagi semua peraturan
dan tata tertib. Banyak jenis pelanggaran yang dapat diselesaikan dengan cara
yang sederhana saja oleh guru tanpa menggunakan hukuman sama sekali.
para siswa akan tetapi juga bagi para guru. Guru dituntut untuk memiliki
kemampuan yang baik, hal ini dibuktikan dengan seringnya SMA Negeri 1 Praya
pengalaman kepada para guru, khususnya pada guru baru agar mereka memiliki
110
guru, mareka juga harus mampu menunjukkan kreativitas mereka baik dalam
Kreativas guru dapat dilihat melalui karya-karya yang telah meraka buat,
Negeri 1 Praya adalah berdasarkan pada sikap amanah yang telah diberikan orang
tua siswa. Hal ini sesuai dengan pandangan Bafadhal (2003: 43) bahwa dalam
memperkirakan masa depan atau masa yang akan datang. Berdasarkan hasil
dalam hal ini kepala sekolah berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik
kepada orang tua siswa. Melalui sikap amanah ini akan dicapai tujuan yang telah
ditentukan. Prinsip ini memiliki kesamaan dengan pendapat Bafadhal (2003: 43),
ditetapkan.
lagi, untuk membuat perencanaan SMA Negeri 1 Praya bertolak dari hasil
evaluasi pembelajaran sebelumnya (Bafadhal, 2003: 43). Cara ini digunakan oleh
SMA Negeri 1 Praya dalam proses perencanaan agar supaya target pembelajaran
111
yang belum dicapai dapat diraih pada tahun berikutnya perencanaan harus
memperhatikan masa kenyataan masa kini agar supaya dapat mencapai tujuan
sebagaimana yang telah ditetapkan, sehingga tidak menyimpang dari tujuan yang
pertimbangan di atas, yaitu prinsip amanah dan hasil evaluasi sebelumnya, SMA
Negeri 1 Praya juga melakukan penetapan target dan program yang akan dicapai.
yang harus dilakukan oleh kelompok untuk mendapai tujuan yang ditetapkan.
Secara berurutan penetapan target dan pogram yang dicapai dilakukan melalui
yang lain. Setelah dikaji secara mendalam, secara garis besar temuan penelitian ini
memiliki kesamaan dengan apa yang diungkapkan Sudjana (2000: 61) bahwa
terhadap tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang, sehingga
target dan tujuan tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan.
faktor guru, tujuan, dan metode pembelajaran. Sebagai salah satu komponen
112
pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa siswa merupakan komponen
dalam proses belajar mengajar. Bentuk pengelolaan siswa di SMA Negeri 1 Praya
meliputi: (1) seleksi siswa, (2) pengelompokan, dan (3) pembinaan siswa. Ini
sesuai dengan pandangan Soekarto dan Soetopo (1989: 99) menjelaskan bahwa
tugas kepala sekolah yang dibantu oleh waka kesiswaan meliputi: a) penerimaan
kesiswaan. Untuk mendapatkan siswa yang memiliki potensi SMA Negeri 1 Praya
melaksanakan proses seleksi terhadap calon siswa baru, dengan dua model,
pertama: tes psikologi, kedua: tes numerik dan wawasan siswa. Hal ini dilakukan
standar atau paling tidak memiliki potensi yang lebih, sehingga bisa
dikembangkan secara maksimal. Hal ini sesuai dengan pandangan Thordike dan
tertentu. Secara praktis, seleksi berhubungan dengan jumlah peminat, dan secara
ideal seleksi berhubungan dengan mutu lulusan yang diharapkan. Oleh karena itu
secara tepat. Seleksi yang dilakukan oleh SMA Negeri 1 Praya merupakan satu
113
bentuk seleksi yang baik karena penilaiannya mencakup kognitif, afektif dan
psikomorik siswa.
