Anggota Kelompok 1:
1. Dita Pratiwi (K7118075)
2. Erlin Wahyuningasti (K7118082)
3. Fajri Hadimalini (K7118091)
4. Haani Aulia Sabina (K7118106)
5. Kamila Fathah (K7118126)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Alasan, Landasan, dan Konsep Dasar MBS, Model
dan Karakteristik MBS, Konsep Pengembangan Pendidikan Masa Depan” dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang kepada : Dr. Rokhmaniyah, M.Pd.
selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah yang telah membimbing
penulis dalam membuat makalah ini.Dan orang tua yang telah memberikan bantuan materil
maupun do’anya, sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan. Serta semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah rendahnya mutu
pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan
menengah. Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain memlalui berbagai pelatihan dan
peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan perbaikan sarana/prasarana pendidikan, serta
peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan
belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagaian sekolah, terutama di kota-kota,
menunjukkan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan. Namun, sebagian lainnya masih
memprihatinkan. Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang
menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.
Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan
educational production function yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini
melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipilih semua
input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan
menghasilkan output yang dikehendaki. Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang diharapkan
tidak terjadi, mengapa? Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan education production
function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses
pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.
Kedua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga sekolah sebagai
penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi, yang kadang-kadang
kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian,
sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan
lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan
nasional.
Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat pada umumnya selama ini lebih
banyak bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan,
monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas). Berkaitan dengan akunfabilitas, sekolah tidak
mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada
masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu pihak utama yang berkepentingan
dengan pendidikan.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan, salah
satunya yang sekarang sedang dikembangkan adalah reorientasi penyelenggaraan pendidikan,
melalui manajemen sekolah (School Based Management).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar, alasan, dan landasan MBS?
2. Bagaimana karakeristik dan model-model MBS?
3. Bagaimana konsep pengembangan pendidikan di masa depan?
C. Tujuan
1. Mengatahui konsep dasar, alasan, dan landasan MBS.
2. Memahami karakeristik dan model-model MBS.
3. Menganalisis konsep pengembangan pendidikan di masa depan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar, Alasan, dan Landasan MBS
1. Konsep Dasar
Manajemen menurut Johnson, dalam Made Pidarta (1988) mengemukakan bahwa
“Manajemen adalah proses mengintegrasikan sumber – sumber yang tidak berhubungan
menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan. Di sini dijumpai adanya pelaku
yang menjadikan suatu yang berbeda itu menjadi suatu yang terintegrasi yang disebut
manajer. Peran manajer adalah memberdayakan semua sumber daya yang dimiliki ke
dalam sebuah sistem yang terpadu sehingga terdapat sinergi antara satu komponen
dengan komponen lain, guna mencapai tujuan yang telah direncanakan dan ditetapkan
sebelumnya.
Proses manajemen melibatkan fungsi – fungsi pokok seorang manajer yaitu
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan.
Manajemen berbasis sekolah adalah segala usaha manajer dalam hal ini kepala
sekola dalam memobilisasi seluruh sumber daya yang ada dala pengelolaan sekolah
secara otonomi. Menurut E. Mulyasa dalam Lamondo (2008) MBS merupakan
paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah
(melibatkan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi
diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat. Pelibatan masyarakat dimaksudkan agar mereka lebih memahami,
membantu, dan mengontrol pengelolaan pendidikan.
M. Samsul Hadi, dkk., (2001) menjelaskan bahwa manajemen berbasis sekolah
mengandung pengertian pemberian otonomi kepada madrasah, dalam hal ini kepala
madrasah, untuk mengelola pendidikan dan penyelenggaraan di madrasah. Dalam hal ini,
penyelenggaraan di sekolah/madrasah bertumpu pada kemampuan kepala
sekolah/madrasah bersangkutan. Dalam me-manage sekolah, kepala sekolah harus
memperhatikan penekanan kepada pendidikan yang berbasis masyarakat dan mengambil
bentuk pendekatan manajerial untuk meningkatkan kualitas madrasah.
