PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia selalu mendapat perhatian dari banyak
kalangan baik pemerintah maupun kalangan masyarakat khususnya dari segi
kualitas. Tuntutan untuk meningkatkan kualitas juga semakin kuat demi
terciptanya pendidikan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan adanya kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, persaingan global serta kesadaran dari
masyarakat akan pendidikan yang berkualitas semakin tinggi.
Kualitas sama halnya dengan sebuah mutu. Meningkatkan sebuah
kualitas atau mutu maka harus melakukan perubahan-perubahan. Perubahan
yang besar yaitu perubahan budaya. Hal pertama yang dilakukan seseorang
atau organisasi yang ingin berubah adalah merubah budayanya terlebih
dahulu. Begitu juga dalam dunia pendidikan. Untuk dapat menciptakan mutu
yang baik perlu dilakukan tindakan tertentu seperti pembiasaan atau budaya
yang baik oleh pelaku pendidikan. Kebiasaan yang baik tersebut perlu
diterapkan di sekolah-sekolah sehingga dapat menciptakan suatu mutu
pendidikan yang baik pula atau disebut dengan budaya mutu sekolah.
Budaya mutu menurut Mulyadi, (2010:57) merupakan sistem nilai
yang dimiliki suatu organisasi dimana sistem tersebut menghasilkan
lingkungan yang bersifat kondusif untuk keberlangsungan dan keberlanjutan
perbaikan mutu. Said (2015:50) memberikan pendapatnya bahwa budaya
mutu adalah sebuah system makna bersama yang dianut oleh para anggota.
Hal ini yang membedakan suatu sekolah dengan sekolah lainnya.
Selanjutnya Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (2017:5)
menjelaskan pengertian dari budaya mutu adalahnilai dan keyakinan mutu
dalam suatu masyarakat yang digunakan sebagai sumber penggalangan
konformisme perilaku yang bermutu tinggi bagi masyarakat pendukungnya.
Budaya sekolah meliputi nilai-nilai dan keyakinan. Nilai merupakan
penghayatan warga sekolah tentang apa yang dianggap benar-salah, baik
buruk, keindahan dan ketidak indahan, layak dan tidak layak. Sedangkan
keyakinan merupakan sikap tentang bagaimana cara sesuatu seharusnya
dilakukan. Untuk itu keyakinan merupakan sesuatu yang penting, berharga,
bersifat konseptual yang harus diyakini dan dihayati sebagai dasar untuk
bersikap dan bertindak, dengan demikian budaya sekolah awalnya merupakan
aturan dan tata tertib yang disepakati bersama oleh warga sekolah, dihayati
dan dilakukan terus menerus sampai menjadi kebiasaan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan budaya
mutu sekolah merupakan faktor yang penting dalam membentuk siswa
menjadi manusia yang memiliki sikap penuh optimisme, berani, terampil,
berperilaku kooperatif, ulet, disiplin, beretos kerja tinggi, dan pandai
menangkap peluang.
Untuk mewujudkan budaya mutu di SD Negeri Burengan 3 telah
melaksanakan berbagai program peningkatan budaya mutu baik melalui
penguatan pembelajaran yang bermutu, perbaikan sarana dan prasarana,
penataan managemen sekolah, program pendidikan karakter, program sekolah
sehat, bersih (menumbuhkan kesadaran tentang bahaya virus covid-19),
program optimalisasi kinerja perpustakaan dan berbagai program lainnya.
b) Peserta Didik
Beberapa hal yang perlu diperhatiakan dalam hal ini diantaranya
adalah Daya tampung siswa, persyaratan sebagai siswa, pakaian siswa,
unit kegiatan siswa. Lebih lanjut lagi dikatagorikan sebagai berikut :
(1) Cakupan “pengelolaan peserta didik” di sekolah meliputi penerimaan,
penempatan, dan pelayanan sehari-hari di sekolah.
(2) Penerimaan peserta didik memberi kesempatan kepada semua anak
usia SD, dari berbagai latar belakang status ekonomi, sosial, agama,
bangsa/suku bangsa.
(3) Pelayanan prima kepada peserta didik, sejak siswa diterima menjadi
peserta didik, hingga pada melaksanakan kegiatan sehari-hari, dengan
memperhatikan minat, bakat, dan kebutuhan khusus peserta didik.
(4) Sekolah memiliki dokumen buku induk peserta didik
(5) Sekolah memiliki dokumen kehadiran peserta didik.
(6) Sekolah memiliki dokumen mutasi peserta didik.
(7) Sekolah memiliki papan statistik peserta didik (yang menggambarkan
tentang jumlah siswa laki-laki dan perempuan di setiap kelas, jumlah
lulusan setiap tahun, jumlah siswa melanjutkan setiap tahun, jumlah
siswa berdasarkan usia).
(8) Sekolah memiliki dokumen pembinaan terhadap peserta didik yang
berada di kelas akhir
(9) Sekolah memiliki dokumen tentang alumni.
e) Pembiayaan
Dalam pembiayaan unsur yang terkandung didalamnya :
1. Sumber pembiayaan
2. Komponen pembiayaan (komponen yang harus dibiayai)
3. Satuan pembiayaan
4. Penentuan pembiayaan
5. Pengelolaan pembiayaan
6. RAPBS
7. Pemeriksaan pembiayaan ( Auditing )
8. Pelaporan. Di katagorikan sebagai berikut :
(1) Sekolah memiliki Rencana Kerja Sekolah (RKS) secara terpadu
yang disusun berdasarkan analisis kebutuhan peningkatan mutu
pendidikan dan dipetakan untuk jangka waktu menengah (4 tahun).
(2) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS)
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RKS untuk jangka
waktu 1 tahun, dilaksanakan secara transparan, terpadu,
berdasarkan skala prioritas, partisiaptif dan akuntabel.
(3) Transparansi dokumen RKAS dan penggunaannya melalui
(dipajang, website sekolah,laporan tertulis secara rutin).
(4) Sekolah memiliki inisiatif mencari dana tambahan di luar dana
BOS.
(5) Minimal 70% dana sekolah dialokasikan untuk peningkatan mutu.
(6) Sekolah membuat pembukuan yang tertib, rapi dan dapat
dipertanggung jawabkan.
B. Pembelajaran
1. Sistem Pengelolaan Pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan kepada Permendiknas No. 41 tahun
2007 tentang Standar Proses dengan memperhatikan 4 tahapan proses yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan.
Pembelajaran di SD Negeri Burengan 3 mengembangkan
pembelajaran yang raham anak dan mengintegrasikan pendidikan karakter
ke dalam setiap mata pelajaran.
Pengelolaan pembelajaran harus menciptakan ketertiban,
kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan keputusan pada peraturan
dalam penyelenggaraan proses pembelajaran.
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk
masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SDN Burengan 3
kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V,
dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu.
Dalam penyusunan Silabus dan RPP guru wajib memenuhi prinsip-
prinsip penyusunan. Penerapan model-model pembelajaran abad 21,
Implemetasi pembelajaran harus meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir, dengan pendekatan saintifik yang harus memperhatikan 5
M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan).
Pelaksanaan proses pembelajaran pada SD Negeri Burengan 3
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.Untuk itu SD
Negeri Burengan 3 melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka
prinsip pembelajaran yang digunakan SD Negeri Burengan 3 yaitu:
1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu
2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar
berbasis aneka sumber belajar.
3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah.
4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi.
5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.
6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi.
7) Dari pembelajaran verbalis menuju ketrampilan aplikatif.
8) Peningkatan dan keseimbangan antara ketrampilan fisikal (hardskill)
dan ketrampilan mental (softskill).
9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.
10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tuladha), membangun kemauan (ing
madya mangun karsa), dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani).
11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat.
12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.
13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensidan efektivitas pembelajaran, dan
14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
peserta didik.
Pelaksanaan proses pembelajaran SD Negeri Burengan 3 dengan
alokasi waktu jam tatap muka pembelajaran selama 35 menit.
Khusus pada pengelolaan kelas:
1) Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik sesuai
dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.
2) Intonasi dan volume suara guru dalam proses pembelajaran harus
dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.
3) Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas, dan mudah
dipahami oleh peserta didik.
4) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik.
5) Guru menciptakan kenyamanan, ketertiban, kedisiplinan, dan
keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.
6) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respon dan
hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
7) Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat.
8) Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
9) Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik
silabus mata pelajaran, dan
10) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan
waktu yang dijadwalkan.
Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui 5 tahapan
meliputi : pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut.
2. Model-model Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
Secara umum terdapat 4 macam pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan prinsip-prinsip KTSP dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu:
a. Pembelajaran Langsung;
b. Pembelajaran Kontekstual;
c. Pembelajaran Berbasis Masalah;
d. Pembelajaran Kooperatif.
Keterangan :
a. Pembelajaran Langsung
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan mengembangkan penguasaan
pengetahuan/ketrampilan melalui penyajian langsung oleh guru.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah kegiatan
guru sebagai berikut:
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa;
2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan;
3. Membimbing siswa berlatih menerapkan pengetahuan/ketrampilan;
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik;
5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
b. Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan mengkaitkan materi ajar dengan
situasi dunia nyata yang dikenal siswa. Kegiatan pembelajaran
melibatkan kegiatan-kegiatan guru sebagai berikut:
1. Kegiatan memfasilitasi;
2. Kegiatan mendorong penyelidikan (inquiry);
3. Kegiatan merangsang bertanya;
4. Kegiatan membentuk komunitas belajar (learning community);
5. Kegiatan pemodelan;
6. Kegiatan mendorong refleksi;
7. Kegiatan penilaian otentik.
6. Sistem Penilaian
Penilaian bukan sekadar untuk mengetahui pencapaian hasil
belajar peserta didik. Penilaian dapat meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam proses belajar. Selama ini, seringkali penilaian cenderung
dilakukan hanya untuk mengukur hasil belajar peserta didik, sehingga
penilaian diposisikan seolah-olah sebagai kegiatan yang terpisah dari
proses pembelajaran. Penilaian seharusnya dilaksanakan melalui tiga
pendekatan, yaitu assessment of learning (penilaian akhir
pembelajaran), assessment for learning (penilaian untuk pembelajaran),
dan assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran).
Assessment of learning merupakan penilaian yang
dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Proses pembelajaran
selesai tidak selalu terjadi di akhir tahun atau di akhir peserta didik
menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu. Setiap pendidik
melakukan penilaian yang dimaksudkan untuk memberikan pengakuan
terhadap pencapaian hasil belajar setelah proses pembelajaran selesai,
yang berarti pendidik tersebut melakukan assessment of learning. Ujian
Nasional, ujian sekolah/madrasah, dan berbagai bentuk penilaian
sumatif merupakan assessment of learning (penilaian hasil belajar).
Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan
perbaikan proses belajar mengajar. Pada assessment for learning
pendidik memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta
didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya.
Assessment for learning juga dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk
meningkatkan performa peserta didik. Penugasan, presentasi, proyek,
termasuk kuis merupakan contoh-contoh bentuk assessment for
learning (penilaian untuk proses belajar).
Assessment as learning mempunyai fungsi yang mirip dengan
assessment for learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan
dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Perbedaannya,
assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam
kegiatan penilaian tersebut. Peserta didik diberi pengalaman untuk
belajar menjadi penilai bagi dirinya sendiri. Penilaian diri (self
assessment) dan penilaian antar teman merupakan contoh assessment as
learning. Dalam assessment as learning peserta didik juga dapat
dilibatkan dalam merumuskan prosedur penilaian, kriteria, maupun
rubrik/pedoman penilaian sehingga mereka mengetahui dengan pasti
apa yang harus dilakukan agar memperoleh capaian belajar yang
maksimal.
Selama ini assessment of learning paling dominan dilakukan
oleh pendidik dibandingkan assessment for learning dan assessment as
learning.
Sesuai Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Penilaian pendidikan
sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup:
1. Penilaian otentik,
2. Penilaian diri,
3. Penilaian berbasis portofolio,
4. PH (penilaian harian),
5. PTS (penilaian tengah semester),
6. PAS (penilaian akhir semester),
7. PAT (penilaian akhir tahun)
8. US/M (Ujian sekolah/madrasah),
9. USBN (Ujian sekolah berstandar nasional)
Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram
dengan menggunakan tes daan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan,
pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
tugas, proyek, dan atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian
hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan
Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.
g. Karate
Tujuan :Melatih mental, serta keseimbangan gerakan motorik dan
non motorik siswa dalam beladiri karate.
h. Rebana/Qosidah
Tujuan :Meningkatkan daya tarik siswa terhadap kesenian islam,
serta melatih kesabaran serta meningkatkan ketaqwaan terhadap
Tuhan YME.
i. MTQ
Tujuan : Membina dan mendidik siswa untuk membaca Al-Quran
dengan nada dan lagu, serta meningkatkan kecintaan terhadap Al-
Quran.
2. Pelaksanaan Kegiatan Ekstra
a. Pramuka
Pelaksanaan setiap hari Sabtu pukul 09.00 – 11.00 WIB
b. Seni Tari
Pelaksanaan setiap hari
c. Drumband
Pelaksanaan setiap hari
d. Komputer
Pelaksanaan setiap hari Sabtu pukul 07.00 – 11.00 WIB
e. BTQ
Pelaksanaan setiap hari Sabtu pukul 07.00 – 11.00 WIB
f. Menggambar
Pelaksanaan setiap hari Sabtu pukul 11.00 – 12.30 WIB
g. Karate
Pelaksanaan setiap hari Selasa pukul 15.00 – 17.00 WIB
h. Rebana/Qosidah
Pelaksanaan setiap hari Kamis pukul 12.30 – 14.00 WIB
i. MTQ
Pelaksanaan setiap hari Sabtu pukul 11.00 – 12.30 WIB
D. PERPUSTAKAAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Perpustakaan berasal dari kata dasar “pustaka” yang berarti pustaka atau
buku.Perpustakaan, secara umum, merupakan salah satu sarana pelestarian
bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber
informasi ilmu pendidikan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan
pembangunannasional. Dalam dimensi persekolahan,perpustakaan sekolah
adalah perpustakaan yang berada dalam suatu sekolah yang berkedudukan
dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah: yang melayani sivitasi
akademik sekolah yang bersangkutan. Perpustakaan sekolah memiliki peran
dan fungsi yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi peserta didik
dan seluruh sivitas akademik yang ada di lingkungan sekolah.Arif
Surarachman,mengidentifikasi peran dan fungsi perpustakaan sekolah di
dunia pendidikan yaitu :
1. Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk pendididikan seperti tercantum
dalam kurikulum sekolah.
2. Pusat Penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa
mengembangkan kreativitasa dan imajinasinya.
3. Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreasi dan mengisi waktu
luang.
4. Pusat belajar mandiri siswa.
I. Perencanaan
Adapun program perpustakaan SDN Burengan 3 sebagai berikut :
a. Program Pengadaan
Program Pengadaan adalah program yang dirancang untuk melakukan
pengadaan seluruh jenis koleksi perpustakaan.Perpustakaan sebaiknya
membuat sebuah dokumen yang mengatur tentang pengadaan koleksi
agar terarah,terukur,akuntabel dan dapat dievaluasi.
b. Program Pengolahan koleksi
Setelah pengadaan koleksi dilakukan berdasarkan ketentuan yang
termuat dalam Kebijakan Pengembangan Koleksi, maka tahap
selanjutnya adalah pengolahan koleksi. Pengolahan koleksi dilakukan
melalui 2 kegiatan utama, yaitu: katalogisasi dan klasifikasi.
Katalogisasi kegiatan diskripsi bibliografi dan analisis subyek.
c. Program Layanan Perpustakaan
Program ini meliputi:
1. Sistem layanan Misalkan sistem layanan terbuka (open access) atau
sistem layanan tertutup (close Access).
2. Jenis layanan,seperti layanan sikulsi,layanan referensi,layanan
ruang baca,story telling (bercerita), dan layanan kemas ulang
informasi.