Praya dalam mengelola pembelajaran para siswa-siswinya. Selain itu, cara ini juga
merupakan cara yang paling efisien, karena tidak terlalu membutuhkan tenaga dan
dana. Hal ini sesuai dengan pandangan Dimyati dan Mudjiono (1999: 169) bahwa
efisien. Secara ekonomis, pembiayaan kelas lebih murah. Oleh karena itu ada
jumlah minimum siswa dalam kelas, jumlah siswa tiap kelas pada umumnya
dasarkan pada asumsi bahwa siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki
kemampuan yang beragam, yaitu: pandai, sedang dan kurang. Karenanya guru
dengan baik. Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masalah yang bersumber dari:
(a) kondisi tempat belajar, dan (b) siswa yang terlibat dalam belajar. Kondisi
114
tempat belajar yang berupa ruang yang kotor, papan tulis yang rusah, meja kursi
siswa dapat berupa masalah individu atau kelompok. Gangguan belajar di dalam
kelas dapat berasal dari seorang siswa atau sekelompok siswa. Sudah tentu,
dengan sistem klasikal ini guru dituntut memiliki keterampilan untuk mengelola
kelompok kecil. Di SMA Negeri 1 Praya agar siswa dapat bersosialisasi dengan
teman yang lain, maka para guru seringkali mengelompokkan siswa berdasarkan
tingkat kemampuan siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang mampu dapat
membantu siswa yang tidak mampu, dan sebaliknya agar siswa yang tidak mampu
tidak malu bertanya kepada temannya. Di samping itu, para guru juga melakukan
memiliki sifat kinestetik atau gerakan (Dryden, 2001: 371), mereka dikumpulkan
menjadi satu kelompok. Hal ini agar supaya guru lebih mudah untuk mengawasi
dan memberikan bimbingan kepada anak-anak dalam belajar dan lebih mudah
siswa atau bimbingan kepada tiap anggota kelompok lebih intensif. Hal ini dapat
terjadi, karena: (1) hubungan antara guru dan siswa menjadi sehat dan akrab, (2)
dan minat, (3) siswa dilibatkan dalam penentuan tujuan belajar, cara belajar,
115
kriteria keberhasilan. Cara ini sesuai dengan pendapat (Andree, dalam Madjid,
cara, yaitu: (1) Task planning groups, (2) Teaching groups,(3) Seating groups, (4)
Adapun tujuan pembelajaran pada kelompok kecil ini (Dimyati, 1999: 165),
kegiatan kelompok dalam belajar, sehingga tiap anggota merasa dirinya sebagai
Dari uraian di atas, menurut pandangan penulis cara yang dilakukan SMA
sekali, karena cara ini dapat memberikan efek positif bagi siswa dalam rangka
tutor sebaya), juga dapat mengakrabkan antara siswa yang satu dan yang lain.
penyeleksian yang ketat terhadap calon guru yang akan diterima di sekolah. Di
samping itu, guru-guru yang rekrut juga harus sesuai dengan kriteria yang
diharapkan oleh sekolah. Hal ini sesuai dengan apa yang ditawarkan Gorton
116
(1991: 189) mengenai rekrutmen yaitu "the active pursuit of potential candidates
for the purpose of influencing them to apply for position in the scholl district".
Dalam hal ini, rekrutmen guru merupakan upaya untuk mendapatkan guru
atau pegawai yang benar-benar potensial dan memiliki kemampuan sesuai dengan
samping itu, SMA Negeri 1 Praya menetapkan kriteria tertentu untuk menseleksi
calon pegawai, yaitu mereka yang memiliki nilai "plus". Di samping berkompeten
dalam bidang yang ditekuni, mereka memiliki kelebihan dan keterampilan yang
dibutuhkan oleh lembaga saat ini. Bentuk ini memakai konsep Gorton (dalam
Bafadhal, 2003: 21) yaitu bahwa tujuan dari rekrumten itu adalah menyediakan
calon pegawai yang memiliki nilai lebih (surplus) dan paling memenuhi
jabatan. Oleh karena itu, jika kita khususkan pada masalah guru, maka orang yang
memenuhi kriteria sebagai guru di SMA Negeri 1 Praya adalah mereka yang
fungsi dan tugasnya sebagai guru dengan lebih profesional. Untuk menseleksi
(Bafadhal, 2003: 22-23), sebagai berikut: (a) rekrutmen guru harus dirancang agar
memenuhi kebutuhan sesuai dengan yang diharapkan, (b) rekrutmen guru harus
117
pelamar yang lulus dan pelamar yang tidak lulus, (c) agar dapatkan calon yang
diantaranya dalam hal pendidikan harus lulus S-1, tes psikologi, tes akademik, tes
agama, tes keahlian dan keguruan dan wawancara. Adapun urutan seleksi adalah
sebagai berikut:
b) Seleksi "Micro Teaching dan Macro Teaching". Hal ini bertujuan untuk
mengelola kelas. Di samping itu, melalui tes micro teaching ini akan dapat
termasuk orang yang enerjik atau tidak. Kemudian juga bagaimana kreativitas
Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar komitmen guru terhadap
118
bentuk "problem solving" ketika menemui persoalan dalam bidang
Negeri 1 Praya.