Manajemen berbasis sekolah adalah otonomi sekolah dalam hal ini kepala sekolah
menyelenggarakan dan mengelola sekolah dengan pelibatan masyarakat serta dengan
mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan sekolah yang dipimpinnya melalui
perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengawasan.
2. Alasan
Depdiknas (2007: 3) menerangkan bahwa MBS diterapkan dengan alasan-alasan sebagai
berikut:
a. Dengan diberikannya otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka sekolah akan lebih
inisiatif dan kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah.
b. Dengan pemberian fleksibilitas/keluwesan-keluwesan yang lebih besar kepada sekolah
untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah akan lebih luwes dan lincah dalam
mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal untuk meningkatkan
mutu sekolah.
c. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya
sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk
memajukan sekolahnya.
d. Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, khususnya input pendidikan yang akan
dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat
pekembangan dan kebutuhan peserta didik.
e. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi
kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang yang paling tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya.
f. Penggunaan sumberdaya pendidikan labih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh
masyarakat setempat.
g. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakatdalam pengambilan keputusan sekolah
menciptakan transparansi dan akuntabilitas sekolah.
h. Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada
pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan
berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu
pendidikan yang telah direncanakan.
i. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain dalam
peningkatan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif yang didukung oleh orang
tua siswa, masyarakat sekitar dan pemerintah daerah setempat.
j. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah
dengan sepat.
Mulyasa (2009) juga menyatakan alasan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) antara lain
sebagai berikut:
a. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya.
b. Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya.
c. Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Dari beberapa pendapat tentang alasan MBS yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa selama ini sekolah-sekolah hanya menanti dan mengandalkan perintah
dari pemerintah dan masih kurang maksimal dalam dalam memanfaatkan sumber daya yang
ada. Selain itu, keterlibatan warga sekolah dan masyarakat juga masih kurang sehingga hal-
hal tersebut memunculkan apa yang disebut dengan manajemen berbasis sekolah dimana
sekolah diberi wewenang untuk berinisiatif mengembangkan dan memajukan potensinya.
Diharapkan sekolah dapat memanfaatkan sumbrdaya yang dimilikinya secara maksimal.
3. Landasan
Selain alasan, terdapat pula landasan yang melandasi munculnya manajemen berbasis
sekolah. Depdiknas (2007) mengemukakan bahwa secara yuridis, penerapan MBS dijamin
oleh peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 51
ayat (1) “pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah dilaksanakanberdasarkan Standar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah/madrasah.”
b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional tahun
2000-2004 pada Bab VII tentang Bagian Program Pembangunan Bidang Pendidikan,
khususnya sasaran 3 yaitu “terwujudnya manajemen pendidikan yang berbasis pada
sekolah dan masyarakat (school/community based management)”.
c. Keputusan Menteri Pendidikan NasionalNomor 044 Tahun 2002 tentang Pembentukan
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
d. Kepmendiknas Nomor 087 Tahun 2004 tentang Standar akreditasi Sekolah. Khususnya
tentang manajemen berbasis sekolah.
e. Perturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
khususnya standard pengelolaan sekolah yaitu manajemen berbasis sekolah.
POLA
Subordinasi Terpusat Kaku Birokratik Sentralistik Diatur
LAMA
Ruang
MENUJU Keputusan Pendekatan Pergerakan
gerak
POLA Desentralis
Otonomi Partisipatif Luwes Profesional Motivasi diri
BARU tik
POLA
Dihabiskan Overregulasi Mengontrol Mengarahkan Menghindari
LAMA
POLA Memengaru
Efisien Deregulasi Memfasilitasi Mengelola
BARU hi
POLA
Individual Terpribadi Pendelegasian Hirarkis
LAMA
POLA
Teamwork Terbagi Pemberdayaan Datar
BARU
Dengan melihat tabel di atas, dapat kita simpulkan bahwa dengan adanya MBS, terdapat
upaya-upaya perubahan yang signifikan kearah yang lebih maju pada semua komponen dan
aspek sekolah. Semua perubahan itu bertujuan agar penddidikan Indonesia di masa depan
menjadi berkembang dan semakin baik, tak kalah dibandingkan negara-negara tetangga yang
telah lebih dulu memajukan dan mengembangkan pendidikan mereka. Tidak ada kata terlambat,
marilah mulai saat ini, sejak diberlakukannya MBS, kita perbaiki system manajemen pendidikan
di Indonesia menuju pendidikan yang sejajar dengan negara-negara yang lebih maju. Berikut
adalah beberapa manajemen berbasis sekolah yang diharapkan di masa depan:
1. Dalam pengembangan pendidikan masa depan, menejemen yang diterapkan akan
semakin berkembang otomatis penggunaan media TIK akan mendasari kegiatan dalam
menejemen berbasis sekolah. Guru akan dituntut dapat menggunakan media-media terkait,
seperti penggunaan proyektor, lcd, computer, atau perangkat lain yang mendukung
pembelajaran berbasis IT.
