Anda di halaman 1dari 13

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN

PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


(Studi di SMPS Katolik Mater Inviolata Larantuka-Flores)

ABSTRAK

Yustina Rasa M Pd.


,
DR. Hotner Tampubolon,MM
hotnertampubolon@yahoo.com.

Tujuan makalah ini mendeskripsikan strategi peningkatan mutu dengan penerapan


MBS di SMPS Katolik Mater Inviolata Larantuka. Dari hasil penelitian dimana
Subjek penelitian, adalah kepala sekolah, guru, komite sekolah dan masyarakat.
Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan
dengan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian adalah: (1) Penerapan strategi: Perencanaan
program ber kelanjutan, melalui penyusunan program setiap tahun pelajaran;
peningkatan mutu akademik dan non akademik dengan mengefektifkan waktu
pembelajaran, perbaikan dan pengayaan; memberdayakan profesionalisme guru
dan staf melalui pelatihan pengembangan profesi; memberdayakan potensi
peserta didik melalui tambahan jam pembelajaran, pendampingan belajar;
menjalin kerja sama dengan orang tua melalui pertemuan rutin pada awal, tengah
dan akhir semester.
{2}Peran kepala sekolah sebagai: (a) Educator: membina, melatih guru melalui
berbagai pelatihan. (b) Manajer: melakukan perencanaan dan pengem bangan
program sekolah. (c) Administrator: tertib administrasi setiap bidang tugas. (d)
Supervisor: melakukan pengawasan kinerja guru dan staf. (e) Leader: kepe
mimpinan yang demokratis. (f) Inovator: Adanya inovasi baru; program pelatihan
IT. (g) Motivator: memotivasi guru, staf, siswa untuk mengembangkan potensi.
{3}Peran guru: sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar berbasis PAKEM.
(4) Peran komite sekolah: terealisasi dalam memberi pertimbangan terhadap
penen tuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan, menindak lanjuti aspirasi
masyarakat.
(5) Peran masyarakat melalui partisipasi dalam pelaksanaan program, memberikan
bantuan finansial, dan tenaga.

Kata Kunci : Peningkatan Mutu, Manajemen Berbasis Sekolah

The purpose of this research to describe the application of quality improvement


strategies with MBS in Catholic Mater Inviolata Larantuka Junior High School.
The subject of the research,the principal,the teachers,the school committee,and
the school community. The research method is descriptive qualitative. Data
collection is done with the interview techniques, observation and study of the
documentation.

The results of the research are that: (1) Application of strategy: Continuous
program planning, through programming each year of lessons; improvement of
academic and non academic quality by streamlining learning time, improvement
program and enrichment; empowering the professionalism of teachers and staff
through professional development training;empowering potential learners through
additional learning hours, learning assistance; cooperate with parents through
regular meetings at the beginning, of the middle and end of the semester. (2) The
role of the principal as: (a) Educator: foster, train teachers through various
trainings.(b) Managers: planning and developing school programs. (c)
Administrator: orderly administration of each task field. (d) Supervisor: supervise
the performance of teachers and staff. (e) Leader: a democratic leadership. (f)
Innovators: The new innovations; IT training program. (g) Motivators: motivate
teachers, staff, students to develop potential. (3) The role of teachers: as
implementing PAKEM-based teaching and learning activities. (4) The role of the
school committee: realized in giving consideration to the host and the
implementation of education policy, following up the aspirations of the
community. (5) The role of the community through participation in program
implementation, providing financial assistance, and personnel.

Keywords : Quality Improvement, School Based Management

2
A. Pendahuluan

Dalam konteks rencana pembangunan nasional,pendidikan diharapkan


menghasilkan manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa,berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan,sehat jasmani dan rohani,berkepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan secara terencana, terarah,
intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan. Peningkatan kualitas
pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Berbagai usaha yang telah dilakukaan oleh pemerintah dan kalangan swasta
untuk mewujudkan amanat tersebut dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional,
antara lain pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi
guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan
sarana dan prasarana pendidikan,dan peningkatan mutu manajemen sekolah.Namun
demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan
yang berarti. Sebagian sekolah menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang
cukup menggembirakan namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. Sehingga
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya
melalui Depdiknas berupaya melakukan perubahan. Salah satu upaya pemerintah
dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) di sekolah. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
dimulai tahun 1999,sejak dicanangkan UU no. 22 tahun 1999, tentang pemerintah
daerah dan UU no.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah .
Tujuan dari Manajemen Berasis Sekolah (MBS),adalah meningkatkan
efisiensi,mutu,dan pemerataan pendidikan.Peningkatan efisiensi diperoleh melalui
keleluasaan mengelola sumber daya yang ada,partisipasi masyarakat,dan penye

3
derhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua,
keluwesan pengelolaan sekolah,peningkatan profesionalisme guru,adanya peng
hargaan (reward) dan hukuman (punishment) sebagai kontrol sekaligus motivasi..
Bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dilaksanakan di sekolah sebagai
model manajemen yang dipandang tepat sebagai dasar pengelolaan pendidikan di
sekolah untuk mencapai mutu yang diharapkan Komite Sekolah,dituntut berperan aktif
sebagai pemberi pertimbangan, pen dukung layanan, pengontrol sekaligus sebagai
mediator antara masyarakat dengan pemerintah. Masyarakat,dituntut berperan aktif
dalam memberikan gagasan, kritik membangun,dukungan pelaksanaan kebijakan
pendidikan dan memberi dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.
SMPS Katolik Mater Inviolata Larantuka,adalah salah satu lembaga pen
didikan swasta yang merupakan milik yayasan Santo Gabriel Maumere Flores.
Lembaga pendidikan ini memiliki banyak keunggulan baik akademik maupun non
akademik

B. Pembahasan

Peningkatan mutu pendidikan mencakup peningkatan mutu sekolah yang


didukung oleh manajemen yang tepat yang implementasinya bersifat efektif dan
efisien. Peningkatan Mutu sekolah tidak lepas dari bagaimana upaya meraih prestasi
suatu sekolah yang didukung oleh berbagai macam sarana kebutuhan.

Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah mengaplikasikan sekumpulan


teknik yang mendasar pada kesediaan data dan pemberdayaan suatu sekolah untuk
secara berkeseimbangan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah
guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Sagala (2011: P.170) berpendapat bahwa mutu pendidikan adalah gambaran
dan karakteristik menyeluruh jasa pelayanan pendidikan secara internal maupun
eksternal yang kemampuannya memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang
tersirat mencakup input, proses, dan output pendidikan. .........

4
Mutu pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan SDM yang sangat
penting maknanya bagi pembangunan nasional,justru dikatakan masa depan bangsa
itu terletak pada keberadaan pendidikan yang berkualitas pada masa kini.
Sedangkan Sudarwan Danim (2007) berpendapat bahwa untuk mening katkan
mutu pendidikan maka penting sekali memperhatikan dan melibatkan di dalamnya
lima komponen/faktor yang dominan antara lain,(1) Kepemimpinan kepala sekolah;
(2) Siswa; (3) Guru; (4 ) Kurikulum dan; (5) Jaringan kerja sama.
Istilah mutu dalam kehidupan sehari-hari digunakan dalam konteks yang
luas,yang pada umumnya mengandung pengertian baik,bernilai dan bermanfaat.
Persoalan baru akan muncul ketika orang mempertanyakan bagaimanakah sesuatu itu
dianggap baik atau bernilai.Untuk menjawab pertanyaan tersebut sesungguh nya
tidaklah mudah sebab konsep mutu merupakan suatu ide dan inprovisasi yang
dinamis.
Menurut Sallis E (2011) terdapat dua konsep tentang mutu, yaitu sebuah
konsep yang absolut sekaligus relatif. Konsep Mutu yang absolut adalah mutu yang
mempunyai idealisme tinggi dan berstandar tinggi yang harus dipenuhi, dengan sifat
produk yang bergengsi tinggi.
Definisi pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistim Pendidikan Nasional atau Sisdiknas Pasal,1 (ayat1 dan 4),bahwa: ”Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan,akhlak mulia,pengendalian diri,kecer dasan,kepribadian serta
keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan juga
negara”.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mutu berkaitan dengan usaha
secara sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan melalui proses kegiatan dengan
melibatkan orang lain yang ber kompeten dibidangnya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan
merupakan konsep yang dirancang berdasarkan standar yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan secara aktif untuk manusia yang terdidik dan berkarakter yang
dikembangkan sesuai dengan kompetensi yang di miliki.

1. Strategi Peningkatan Mutu Pendididkan

5
Pelaksanaan pendidikan membutuhkan strategi sebagai langkah dalam
mencapai tujuan yang diharapkan baik itu tujuan pendidikan nasional maupun tujuan
dari setiap satuan pendidikan. Nanang Fattah ( 2013), mengemukakan bahwa strategi
dalam peningkatan mutu pendidikan adalah: Cara atau pendekatan yang dilakukan
dalam melakukan penjaminan mutu untuk menilai kualitas proses (process quality)
dan kualitas hasil (product quality).
Sejalan dengan teori di atas,dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan
mutu pendidikan, sekolah tersebut harus melakukan berbagai strategi.
Strategi peningkatan mutu pendidikan di sekolah dalam implementasinya tidak
lepas dari manajemen peningkatan mutu sekolah.

2. Peran Kepala Sekolah dan Guru

Fattah (2004:11) menyatakan bahwa“Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


adalah suatu pendekatan politik yang bertujuan untuk mendesain pengelolaan
sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja yang mencakup guru, siswa,
orang tua siswa dan masyarakat”.
Kepala sekolah didalam melaksanakan MBS mempunyai peran penting
sebagai mana tugas dalam EMASLIM, yakni sebagai educator, manajer, admini
strator, supervisor, leader, inovator dan motivator (Depdiknas, 2006). Selain itu
kepala sekolah dituntut mampu melaksanakan 5 (Lima) kompetensi kepala sekolah
yaitu: kompetensi manajer, kewirausahan, supervisi, kepribadian dan sosial
(Permendiknas: No. 13 Thn 2007).
Implementasi MBS di sekolah dilaksanakan secara efektif dan efisien yang
menuntut kepala sekolah memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan dan
pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Lebih lanjut kepala sekolah
dituntut mampu melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan
proses belajar mengajar dengan melakukan supervisi kelas, membina dan memberi
saran positif kepada guru.
Guru merupakan teladan dan panutan langsung bagi peserta didik di kelas dan
lingkungan sekolah,oleh karenanya guru perlu mempersiapkan diri dengan segala
kewajiban,baik manjemen maupun isi keluasan materi pembelajaran. Kreatifitas dan
daya cipta guru dalam melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) perlu

6
terus didorong dan dikembangkan untuk mencapai mutu yang diharapkan menilai
hasil karya peserta didik; (6) Mampu mengembangkan dan mengak tualisasi
diri, mampu bekerja dan bertindak secara mandiri, mampu berprakarsa, kreatif, dan
inovatif, mampu meningkatkan kemampuan melalui berbagai kegiatan Kompetensi
profesional, guru harus mampu dalam hal penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam. Indikator adalah : (1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan
idealisme; (2) Memiliki tanggung jawab atas pelksanaan keprofesionalan; (3)
Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendi dikan sesuai bidang
tugas; (4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas.
Kompetensi adalah kemampuan guru yang meliputi: sikap mantap, beraklak
mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik. Indikatornya
adalah: (1). Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan
nasional Indonesia; (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia
dan teladan bagi perta didik dan masyarakat; (3). Menampilkan diri sebagai pribadi
yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa; (4). menunjukan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan memiliki rasa percaya
diri; (5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3. Peran Komite Sekolah dan Masyarakat
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan,dan efisiensi penge
lolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur
pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di luar sekolah (Kepmendiknas nomor:
044/U/2002). Pembentukkan Komite Sekolah telah ditetapkan dalam keputusan
Mendiknas No.044/U/2002 dimana dinyatakan bahwa sasaran yang akan dicapai
dalam program pembinaan pendidikan dasar dan menengah diantaranya adalah
terwujudnya manajemen pendidikan yang berbasis sekolah/ masyarakat dengan
mengenalkan konsep dan merintis pembentukkan Dewan Pendidijkan atau
pemberdayaan Komite Sekolah di setiap sekolah.
Tujuan dibentuknya komite sekolah yaitu: (1). Mewadahi dan menyalurkan
aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan
program pendidikan di satuan pendidikan; (2) Meningkatkan tanggung jawab dan
peran serta masyarakat dalam penyelenggaran pendidikan di satuan pendidikan; (3)
Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.

7
Dalam pelaksanaan MBS, komite sekolah mempunyai peran sebagai pemberi
pertimbangan, pendukung, dan sebagai mediator antara pemerintah dan masyarakat
di sekolah.
a. Peran serta masyarakat dalam perencanaan pendidikan
Perencanaan pendidikan adalah hal yang sangat urgen dalam penyeleng garaan
pendidikan. Karena dari sanalah keseluruhan dari pelaksanaan hingga kualitas dan
kompetensi output pendidikan ditentukan. Mengingat pendidikan adalah dari
masyarkat dan untuk masyarakat,maka partisipasi masyarkat dalam perencanaan
sangatlah penting artinya. Perencanaan dimaksud bisa berupa perumusan visi dan
misi pendidikan. Dalam perumusan visi misi ini masyarakat sangat penting ikut
terlibat untuk menemukan apa sebenarnya yang menjadi persoalan dan kebutuhan di
tengah-tengah masyarakat. Sehingga akan muncul rumusan-rumusan masalah yang
nantinya akan dicarikan pemecahan dan solusi lewat perumusan visi dan misi
pendidikan.
b. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
Penyelengaraan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama sekolah dan
masyarakat. Masyarakat dapat berpartisipasi langsung mulai dari penerimaan siswa
baru, pengadaan guru, sarana prasarana, dan pengawasan. Dengan keterlibatannya
masyarakat dapat mengontrol penyelenggaraan pendidikan. Hal ini disatu sisi
bermanfaat untuk mendorong kesungguhan penyelenggara pendidi kan agar
senantiasa profesional dan berkualitas,sementara disisi yang lain, keterlibatan
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan akan semakin menebalkan rasa
memiliki masyarakat terhadap lembaga pendidikan. Sehingga loyalitas mereka
dalam mendukung keberlangsungan pendidikan akan semakin kuat. Dengan
dukungan penuh dari masyarakat, pendidikan akan dapat berjalan dengan efesian dan
bahkan cenderung dapat menunjang kemudahan inovasi dan pengembangannya.

c Peran masyarakat dalam evaluasi pendidikan


Dalam pendidikan,evaluasi merupakan hal yang sangat urgen. Lewat
pelaksanaan evaluasi akan diketahui apa saja kelebihan dan kekurangan sekolah.
Selanjutnya dilakukan tindak lanjut berupa penanggulangan dan perbaikan
terhadap kekurangan dan pengembangan terhadap kelebihan/kekuatan yang ada
Mulyasa (2003),seperti pada gambar berikut.

8
Dari skema tersebut di atas dapat dilihat bahwa untuk mencapai mutu

pendidikan dibutuhkan peran serta kepala sekolah,guru, masyarakat dan komite.

4. Dukungan dan Hambatan dalam Implementasi MBS

Pelaksanaan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di satuan pendidikan


melibatkan banyak unsur, seperti kepala sekolah, guru, peserta didik, komite seko
lah, sarana dan prasarana sekolah dan lingkungan sekolah (stakeholder pen didikan).
Unsur-unsur yang terlibat tersebut, disamping dapat menjadi faktor pendukung juga
dapat menjadi faktor penghambat.
Faktor pendukung adalah faktor yang memberi daya dukung bagi ter
laksananya penerapan manajemen berbasis sekolah sedangkan faktor penghambat
adalah faktor yang dapat menghalangi atau bahkan dapat menggagalkan pelaksanaan
penerapan manajemen berbasis sekolah. Semua unsur diatas ber potensi untuk
menciptakan suasana yang dapat mendukung dan menghambat pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah di satuan pendidikan .

9
Menurut Nurkholis (2003) dalam Muhammad Syaifuddin, ada enam faktor
pendukung implementasi MBS. Ke enam faktor pendukung itu antara lain: political
will, finansial, sumber daya manusia, budaya sekolah, kepemimpinan, dan
keorganisasian. Keberhasilan implementasi MBS tidak terlepas dari dasar hukum
implementasi MBS yang tertuang dalam berbagai kebijakan pemerintah (political
will). Salah satu contoh dukungan pemerintah dalam pelaksanaan MBS, adalah
adanya panduan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS).
Aspek finansial atau keuangan merupakan faktor penting bagi sekolah dalam
mengimplementasikan MBS. Oleh karena itu perhatian permerintah dari aspek
finansial dalam mendukung implementasi MBS secara langsung melalui pemberian
dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah).
Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam men
dukung keberhasilan implementasi MBS. Maka berbagai upaya dilakukan oleh pihak
pemerintah atau pemangku kepentingan untuk meningkatkan sumber daya manusia
melalui pelatihan-pelatihan untuk pengembangan dan peningkatan SDM.
Dalam pelaksanaan MBS, sering dihadapkan dengan berbagai hambatan,
sehingga upaya untuk meningkatkan mutu tidak berjalan efektif.

1. Penerapan MBS hanya sekedar mengadopsi model apa adanya tanpa upaya
kreatif. MBS bukanlah model yang mati mati dan tidak ada ada satu model
baku yang biasa diterapkan di semua sekolah. Sekolah harus mengadopsi
model MBS sesuai dengan kondisi sekolah dan lingkungannya.
2. Kepala sekolah bekerja berdasarkan agendanya sendiri tanpa memperhatikan
aspirasi stakeholder.
3. Kekuasaan pengambilan keputusan berpusat pada satu pihak dan cenderung
semena-mena,dengan tidak memperhatikan hakekakat dari dari implementasi
MBS itu sendiri.
4. Menganggap bahwa MBS adalah hal biasa dengan tanpa usaha yang serius
akan berhasil dengan sendirinya.

Dari empat faktor penghambat diatas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan


MBS akan terhambat jika seluruh stakeholder tidak bisa bekerja sama untuk
mewujudkan tujuan sekolah.

10
Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan
Sejalan dengan teori di atas,dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan
mutu pendidikan,sekolah tersebut harus melakukan berbagai strategi.SMPS Katolik
Mater Inviolata Larantuka,sejak melaksanakan program manajemen ber basis
sekolah (MBS) memiliki otonomi untuk mengelola manajemen sekolah untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) meru pakan
model manajemen yang digunakan SMPS Katolik Mater Inviolata Laran tuka dalam
rangka peningkatan mutu sekolah,meliputi: 1) perencanaan program berkelanjutan,
2) Peningkatan mutu akademis dan non akademik, 3) pemberdayaan dan
peningkatan profesionlisme guru dan karyawan, 4) pemberdayaan potensi peserta
didik, 5).Menjalin kerja sama dengan orang tua dan masyarakat.

C. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ini, maka peningkatan mutu
pendidikan dengan penerapan MBS di SMPS Katolik Mater Inviolata Larantuka,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Strategi peningkatan mutu pendidikan di SMPS Katolik Mater Inviolata
Larantuka, adalah:
a) Melakukan perencanaan atau penyusunan program sekolah berkelanjutan pada
setiap tahun pelajaran berupa Rencana Pengembangan Sekolah ( RPS),
(RENSTRA), RKAS; yang menjadi acuan pelaksanan program pendidikan;
b) Peningkatan mutu akademik dan non akademik melalui pembelajaran yang
efektif dan kreatif, pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan;
c) Pemberdayaan dan peningkatan profesionlisme guru dan staf, melalui
pelaksanaan program sekolah,seminar dan pelatihan pengem bangan profesi;
d) Pemberdayaan potensi peserta didik, adanya tambahan jam pembelajaran,
pendampingan belajar, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler;
e) Menjalin kerja sama dengan orang tua siswa/masyarakat melalui pertemuan
rutin setiap awal, tengah dan akhir semester. Bentuk partisipasi dinyatakan
melalui pemberian bantuan dana, material , ide/gagasan yang konstruktif.

DAFTAR PUSTAKA

11
Ahmad, Dzaujak, 1996, Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah
Dasar, Jakarta, Depdikbud
Arikunto,Suarsimi,2012,Dasar-DasarEvaluasiPendidikan,Ed.2-Jakarta:
Bumi Aksara
Djoemad,Tjiptowardojo.2010.Model Stratejik Peningkatan Mutu Perguruan
Tinggi Swasta”(Penelitian Kualitatif Terhadap Strategi Peningkatan Mutu
Universitas Widyatama di Kota Bandung) disertasi.
Dwiningrum Siti Irene Astuti, (2015), Desentralisasi dan Partisipasi
Masyarakat Dalam Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar;
Fattah,2004: Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah . Bandung
: Pustaka Bani Quraisy.
Hasbullah, (2010), Otonomi Pendidikan, Jakarta, Rajawali Pers;
Kosasih,Ahmad.2010.Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan (Strategi Pening
katan Kinerja Kepala Sekolah dan Guru melalui MKKS dan MGMP dalam
pembelajaran pada SMP Negeri di Kabupaten Garut).Surakarta :UMS
Machali Kurniadin,2012.Manajemen Pendidikan,Konsep dan PrinsipPengelolaan
Pendidikan, Yogyakarta : ARUZZ Media.
Mulyasa E. 2003, Manajemen Berbasis Sekoalah,Bandung : Remaja Rosdakarya ,2006.
Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan
Menyenangkan, Bandung Remaja Rosdakarya
Nurcholis,2002, Strategi Sukses Implementasi MBS.Jkt. Artikel pendidikan
Pidarta Made (2011), Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta;
Raharja,2011.Partisipasi Orang Tua Dalam Manajemen Sekolah;Suatu Perspektif
Pendidikan Multicultural. Jurnal Manajemen Pendidikan. No.01/Th,VI /
April / 2011
Safori, Djam’an, Pengawasan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung:
Alfabeta, 2016.
Sallis, Edward, 2006. TQM Education, Jogyakarta : IRCisoD
Siagian, Sondang P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manuasia. Jakarta: Penerbit
Bumi Aksara.
Sagala Syaiful, (2011), Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan: Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi dan Pemberdayaan
Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah, Bandung, Alfabeta;

12
Slameto. 2010,Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT .
Rineka Cipta
Sukmawati, 20011. Strategi Peningkatan Mutu Melalui Manajemen Berbasis
Sekolah “, Jurnal Pendidikan.

Suryanto, 2001 “ Kepemimpinan Kepala Sekolah”Kompas, 23 Maret 2001.


Sugyono, 2008. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D. Bandung :
Alfabeta.
Sanjaya, Wina,2006. Straegi Pembelajaran. Kencana Prenada. Media Group.
SyamsuYusuf dan Nani Sugandhi,Perkembangan peserta didik,Jakarta Rajawali
Press,cet-3,2012:139).
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
Bandung: Penerbit Citra Umbara
Undang-undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, BAB IX Standar Pendidikan
Nasional, Pasal 35 ayat 1.
Umaedi,2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Cet.VIII; Malang
: UMM Press
Wahjosumidjo, (2013), Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta, Rajawali Pers;
Zamroni, 2007. Meningkatkan Mutu Sekolah, Jakarta : PSAP Muamadiyah.

13

Anda mungkin juga menyukai