3. Keanggotaan. Mengatur tentang persyaratan menjadi anggota,hak
dan kewajiban para anggota,serta peraturan/ketentuan tentang
layanan keanggotaan.
4. Bimbingan pemakai. Memuat tentang orentasi
perpustakaan,petunjuk pemanfaatan perpustakaan,bimbingan
penelusuran informasi, dan bimbingan minat baca.
5. Evalusi layanan. Memuat tentang bagaimana mengevaluasi layanan
perpustakaan agar layanan perpustakaan semakin hari semakin
baik.
d. Program Administrasi Perpustakaan Sekolah
Setiap perpustakaan sekolah hendaknya memiliki program yang
mengatur tentang administrasi/ketatausahaan di perpustakaan, seperti
surat menyurat,perizinan,menata dan menyimpan dokumen (dokumen
pemesanan,pembelian, dll). Pengadaan alat tulis kantor, pembuatan
jadwal tugas/piket, menerima telepon, menerima atau mengirim fax
email, dan sebagainya. Semua program administrasi di perpustakaan
perlu disususn sedemikian rupa, sehingga mendukung program-
program lainya. Ketidakrapian tata admintrasi dapat mengakibatkan
terganggunya program-program lain. Misalkan, ketika hendak
mengadakan pengadaan koleksi,data pemesanan hilang atau tidak
ditemukan,maka hal ini tentu akan mengganggu proses pengadaan.
e. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
1. Kegiatan Membaca yang meliputi : pojok baca kelas,kelas
baca,story telling/mendongeng.
2. Kegiatan Menulis yang meliputi : buku pembiasaan membaca
II. Pelaksanaan
Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dan tenaga utama yang
memberikan kerangka kerja dan suasana untuk mengimplimentasikan
kurikulum,kepala sekolah hendaknya mengetahui pentingnya jasa
perpustakaan sekolah yang efektif serta mendorong pemanfaatannya.
Kepala sekolah bekerjasama dengan pustakawan dalam mendesain rencana
pengembangan,terutama dalam bidang program literasi informsi dan
promosi membaca.
Pada saat rencana dilaksanakan,kepala sekolah menjamin penjadwalan
waktu dan sumberdaya yang luwes untuk meningkatkan guru dan peserta
didik mengakses ke perpustakaaan beserta layanannya. Kepala sekolah
juga memastikan adanya kerjasama antara tenaga perpustakaan,guru,siswa
dan orangtua siswa. Kepala sekolah harus memastikan bahwa pustakawan
sekolah ikut serta dalam kegiatan pengajaran,perencanaan
kurikulum,pengembangan tenaga berlanjut,evaluasi program dan asesmen
pembelajaran murid.
Di dalam evaluasi sekolah secara menyeluruh,kepala sekolah memasukkan
evaluasi perpustakaan dan menekankan sumbangan penting jasa
perpustakaan sekolah yang kuat dalam pencapaian standar pendidikan
yang telah ditetapkan.
Membaca menjadi starter dalam kegiatan pengembangan literasi
berkelanjutan yang terus dilaksanakan di sekolah.
a) Kegiatan Membaca
Penumbuhan minat baca siswa menjadi konsentrasi pertama dalam
mencapai tujun GLS,yaitu di fase pembiasaan. Menciptakan
lingkunagn yang kaya dengan bahan bacaan menjadi syarat mutlak
untuk membentuk budaya membaca di sekolah. Ruang lingkup yang
dikembangkan meliputi kelas dan perpustakaan. Kegiatan tersebut
digunakan untuk menunjang aktivitas membaca dimanapun dan
kapanpun.
1. Pojok Baca Kelas
Perpustakaan sebagai pusat koleksi bahan pustaka memfasilitasi
setiap ruang kelas di sekolah dengan pojok baca kelas. Guna
menunjang kegiatan membac agar bisa dilaksanakan dimana saja
dan kapan saja,serta memudahkan akses buku yang tersedia di
setiap pojok bac kelas. Sedangkan untuk jumlah buku yang di
berikan disesuakan dengan jumlah siswa yang ada di dalamnya.
Buku di pojok baca kelas rutin diganti secara berkala,oleh
pustakawan yaitu 2 minggu sekali.Sedangkan buku yang
disediakan merupakan buku non-pelajaran,yaitu beragam buku
fiksi dan non-fiksi.
Sedangkan di Perpustakaan sekolah buku bacaan ada 4.761 judul,
13.183 Eksemplar. Buku Fiksi ada 640,Buku non-fiksi 483 jadi
jumlah 1.123 Judul
2. Kelas Baca
Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung
jawab semua warga sekolah,dalam hal ini peran pustakawan dan
guru juga termasuk di dalamnya. Untuk itu perlu program Literasi
yang terintegritas dengan kurikulum. Melalui penjadwalan khusus
kunjungan siswa ke perpustakaan yang rutin setiap satu minggu
sekali. Kelas baca dilakasanakan oleh kelas 1-6. Kegiatan kelas
baca sendiri diisi dengan membaca di perpustakaan,meminjam
buku,dan Story telling/mendongen oleh pustakawan.Selain
kunjungan ke perpustakaan,kegiatan kelas baca juga diisi dengan
kegiatan membaca buku di pojok baca kelas masing-masing.
3. Story Telling / Mendongeng
Kegiatan ini merupakan bentuk komunikasi antara pendongeng dan
sejumlah peserta. Dalam hal ini,pendongeng bisa
guru,pustakawan,ataupun siswa sendiri. Kegiatan bercerita bisa
disampaikan dengan menggunakan di gerak ekspresi dan suara.
Aktivitas bercerita sangat tepat dilaksanakan di jenjang sekolah
dasar untuk menumbuhkan kreatifitas dan imajinasi siswa. Melalui
kegiatan ini siswa bisa mendapatkan nilai moral dari cerita, dan
mengembangkan kemampuan mendengar,menyimak,dan
berbahasa sekaligus. Kegiatan mendongeng rutin di ikuti anak-
anak dalam acara lomba antar sekolah tingkat kecamatan dan
kadang juga tingkat kota atau yang biasa di adakan oleh
Perpustakaan Kota Kediri.
4. Donasi Buku
Ketersediaan buku bacaan yang beragam akan menarik siswa untuk
aktif membaca. Pengadaan buku tidak hanya bersumber pada
pembelian, namun juga bisa melalui kegiatan donasi buku yang
melibatkan peran serta siswa di dalamnya.Dengan diadakan
gerakan donasi buku, maka koleksi perpustakaan akan semakin
beragam.
Kegiatan donasi buku dilaksanakn rutin setiap tahun, turut pula
bekerjasama dengan Perpustakaan Daerah Kota Kediri untuk
menyemarakkan kegiatan donasi di sekolah.
b) Kegiatan Menulis
Menulis merupakann manifestasi paling akhir dari pembelajaran
bahasa setelah ketrampilan membaca dikuasi. Fase lanjutan dari
pembiasaan literasi,adalah pengembangan dan pembelajaran. Aktivitas
menulis dimulai merata mulai jenjang kelas 1 hingga 6. Dengan sinergi
yang baik antara pustakawan dan guru di kelas.
III. Evaluasi
1. Beberapa ruang kelas yang luas area kelasnya terlalu kecil tidak
memiiki tempat untuk ruang pojok baca. Sehingga disiasati dengan
menbuat rak tempek di dinding.
2. Tidak semua anak memiliki koleksi buku untuk disumbangkan.
Keterlibatan guru dalam ikut berdonasi masih perlu ditingkatkan dan
dimotivasi.
IV. Hasil
Pelaksanaan program perpustakaan di SDNegeri Burengan 3 ini bisa
dikatakan cukup sedikit berhasil. Hal ini dapat dilihat dari hasil nyata
program perpustakaan, yaitu :
1. Hasil dari pengadaan ruang pojok baca di setiap kelas adalah
kemudahan dalam akses buku bacaan di kelas, keberadaan pojok baca
kelas diharapkan bisa memecah kepadatan pengunjung perpustakaan.
Mengingat jumlah siswa di SDNegeri Burengan 3 mencapai 179 siswa.
2. Hasil dari integrasi program literasi pada kurikulum, dengan diberikan
jam khusus kelas baca membuat efektifitas keberlangsungan kegiatan
literasi di sekolah menjadi terjamin. Waktu untuk membaca dan
pemanfaatan bahan pustaka juga lebih bisa terjadwal.
3. Hasil dari kegiatan mendongeng,antara lain interaksi siswa dengan
pustakawan akan semakin terjalin,keakrapan dan komunikasi bisa
dibangun melalui kegiatan mendongeng. Saat siswa menanggapi apa
yang diceritakan, sekaligus melatih imajinasi dan kepercayaan diri
siswa.
4. Hasil dari kegiatan menulis di buku pembiasaan membaca antara lain,
siswa memahami bagian-bagian yang ada pada buku, meliputi
pengarangnya,penerbitnya, dan meringkas isi buku yang sudah ia baca.
Melalui buku pembiasaan membaca,kegiatan menulis aktif dapat
dilakukan dengan mudah,karena format dalam buku sudah mampu
mengarahkan siswa untuk belajar menulis.
V. Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil evaluasi dan hasil di atas, maka perlu direkomendasikan
beberapa tindak lanjut, antara lain : mempertahankan dan meningkatkan
program-program yang sudah berjalan baik, sinkronisasi jadwal kegiatan
sekolah, dan melaksanakan pembiasaan terpogram, penambahan referensi
buku-buku bacaan dan sarana prasarana perpustakaan, mengadakan
pelatihan dan lomba menulis untuk guru dan orangtua siswa.
b. Kegiatan Terprogram
1. Bimbingan Karier
Tujuan : Membimbing pengembangan karir siswa, membantu
memecahkan kesulitan belajar siswa, membantu memecahkan
masalah dalam kehidupan siswa, membimbing bakat dan minat dan
Membimbing pemiliham jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2. Klub Matematika dan IPA
Tujuan : Mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang
matematika dan IPA serta memberikan penguatan penguasaan
matematika dan IPA.
3. Pramuka
Tujuan : Menanamkan rasa bangga dan cinta tanah air, melatih
siswa berorganisasi, melatih siswa agar trampil dan mandiri.
4. Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
Tujuan : Meningkatkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman
dan menumbuhkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
sekitar
5. Seni Tari
Tujuan : mengembangkan minat dan bakat siswa di bidang seni tari,
menumbuhkan kreatifitas siswa dan mampu bersaing di era
globalisasi.
6. Seni Vokal
Tujuan : mengembangkan minat dan bakat siswa di bidang seni
musik, khususnya vokal serta menumbuhkan kreatifitas siswa dan
mampu bersaing di era globalisasi.
7. Seni Lukis
Tujuan : mengembangkan minat dan bakat siswa di bidang seni
lukis, menumbuhkan kreatifitas siswa dan mampu bersaing di era
globalisasi.
8. Rebana
Tujuan : mengembangkan minat dan bakat siswa di bidang seni
rebana, menumbuhkan kreatifitas siswa dan mampu bersaing di era
globalisasi.
9. Budaya Baca
Tujuan : mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang
membaca, menyimak, menulis, berhitung, berbicara dan
menumbuhkan kreatifitas siswa.
10. Jum’at Bersih
Tujuan : Meningkatkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman
dan menumbuhkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan.
a. Identifikasi
Daya dukung dan potensi
Bakat dan minat siswa.
b. Pemetaan
Jenis layanan pengembangan diri
Petugas yang melayani
Siswa yang dilayani
c. Program pencinta Muatan pelajaran dilakukan dengan cara penyusunan
Program (Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
dikembangkan, Materi Pokok, Indikator, Kegiatan Pembelajaran,
Alokasi Waktu, Penilaian, dan Sumber Belajar).
Pelaksanaan (Orientasi, pemantapan, pengembangan)
Monitoring Pelaksanaan
Penilaian (terjadwal, terstruktur, kualitatif)
Analisis hasil penilaian (berbasis data, profesional, realitis, valid,
transparan dan akuntable)
Pelaporan : Umum dalam format raport
Rinci dalam buku laporan pengembangan diri.