2. Pengembangan pendidikan masa depan juga akan menerapkan pembelajaran abad 21, di
mana kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang begitu cepat sehingga
memiliki pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk pada proses belajar-
mengajar. Selain itu, system pembelajaran abad 21 merupakan suatu pembelajaran di mana
kurikulum yang dikembangkan menuntut sekolah mengubah pendekatan pembelajaran.
Yakni berpusat pada pendidik (teacher centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik (student centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan
masa depan, peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Diharapkan
diterapkannya pembelajaran abad 21 akan menghasilkan lulusan dari generasi produktif yang
memiliki kualitas dan skill hebat guna menghadapi tantangan revolusi industri 4.0.
3. Manajemen berbasis masyarakat adalah konsep pendidikan yang menekankan pada
paradigma pendidikan dalam upaya peningkatan partisipasi dan keterlibatan masyarakat,
serta pengelolaan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan lokal. Yang dimaksud adalah
pengelolaan pendidikan yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam menentukan
kebijakan di sekolah. Selain itu manajemen berbasis masyarakat ada karena pengelolaan
pendidikan dihadapkan pada berbagai macam tuntutan lokal yang harus diakomodir melalui
kepedulian dari masyarakat setempat sehingga pendidikan yang anak anak di lingkungan
tersebut tidak tertinggal dengan pendidikan yang ada di wilayah yang lebih maju.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Manajemen berbasis sekolah adalah segala usaha manajer dalam hal ini kepala sekola
dalam memobilisasi seluruh sumber daya yang ada dala pengelolaan sekolah secara
otonomi. Alasan mbs selama ini sekolah-sekolah hanya menanti dan mengandalkan
perintah dari pemerintah dan masih kurang maksimal dalam dalam memanfaatkan
sumber daya yang ada. Terdapat landasan yuridis dan filosofis yang mendasari mbs.
2. Model model MBS : Model MBS di Amerika Serikat, Model MBS di Australia, Model
MBS di Hong Kong, Model MBS di Kanada, Model MBS di Inggris, Model MBS di
Perancis, Model MBS di Nikaragua, Model MBS di Selandia Baru, Model MBS di El
Salvador, Model MBS di Madagaskar, Model MBS di Indonesia.
3. Konsep pengembangan pendidikan di masa depan dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya MBS, terdapat upaya-upaya perubahan yang signifikan kearah yang lebih maju
pada semua komponen dan aspek sekolah. Semua perubahan itu bertujuan agar
penddidikan Indonesia di masa depan menjadi berkembang dan semakin baik, tak kalah
dibandingkan negara-negara tetangga yang telah lebih dulu memajukan dan
mengembangkan pendidikan mereka. Tidak ada kata terlambat, marilah mulai saat ini,
sejak diberlakukannya MBS, kita perbaiki system manajemen pendidikan di Indonesia
menuju pendidikan yang sejajar dengan negara-negara yang lebih maju.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan pokok bahasan di atas, kami sebagai penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami sebagai
penulis berkenan hati untuk menerima kritik dan saran dari pembaca yang bisa menjadi
evaluasi untuk pembuatan makalah yang lebih baik dikemudian hari. Semoga adanya
makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis sendiri atau para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA