Anda di halaman 1dari 10

PERAN ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN

MUTU SEKOLAH
Lira Afri Yulia/17020084
Prodi Pendidikan Seni Rupa
Universitas Negeri Padang
Indonesia
Email: Liraafriyulia04@Gmail.Com

Abstrak
Tujuan pembuatan artikel ini untuk mengetahui peran administrasi dan supervise pendidikan
untuk meningkatkan mutu sekolah. Administrasi pendidikan adalah mengelola pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Supervisi pendidikan adalah pembinaan
yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan
peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya. Pengelolaan pendidikan
idealismenya menyangkut tentang pengelolaan sumberdaya manusia yang ideal, pengelolaan
kurikulum, pembiayaan, peserta didik, kelengkapan sarana dan prasarana dalam rangka
keberlangsungan pencapaian visi dan misi sekolah. Selanjutnya bagaimana pengelolaan
kurikulum oleh pihak sekolah atau guru yang mengajar untuk meningkatkan mutu pendidkan di
sekolah. Dan bagaimana cara pihak sekolah dalam mengatur pembiayaan untuk melengkapai
sarana dan prasana di sekolah. Untuk meningkatkan mutu sekoalah, pihak sekolah harus bisa
menyediakan sumber daya manusia yang ideal, pengeloaan pembiayaan yang baik, pengelolaan
kurikulum yang baik, dan menyediakan sarana dan prasarana yang baik sebagai penunjangnya.
Kata kunci : Administrasi pendidikan, supervisi pendidikan, mutu pedidikan.