Bentuk pelatihan bagi guru yang dilakukan oleh SMA Negeri 1 Praya
Kegiatan tersebut dilakukan oleh sekolah pada masa libur sekolah. Hal ini di
samping agar kegiatan tersebut tidak menganggu proses belajar siswa, juga agar
para guru dan karyawan lebih fokus dalam kegiatan pelatihan tersebut. Ini sesuai
dengan visi dan misi serta target SMA Negeri 1 Praya sebagai sekolah yang
unggul. Hal ini seperti diungkapkan Laeham dan Wexley (1992: 2), bahwa:
produktivitas individu dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh individu
SMA Negeri 1 Praya, Madjid (2005: 128) baik dalam bentuk pengembangan
119
Unram, UIN Mataram dan lain sebagainya. Keberhasilan suatu lembaga atau
organisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam
maupun dari luar. Dari beberapa faktor tersebut motivasi merupakan faktor yang
memberikan status dan jenjang karir yang jelas terhadap para guru dan
pegawainya. Secara tidak langsung dengan adanya kejelasan status dan jenjang
karir yang diberikan sekolah akan memotivasi kinerja para guru dan pengawai.
bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya
tingkah laku kearah tujuan tertentu. Mengacu kepada pendapat tersebut, dapat
apabila memiliki kejelasan status dan jenjang karir, mereka akan memperlihatkan
kinerjanya, mempunyai perhatian dan ingin ikut serta dalam tugas maupun
kegiatan. Dengan kata lain, seorang tenaga kependidikan akan melakukan semua
Dengan adanya kegiatan ini, maka SMA Negeri 1 Praya mendatangkan Trainer
120
dari luar untuk melatih para guru. Untuk membina dan meningkatkan kegiatan
guru, SMA Negeri 1 Praya menggunakan pandangan (Challan and Clark, 1998:
alat.
kegiatan guru, SMA Negeri 1 Praya juga melakukan studi banding dengan
diperlukan berbagai pembinaan dan pelatihan agar kinerja serta unjuk kerja guru
yang lebih berkualitas, seperti diungkapkan Laeham dan Wexley (1992: 2),
produktivitas individu dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh individu
kerjanya.
siswa agar siswa tidak takut dan stress. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan
121
belajar berhubungan dengan stress, oleh karena itu singkirkan stress, maka anda
Adanya perhatian guru kepada siswa akan dapat membuat siswa merasa
lebih dekat dengan guru. Mengajar siswa yang memiliki persepsi dan hubungan
baik dengan guru lebih mudah dari pada mengajar siswa yang jauh bahkan tidak
emosional siswa dengan guru, siswa juga akan merasa lebih nyaman dan tidak
mengalami ketakutan yang dapat membuat anak stress. Cara ini sesuai dengan
urgent. Siswa akan merasa siap melakukan proses pembelajaran ketika aspek
122
laboratorium, maupun tempat lain yang dapat digunakan untuk proses belajar
mengajar. Karena dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan
Hilda Karli (2004: 27), yaitu: (1) selalu membuat perencanaan konkrit dan detail
yang siap untuk dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar; (2) bergeser pada
pola baru, yaitu guru sebagai “mitra” atau “fasilitator” pada semua individu; (3)
bersikap kritis, kreatif dan produktif; (4) merubah pola tindakan peran siswa
alat bantu belajar, analisis bahan ajar, penyusunan alat penilaian yang beragam
pengalaman dan pelatihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hilgard dan
Cronbrach (dalam Arikunto, 1990: 21) bahwa latihan yang membentuk proses
mengembangkan diri. Belajar terjadi karena manusia itu sendiri secara mandiri
123
melakukan latihan-latihan dengan sengaja agar dirinya memiliki pengetahuan,
keterampilan atau sikap tertentu. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan atas teori-
teori yang telah dikuasai terlebih dahulu maupun karena coba-coba atau yang
sering dikenal dengan belajar “trial and error” dapat saja terjadi tetapi seringkali
tidak efektif.
pembelajaran modern. Ini sesuai dengan ungkapakan Mahmud Yunus (1965: 65)
mengakifkan siswa, membuat siswa kreatif dan dapat siswa merasa senang. Hal
ini sesuai dengan prinsip yang terdapat dalam Quantum Teaching Deporter
(2000: 3), yaitu: pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya,
momen belajar dan berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-
bagi siswa. Hal ini dikarenakan pada faktor psikologis dan fisiologis. Di mana
pembelajaran yang dapat diterima dengan cepat oleh anak usia 16-18 tahun
adalah semi konkrit atau konseptual kongkrit. Sehingga di SMA Negeri 1 Praya
124
guru-guru dalam proses pembelajaran sebelum memberikan materi mereka harus
sehingga siswa akan dapat lebih maksimal dan menyerap materi yang
disampaikan, karena mereka memahami tidak dari satu indra saja melainkan dari
dalam luar negeri, maka hal ini menjadi pertimbangan bagi SMA Negeri 1 Praya
untuk selalu siap dengan adanya informasi dan metodologi baru walaupun tidak
meliputi: Super Memory System, Mind Mapping, BrainGym, Super Learning dan
Contextual Learning. Ini sesuai konsep Dryden (2002: 101) Quantum Learning,
Brain Learning (belajar dengan seluruh otak), dan Integratif Learning (belajar
karakter yang sama, mendorong kita untuk menggunakan segala kecerdasan dan
indra untuk belajar lebih baik. Hal tersebut dapat dilakukan melalui musik, irama,
125
sumber belajar. Hal ini sesuai dengan pandangan Madjid (2005: 170-171)
peristiwa dan fakta. Agar materi pelajaran dapat dihayati dan dipraktekkan maka
pelajaran harus disertai bagaimana aplikasinya. Jadi semua ranah harus diberikan,
ranah kogitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Sesuai dengan apa yang
dan kinetik) dan aspek psikologis lainnya. Untuk pemantapkan pelajaran, seperti
Alam (IPA), belajar peta buta memakai komputer, dan merangkum pelajaran di
tempat wisata, media massa, media elektronik dan tempat-tempat lain yang dapat
dijadikan sebagai sumber belajar seperti museum dan lain sebagainya.Hal ini
berupa: (a) tempat atau lingkungan alam sekitar, (b) benda, (c) orang (manusia),
(d) Buku, (e) peristiwa dan fakta yang sedang terjadi. Objek yang sering
dijadikan SMA Negeri 1 Praya sebagai sumber belajar berupa: Museum, tempat
OHP, dan Internet sebagai media pembelajaran. Untuk itu sumber daya
126
manusianya harus memiliki kemampuan yang baik. Oleh karena itu, para guru di
penguasaan komputer dan internet, LCD, flash dan berbagai macam mesin
Guru dapat menggunakan media yang efektif dan efisien dan mampu
dimiliki oleh sekolah serta tidak menolak digunakannya teknologi modern yang
terbaru dalam pembelajaran. Hal ini seperti yang diungkapkan Hamalik (1985:
16), Agar seorang guru dapat menggunakan media pembelajaran secara efektif,
pembelajaran
maka semakin besar dan berat tantangan yang dihadapi guru sebagai pendidik
dan pengajar di sekolah. SMA Negeri 1 Praya menekankan kepada setiap guru
agar mampu membuat media pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan guru yang
Di SMA Negeri 1 Praya bagi guru yang bisa membuat media pembelajaran
127
sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian (1987: 90) bahwasannya
penghargaan yang layak bagi seorang guru merupakan salah satu bentuk
peningkatan harkat dan martabatnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pelatihan
secara kontinyu dan sistematis agar tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai
dengan dua cara yaitu: supervisi secara langsung dan supervisi secara tidak
langsung (guru yang profesional) dengan cara self assessment. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan Bafadhal (2004: 80), bahwasannya ada dua
macam teknik supervisi, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi
adanya supervisi baik secara langsung atau tidak langsung, (2) evaluasi formatif
dan sumatif, (3) rapat mingguan sekolah. Hal ini bertujuan untuk suatu proses
128
evaluasi hasil belajar. Pegukuran dan evaluasi tidak hanya berguna untuk
efisien, para guru di SMA Negeri 1 Praya melakukan persiapan yang berkaitan
dengan materi pembelajaran yang akan di sampaikan kepada para siswa. Baik
motivasi, dan persiapan aktivias terakhir yaitu evaluasi pembelajaran. Jika kita
pahami lebih jauh, hal ini sesuai dengan prinsip Hunt (1999: 24), bahwasanya
yang hendak dicapai, berbagai strategi dan skenario yang relevan digunakan
Bentuk persiapan guru SMA Negeri 1 Praya yaitu: membuat perencaaan dan
dan penilaian berbasis kelas. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan
apa saja yang akan dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar adalah
129
memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
dengan siswa-siswinya, hal ini dapat dilihat melalui beberapa, misalnya dari
bentuk penyambutan para guru dipintu gerbang saat siswa datang ke sekolah. Ini
sesuai dengan konsep Gordon (1976) menyebutkan bahwa titik terpenting yang
perlu diperhatikan dalam hubungan antara guru dan siswa adalah dimilikinya
kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh guru terdapat salah satu
kepada para guru untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dirinya, dia
harus menjadi guru yang sabar, yang bisa diteladani dan disenangi oleh anak-
anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Madjid (Setopo, 2005: 219) bahwasannya
tugas guru adalah membangun hubungan baik mencakup: (a) hubungan guru dan
murid, (b) hubungan antara guru dan sesama guru, (c) hubungan guru dengan
atasannya, (d) hubungan guru dengan pegawai tata usaha, (e) hubungan guru
130
Ada beberapa upaya yang dilakukan guru untuk memotivasi belajar siswa,
diantaranya melalui: a) komunikasi antara guru dengan orang tua, (b) bernyanyi,
bemain dan yel-yel, (c) pemberian reward dan punishment, (d) pendekatan
emosial siswa.
SMA Negeri 1 Praya mengajak orang tua untuk lebih memperhatikan anak,
hal ini dilakukan oleh sekolah melalui pertemuan antara pihak sekolah dengan
yang sudah diagendekan oleh sekolah dapat diikuti oleh anak-anak dengan baik.
Dalam upaya memotivas belajar siswa melalui komunikasi, para guru SMA
perkembangan anak
bermain, dan yel-yel utnuk memotivasi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat
meremajakan, dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar. Di
samping itu, kebanyakan siswa menyukai musik. Lebih lanjut irama, ketukan dan
131
keharmonisan musik dapat mempengaruhi fisiologi manusia terutama gelombang
otak dan detak jantung, selain itu juga membangkitkan perasaan dan ingatan
optimal.
memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi. Bentuk hadiah berupa: (1)
point prestasi, (2) bintang prestasi, (3) tropi, (4) benda tertentu yang diberikan
oleh guru atau wali kelas. Bentuk reward (hadiah) para guru di SMA Negeri 1
Praya sesuai dengan pendapat Emmer (dalam Suharsini Arikunto, 1980: 160) ada
Jika hadiah dapat menguatkan motivasi siswa dalam belajar dan juga
bervariasi mulai dari membersihkan ruang, melalui PR, LKS dan lain sebagainya.
Namun ada satu hal yang menarik, ketika anak-anak tidak bisa tertib di dalam
siswa didekati oleh seorang guru kemudian ditanya tentang alasan ketidak
tingkat kesalahan yang telah dilakukan. Minimal 20 kali, akan tetapi berdasarkan
observasi dan hasil wawancara peneliti dengan waka kesiswaan hal ini efektif
sekali untuk mengurangi tingkat ketidak disiplinan anak. Terbukti anak yang
132
melanggar tata tertib, setelah membaca diberi nasehat dan pendekatan emosional
kemudian membaca istighfar mereka tidak melakukan kesalahan yang kedua kali.
(mendorong) pembelajaran para siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
panjang, dan belajar. Peneliti dan psikolog kognitif Goleman (dalam DePorter,
Dalam tarian perasaan dan pikiran, kekuatan emosi menuntun keputusan kita
saat demi saat, bekerja bahu membahu dengan pikiran rasional, mengaktifkan
atau menonaktifkan pikiran itu sendiri. Boleh dibilang kita mempunyai dua
otak, dua pikiran- dan dua jenis kecerdasan: rasional dan emosional.
Bagaimana kita berkiprah dalam hidup (dan belajar) ditentukan oleh
keduanya- bukan hanya IQ melainkan kecerdasarn emosional juga berperan.
Tentu saja, intelek tidak dapat bekerja pada puncaknya tanpa kecerdasan
emosional (Goleman, 1995: 28)
keterlibatan emosi. Hal ini juga didukung oleh pendapat Howard, (1995: 94)
Ada dua model bimbingan belajar yang dilakukan para guru di SMA Negeri
1 Praya, yaitu: pertama, bimbingan siswa berpretasi, dan kedua, bimbingan bagi
133
sedangkan bagi mereka yang memiliki kemampuan mereka diberi program
remidial. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Surya (1975: 64)
bantuan secara individual. Dalam melakukan bimbingan belajar, para guru SMA
cara ini sesuai dengan pendapat Surya (1975: 64) teknik pemberian bantuan atau
Dalam upaya membantu siswa yang kurang mampu dalam belajar, maka ada
“team teaching” yang terdiri dari dua guru yang mengajar di dalam kelas yang
pengajar dan yang lain membantu untuk mengelola lingkungan kelas dan
memberi bantuan belajar kepada siswa yang kurang mampu. Hal ini dilakukan
agar mereka dapat mencapai standar minimal dari kompetensi yang telah
kegiatan mengajar guru yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan
134
memberi bantuan pada masing-masing pribadi. Sedangkan pada pembelajaran
Upaya selanjutnya yang dilakukan para guru SMA Negeri 1 Praya untuk
Pemecahan masalah bukan hal yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks
sekolah.
135
Keterampilan memecahkan masalah dapat diajarkan. Pemecahan masalah
belajar siswa di SMA Negeri 1 Praya. Cara ini dimaksudkan untuk lebih
mengakrabkan antara guru dengan siswa dan orang tua. Teknik ini sesuai dengan
dilakukan melalui kunjungan rumah agar guru dapat mengetahui masalah anak di
rumahnya. Di samping itu, agar orang tua dapat memberikan perhatian dan
motivasi yang lebih terhadap belajar anak. Apabila setiap anak diketahui
dengan minatnya.
sebagai salah satu cara untuk meningkatkan prestasi siswa. Hal ini dimaksudkan
untuk mengkomunikasikan dan mencari jalan keluar atas persoalan yang dihadapi
sekolah tersebut. Hal sesuai dengan hasil rumusan Etika Jabatan Guru FIP IKIP
136
Malang (dalam Madjid, 2005: 219) yang telah menyusun tata cara akhlak, yang
meningkatkan prestasi siswa salah satunya dalam bentuk kegiatan yang mengarah
kepada pembentukan sikap dan perilaku anak yang baik. Hal ini dapat melalui
perilaku yang sama harus dilakukan stimulus secara terus menerus agar
menghasilkan respon yang positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Galloway
dilakukan melalui pengamatan, bentuk proyek, bentuk tulis, lisan dan praktik, tes
137
(2005: 195) tentang berbagai macam bentuk evaluasi yang dapat digunakan untuk
pembelajaran.
