Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia selalu mendapat perhatian dari banyak
kalangan baik pemerintah maupun kalangan masyarakat khususnya dari segi
kualitas. Tuntutan untuk meningkatkan kualitas juga semakin kuat demi
terciptanya pendidikan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan adanya kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, persaingan global serta kesadaran dari
masyarakat akan pendidikan yang berkualitas semakin tinggi.
Kualitas sama halnya dengan sebuah mutu. Meningkatkan sebuah
kualitas atau mutu maka harus melakukan perubahan-perubahan. Perubahan
yang besar yaitu perubahan budaya. Hal pertama yang dilakukan seseorang
atau organisasi yang ingin berubah adalah merubah budayanya terlebih
dahulu. Begitu juga dalam dunia pendidikan. Untuk dapat menciptakan mutu
yang baik perlu dilakukan tindakan tertentu seperti pembiasaan atau budaya
yang baik oleh pelaku pendidikan. Kebiasaan yang baik tersebut perlu
diterapkan di sekolah-sekolah sehingga dapat menciptakan suatu mutu
pendidikan yang baik pula atau disebut dengan budaya mutu sekolah.
Budaya mutu menurut Mulyadi, (2010:57) merupakan sistem nilai
yang dimiliki suatu organisasi dimana sistem tersebut menghasilkan
lingkungan yang bersifat kondusif untuk keberlangsungan dan keberlanjutan
perbaikan mutu. Said (2015:50) memberikan pendapatnya bahwa budaya
mutu adalah sebuah system makna bersama yang dianut oleh para anggota.
Hal ini yang membedakan suatu sekolah dengan sekolah lainnya.
Selanjutnya Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (2017:5)
menjelaskan pengertian dari budaya mutu adalahnilai dan keyakinan mutu
dalam suatu masyarakat yang digunakan sebagai sumber penggalangan
konformisme perilaku yang bermutu tinggi bagi masyarakat pendukungnya.
Budaya sekolah meliputi nilai-nilai dan keyakinan. Nilai merupakan
penghayatan warga sekolah tentang apa yang dianggap benar-salah, baik
buruk, keindahan dan ketidak indahan, layak dan tidak layak. Sedangkan
keyakinan merupakan sikap tentang bagaimana cara sesuatu seharusnya
dilakukan. Untuk itu keyakinan merupakan sesuatu yang penting, berharga,
bersifat konseptual yang harus diyakini dan dihayati sebagai dasar untuk
bersikap dan bertindak, dengan demikian budaya sekolah awalnya merupakan
aturan dan tata tertib yang disepakati bersama oleh warga sekolah, dihayati
dan dilakukan terus menerus sampai menjadi kebiasaan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan budaya
mutu sekolah merupakan faktor yang penting dalam membentuk siswa
menjadi manusia yang memiliki sikap penuh optimisme, berani, terampil,
berperilaku kooperatif, ulet, disiplin, beretos kerja tinggi, dan pandai
menangkap peluang.
Untuk mewujudkan budaya mutu di SD Negeri Burengan 3 telah
melaksanakan berbagai program peningkatan budaya mutu baik melalui
penguatan pembelajaran yang bermutu, perbaikan sarana dan prasarana,
penataan managemen sekolah, program pendidikan karakter, program sekolah
sehat, bersih (menumbuhkan kesadaran tentang bahaya virus covid-19),
program optimalisasi kinerja perpustakaan dan berbagai program lainnya.

B. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah


1. Visi Sekolah
“Unggul dalam Prestasi, Terampil, Berakhlak Mulia, dan Cinta Nusa
Bangsa.”
2. Misi Sekolah
a. Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan
menyenangkan.
b. Mengembangkan kecakapan hidup dan sikap ilmiah.
c. Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler untuk menggali potensi siswa.
d. Menerapkan budaya kerja, budaya tertib, dan budaya bersih.
e. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama sebagai
sumber kearifan dalam berfikir dan bertindak.
f. Menumbuhkan sikap mental yang peduli pada diri sendiri, sekolah,
dan lingkungan.
g. Menumbuhkan sikap kepahlawanan dan rela berkorban.
h. Menumbuhkan kesadaran tentang bahaya narkoba bagi diri sendiri dan
orang lain.
3. Tujuan Sekolah
Mengacu pada visi dan misi sekolah, serta tujuan umum pendidikan
dasar, tujuan sekolah dalam mengembangkan pendidikan di SD Negeri
Burengan 3, sebagai berikut ini :
a. Meningkatkan perilaku budi pekerti luhur.
b. Meningkatkan IMTAQ dan IPTEK.
c. Meningkatkan keterampilan siswa dengan bakat serta minat.
d. Meningkatkan kepribadian seutuhnya.
e. Mempersiapkan siswa untuk melannjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi (Wajar 9 tahun).
f. Meningkatkan Profesionalisme personal.
g. Meningkatkan sikap rela berkorban.
h. Mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat, dan kebudayaannya.
i. Kreatif, terampil, dan bekerja untuk dapat mengembangkan diri secara
terus menerus.
j. Menjadikan sekolah dan generasi yang bersih dan bebas dari narkoba
dan sejenisnya.

C. Struktur Organisasi Sekolah


1. Kepala Sekolah : Zainal Arifin, S.Pd.
2. Komite Sekolah : Drs. Suyitno, M.Pd.
3. Operator : Moh. Ishlahul Amri, S.H.I :
4. Unit Perpustakaan : Dwi Mulyanawati, S.Pd.
5. Guru Kelas 1 : Erna Agustina, S.Pd.
6. Guru Kelas 2 : Meilina Indriaana, S.Pd.
7. Guru Kelas 3 : Mohammad Ikhwan Nasrulloh
8. Guru Kelas 4 : Mohammad Mujiono, S.Pd.
9. Guru Kelas 5 : Sri Ambarwati, S.Pd.SD
10. Guru Kelas 6 : Erli Puji Rahayu, S.Pd.
11. Guru Olahraga : Wiridania Hidayati M.
12. Guru Agama Islam : Yuni Wulansari, S.Pd.I
13. Guru Agama Kristen : Monica Cristi Y.
BAB II
PERENCANAAN, PELAKSANAAN, EVALUASI, HASIL,
DAN TINDAK LANJUT

A. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Manajemen Berbasis Sekolah merupakan model manajemen pendidikan
yang telah dilaksanakan di beberapa negara. Menurut E. Mulyasa (2011:24),
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan terjemahan dari School
Based Management, Istilah inipertama kali muncul di Amerika Serikat ketika
masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan
perkembangan masyarakatsetempat. Di Indonesia penerapan model MBS
disesuaikan terlebih dahulu dengam Sistem Pendidikan di Indonesia.
MBS ini diterapkan dengan tujuan agar sekolah diberi wewenang untuk
mengelola sekolahnya semaksimal mungkin sesuai dengan visi dan misi
sekolah tersebut agar mutu pendidikan dapat ditingkatkan.
Manajemen Berbasis Sekolah diartikan sebagai “model manajemen
yang memberikan otonomi atau kemandirian yang lebih besar kepada
sekolah”. (Sagala, 2006: 133) Model manajemen ini mendorong pengambilan
keputusan partisipatif yang melibatkan langsung semua warga sekolah sesuai
dengan standar mutu yang berkaitan dengan kebutuhan sarana dan prasarana,
fasilitas sekolah, peningkatan kualitas kurikulum, dan pertumbuhan jabatan
guru. Keputusan sekolah yang diambil harus melibatkan secara langsung
semua warga sekolah yaitu guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua
siswa dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Keputusan yang
demikian dapat membangun rasa memiliki bagi setiap warga sekolah dan
dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan dedikasi warga sekolah.
a) Pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.
Sejalan dengan hal diatas, maka pemerintah juga mengeluarkan
peraturan pemerintah yang melandasi pelaksanaan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) di satuan pendidikan yaitu, Peraturan Pemerintah Nomor
57Tahun 2021 Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa Standar pengelolaan
merupakan kriteriaminimalmengenai perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasankegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh SatuanPendidikan
agar penyelenggaraan Pendidikan efisiendan efektif.(2)Perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatanPendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) padapendidikan anak usia dini dan Jenjang Pendidikandasar
dan menengah menerapkan manajemen
berbasis sekolah yang ditunjukkan dengankemandirian, kemitraan,
partisipasi, keterbukaan, danakuntabilitas.
Dan di Pasal 51 UU No.20/2003 menyatakan sebagai berikut :
(1) Pengelolaan satuan pendidikan anak usia din, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan
minimal dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah/ Madrasah.
(2) Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan
prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang
transparan.
(3) Ketentuan mengenai pengelolaan satuan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah, sampai saat ini masih
mengalami kendala yang berarti. Hal ini terjadi disebabkan karena belum
familiarnya konsep-konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah
dijajaran persekolahan. Tidaklah mudah menerapkan inovasi manajemen
dalam waktu yang singkat, namun fenomena yang terlihat menunjukkan
bahwa keinginan untuk melakukan perubahan di sektor pengelolaan
manajemen persekolahan telah mempengaruhi sistem penyelenggaraan
pengelolaan pendidikan kearah Manajemen Berbasis Sekolah dengan
meninggalkan pengelolaan manajemen yang konvesional. Tugas dan
fungsi utama sekolah adalah mengelolapenyelenggaraan MBS di sekolah
masing-masing. Mengingat sekolah merupakan unit utama dan terdepan
dalam penyelenggaraan MBS, maka sekolah menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai berikut. Wakil sekolah (kepala sekolah, guru, dan
operator), wakil orang tua siswa, wakil organisasi profesi, wakil
pemerintah, dan tokoh masyarakat.
b) Mengkoordinasikan dan menyerasikan segala sumberdaya yang ada di
sekolah dan di luar sekolah untuk mencapai sasaran MBS yang telah
ditetapkan
c) Melaksanakan MBS secara efektif dan efisien denganmenerapkan prinsip-
prinsip total quality management (fokus pada pelanggan, perbaikan secara
terus-menerus, dan keterlibatan total warga sekolah dalam meningkatkan
mutu sekolah) dan berfikir sistem (berfikir holistik/tidak parsial, saling
terkait, dan terpadu).
d) Melaksanakan pengawasan dan pembimbingan dalam pelaksanaan MBS
sehingga kejituan implementasi dapat dijamin untuk mencapai sasaran
MBS.
e) Pada setiap akhir tahun ajaran melakukan evaluasi untuk menilai tingkat
ketercapaian sasaran program MBS yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi
ini kemudian digunakan untuk menentukan sasaran baru program MBS
tahun-tahun berikutnya.
f) Menyusun laporan penyelenggaraan MBS beserta hasilnya secara lengkap
untuk disampaikan kepada pihak-pihak terkait yaitu Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota. Pengawas Sekolah, Komite Sekolah, dan yayasan (bagi
sekolah swasta), dan sekolah yaitu Dinas Pendidikan kabuapten/Kota,
Komite Sekolah, dan yayasan (bagi sekolah swasta).
Adapun beberapa program yang dikembangkan dalam rangka manajemen
berbasis sekolah meliputi:
(1) proses belajar mengajar,
(2) perencanaan dan evaluasi program sekolah,
(3) pengelolaan kurikulum,
(4) pengelolaan ketenagaan,
(5) pengelolaan peralatan dan perlengkapan,
(6) pengelolaan keuangan,
(7) pelayanan siswa,
(8) hubungan sekolah-masyarakat, dan
(9) pengelolaan iklim sekolah.
Di bawah ini disajikan beberapa kutipan dari Program MBS SDNegeri
Burengan 3, sebagai berikut :
a) Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum merupakan rancangan kegiatan dan pengalaman yang
akan diberikan sekolah kepada siswa. Oleh karena itu, kurikulum memuat :
(1) Kurikulum disusun dengan mempertimbangkan karakteristik peserta
didik, potensi lingkungan sekolah, masyarakat, dan potensi daerah.
(2) Perangkat kurikulum dan pembelajaran disusun secara mandiri oleh
sekolah melalui kerja tim yang terdiri dari Kepala Sekolah, guru,
unsur komite sekolah dan/atau orang tua siswa yang memiliki
keahlian.
(3) Kurikulum sekolah dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
pengembangan kuriklum.
(4) Tahapan pengembangan kurikulum dilakukan melalui langkah-lagkah
yanga sistematis.
(5) Sekolah memiliki dokumen muatan lokal yang disusun dengan
melibatkan kepala sekolah, guru, komite, tokoh masyarakat, instansi
terkait.
(6) Sekolah memiliki dokumen silabus dan RPP setiap mata pelajaran.
(7) Sekolah memiliki dokumen program kegiatan layanan konseling
dengan sasaran layanan individu dan layanan kelompok.
(8) Proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan dengan pendekatan aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) dan menerapkan
pembelajaran abad 21.
(9) Strategi pembelajaran memberikan kesempatan dengan leluasa kepada
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, interaktif, kreatif, inovatif dan
mandiri.
(10) Penilaian pembelajaran dilaksanakan mencakup penilaian proses dan
hasil belajar.
(11) Instrumen penilaian yang digunakan bervariasi, menerapkan teknis tes
maupun non tes
(12) Pengorganisasian peserta didik dalam pembelajaran bervariasi
(klasikal, kelompok, berpasangan, individu dan lain sebagainya)
(13) Aktifitas belajar peserta didik bervariasi (misalnya: wawancara,
pengamatan, penelitian, bermain peran, melakukan percobaan ) sesuai
dengan kompetensi yang dikembangkan.
(14) Tata tertib kelas disusun dan disepakati bersama oleh siswa dan guru.
(15) Perilaku warga kelas (guru dan siswa) sesuai dengan etika yang
berlaku.
(16) Guru memanfaatkan berbagai sumber belajar (bahan pustaka,
lingkungan sekitar, pengalaman peserta didik, narasumber, internet)
disesuaikan dengan kompetensi yang dikembangkan.
(17) Guru menggunakan alat bantu belajar (media atau alat peraga, lembar
kerja) sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan bersama peserta
didik.
(18) Guru membuat dan menggunakan lembar kerja untuk mengkondisikan
peserta didik menemukan konsep/ gagasan/cara/rumus dan mengamati
konteks kehidupan nyata.
(19) Pertanyaan yang diajukan guru memancing siswa untuk membangun
gagasannya sendiri.
(20) Guru memberikan umpan balik yang dapat mendorong peserta didik
mengemukakan ide/gagasan.
(21) Peserta didik aktif dan tekun melakukan kegiatan/aktifitas
pembelajaran.
(22) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik tampil di depan
kelas untuk bercerita, mempresentasikan hasil kerja
kelompok/individu, memimpin diskusi kelas.
(23) Guru bersama siswa melakukan refleksi/perenungan tentang kesan
dan/atau pemahaman terhadap proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
(24) Hasil belajar peserta didik dipantau secara berkelanjutan untuk dapat
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).
(25) Kompetensi peserta didik dikembangkan secara seimbang baik
personal maupun sosial sesuai dengan latar belakang potensi peserta
didik (contoh: jujur, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, toleransi,
empati, percaya diri, musyawarah, kepemimpinan).
(26) Setiap proses pembelajaran bebas dari perlakuan kekerasan
(emosional, fisik, dan pelecehan seksual)
(27) Memberikan pelayanan remedial bagi siswa yang belum mencapai
kompetensi dan pengayaan bagi yang sudah mencapai kompetensi.
(28) Sekolah memiliki kalender akademik.
(29) Sekolah memiliki dokumen perumusan Kriteria Ketuntasan Minimal
yang dilaksanakan melalui rapat dewan guru.

b) Peserta Didik
Beberapa hal yang perlu diperhatiakan dalam hal ini diantaranya
adalah Daya tampung siswa, persyaratan sebagai siswa, pakaian siswa,
unit kegiatan siswa. Lebih lanjut lagi dikatagorikan sebagai berikut :
(1) Cakupan “pengelolaan peserta didik” di sekolah meliputi penerimaan,
penempatan, dan pelayanan sehari-hari di sekolah.
(2) Penerimaan peserta didik memberi kesempatan kepada semua anak
usia SD, dari berbagai latar belakang status ekonomi, sosial, agama,
bangsa/suku bangsa.
(3) Pelayanan prima kepada peserta didik, sejak siswa diterima menjadi
peserta didik, hingga pada melaksanakan kegiatan sehari-hari, dengan
memperhatikan minat, bakat, dan kebutuhan khusus peserta didik.
(4) Sekolah memiliki dokumen buku induk peserta didik
(5) Sekolah memiliki dokumen kehadiran peserta didik.
(6) Sekolah memiliki dokumen mutasi peserta didik.
(7) Sekolah memiliki papan statistik peserta didik (yang menggambarkan
tentang jumlah siswa laki-laki dan perempuan di setiap kelas, jumlah
lulusan setiap tahun, jumlah siswa melanjutkan setiap tahun, jumlah
siswa berdasarkan usia).
(8) Sekolah memiliki dokumen pembinaan terhadap peserta didik yang
berada di kelas akhir
(9) Sekolah memiliki dokumen tentang alumni.

c) Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Ketenagaan di sekolah mencangkup jenis tenaga yang minimal harus
ada di sekolah, seperti Kepala Sekolah, guru mapel, operator, dan
pustakawan. Disamping itu, harus pula diperhatikan persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi untuk menduduki jabatan tersebut.
Dikategorikan sebagai berikut :
(1) Pembagian tugas guru yang jelas dan terpajang.
(2) Sekolah memiliki agenda kegiatan pelatihan internal sekolah dan/atau
tingkat gugus bagi guru dan kepala sekolah.
(3) Minimal 50% dari jumlah guru yang ada telah mengikuti pelatihan
professional.
(4) Kepala sekolah memiliki program dan/atau agenda supervisi
pembelajaran.
(6) Sekolah memiliki agenda kegiatan pertemuan rutin untuk
mengevaluasi dan menyusun kinerja sekolah.
(5) Minimal 25% guru menghasilkan produk inovatif dan kreatif (alat
peraga, hasil penelitian, karya ilmiah popular,kreasi seni dan lain-
lain).
(6) Sekolah menerapkan sistem penghargaan.

d) Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana sekolah yang harus menjadi pertimbangan
minimal dalam penyelenggaraan sekolah adalah berkaitan dengan lahan
dan ruang, seperti ruang pendidikan, dan pengajaran (kelas, lab, ruang
kesenian), ruang admin, ruang penunjang (ibadah, koperasi), perabot, alat
dan media pendidikan, serta ketersediaan buku pembelajaran dan bacaan
dan dikatagorikan sebagai berikut :
(1)Sekolah memiliki buku inventaris aset.
(2)Sekolah memiliki tempat penyimpanan peralatan sekolah.
(3)Rasio antara ruang kelas dan rombongan belajar 1:1
(4)Sekolah memiliki ruang guru yang bersih dan rapi
(5)Standar luas ruangan kelas (8m x 7m) untuk 35 peserta didik.
(6) Sekolah memiliki toilet, bersih, tidak berbau, rasio minimal 1:35 yang
terpisah antara laki-laki dan perempuan.
(7) Sekolah memiliki halaman yang bersih dan tertata rapi
(8) Sekolah memiliki pagar yang rapi
(9) Sekolah memiliki media pembelajaran/alat peraga sederhana hasil
karya guru dan siswa.
(10) Sekolah memiliki sudut baca/mini library yang tertata rapi dan
termanfaatkan sebagai sumber belajar peserta didik.

e) Pembiayaan
Dalam pembiayaan unsur yang terkandung didalamnya :
1. Sumber pembiayaan
2. Komponen pembiayaan (komponen yang harus dibiayai)
3. Satuan pembiayaan
4. Penentuan pembiayaan
5. Pengelolaan pembiayaan
6. RAPBS
7. Pemeriksaan pembiayaan ( Auditing )
8. Pelaporan. Di katagorikan sebagai berikut :
(1) Sekolah memiliki Rencana Kerja Sekolah (RKS) secara terpadu
yang disusun berdasarkan analisis kebutuhan peningkatan mutu
pendidikan dan dipetakan untuk jangka waktu menengah (4 tahun).
(2) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS)
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RKS untuk jangka
waktu 1 tahun, dilaksanakan secara transparan, terpadu,
berdasarkan skala prioritas, partisiaptif dan akuntabel.
(3) Transparansi dokumen RKAS dan penggunaannya melalui
(dipajang, website sekolah,laporan tertulis secara rutin).
(4) Sekolah memiliki inisiatif mencari dana tambahan di luar dana
BOS.
(5) Minimal 70% dana sekolah dialokasikan untuk peningkatan mutu.
(6) Sekolah membuat pembukuan yang tertib, rapi dan dapat
dipertanggung jawabkan.

f) Hubungan sekolah dengan masyarakat


(1) Sekolah memiliki nota kesepakatan (MOU) kerja sama dengan
lembaga pendidikan dan nonpendidikan untuk meningkatkan
mutupenyelenggaraan pendidikan.
(2) Sekolah memiliki agenda kegiatan/rencana aksi untuk
sosialisasi/promosi program sekolah.
(3) Sekolah mengadakan open house di akhir tahun pelajaran kepada
masyarakat.
(4) Sekolah memiliki agenda kegiatan bakti sosial di lingkungan sekitar
sekolah.
(5) Sekolah memiliki agenda kegiatan pertemuan rutin dengan orang tua
peserta didik dan komtie sekolah.
(6) Komite sekolah dan/atau orang tua peserta didik terlibat dalam
penyusunan program dan anggaran sekolah.

g) Budaya dan lingkungan sekolah


(1) Sekolah menerapkan 7K (kebersihan, ketertiban, kesehatan,
keindahan, kekeluargaan, keamanan, kerindangan)
(2) Sekolah memiliki agenda kegiatan budaya baca bagi peserta didik dan
guru
(3) Sekolah memiliki tata tertib sekolah, kode etik sekolah, peraturan
akademik hasil rumusan bersama antara sekolah, orang tua dan
perwakilan peserta didik dan terpampang secara komunikatif.
(4) Sekolah memiliki agenda kegiatan aksi bersih sekolah (jumat bersih)
(5) Sekolah memiliki program pembiasaan (berperilaku sopan, berbicara
santun, berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, amanah, menepati
janji, empati kepada sesama) dan terpampang secara komunikatif.

B. Pembelajaran
1. Sistem Pengelolaan Pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan kepada Permendiknas No. 41 tahun
2007 tentang Standar Proses dengan memperhatikan 4 tahapan proses yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan.
Pembelajaran di SD Negeri Burengan 3 mengembangkan
pembelajaran yang raham anak dan mengintegrasikan pendidikan karakter
ke dalam setiap mata pelajaran.
Pengelolaan pembelajaran harus menciptakan ketertiban,
kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan keputusan pada peraturan
dalam penyelenggaraan proses pembelajaran.
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk
masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SDN Burengan 3
kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V,
dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu.
Dalam penyusunan Silabus dan RPP guru wajib memenuhi prinsip-
prinsip penyusunan. Penerapan model-model pembelajaran abad 21,
Implemetasi pembelajaran harus meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir, dengan pendekatan saintifik yang harus memperhatikan 5
M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan).
Pelaksanaan proses pembelajaran pada SD Negeri Burengan 3
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.Untuk itu SD
Negeri Burengan 3 melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka
prinsip pembelajaran yang digunakan SD Negeri Burengan 3 yaitu:
1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu
2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar
berbasis aneka sumber belajar.
3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah.
4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi.
5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.
6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi.
7) Dari pembelajaran verbalis menuju ketrampilan aplikatif.
8) Peningkatan dan keseimbangan antara ketrampilan fisikal (hardskill)
dan ketrampilan mental (softskill).
9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.
10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tuladha), membangun kemauan (ing
madya mangun karsa), dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani).
11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat.
12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.
13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensidan efektivitas pembelajaran, dan
14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
peserta didik.
Pelaksanaan proses pembelajaran SD Negeri Burengan 3 dengan
alokasi waktu jam tatap muka pembelajaran selama 35 menit.
Khusus pada pengelolaan kelas:
1) Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik sesuai
dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.
2) Intonasi dan volume suara guru dalam proses pembelajaran harus
dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.
3) Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas, dan mudah
dipahami oleh peserta didik.
4) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik.
5) Guru menciptakan kenyamanan, ketertiban, kedisiplinan, dan
keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.
6) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respon dan
hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
7) Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat.
8) Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
9) Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik
silabus mata pelajaran, dan
10) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan
waktu yang dijadwalkan.
Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui 5 tahapan
meliputi : pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut.

2. Model-model Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
Secara umum terdapat 4 macam pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan prinsip-prinsip KTSP dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu:
a. Pembelajaran Langsung;
b. Pembelajaran Kontekstual;
c. Pembelajaran Berbasis Masalah;
d. Pembelajaran Kooperatif.
Keterangan :
a. Pembelajaran Langsung
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan mengembangkan penguasaan
pengetahuan/ketrampilan melalui penyajian langsung oleh guru.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah kegiatan
guru sebagai berikut:
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa;
2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan;
3. Membimbing siswa berlatih menerapkan pengetahuan/ketrampilan;
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik;
5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
b. Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan mengkaitkan materi ajar dengan
situasi dunia nyata yang dikenal siswa. Kegiatan pembelajaran
melibatkan kegiatan-kegiatan guru sebagai berikut:
1. Kegiatan memfasilitasi;
2. Kegiatan mendorong penyelidikan (inquiry);
3. Kegiatan merangsang bertanya;
4. Kegiatan membentuk komunitas belajar (learning community);
5. Kegiatan pemodelan;
6. Kegiatan mendorong refleksi;
7. Kegiatan penilaian otentik.

c. Pembelajaran Berbasis Masalah


Pendekatan pembelajaran ini memulai pembelajaran dengan pemecahan
masalah yang penting dan cocok bagi siswa. Kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan langkah-langkah kegiatan guru sebagai berikut:
1. Persiapan : menyusun masalah yang akan dijadikan titik pangkal
(starting point) pembelajaran;
2. Orientasi : menyajikan masalah di kelas dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk memahami situasi
atau maksud masalah;
3. Eksplorasi : memberi kesempatan kepada siswa untuk
memecahkan masalah dengan strategi yang diciptakan
sendiri oleh siswa;
4. Negosiasi : mendorong para siswa untuk mengkomunikasikan dan
mendiskusikan proses dan hasil pemecahan masalah,
sehingga diperoleh gagasan-gagasan atau tindakan-
tindakan yang dapat diterima kelas.
5. Integrasi : memandu siswa untuk merefleksikan proses
pemecahan masalah, serta merumuskan hasil-hasil
belajar yang diperoleh dari kegiatan pemecahan
masalah.
d. Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan pembelajaran ini memanfaatkan kelompok-
kelompok kecil siswa yang bekerja bersama untuk mencapai sasaran
belajar, dan memungkinkan siswa memaksimalkan proses belajar satu
sama lain.Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan teknik-teknik
antara lain sebagai berikut : :
1. Teknik Sebaran Prestasi (Student Teams-Achievement Division):
Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja.
Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seorang
berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya
berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja,
guru memberi kunci jawaban soal dan meminta diminta memeriksa
hasil kerja. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
2. Teknik Susun Gabung (Jigsaw) :
Dalam kelompok, tiap-tiap siswa mempelajari satu bagian materi
pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua
anggota kelompok. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
3. Teknik Penyelidikan Berkelompok (Group Investigation):
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan
kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua siswa di kelas.
4. Teknik Cari Pasangan(Make a Math):
Tiap siswa di kelas memperoleh 1 lembar kartu. Tiap kartu berisi 1
bagian materi pelajaran. Kemudian mereka harus mencari siswa-
siswa pemegang kartu yang isinya berkaitan dengan isi kartunya.
Para siswa yang isi kartunya berkaitan lalu berkelompok dan
mendiskusikan keseluruhan materi.
5. Teknik Tukar Pasangan:
Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja.
Kemudian mereka berganti pasangan kelompok, dan mendiskusikan
hasil kerja dari kelompok semula.
Pendekatan pembelajaran kontekstual paling baik digunakan
untuk mengajar materi baru. Dilaksanakan dengan cara melibatkan
kegiatan penyelidikan, bertanya, membangun komunitas belajar,
pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik.
Pendekatan pembelajaran langsung dimodifikasi, yaitu dengan
melibatkan partisipasi dan inisiatif siswa. Hal ini paling baik digunakan
untuk mengajar materi lanjutan (bukan materi baru).
Pendekatan berbasis masalah paling baik digunakan untuk
latihan penerapan pengetahuan/ketrampilan. Dilaksanakan dengan 5
langkah: persiapan, orientasi, eksplorasi, negosiasi, dan integrasi.
Pendekatan pembelajaran langsung paling baik digunakan untuk
menyiapkan siswa menghadapi ulangan tengah semester/akhir
semester/kenaikan kelas atau ujian.

3. Pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter


Kegiatan pembiasaan guna mengembangkan nilai religi,nilai-nilai
sportifitas kehidupan berbangsa dan bernegara pembentukan karakter
siswa dilakukan melalui:
1). Pembiasaan Rutin
Adalah kegiatan yang dilakukan secara reguler, baik di kelas maupun
disekolah. Pembentukan karakter melalui pembiasaan dalam kegiatan
rutin di SD Negeri Burengan 3 adalah sebagai berikut :

a) Upacara bendera setiap hari Senin


b) Berdoa sebelum dan sesudah belajar
c) Salam (mencium tangan guru) dan berbaris sebelum masuk kelas
d) Sholat Dhuhur berjamaah
e) Tadarus setiap hari Jum’at dan menyimak bacaan surat pendek
dalam Al Qur’an.
f) Pemeriksaan kebersihan badan serta pakaian sebelum masuk
kelas.
g) Membersihkan kelas serta halaman sebelum dan sesudah belajar.
h) Kegiatan Jum’at bersih.
i) Budaya baca (membaca buku di pojok baca kelas dan di
perpustakaan)
j) Budaya antri di KOPSIS (Koperasi Siswa)
2). Terprogram
Adalah kegiatan yang diprogramkan dan direncanakan baik pada
tingkat kelas maupun tingkat sekolah di SD Negeri Burengan 3
sebagai berikut :

a) Kegiatan Keagamaan Pesantren kilat (Bulan Ramadhan)


b) Pekan Kreatifitas siswa (KTS)
c) Peringatan Hari Besar Nasional dan Peringatan Hari Besar Islam
d) Study Tour kelas 6
e) Bina Olimpiade MIPA
f) Bina Siswa Berprestasi
g) Pagelaran Seni dan Purnawiyata kelas 6
h) Senam
i) Santunan Anak Yatim
j) Outbond kelas 5
3). Spontan
Adalah kegiatan di SD Negeri Burengan 3 yang dapat dilakukan
kapan saja,tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, yaitu antara lain :
a) Membiasakan memberi salam
b) Membiasakan membuang sampah pada tempatnya
c) Membiasakan antri
d) Membiasakan membantu teman yang kena musibah
e) Berdiskusi dengan baik dan benar
4). Kegiatan Keteladanan
Adalah kegiatan yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja
yang lebih mengutamakan pemberian contoh dari guru dan pengelola
pendidikan yang lain kepada siswanya, antara lain :

a) Membudayakan kebersihan dan kesehatan pada semua warga


sekolah
b) Mentaati tata tertib yang berlaku di sekolah
c) Memberi contoh berpakaian rapih dan bersih
d) Memberi contoh tepat waktu dalam segala hal
e) Memberi contoh penampilan sederhana
f) Menanamkan budaya membaca
g) Memberi contoh tidak merokok dilingkungan sekolah
h) Memuji hasil kerja siswa yang baik
5). Kegiatan Nasionalisme dan Patriotisme
a) Peringatan Hari Kemerdekaan RI
b) Peringatan Hari Pahlawan
c) Peringatan Hari Pendidikan Nasional
d) Peringatan Hari Anak Nasional
e) Seminar Pendidikan
6). Pengembangan Potensi dan Ekpresi Diri
Pengembangan dan Potensi dan Ekspresi Diri yang dikembangkan di
SD Negeri Burengan 3 adalah keterampilan dalam mengoperasikan
komputer dalam kehidupan sehari-hari dengan mengunakan sofware-
sofware yang disesuaikan dengan kemampuan potensi sumber daya
sekolah seperti :

a) Program Permainan Edukatif


b) Program Menggambar
c) Program Microsoft Office.

4. Implementasi Literasi dalam Pembelajaran


Abad ke-21 yang lebih akrab disebut sebagai era milenium,
kiranya menuntut seseorang untuk banyak membaca dan menulis
(literasi). Kegiatan membaca dan menulis diyakini akan meningkatkan
keterampilan seseorang dalam berpikir dan bertindak.
Oleh sebab itu himbauan untuk mengembangkan budaya literasi
di sekolah, keluarga dan lingkungan masyarakat patut mendapat
perhatian semua orang. Di lembaga sekolah hal itu ditindaklanjuti
dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Dalam pengertian terbatas, literasi dimaknai dengan membaca
dan menulis. Akan tetapi dalam konteks yang lebih luas, literasi
mengandung makna kegiatan melihat, membaca, menyimak, berbicara
dan mencipta.
Pada gilirannya, apa yang dilihat, dibaca, disimak dan dibicarakan
akan dapat menghasilkan sesuatu tulisan yang disebut dengan kegiatan
menulis.
Unsur kegiatan dalam literasi akan menghasilkan seseorang untuk
kreatif (creative), berpikir kritis (critical thinking), berkomunikasi
(communication) dan bekerja sama (collaboration).
Unsur kegiatan literasi juga akan meningkatkan kemampuan
seseorang dalam mengakses, memahami dan menggunakan berbagai
informasi yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

5. Literasi dalam pembelajaran

Budaya membaca dan menulis dalam pembelajaran sudah lama


diterapkan oleh guru. Hanya saja, implementasinya dalam pembelajaran
perlu disempurnakan. Penyempurnaan dimaksud berkaitan dengan
unsur dalam kegiatan literasi.
Selain itu, budaya literasi diintegrasikan melalui strategi dan
metode mengajar, pengelolaan kelas dan kegiatan evaluasi. Dalam
Kurikulum 2013, budaya literasi, sebagaimana halnya pendidikan
karakter, tidak menambah atau menyisip materi pelajaran yang sudah
ada.
Strategi integrasi budaya literasi dalam pembelajaran dimulai
dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Penyusunan RPP mengakomodasi seluruh waktu pembelajaran, baik
tahap pendahuluan dan kegiatan inti maupun kegiatan penutup.
Agar pembelajaran bernuansa literatif maka dalam pembelajaran
diperlukan berbagai sumber dan media belajar. Sumber belajar tidak
hanya guru, lingkungan sekitar juga menjadi bahan/sumber belajar.
Apa yang terdapat dalam ruang kelas dapat dimanfaatkan bahan
dan sumber belajar. Begitu pula buku panduan, buku wajib dan buku
penunjang. Jika tidak memadai di ruang kelas, guru dapat membawa
siswa ke ruang perpustakaan atau buku itu sendiri yang di bawa ke
ruang kelas.
Sumber dan media belajar dapat dalam bentuk audio maupun
visual. Oleh sebab itu lieterasi dikelompokkan kedalam literasi audio
dan literasi visual. Strategi literasi mengandung makna meningkatkan
kemampuan dalam memanfaatkan berbagai sumber informasi yang ada
di berbagai media.
Misalnya media cetak (buku, jurnal, tabloid, surat kabar, majalah,
dan lain-lain). Dalam bentuk digital, strategi literasi menghendaki
peserta didik dapat mengkases dan memanfaatkan media internet dan
digital yang berkembang dewasa ini.
Bentuk integrasi literasi SD Negeri Burengan 3 dalam proses
pembelajaran antara lain :
1. mengamati objek media gambar/charta
2. mengamati lingkungan sekitar sekolah berkaitan dengan materi
pelajaran
3. membaca sumber belajar seperti buku pelajaran, lks, buku
catatan,dan lain-lain.
4. mengumpulkan informasi melalui lembaran observasi
5. menganalisis informasi
6. mendiskusikan secara kelompok
7. mempresentasikan hasil diskusi
8. bertanya dan menjawab pertanyaan
9. menyimpulkan
10. menyajikan laporan diskusi secara tertulis
11. memajang laporan diskusi di perpustakaan sekolah.

6. Sistem Penilaian
Penilaian bukan sekadar untuk mengetahui pencapaian hasil
belajar peserta didik. Penilaian dapat meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam proses belajar. Selama ini, seringkali penilaian cenderung
dilakukan hanya untuk mengukur hasil belajar peserta didik, sehingga
penilaian diposisikan seolah-olah sebagai kegiatan yang terpisah dari
proses pembelajaran. Penilaian seharusnya dilaksanakan melalui tiga
pendekatan, yaitu assessment of learning (penilaian akhir
pembelajaran), assessment for learning (penilaian untuk pembelajaran),
dan assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran).
Assessment of learning merupakan penilaian yang
dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Proses pembelajaran
selesai tidak selalu terjadi di akhir tahun atau di akhir peserta didik
menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu. Setiap pendidik
melakukan penilaian yang dimaksudkan untuk memberikan pengakuan
terhadap pencapaian hasil belajar setelah proses pembelajaran selesai,
yang berarti pendidik tersebut melakukan assessment of learning. Ujian
Nasional, ujian sekolah/madrasah, dan berbagai bentuk penilaian
sumatif merupakan assessment of learning (penilaian hasil belajar).
Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan
perbaikan proses belajar mengajar. Pada assessment for learning
pendidik memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta
didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya.
Assessment for learning juga dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk
meningkatkan performa peserta didik. Penugasan, presentasi, proyek,
termasuk kuis merupakan contoh-contoh bentuk assessment for
learning (penilaian untuk proses belajar).
Assessment as learning mempunyai fungsi yang mirip dengan
assessment for learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan
dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Perbedaannya,
assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam
kegiatan penilaian tersebut. Peserta didik diberi pengalaman untuk
belajar menjadi penilai bagi dirinya sendiri. Penilaian diri (self
assessment) dan penilaian antar teman merupakan contoh assessment as
learning. Dalam assessment as learning peserta didik juga dapat
dilibatkan dalam merumuskan prosedur penilaian, kriteria, maupun
rubrik/pedoman penilaian sehingga mereka mengetahui dengan pasti
apa yang harus dilakukan agar memperoleh capaian belajar yang
maksimal.
Selama ini assessment of learning paling dominan dilakukan
oleh pendidik dibandingkan assessment for learning dan assessment as
learning.
Sesuai Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Penilaian pendidikan
sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup:
1. Penilaian otentik,
2. Penilaian diri,
3. Penilaian berbasis portofolio,
4. PH (penilaian harian),
5. PTS (penilaian tengah semester),
6. PAS (penilaian akhir semester),
7. PAT (penilaian akhir tahun)
8. US/M (Ujian sekolah/madrasah),
9. USBN (Ujian sekolah berstandar nasional)
Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram
dengan menggunakan tes daan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan,
pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
tugas, proyek, dan atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian
hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan
Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.

7. Pengembangan Pembelajaran dan Penilaian HOTS


A. Pengertian Dan Karakteristik Hots
Menurut Brookhart, (2010) Secara praktis Brookhart menggunakan
tiga istilah dalam mendefinisikan keterampilan berpikir tingkat tinggi
(HOTS), yaitu: a. HOTS adalah proses transfer. b. HOTS adalah
berpikir kritis. c. HOTS adalah penyelesaian masalah. HOTS sebagai
proses transfer dalam konteks pembelajaran adalah melahirkan belajar
bermakna (meaningfull learning), yakni kemampuan peserta didik
dalam menerapkan apa yang telah dipelajari ke dalam situasi baru tanpa
arahan atau petunjuk pendidik atau orang lain. HOTS sebagai proses
berpikir kritis dalam konteks pembelajaran adalah membentuk peserta
didik yang mampu untuk berpikir logis (masuk akal), reflektif, dan
mengambil keputusan secara mandiri. HOTS sebagai proses
penyelesaian masalah adalah menjadikan peserta didik mampu
menyelesaikan permasalahan riil dalam kehidupan nyata, yang
umumnya bersifat unik sehingga prosedur penyelesaianya juga bersifat
khas dan tidak rutin. Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal
HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur
dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif
menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang
berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving),
memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode
baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.
Berdasarkan uraian di atas, keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah
keterampilan berpikir logis, kritis, kreatif, dan problem solving secara
mandiri. Berpikir logis adalah kemampuan bernalar, yaitu berpikir yang
dapat diterima oleh akal sehat karena memenuhi kaidah berpikir ilmiah.
Berpikir kritis adalah berpikir reflektif-evaluatif. Orang yang kritis
selalu menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk
menganalisis hal-hal baru, misalnya dengan cara membandingkan atau
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya sehingga mampu
menjustifikasi atau mengambil keputusan. Sementara itu, berpikir
kreatif adalah kemampuan menemukan ide/gagasan yang baru atau
berbeda. Dengan gagasan yang baru atau berbeda, seseorang akan
mampu melakukan berbagai inovasi untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan nyata yang dihadapinya.

B. Karakteristik Instrumen Penilaian Hots


Soal yang termasuk Higher Order Thinking memiliki ciri-ciri: 1.
transfer satu konsep ke konsep lainnya; 2. memproses dan menerapkan
informasi; 3. mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-
beda; 4. menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah; 5.
menelaah ide dan informasi secara kritis. Soal-soal HOTS sangat
direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian
kelas dan Ujian Sekolah. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal
HOTS di tingkat satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik
soal-soal HOTS. Di bawah ini dideskripsikan beberapa karakteristik
instrumen penilaian berpikir tingkat tinggi (HOTS): 1. Mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi The Australian Council for
Educational Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan berpikir
tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan
argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun,
menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan
untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang. Dengan demikian,
jawaban soal-soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis
(critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan
berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan
(decision making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah
satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki
oleh setiap peserta didik. Kreativitas menyelesaikan permasalahan
dalam HOTS, terdiri atas: a. kemampuan menyelesaikan permasalahan
yang tidak familiar; b. kemampuan mengevaluasi strategi yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang
yang berbeda; c. menemukan model-model penyelesaian baru yang
berbeda dengan cara sebelumnya. ‘Difficulty’ is NOT same as higher
order thinking. Tingkat kesukaran dalam butir soal tidak sama dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui
arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki
tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk
menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking
skills. Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang
memiliki tingkat kesukaran yang tinggi. Kemampuan berpikir tingkat
tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu
agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka
proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik
untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas
dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun
kreativitas dan berpikir kritis. Instrumen penilaian HOTS harus bersifat
divergen, artinya memungkinkan peserta didik memberikan jawaban
berbeda-beda sesuai proses berpikir dan sudut pandang yang digunakan
karena mengukur proses berpikir analitis, kritis, dan kreatif yang
cenderung bersifat unik atau berbeda-beda responsnya bagi setiap
individu. Karena bersifat divergen, instrumen penilaian HOTS lebih
mudah dirancang dalam format tugas atau pertanyaan terbuka, misalnya
soal esai/uraian dan tugas kinerja. Dengan kata lain, ruang lingkup ini
menunjukkan kriteria luas atau sempitnya masalah yang ditanyakan. Di
samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas tergambar
dalam rumusan soalnya.

8. Ketersediaan Sumber Belajar


Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas selain itu penggunaan alat peraga yang menunjang proses
pembelajaran siswa, buku paket tema sesuai kurikulum 2013 yang
jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
C. KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan,bakat,dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi
sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh
konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui
kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi
dan kehidupan sosial belajar, serta pengembangan karir peserta didik.

1. Ragam Kegiatan Ekstrakurikuler


Pengembangan diri yang dipilih berupa kegiatan ekstrakurikuler
meliputi beragam kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakat siswa,
terdiri atas:
a. Pramuka
Tujuan : Menanamkan rasa bangga dan cinta tanah air, melatih
siswa berorganisasi, melatih siswa agar trampil dan mandiri.
b. Seni Tari
Tujuan : Mengembangkan minat dan bakat siswa di bidang seni tari,
menumbuhkan kreatifitas siswa dan mampu bersaing di era
globalisasi.
c. Drumband
Tujuan : Meningkatkan kemampuan motorik anak, meningkatkan
rasa percaya diri, melatih peserta didik senang dan familiar terhadap
alat musik.
d. Komputer
Tujuan :Memberikan keterampilan pada siswa yang mempunyai
kelebihan minat dan bakat dalam bidang Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
e. BTQ
Tujuan :Membiasakan siswa dalam membaca,serta menulis dengan
huruf Al-Quran dengan baik dan bernar.
f. Menggambar
Tujuan :Memberikan keterampilan pada siswa yang mempunyai
kelebihan minat dan bakat dalam bidang Teknologi Informasi dan
Komunikasi.

g. Karate
Tujuan :Melatih mental, serta keseimbangan gerakan motorik dan
non motorik siswa dalam beladiri karate.
h. Rebana/Qosidah
Tujuan :Meningkatkan daya tarik siswa terhadap kesenian islam,
serta melatih kesabaran serta meningkatkan ketaqwaan terhadap
Tuhan YME.
i. MTQ
Tujuan : Membina dan mendidik siswa untuk membaca Al-Quran
dengan nada dan lagu, serta meningkatkan kecintaan terhadap Al-
Quran.
2. Pelaksanaan Kegiatan Ekstra
a. Pramuka
Pelaksanaan setiap hari Sabtu pukul 09.00 – 11.00 WIB
b. Seni Tari
Pelaksanaan setiap hari
c. Drumband
Pelaksanaan setiap hari
d. Komputer
Pelaksanaan setiap hari Sabtu pukul 07.00 – 11.00 WIB
e. BTQ
Pelaksanaan setiap hari Sabtu pukul 07.00 – 11.00 WIB
f. Menggambar
Pelaksanaan setiap hari Sabtu pukul 11.00 – 12.30 WIB
g. Karate
Pelaksanaan setiap hari Selasa pukul 15.00 – 17.00 WIB
h. Rebana/Qosidah
Pelaksanaan setiap hari Kamis pukul 12.30 – 14.00 WIB
i. MTQ
Pelaksanaan setiap hari Sabtu pukul 11.00 – 12.30 WIB

D. PERPUSTAKAAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Perpustakaan berasal dari kata dasar “pustaka” yang berarti pustaka atau
buku.Perpustakaan, secara umum, merupakan salah satu sarana pelestarian
bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber
informasi ilmu pendidikan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan
pembangunannasional. Dalam dimensi persekolahan,perpustakaan sekolah
adalah perpustakaan yang berada dalam suatu sekolah yang berkedudukan
dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah: yang melayani sivitasi
akademik sekolah yang bersangkutan. Perpustakaan sekolah memiliki peran
dan fungsi yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi peserta didik
dan seluruh sivitas akademik yang ada di lingkungan sekolah.Arif
Surarachman,mengidentifikasi peran dan fungsi perpustakaan sekolah di
dunia pendidikan yaitu :
1. Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk pendididikan seperti tercantum
dalam kurikulum sekolah.
2. Pusat Penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa
mengembangkan kreativitasa dan imajinasinya.
3. Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreasi dan mengisi waktu
luang.
4. Pusat belajar mandiri siswa.
I. Perencanaan
Adapun program perpustakaan SDN Burengan 3 sebagai berikut :
a. Program Pengadaan
Program Pengadaan adalah program yang dirancang untuk melakukan
pengadaan seluruh jenis koleksi perpustakaan.Perpustakaan sebaiknya
membuat sebuah dokumen yang mengatur tentang pengadaan koleksi
agar terarah,terukur,akuntabel dan dapat dievaluasi.
b. Program Pengolahan koleksi
Setelah pengadaan koleksi dilakukan berdasarkan ketentuan yang
termuat dalam Kebijakan Pengembangan Koleksi, maka tahap
selanjutnya adalah pengolahan koleksi. Pengolahan koleksi dilakukan
melalui 2 kegiatan utama, yaitu: katalogisasi dan klasifikasi.
Katalogisasi kegiatan diskripsi bibliografi dan analisis subyek.
c. Program Layanan Perpustakaan
Program ini meliputi:
1. Sistem layanan Misalkan sistem layanan terbuka (open access) atau
sistem layanan tertutup (close Access).
2. Jenis layanan,seperti layanan sikulsi,layanan referensi,layanan
ruang baca,story telling (bercerita), dan layanan kemas ulang
informasi.
3. Keanggotaan. Mengatur tentang persyaratan menjadi anggota,hak
dan kewajiban para anggota,serta peraturan/ketentuan tentang
layanan keanggotaan.
4. Bimbingan pemakai. Memuat tentang orentasi
perpustakaan,petunjuk pemanfaatan perpustakaan,bimbingan
penelusuran informasi, dan bimbingan minat baca.
5. Evalusi layanan. Memuat tentang bagaimana mengevaluasi layanan
perpustakaan agar layanan perpustakaan semakin hari semakin
baik.
d. Program Administrasi Perpustakaan Sekolah
Setiap perpustakaan sekolah hendaknya memiliki program yang
mengatur tentang administrasi/ketatausahaan di perpustakaan, seperti
surat menyurat,perizinan,menata dan menyimpan dokumen (dokumen
pemesanan,pembelian, dll). Pengadaan alat tulis kantor, pembuatan
jadwal tugas/piket, menerima telepon, menerima atau mengirim fax
email, dan sebagainya. Semua program administrasi di perpustakaan
perlu disususn sedemikian rupa, sehingga mendukung program-
program lainya. Ketidakrapian tata admintrasi dapat mengakibatkan
terganggunya program-program lain. Misalkan, ketika hendak
mengadakan pengadaan koleksi,data pemesanan hilang atau tidak
ditemukan,maka hal ini tentu akan mengganggu proses pengadaan.
e. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
1. Kegiatan Membaca yang meliputi : pojok baca kelas,kelas
baca,story telling/mendongeng.
2. Kegiatan Menulis yang meliputi : buku pembiasaan membaca
II. Pelaksanaan
Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dan tenaga utama yang
memberikan kerangka kerja dan suasana untuk mengimplimentasikan
kurikulum,kepala sekolah hendaknya mengetahui pentingnya jasa
perpustakaan sekolah yang efektif serta mendorong pemanfaatannya.
Kepala sekolah bekerjasama dengan pustakawan dalam mendesain rencana
pengembangan,terutama dalam bidang program literasi informsi dan
promosi membaca.
Pada saat rencana dilaksanakan,kepala sekolah menjamin penjadwalan
waktu dan sumberdaya yang luwes untuk meningkatkan guru dan peserta
didik mengakses ke perpustakaaan beserta layanannya. Kepala sekolah
juga memastikan adanya kerjasama antara tenaga perpustakaan,guru,siswa
dan orangtua siswa. Kepala sekolah harus memastikan bahwa pustakawan
sekolah ikut serta dalam kegiatan pengajaran,perencanaan
kurikulum,pengembangan tenaga berlanjut,evaluasi program dan asesmen
pembelajaran murid.
Di dalam evaluasi sekolah secara menyeluruh,kepala sekolah memasukkan
evaluasi perpustakaan dan menekankan sumbangan penting jasa
perpustakaan sekolah yang kuat dalam pencapaian standar pendidikan
yang telah ditetapkan.
Membaca menjadi starter dalam kegiatan pengembangan literasi
berkelanjutan yang terus dilaksanakan di sekolah.
a) Kegiatan Membaca
Penumbuhan minat baca siswa menjadi konsentrasi pertama dalam
mencapai tujun GLS,yaitu di fase pembiasaan. Menciptakan
lingkunagn yang kaya dengan bahan bacaan menjadi syarat mutlak
untuk membentuk budaya membaca di sekolah. Ruang lingkup yang
dikembangkan meliputi kelas dan perpustakaan. Kegiatan tersebut
digunakan untuk menunjang aktivitas membaca dimanapun dan
kapanpun.
1. Pojok Baca Kelas
Perpustakaan sebagai pusat koleksi bahan pustaka memfasilitasi
setiap ruang kelas di sekolah dengan pojok baca kelas. Guna
menunjang kegiatan membac agar bisa dilaksanakan dimana saja
dan kapan saja,serta memudahkan akses buku yang tersedia di
setiap pojok bac kelas. Sedangkan untuk jumlah buku yang di
berikan disesuakan dengan jumlah siswa yang ada di dalamnya.
Buku di pojok baca kelas rutin diganti secara berkala,oleh
pustakawan yaitu 2 minggu sekali.Sedangkan buku yang
disediakan merupakan buku non-pelajaran,yaitu beragam buku
fiksi dan non-fiksi.
Sedangkan di Perpustakaan sekolah buku bacaan ada 4.761 judul,
13.183 Eksemplar. Buku Fiksi ada 640,Buku non-fiksi 483 jadi
jumlah 1.123 Judul
2. Kelas Baca
Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung
jawab semua warga sekolah,dalam hal ini peran pustakawan dan
guru juga termasuk di dalamnya. Untuk itu perlu program Literasi
yang terintegritas dengan kurikulum. Melalui penjadwalan khusus
kunjungan siswa ke perpustakaan yang rutin setiap satu minggu
sekali. Kelas baca dilakasanakan oleh kelas 1-6. Kegiatan kelas
baca sendiri diisi dengan membaca di perpustakaan,meminjam
buku,dan Story telling/mendongen oleh pustakawan.Selain
kunjungan ke perpustakaan,kegiatan kelas baca juga diisi dengan
kegiatan membaca buku di pojok baca kelas masing-masing.
3. Story Telling / Mendongeng
Kegiatan ini merupakan bentuk komunikasi antara pendongeng dan
sejumlah peserta. Dalam hal ini,pendongeng bisa
guru,pustakawan,ataupun siswa sendiri. Kegiatan bercerita bisa
disampaikan dengan menggunakan di gerak ekspresi dan suara.
Aktivitas bercerita sangat tepat dilaksanakan di jenjang sekolah
dasar untuk menumbuhkan kreatifitas dan imajinasi siswa. Melalui
kegiatan ini siswa bisa mendapatkan nilai moral dari cerita, dan
mengembangkan kemampuan mendengar,menyimak,dan
berbahasa sekaligus. Kegiatan mendongeng rutin di ikuti anak-
anak dalam acara lomba antar sekolah tingkat kecamatan dan
kadang juga tingkat kota atau yang biasa di adakan oleh
Perpustakaan Kota Kediri.
4. Donasi Buku
Ketersediaan buku bacaan yang beragam akan menarik siswa untuk
aktif membaca. Pengadaan buku tidak hanya bersumber pada
pembelian, namun juga bisa melalui kegiatan donasi buku yang
melibatkan peran serta siswa di dalamnya.Dengan diadakan
gerakan donasi buku, maka koleksi perpustakaan akan semakin
beragam.
Kegiatan donasi buku dilaksanakn rutin setiap tahun, turut pula
bekerjasama dengan Perpustakaan Daerah Kota Kediri untuk
menyemarakkan kegiatan donasi di sekolah.
b) Kegiatan Menulis
Menulis merupakann manifestasi paling akhir dari pembelajaran
bahasa setelah ketrampilan membaca dikuasi. Fase lanjutan dari
pembiasaan literasi,adalah pengembangan dan pembelajaran. Aktivitas
menulis dimulai merata mulai jenjang kelas 1 hingga 6. Dengan sinergi
yang baik antara pustakawan dan guru di kelas.
III. Evaluasi
1. Beberapa ruang kelas yang luas area kelasnya terlalu kecil tidak
memiiki tempat untuk ruang pojok baca. Sehingga disiasati dengan
menbuat rak tempek di dinding.
2. Tidak semua anak memiliki koleksi buku untuk disumbangkan.
Keterlibatan guru dalam ikut berdonasi masih perlu ditingkatkan dan
dimotivasi.

IV. Hasil
Pelaksanaan program perpustakaan di SDNegeri Burengan 3 ini bisa
dikatakan cukup sedikit berhasil. Hal ini dapat dilihat dari hasil nyata
program perpustakaan, yaitu :
1. Hasil dari pengadaan ruang pojok baca di setiap kelas adalah
kemudahan dalam akses buku bacaan di kelas, keberadaan pojok baca
kelas diharapkan bisa memecah kepadatan pengunjung perpustakaan.
Mengingat jumlah siswa di SDNegeri Burengan 3 mencapai 179 siswa.
2. Hasil dari integrasi program literasi pada kurikulum, dengan diberikan
jam khusus kelas baca membuat efektifitas keberlangsungan kegiatan
literasi di sekolah menjadi terjamin. Waktu untuk membaca dan
pemanfaatan bahan pustaka juga lebih bisa terjadwal.
3. Hasil dari kegiatan mendongeng,antara lain interaksi siswa dengan
pustakawan akan semakin terjalin,keakrapan dan komunikasi bisa
dibangun melalui kegiatan mendongeng. Saat siswa menanggapi apa
yang diceritakan, sekaligus melatih imajinasi dan kepercayaan diri
siswa.
4. Hasil dari kegiatan menulis di buku pembiasaan membaca antara lain,
siswa memahami bagian-bagian yang ada pada buku, meliputi
pengarangnya,penerbitnya, dan meringkas isi buku yang sudah ia baca.
Melalui buku pembiasaan membaca,kegiatan menulis aktif dapat
dilakukan dengan mudah,karena format dalam buku sudah mampu
mengarahkan siswa untuk belajar menulis.
V. Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil evaluasi dan hasil di atas, maka perlu direkomendasikan
beberapa tindak lanjut, antara lain : mempertahankan dan meningkatkan
program-program yang sudah berjalan baik, sinkronisasi jadwal kegiatan
sekolah, dan melaksanakan pembiasaan terpogram, penambahan referensi
buku-buku bacaan dan sarana prasarana perpustakaan, mengadakan
pelatihan dan lomba menulis untuk guru dan orangtua siswa.

Jadwal Kunjungan Perpustakaan


SDNegeri Burengan 3

No. Hari Kelas


1. Senin 3
2. Selasa 2
3. Rabu 5
4. Kamis 4
5. Jum’at 1
6. Sabtu 6

Jadwal Piket Perpustakaan


SDNegeri Burengan 3

No. Hari Nama


1. Dwi Mulyanawati,S.Pd.
1. Senin
2. Wiridania Hidayati M
2. Selasa 1. Dwi Mulyanawati,S.Pd.
2. Meilina Indriana,S.Pd.
1. Dwi Mulyanawati,S.Pd.
3. Rabu
2. Sri Ambarwati,S.Pd.
1. Dwi Mulyanawati,S.Pd.
4. Kamis
2. Moch.Mujiono,S.Pd.
1. Dwi Mulyanawati,S.Pd.
5. Jum’at
2. Erna Agustina,S.Pd.
1. Dwi Mulyanawati,S.Pd.
6. Sabtu
2. Erly Puji Rahayu,S.Pd.

E. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Usaha Kesehatan Sekolah menurut Depkes (2006) yaitu wahana


belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat, sehingga
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yang harmonis
dan optimal, agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Ruang
lingkup program Usaha Kesehatan Sekolah tercermin dalam Tri Program
Usaha Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS) yaitu penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat.
Tujuan diselenggarakannya UKS, secara umum untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, serta
menciptakan lingkungan sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan anak yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan
manusia Indonesia seutuhnya.
Sasaran program UKS meliputi seluruh peserta baik pada tingkat
sekolah taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan agama, pendidikan kejuruan, maupun pendidikan khusus (sekolah
luar biasa). Sementara pada tingkat Sekolah Dasar program UKS lebih
diprioritaskan pada kelas 1, 3, dan 6.
Pembinaan program UKS, pada tingkat kecamatan dibentuk dengan
membentuk tim pembina usaha kesehatan sekolah (TPUKS). Beberapa
kegiatan TPUKS tersebut antara lain meliputi :
 Pembinaan sarana keteladanan gizi, seperti kantin sekolah.
 Pembinaan sarana keteladanan lingkungan, seperti pemeliharaan dan
pengawasan pengelolaan sampah, WC dan kamar mandi dll.
 Pembinaan personal higiene peserta didik dengan pemeriksaan rutin
kebersihan kuku, telinga, rambut, gigi, serta dengan mengajarkan cara
gosok gigi yang benar.
 Pengembangan kemampuan peserta didik untuk berperan aktif dalam
pelayanan kesehatan antara lain dalam bentuk kader kesehatan sekolah
dan dokter kecil.
 Penjaringan kesehatan peserta didik baru.
 Pemeriksaan kesehatan secara periodik.
 Imunisasi, pengawasan sanitari air, usaha P3K di sekolah.
 Rujukan medik
 Forum komunikasi terpadu dan pencatatan serta pelaporan.
Adapun fasilitas yang dimiliki SD Negeri Burengan 3 adalah sebagai
berikut :
1. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana UKS SD Negeri Burengan 3 meliputi:


a. Tempat tidur
b. Timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan
c. Kotak P3K dan obat-obatan (betadine, minyak kayu putih, minyak
tawon, oralit, parasetamol, tolak angin anak)
d. Lemari obat, poster-poster, struktur organisasi, jadwal piket, dan
tempat cuci tangan.
e. Melakukan trias Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang pendidikan
kesehatan dan pelayanan kesehatan.
Selain itu juga terdapat meja, dan kursi untuk yang menunggu
peserta didik yang sakit. Pelaksanaan UKS di SD Negeri Burengan 3
dikoordinator oleh guru Penjaskes dan dibantu oleh semua bapak/ibu
guru. Selain obat-obatan di ruang UKS, di kelas juga disediakan kotak
P3K yang berisi obat-obatan ringan. Sehingga apabila peserta didik ada
yang merasa kurang enak badan langsng diberi pertolongan pertama. Jika
peserta didik membutuhkan istirahat, maka bisa ke ruang UKS untuk
beristirahat. Akan tetapi jika peserta didik membutuhkan perawatan
khusus, maka kami biasanya langsung menghubungi orang tua untuk
dibawa pulang dan berobat.
2. Program pelayanan kesehatan

Pelaksanaan program UKS di SD Negeri Burengan 3 dipandu


oleh Puskesmas Pesantren 2 Kota Kediri. Tim dari Puskesmas secara
berkala membantu kami dalam melaksanakan program-program UKS.
Misalnya pemeriksaan kantin, WC, dan kebersihan lainnya. Kebersihan
dan kesehatan perserta didik juga secara periodik diperiksa oleh
puskesmas. Mereka datang ke sekolah sesuai yang dijadwalkan. Apabila
pesera didik ada yang membutuhkan perawatan khusus, maka mereka
memberi surat rujukan untuk ke puskesmas.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala. Misalnya tinggi
badan, berat badan, kesehatan gigi diperiksa langsung oleh pihak
puskesmas. Meskipun begitu, setiap guru kelas dan guru Penjaskes juga
memeriksa setiap ada kesempatan. Semua guru juga membantu setiap
peserta didik membutuhkan bantuan kesehatan.
Selain itu, secara berkala Tim dari puskesmas memberi imunisasi
lewat program BIAS. Biasanya mereka datang sesuai jadwal dari
puskesmas. Tentunya kegiatan tersebut dibantu oleh semua guru kami.
Sehingga peserta didik merasa tidak takut saat Tim Puskesmas datang,
yang didampingi TNI/Polri. Dinas kesehatan juga secara berkala
memberikan pembinaan UKS. Sehingga kami mendapatkan banyak ilmu.
Ilmu tersebut langsung kami imbaskan di sekolah. misalnya gerakan
mencuci tangan menggunakan sabun dan Germas. Program UKS tidak
lepas dari bantuan wali murid, terutama komite yang selalu mendukung
program kami.
3. Prestasi UKS

Prestasi UKS di SD Negeri Burengan 3 terus diupayakan, dengan


mengikuti lomba baik di tingkat kecamatan maupun tingkat kota.
Pembentukan kader kesehatan di sekolah dan dokter kecil biasanya
dilombakan setiap antar sekolah. setiap sekolah mengirimkan beberapa
anak sesuai ketentuan. Dari SD Burengan 3 dikirim siswa kelas 4 atau 5
yang memiliki kemampuan dalam bidang kesehatan. Biasanya sebelum
lomba dilaksanakan, siswa dibimbing oleh guru Penjaskes. Kami sangat
berharap untuk ke depannya siswa kami memperoleh prestasi di bidang
UKS
PRINSIP PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013
1. peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;
2. peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar;
3. proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah;
4. pembelajaran berbasis kompetensi;
5. pembelajaran terpadu;
6. pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki
kebenaran multi dimensi;
7. pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;
8. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills
dan soft-skills;
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing
ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
12. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
13. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik;
dan
14. suasana belajar menyenangkan dan menantang.
a. Kegiatan Rutin
1. Upacara Bendera
Tujuan : Meningkatkan kedisiplinan dan rasa cinta tanah air.
Pelaksanaan : setiap hari Senin dan Peringatan Hari Besar Nasional
2. Sholat Dhuhur Berjamaah
Tujuan : Meningkatkan kebiasaan siswa dalam mengaplikasikan dan
menerapkan nilai-nilai ajaran agama guna membentuk manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pelaksanaan : sesuai jadwal kegiatan terlampir.
3. Budaya bersih dan sehat
Tujuan : Meningkatkan kesadaran dan kebiasaan akan budaya hidup
bersih dan sehat.
Pelaksanaan : setiap hari Jum’at
4. Mengucapkan salam, berjabat tangan dengan guru
Tujuan : Meningkatkan kebiasaan dan menanamkan sifat santun
dalam kehidupan di lingkungan sekolah.
Pelaksanaan : setiap tiba di sekolah dan ketika akan pulang sekolah.
5. Berinfaq
Tujuan : Meningkatkan amal shalih sebagai wujud penerapan nilai-
nilai religius untuk berbagi dengan sesama.
Pelaksanaan : setiap hari Selasa dan Jum’at

b. Kegiatan Terprogram
1. Bimbingan Karier
Tujuan : Membimbing pengembangan karir siswa, membantu
memecahkan kesulitan belajar siswa, membantu memecahkan
masalah dalam kehidupan siswa, membimbing bakat dan minat dan
Membimbing pemiliham jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2. Klub Matematika dan IPA
Tujuan : Mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang
matematika dan IPA serta memberikan penguatan penguasaan
matematika dan IPA.
3. Pramuka
Tujuan : Menanamkan rasa bangga dan cinta tanah air, melatih
siswa berorganisasi, melatih siswa agar trampil dan mandiri.
4. Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
Tujuan : Meningkatkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman
dan menumbuhkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
sekitar
5. Seni Tari
Tujuan : mengembangkan minat dan bakat siswa di bidang seni tari,
menumbuhkan kreatifitas siswa dan mampu bersaing di era
globalisasi.
6. Seni Vokal
Tujuan : mengembangkan minat dan bakat siswa di bidang seni
musik, khususnya vokal serta menumbuhkan kreatifitas siswa dan
mampu bersaing di era globalisasi.

7. Seni Lukis
Tujuan : mengembangkan minat dan bakat siswa di bidang seni
lukis, menumbuhkan kreatifitas siswa dan mampu bersaing di era
globalisasi.
8. Rebana
Tujuan : mengembangkan minat dan bakat siswa di bidang seni
rebana, menumbuhkan kreatifitas siswa dan mampu bersaing di era
globalisasi.
9. Budaya Baca
Tujuan : mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang
membaca, menyimak, menulis, berhitung, berbicara dan
menumbuhkan kreatifitas siswa.
10. Jum’at Bersih
Tujuan : Meningkatkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman
dan menumbuhkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan.

 Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling di SDN Burengan 3 dilaksanakan dari kelas
1 – 6 dengan tujuan :
2. Mendata awal perkembangan anak
3. Memantau perkembangan anak
4. Menangani siswa yang bermasalah
5. Mengevaluasi perkembangan anak
6. Deteksi dini minat dan bakat anak
7. Konsultasi orang tua dengan psikolog
8. Melatih & meningkatkan kemampuan guru dalam menangani siswa
9. Mengadakan smart parenting
10. Mengadakan motivasi kelas dan home visit
11. Melayani bimbingan belajar & karir untuk mengembangkan
kemampuan siswa.
Penilaian pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak
kuantitatif seperti pada muatan pelajaran. Tahapan Kegiatan Pengembangan
Diri dilakukan dengan cara :

a. Identifikasi
 Daya dukung dan potensi
 Bakat dan minat siswa.
b. Pemetaan
 Jenis layanan pengembangan diri
 Petugas yang melayani
 Siswa yang dilayani
c. Program pencinta Muatan pelajaran dilakukan dengan cara penyusunan
Program (Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
dikembangkan, Materi Pokok, Indikator, Kegiatan Pembelajaran,
Alokasi Waktu, Penilaian, dan Sumber Belajar).
 Pelaksanaan (Orientasi, pemantapan, pengembangan)
 Monitoring Pelaksanaan
 Penilaian (terjadwal, terstruktur, kualitatif)
 Analisis hasil penilaian (berbasis data, profesional, realitis, valid,
transparan dan akuntable)
 Pelaporan : Umum dalam format raport
Rinci dalam buku laporan pengembangan diri.

Anda mungkin juga menyukai