A. Latar Belakang Masalah


Administrasi pendidikan adalah mengelola pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau
tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar
dan belajar dan belajar pada khususnya. Dalam pengelolaan pendidikan idealismenya
menyangkut tentang pengelolaan sumberdaya manusia yang ideal, pengelolaan kurikulum,
pembiayaan, peserta didik, kelengkapan sarana dan prasarana dalam rangka keberlangsungan
pencapaian visi dan misi sekolah. Dengan tidak adanya sumber daya manusia, kurangnya biaya,
sarana dan prasarana dalam pengelolaan pendidikan maka bisa membuat pengaruh dalam
pengelolan pendidkan di sebuah dekolah. Maka dari itu peran administrasi dan supervise
pendidka penting dalam menigkatkan mutu sekolah. Latar belakang masalah disini bagaimana
sekolah menciptakan atau mengadakan sumber daya manusia yang ideal yaitu guru yang
professional dalam pekerjaannya. Selanjutnya bagaimana pengelolaan kurikulum oleh pihak
sekolah atau guru yang mengajar untuk meningkatkan mutu pendidkan di sekolah. Dan
bagaimana cara pihak sekolah dalam mengatur pembiayaan untuk melengkapai sarana dan
prasana di sekolah. Untuk meningkatkan mutu sekoalah, pihak sekolah harus bisa menyediakan
sumber daya manusia yang ideal, pengeloaan pembiayaan yang baik, pengelolaan kurikulum
yang baik, dan menyediakan sarana dan prasarana yang baik sebagai penunjangnya.
B. Permasalahan
Dalam pembuatan artikel ini saya mengambil 2 buah kasus dalam peningkatan mutu
pendidikan dan kurangnya pengelolaan administrasi dan supervise pendidikan. Kasus pertama
yaitu identifikasi permasalahan pendidikan di indonesia untuk meningkatkan mutu dan
profesionalisme guru. Pendidikan sebagai suatu sistem terbuka tidak lepas dari masalah, baik
masalah mikro ataupun masalah makro. Masalah mikro, yaitu masalah yang timbul dalam
komponen komponen yang terdapat dalam pendidikan itu sendiri sebagai suatu sistem, antara
lain masalah kurikulum, masalah pendidikan, administrasi pendidikan dan sebagainya. Masalah
makro, yaitu masalah yang muncul dalam pendidikan itu sebagai suatu sistem dengan sistem
sistem lainnya yang lebih luas didalam seluruh kehidupan manusia, antara lain masalah kurang
meratanya pendidikan, rendahnya mutu pendidikan, masalah efisiensi, relevansi dan lain lain.
Berkaitan dengan permasalahan yang sering terjadi di Indonesia, guru dianggap sebagai sumber
dari permasalahan tersebut, sehingga dengan mengidentifikasi permasalahan pendidikan kita
mengetahui letak permasalahan yang sebenarnya dan berusaha untuk memberikan solusi dari
permaslahan tersebut.
Masalah pendidikan di Indonesia apabila ditinjau dari sisi kualitas Sumberdaya Manusia
masihlah jauh bilah dibandingkan dengan negaralain. Berdasarkan data World Education
Ranking yang diterbitkan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD,
2015), di posisi mana suatu negara maju dalam segi pendidikan. Organisasi ini menentukan
peringkat negara mana yang terbaik dari segi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan.
Indonesia menempati urutan ke 69 dari total 75 negara. Berdasarkan laporan OECD, posisi
tertinggi diraih oleh Singapura kedua Hongkong, ketiga Korea Selatan dan ke empat jepang.
Sementara untuk Indonesia mendapatkan nilai membaca 402, matematika 371, dan ilmu
pengetahuan alam 383. Pemeringkatan pendidikan dunia tersebut berhubungan dengan Program
for International Student Assessment (PISA). Pisa sendiri adalah program yang cukup disegani
di seluruh dunia, dan kemungkinan besar politisi dan pembuat kebijakan untuk menilai
perbedaan sistem pendidikan di berbagai negara.
Sejalan dengan kondisi peringkat pendidikan Indonesia dibandingkan negara-negara lain
di dunia, banyak faktor yang menentukan keberhasilan dari peserta didik, mulai dari sarana dan
prasarana sekolah, kondisi ekonomi orang tua, Peran Pendidik, lingkungan belajar, lingkungan
keluarga, faktor psikis dari peserta didik dan masih banyak faktor yang lainnya. Dari sekian
banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik yang paling berperan adalah
pendidik dalam hal ini adalah guru. Guru yang notabene sebagai pengayom dan pemberi contoh
bagi siswanya sangatlah penting sebagaimana diketahui bahwa semboyan guru “digugu lan
ditiru” yang artinya orang yang dipercaya dan diikuti sebagai teladan. Kepercayaan yang
diberikan kepada guru inilah yang henkadnya menjadi penyemangat dan stimulus agar guru
selalu meningkatkan mutu dan profesionalismenya.
Di dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terdapat
empat kompetensi dimana masing masing harus dimiliki seorang guru. Komponen tersebut
adalah kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan kompetensi sosial. Berdasarkan data
dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015) uji kompetensi guru masih menunjukkan
hasil yang kurang memuaskan dan masih perlu ditingkatkan untuk menembus tujuan standar
pelayanan pendidikan untuk kompetensi guru. Tujuan penulisan ini adalah untuk
mengidentifikasi permasalahan pendidikan di Indonesia.
Yang menjadi permasalahan pokok pendidikan saat ini yaitu banjir murid, langkanya
sumber daya dan dana, biaya pendidikan yang semakin mahal, ketidaktepatan hasil pendidikan,
kelambatan dan ketidak efisienan system pendidikan. Dan yang menjad masalah pokok
pendidikan di Indonesia yaitu mesalah pemerataan pendidikan, masalah mutu/kualitas
pendidkan, dan permasalahn gurunya.
Ada banyak cara dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah pemerataan
pendidikan. Mulai dari cara konvensional sampai dengan cara inovatif. Adapun untuk cara
tradisonal pemerintah dapat melakukan: Pertama dengan membangun gedung sekolah dan ruang
belajar dan kedua memanfaatakan sekolah dengan sistem double sift (siswa dibagi kelas pagi dan
sore). Adapun cara kedua yaitu cara inovatif dengan membangun sistem pamong (pendidikan
bekerjasama dengan masyarakat), membangun sekolah di daerah terpencil dan mengirimkan
guruguru untuk mendidik didaerah tersebut (pola SM3T), pola pendekatan rumah (guru
mendatangi rumah siswa), Program Kejar Paket, Pembelajaran jarak jauh seperti yang diterapkan
pada Universitas Terbuka.
Berkenaan dengan solusi di atas yang lebih penting dan utama adalah bagaimana
menumbuhkan dan membangkitkan kemauan belajar dari peserta didik, baik masyarakat maupun
keluarga yang kurang mampu supaya semangat dan terus terpacu untuk membuat anak-anak
mereka agar tetap bisa sekolah.
Solusi yang bisa ditawarkan untuk meningkatkan mutu pendidik diantaranya: (1) seleksi
yang ketat untuk penerimaan mahasiswa calon pendidik; (2) Pengembangan keteramilan tenaga
pendidik melalui pelatihan-pelatihan; (3) penyempurnaan kurikulum yang materinya disesuaikan
dengan muatan lokal di daerah setempat; (4) pengembangan sarana dan prasaran yang dapat
menciptakan suasana belajar yang nyaman; (5) penyempurnaan administrasi sekolah sehingga
dapat efisiensi anggaran; (6) pengorganisasian dalam rangka untuk menjaga kualitas
penyelenggara pendidikan perlu ditetapkan dengan didukung oleh lembaga yang sudah diberi
wewenang dalam menjamin mutu diantaranya Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan, dari Badan
Akreditasi Nasional Sekolah Madrasah (BAN-SM) maupun dari lembaga independen.
Paradigma sekolah sudah banyak berkembang dari dulu hingga saat ini. Dulu sebuah sekolah
sudah bisa menjalankan kegiatan pembelajaran apabila terdapat siswa, guru dan ruangan untuk
proses pembelajaran dengan peralatan dan sarpras seadanya. Guru juga dijadikan sebagai sumber
utama. Ia dijadikan sebagai sumber ilmu. Tugasnya mengalirkan pengetahuan ke siswa.
Hal tersebut untuk saat ini sudah sudah tidak relevan dimana tugas guru sudah tidak
menjadi penceramah yang harus selalu berdiri di depan siswa dan menjelasakan materi semua.
Melainkan peran guru sudah berubah dimana tugsa guru menjadi fasilitator, mediator motivator
guna menumbuhkan kreativitas dan daya imajinasi yang bagus siswa. Peraturan menteri
pendidikan dengan membangkitkan budaya baca patut diberi apresiasi dimana siswa pada jam
pertama dianjurkan untuk membaca buku bacaan apasaja. Sumber belajar bisa ditemukan dimana
saja sehingga guru bukanlah menjadi perpustakaan berjalan, proses mendapatkan pengetahuna
bisa didapat dari siswa sendiri pada saat mereka mengakses informasi dari berbagai media yang
ada mulai dari lingkungan sekitar maupun melalui internet. Sebagaimana pendapat Cornelius
(dalam Sadler 2013) yang mengungkapkan bahwa “alam adalah buku besar yang sangat lengkap
isinya”.
Masalah penempatan guru, khususnya dalam penempatan studi, sering mengalami
permasalahan yaitu guru ditempatkan tidak sesuai dengan bidangnya. Sebagai contoh ada
sekolah yang diberikan guru baru tetapi untuk mata pelajaran yang bersangkutan sudah penuh
dan beliau harus mengajar mata pelajaran lain diluar keahliannya. Ada juga guru yang
merangkap mengajar misalnaya guru Matematika juga mengajar kesenian. Dalam hal ini,
seorang guru yang seharusnaya mengajar sesuai dengan bidang studinya, karena terbatasnya
tenaga pendidik (guru), seorang guru harus mengajar bukan dengan bidangnya. Hal ini akan
mengakibatkan bertambahnya tugas seorang guru.
Multi peran seorang guru yaitu: melakukan interaksi dan pendeketan khusus dengan
siswanya. Perhatian kepada siswa secara klasikal dan individu harus dikuasai oleh guru, dimana
tugas guru pada saat memberikan motivasi dan mengarahkan siswa tidak boleh memelih siswa
tertentu misalkan guru hanya memperhatikan siswa yang pandai, sementara siswa yang kurang
pandai tidak diperhatikan. Guru hendaknya memberikan perhatian yang sama dengan selalu
menanamkan rasa tanggungjawab, disiplin, percaya diri, menghargai pendapat teman dan
pendidikan karakter lainnya. Dalam segi pembelajaran guru diharapkan dapat: sebagai
pengembil keputusan dalam pembelajaran (sebagai manager), memberikan arah pembelajaran
(director), mengorganisasi kegiatan pembelajaran (organisator), mengkoordinasikan semua pihak
yang terlibat dalam proses pembelajaran (koordinator), mengkomunikasikan murid dengan
berbagai sumber belajar (komunikator), menyediakan dan memberikan kemudahan-kemudahan
belajar (fasilitator), memberikan dorongan belajar (stimulator). Kebanyakan guru belum mampu
untuk melakukan multi perannya itu karena kebanyakan sekolah, guru adalah pejuang tunggal,
yaitu guru merupakan sumber belajar, sebagai pusat tempat bertanya dan juga penempatan guru
yang tidak sesuai dengan bidangnya sehingga banyak guru yang merangkap mengajar. Oleh
karena itu tugas guru semakin bertambah sehingga guru tidak memiliki waktu untuk melakukan
multi perannya itu. Guru tidak mungkin seorang diri melayaninya.
Kasus yang kedua yaitu supervisi pengawas dan kepala sekolah dalam peningkatan mutu
pembelajaran (studi kasus pada sma negeri di kabupaten karawang). Salah satu upaya untuk
mengetahui mutu profesioalisme dan kompetensi guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran
adalah melalui kegiatan supervisi baik oleh kepala sekolah maupun oleh pengawas sekolah.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan sistem pendidikan nasional supervisi terhadap guru
merupakan salah satu perwujudan upaya pengawasan sebagaimana tercantum dalam pasal 10
UUSPN No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa : “Pemerintah dan pemerintah daerah
berhak mengarahkan, membimbing, membantu dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Supervisi dilakukan bukan untuk
mencari kesalahan, tetapi untuk meningkatkan mutu Pembelajaran. Supervisi dapat dipandang
sebagai suatu pendekatan yang sesuai dalam dunia pendidikan yang demokratis untuk
memberikan bantuan kepada guru-guru agar dengan kemampuan dan kemauannya sendiri dapat
meningkatkan keterampilan dalam profesinya.
Berdasarkan temuan di lapangan dan sesuai dengan hasil wawancara menyatakan bahwa
sebagian guru-guru dan kepala sekolah sangat mengharapkan adanya supervisi yang kontinyu
dan periodik dan kepala sekolah dan pengawas karena hal ini sangat mendorong dalam
meningkatkan mutu Pembelajaran. Demikian halnya dengan pengawas, sebetulnya pengawas
ingin sering datang ke sekolah untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional untuk
memberikan pembinaan baik kepada kepala sekolah maupun kepada guru tetapi untuk
melaksanakan hal tersebut mengalami berbagai hambatan diantaranya : pertama, faktor lokasi
sekolah yang sangat jauh dan sulit dijangkau; kedua, faktor biaya transportasi sangat kurang
karena dana operasional untuk kegiatan tersebut kurang memadai; ketiga, faktor latar belakang
pendidikan pengawas banyak yang belum S.2 sementara guru-guru dan kepala sekolah sudah
banyak yang berlatar belakang pendidikan S.2; keempat, sulitnya membuat jadwal supervisi
secara berkelanjutan karena akan mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas masih perlu ditingkatkan
secara berkelanjutan dan terprogram. Oleh karena itu, implikasi yang perlu dilakukan oleh dinas
pendidikan adalah hendaknya lebih meningkatkan peran supervisi yang dilakukan dengan cara
humanistik agar guru tidak merasa tertekan dan bekerja dengan baik meskipun tidak ada kepala
sekolah dan pengawas. Keterpaduan yang harmonis antara kepala sekolah dan pengawas sangat
diperlukan sekali sehingga dengan demikian tercipta rasa kekeluargaan yang harmonis. Melalui
rasa kekeluargaan yang harmonis dibarapkan akan terjadi kolaborasi yang efektif antara kepala
sekolah dan pengawas dalam melakukan supervisi kepada guru sehingga guru merasa dihargai
dan diperhatikan oleh kepala sekolah clan pengawas pada waktu melakukan supervisi ke sekolah
baik secara formal maupun non formal. Suasana inilah yang hams dikembangkan oleh kepala
sekolah dan pengawas sehingga tidak terjadi kesalah pahaman antara kepala sekolah, pengawas
dan guru itu sendiri.
Melalui kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas, maka baik
kepala dinas pendidikan atau kepala sekolah dituntut agar mampu mengefektiflcan berbagai hal,
seperti dana, waktu, dan tenaga sehingga tujuan pendidikan tercapai secara optimal. Kegiatan
supervisi yang dilakukan hendaknya berorientasi kepada kebutuhan peningkatan kemampuan
dan profesionalisme guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Dari beberapa
rumusan penjelasan yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa supervisi kepala
sekolah dan pengawas mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi usaha peningkatan
mutu pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan permasalahan serta temuan di lapangan
maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Supervisi yang dilaksanakan pada 3 SMA Negeri di
Kabupaten Karawang dilaksanakan dengan pengawasan terprogram dan berkesinambungan oleh
supervisor yang memahami tugas dan fungsinya dengan baik dapat meningkatkan mutu
Pembelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran. 2. Supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas pada 3 SMA Negeri di Kabupaten Karawang
merupakan kesempatan para guru tentang apa yang seharusnya dilakukan, mengapa supervisi
dilakukan dan bagaimana supervisi itu harus dilakukan. 3. Supervisi yang dilakukan oleh kepala
sekolah dan pengawas pada 3 SMA Negeri di Kabupaten Karawang sudah memenuhi standar
operasional supervisi, baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan maupun pengontrolan.
4. Supervisor pada 3 SMA Negeri di Kabupaten Karawang sangat memahami kesulitan dan
kendala-kendala yang dihadapi dan dialami oleh para guru. Hal ini penting artinya karena
kondisi dan kemampuan para guru sangat beragam.