D. Refleksi Penelitian
menjawab secara tuntas berbagai hal yang berhubungan dengan fokus dan
1. Meneliti pada tempat yang memiliki rutinitas tinggi jelas membutuhkan waktu,
kepala sekolah atau guru jelas sangatlah sulit, b) pelayanan bagi peneliti untuk
138
secara psikologis rasa gugup (nervouse) dalam wawancara sehingga kurang
wawancara, adapun selebihnya adalah guru dan siswa untuk melakukan cross
chek data dan e) menolak merekam wawancara serta menolak menyebut nama.
3. Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian serupa dapat mengkaji lebih lanjut, baik pada latar yang
sama maupun pada latar penelitian yang lain dengan melihat dari beberapa
139
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kreativitas, dan (5) memberi penghargaan baik secara materiil maupun non-
materiil.
dengan: (1) perencanaan yang dibahas dalam rapat kerja (raker) sekolah yang
melibatkan semua komponen baik kepala sekolah, waka, guru dan karyawan..
pembelajaran. (3) Pengelolaan guru, yaitu: seleksi guru secara ketat, pengikut
sertaan dalam pelatihan, dan pemberian status dan jenjang karir yang jelas. (4)
140
harmonis antara guru dan siswa. 3) Motivasi belajar pada anak. 4) Peningkatan
B. Saran-saran
berikut:
wakil kepala dan para guru merupakan unsur pendukung yang berfungsi
membantu kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, dalam
upaya bersama yang dimotori oleh kepala sekolah dalam rangka meningkatkan
berkesinambungan.
karena itu, penting sekali adanya kompetensi dan profesionalisme guru dalam
141
Oleh karena itu, guru dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif dalam rangka
yang bercirikan Islam merupakan sesuatu yang harus lebih diperhatikan lagi.
Karena, keberadaan mereka akan menjadi pilot project bagi pendidikan dasar
umum yang bercirikan Islam pada khususnya dan bagi pendidikan dasar yang ada
142
DAFTAR PUSTAKA
Burns, Richard W. and Gary D. Brooks, 1969. The Process Approach to Software
Development. New York: Educational Technology.
Dryden, Gordon. 2001. Revolusi Cara Belajar: The Learning Revolution: Bagian
I. Bandung: Mizan.
143
Fathurrohman. 2012. Hakekat dan Karakteristik Sekolah Unggul. (Online).
Diakses 11/10/16.http://www.ibnushobah.web.id/2012/08/hakikat-dan-
karakteristik-sekolah-unggul.html
Gordon, Thomas. 1990. Guru yang Efektif: Cara Mengatasi Kesulitan di dalam
Kelas. Jakarta: Rajawali Press.
Jabar. 2012. Pencapaian Keunggulan Pada Sma Negeri Dan Swasta Berkategori
Unggul Di Kota Bandung (Studi Pencapaian Keunggulan Pendidikan
pada SMA Negeri 3 Bandung, SMAK 1 BPK PENABUR, dan SMAT
Krida Nusantara). Program Doktor Program Studi Adm. Pendidikan.
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
144
Laeham dan Wexley. 1982. Increasing Productiviy Through Performance
Appraisal. USA: Addison-Wesley Publishing Company Inc.
Lincoln, Yvonna S & Egon G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. California: Sage.
145
Rahayu. 2015. Manajemen Pembelajaran Dalam Rangka Pengembangan
Kecerdasan Majemuk Peserta Didik. MP Manajemen Pendidikan
ISSN 0852-1921 Volume 24 Nomor 5 Maret 2015. UM: Malang.
Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sekaran, Uma. (2011). Research Methods For Business Edisi I and 2. Jakarta:
Salemba Empat.
Spradley, J.P. 1997. Metode Etnografi. Terjemahan oleh Misbah Yulfa Elisabeth
Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
Sudjana, Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar
Baru Algensindo:
146
Suyanto. 2006. Membangun Sekolah Yang Efektif Di Era Otonomi Daerah.
Online. http//www.search-sekolahefektif.com.Htlm.
Wilson, I., K.B. Everard., & Geoffrey, M. 2004. Effective School Management
Fourth Edition. California: Paul Chapman Publishing.
147