C. Kajian Teoritis dan Pembahasan


Administrasi pendidikan adalah mengelola pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Administrasi pendidikan merupakan suatu proses daur ulang
enyelenggaraan pendidikan dimulai dari perencanaan, diikuti oleh pengorganisasian, pengarahan,
pelaksanaan, pemantauan dan penilaian tentang usaha untuk mencapai tujuannya.
Tujuan Administrasi Pendidikan
Tujuan administrasi pendidikan pendidikan pada hakikatnya merupakan alat untuk
mencapai tujuan optimal pendidikan. Karena sekolah merupakan sub sistem dari sistem
pendidikan nasional, maka tujuan administrasi pendidikan yang dilaksanakan di sekolah
mempunyai tiga macam jangkauan, yaitu : tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah, dan
tujuan jangka panjang.
1. Tujuan Jangka Pendek
Pada hakikatnya tujuan jangka pendek administrasi pendidikan di sekolah adalah agar
tersusun dan terlaksana suatu sistem pengelolaan komponen instrumental proses pendidikan,
yang terdiri dari komponen siswa, pegawai, guru, prasarana, sarana, organisasi, pembiayaan,
kurikulum, tata laksana dan hubungan masyarakat guna menjamin terlaksananya proses
pendidikan di sekolah yang relevan, efektif dan efisien yang menunjang tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
2. Tujuan Jangka Menengah
Agar tujuan jangka pendek dilakukan itu tidak salah arah, perlu berorientasi kepada
tujuan jangka menengah, yaitu tujuan institusional setiap jenis dan jenjang program pendidikan
di sekolah. Jadi, tujuan jangka pendek harus disesuaikan dengan tujuan institusional. Tujuan
institusional pendidikan untuk semua tingkat dan jenis sekolah telah dibakukan oleh pemerintah.
3. Tujuan Jangka Panjang
Semua tujuan jangka menengah yang akan dicapai harus mendukung tercapainya tujuan
pendidikan yang lebih luas, yaitu tujuan nasional. Karena itu, kegiatan administrasi pendidikan
di sekolah dalam jangka panjang hendaknya akan mendukung tercapainya tujuan pendidikan
nasional.
Apabila dikaitkan dengan pengertian administrasi pendidikan, tujuan administrasi
pendidikan adalah agar segala usaha kerja sama dalam mendayagunakan berbagai sumber daya
(manusia dan non manusia) dapat berjalan secara teratur, efektif, efisien, dan produktif dalam
mencapai tujuan pendidikan.
Fungsi Administrasi Pendidikan
Pada dasarnya administrasi berfungsi untuk menentukan tujuan organisasi dan
merumuskan kebijaksanaan umum. Sedangkan manajemen berfungsi untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas
kebijaksanaan umum yang telah dirumuskan. Dalam proses pelaksanaannya, administrasi dan
manajemen mempunyai tugas-tugas tertentu yang harus dilaksanakan. Tugas-tugas itulah yang
disebut/ diartikan sebagai fungsi-fungsi administrasi dan manajemen. Di bawah ini akan
dikemukakan pendapat para ahli tentang fungsi administrasi :
“George R Terry mengemukakan  empat fungsi yang terkenal dengan akronim POAC,
yaitu : Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating(penggerakan),
dan Controlling (pengawasan). Henry Fayol menegemukakan lima fungsi, yaitu : Planning
(perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Commanding (pemberian komando),
Coordinating (pengoordinasian), dan Controlling (pengawasan). Luther M.
Gullick mengemukakan tujuah fungsi yang terkenal dengan akronim POSDCORB, yaitu:
Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (pengadaan tenaga kerja),
Directing (pemberian bimbingan), Coordnating (pengkoordinasian), Reporting (pelaporan), dan
Budgeting (penganggaran). Harold Koontz dan O’Donnel menegmukakan lima fungsi yaitu :
Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (pengadaan tenaga kerja),
Directing (pemberian bimbingan), dan Controlling (pengawasan). Menurut John F.
Mee terdapat empat fungsi yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian),
Motivating (pemberian motivasi), dan Controlling (pengawasan). Sementara itu, S.P. Siagian
membagi kedalam lima fungsi, yaitu : Perencanaan, Pengorganisasian, Pemberian motivasi,
Pengawasan, dan Penilaian.[4]
Sejalan dengan uraian diatas, administrasi pendidikan mempunyai fungsi yang integral
dalam proses pendidikan, terutama dalam pengelolaan pelaksanaan proses belajar mengajar di
sekolah. Dengan demikian, fungsi administrasi pendidikan di sekolah meliputi :
a. Fungsi perencanaan yang mencakup berbagai kegiatan seperti menentukan kebutuhan,
diikuti dengan penentuan trategi pencapaian tujuan dan kemudian penentuan program
guna melaksanakan strategi pencapaian tujuan tersebut.
b. Fungsi organisasi yang meliputi pengelolaan personil, sarana prasarana, distribusi
tugas,struktur, yang berwujud sebagai suatu badan yang integral.
c. Fungsi motivasi yang terutama meningkatkan efisiensi proses dan efektivitas hasil kerja.
Fungsi tersebut timbul antara lain karena adanya penentuan dan distribusi tugas,
tanggung jawab, dan kewenangan yang sesungguhnya bermuara pada relevansi,
efektivitas, dan efisiensi hasil kerja yang hendak dicapai.
d. Fungsi pengawasan, meliputi pengamatan proses pengelolaan secara menyeluruh
sehingga tercapailah hasil sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Hal ini akan
berguna untuk mencegah terjadinya penyimpangan, membimbing dalam rangka
peningkatan kemampuan kerja, memperoleh umpan balik, dan untuk mengukur sampai
berapa jauh tujuan telah tercapai.
Pengertian Supervisi Pendidikan
Dilihat dari sudut etimologi “supervisi” berasal dari kata “super” dan “vision” yang
masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Sedangkan secara Epistimologi Supervisi
ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan
kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik. Orang yang
melakukan supervisi disebut dengan supervisor.
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai
berikut :“Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation”.
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik.Rumusan
ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal,
material, technique, method, teacher, student, an envirovment).
Dapat disimpulkan bahwa Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa
bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan
mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya. Supervisi dapat kita artikan sebagai
pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata
usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru.
Tujuan Supervisi Pendidikan
Semua kegiatan yang dilakukan tentu memiliki tujuan dan selalu mengarah kepada tujuan
yang ingin dicapai tersebut. Pendidikan merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia yang
memiliki tujuan yang ingin dicapai dari proses pelaksanaanya.
Merumuskan tujuan supervisi pendidikan harus dapat membantu mencari dan
menentukan kegiatan-kegiatan supervisi yang lebih evektif. Kita tidak dapat berbicara tentang
efektivitas suatu kegiatan, jika tujuannya belum jelas. Tujuan supervisi pendidikan adalah:
a. Membantu Guru agar dapat lebih mengerti/menyadari tujuan-tujuan pendidikan di
sekolah, dan fungsi sekolah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan itu.
b. Membantu Guru agar mereka lebih menyadari dan mengerti kebutuhan dan masalah-
masalah yang dihadapi siswannya; supaya dapat membantu siswanya itu lebih baik lagi.
c. Untuk melaksnakan kepemimpinan efektif dengan cara yang demokratis dalam rangka
meningkatkan kegiatan-kegiatan profesional di sekolah, dan hubungan antara staf yang
kooperatif untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan masing-masing.
d. Menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru dan memanfaatkan serta
mengembangkan kemampuan itu dengan memberikan tugas dan tanggung jawab yang
sesuai dengan kemampuannya.
e. Membantu guru meningkatkan kemampuan penampilannya didepan kelas.
f. Membantu guru baru dalam masa orientasinya supaya cepat dapat menyesuaikan diri
dengan tugasnya dan dapat mendayagunakan kemampuannya secara maksimal.
g. Membantu guru menemukan kesulitan belajar murid-muridnya dan merencanakan
tindakan-tindakan perbaikannya.
h. Menghindari tuntutan-tuntutan terhadap guru yang diluar batas atau tidak wajar; baik
tuntutan itu datangnya dari dalam (sekolah) maupun dari luar (masyarakat).
Tujuan supervisi pendidikan ialah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih
baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.  Tujuan umum Supervisi adalah
memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil  tersebut mampu
meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan
proses belajar mengajar.
Menurut Burhanuddin, bahwa supervisi pendidikan adalah bantuan dalam
mengembangkan situasi belajar mengajar ke arah yang lebih baik, dengan jalan memberikan
bimbingan dan pengarahan pada guru serta petugas lainnya (bagian kependidikan dan non
kependidikan) untuk meningkatkan kualitas kerja mereka utamanya di bidang pengajaran dan
segala aspeknya.
Dalam supervise pendidikan, yang disupervisi adalah guru-guru muda. Dan yang
mensupervisi adalah guru-guru senior dan kepala sekolah. Kepala sekolah adalah tokoh sentral
dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Berhasil atau tidaknya sebuah lembaga
pendidikan khususnya pada satuan pendidikan dan sangat dipengaruhi oleh kompetensi yang
dimiliki kepala sekolah tersebut. Menurut Mulyasa (2011) kepala sekolah adalah salah satu
komponen pendidikan yang palingberperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Kepala sekolah merupakan manajer sekolah. Sebagai manajer kepala sekolah
bertanggung jawab secara langsung untuk memastikan kegiatan dalam sebuah organisasi
dijalankan bersama para anggota dari organisasi (Sule & Saefullah, 2008). Hanya kepala sekolah
yang memiliki kompetensi tinggi yang akan memiliki kinerja yang memberi tauladan,
menginspirasi dan memberdayakan, kondisi ini akan mendorong perubahan yang bermasyarakat,
relevan, efektif biaya serta diterima oleh staf, murid dan masyarakat (Darma, 2007; Hadiyanto,
2004). Kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah sangat penting. Jamali & Prasojo
(2013) menyatakan kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap prestasi siswa. Kemudian
Yogaswara (2010) juga menyatakan bahwa kompetensi manajerial kepala sekolah berkontribusi
terhadap kinerja guru. Kompetensi manajerial kepala sekolah terkai dengan menyusun
perencanaan sekolah/ madrasah, mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai
kebutuhan, memimpin sekolah/ madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya
sekolah/madrasah secara optimal, menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang
kondusif dan inovatif bagi pembelajaran dan lai-lain. Kompetensi supervisi terkait dengan
pembinaan dan pemberian bantuan dalam memperbaiki kompetensi guru.
D. Kesimpulan
Administrasi pendidikan adalah mengelola pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien. Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa
bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan
mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.
Pengelolaan pendidikan idealismenya menyangkut tentang pengelolaan sumberdaya
manusia yang ideal, pengelolaan kurikulum, pembiayaan, peserta didik, kelengkapan sarana dan
prasarana dalam rangka keberlangsungan pencapaian visi dan misi sekolah. Selanjutnya
bagaimana pengelolaan kurikulum oleh pihak sekolah atau guru yang mengajar untuk
meningkatkan mutu pendidkan di sekolah. Dan bagaimana cara pihak sekolah dalam mengatur
pembiayaan untuk melengkapai sarana dan prasana di sekolah. Untuk meningkatkan mutu
sekoalah, pihak sekolah harus bisa menyediakan sumber daya manusia yang ideal, pengeloaan
pembiayaan yang baik, pengelolaan kurikulum yang baik, dan menyediakan sarana dan
prasarana yang baik sebagai penunjangnya.
Mutu sekolah akan meningkat jika pengelolaan pendidikan disekolahnya baik dan pandai
dalam mengelola administrasi keungan sekolah. Dan kepala sekolah melakukan supervise
terhadap guru-guru muda dengan baik. Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan
pengawas masih perlu ditingkatkan secara berkelanjutan dan terprogram. Oleh karena itu,
implikasi yang perlu dilakukan oleh dinas pendidikan adalah hendaknya lebih meningkatkan
peran supervisi yang dilakukan dengan cara humanistik agar guru tidak merasa tertekan dan
bekerja dengan baik meskipun tidak ada kepala sekolah dan pengawas. Keterpaduan yang
harmonis antara kepala sekolah dan pengawas sangat diperlukan sekali sehingga dengan
demikian tercipta rasa kekeluargaan yang harmonis. Melalui rasa kekeluargaan yang harmonis
dibarapkan akan terjadi kolaborasi yang efektif antara kepala sekolah dan pengawas dalam
melakukan supervisi kepada guru sehingga guru merasa dihargai dan diperhatikan oleh kepala
sekolah clan pengawas pada waktu melakukan supervisi ke sekolah baik secara formal maupun
non formal. Suasana inilah yang hams dikembangkan oleh kepala sekolah dan pengawas
sehingga tidak terjadi kesalah pahaman antara kepala sekolah, pengawas dan guru itu sendiri.

E. Referensi:

Burhanuddin.2007.Supervisi Pendidikan dan Pengajaran: Konsep, Pendekatan, dan Pembinaan


Profesional, Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Hendi Haryadi.2009.Administrasi Perkantoran untuk Manajer & Staf.Jakarta: Visimedia

Luk luk Nur Mufidah, 2009, Supervisi Pendidikan, Yogjakarta: Teras


Moh Rifai, Supervisi Pendidikan.1982.Bandung: Jemmars

Mulyadi.2010.Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu. Malang;


UIN Maliki Press.

https://www.researchgate.net/profile/Riza_Kurniawan5/publication/
317184069_IDENTIFIKASI_PERMASALAHAN_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA_UNTUK_
MENINGKATKAN_MUTU_DAN_PROFESIONALISME_GURU/links/
592bb67f0f7e9b9979a97810/IDENTIFIKASI-PERMASALAHAN-PENDIDIKAN-DI-
INDONESIA-UNTUK-MENINGKATKAN-MUTU-DAN-PROFESIONALISME-GURU.pdf

https://journal.unsika.ac.id/index.php/judika/article/view/126/130

Marsidin, S., Ramli, E., & Ningrum, T. A. (2019). Pembinaan Kompetensi Manajerial dan Supervisi Kepala
Sekolah. Jurnal Halaqah, 1(4), 427-432.

Rizki, M., & Afriansyah, H. (1982). Administrasi dan Supervisi Pendidikan.

Purwanto, J. (2005). PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, KETERBUKAAN MANAJEMEN KEPALA


SEKOLAH, DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU (Studi Kasus Guru Bantu dan Guru
Tidak Tetap di SMP Negeri Pracimantoro, Wonogiri (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).

Anda mungkin juga menyukai