Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS MUTU


DI SEKOLAH DASAR

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6
ANDI WULANDARI 105061104421
REGITA CAHYANI 105061105221
FADHILAH HUKMIAH 105061104221

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Makassar, April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Sistematika Makalah

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
B. Tujuan dan manfaat  Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
C. Prinsip umum Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
D. Strategi pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
E. Total Quality Management (TQM)

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya
pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan
kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah.
Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan
yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu
pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan.
Sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan, merupakan wadah tempat proses
pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Dalam kegiatannya,
sekolah adalah tempat yang bukan hanya sekedar tempat berkumpul guru dan murid,
melainkan berada dalam satu tatanan sistem yang rumit dan saling berkaitan, oleh karena itu
sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan. Lebih dari itu,
kegiatan inti organisasi sekolah adalah mengelola sumber daya manusia (SDM) yang
diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat, serta pada gilirannya lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi
kepada pembangunan bangsa.
Sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang didesain untuk dapat berkontribusi
terhadap upaya peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat suatu bangsa. Sebagai salah satu
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia serta peningkatan derajat sosial
masyarakat bangsa, sekolah sebagai institusi pendidikan perlu dikelola, diatur, ditata dan
diberdayakan, agar sekolah dapat menghasilkan produk atau hasil secara optimal. Dengan
kata lain, sekolah sebagai lembaga tempat penyelenggaran pendidikan, merupakan sistem
yang memiliki berbagai perangkat dan unsur yang saling berkaitan yang memerlukan
pemberdayaan.
Faktor-faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan
secara merata. Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional
menggunakan pendekatan educational production function atau input-output analysis yang
tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan
berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang
diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan
menghasilkan output yang dikehendaki.
Faktor kedua,  penyelenggaran pendidikan nasional diselenggarakan secara
birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan
sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan
kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat.
Faktor ketiga, peran serta warga sekolah khususnya guru dan peran serta masyarakat
khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.
Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering diabaikan, padahal terjadi atau
tidaknya perubahan di sekolah sangat tergantung pada guru.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut di atas, tentu saja perlu dilakukan upaya-
upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan,
yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah.  
B. Tujuan Penulisan Makalah
Maksud pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan Konsep Manajemen Sekolah Berbasis Mutu.
2. Menguraikan Prinsip Umum Manajemen Sekolah Berbasis Mutu.
3. Menjelaskan penerapan TQM dalam MSBM

C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Manajemen Sekolah Berbasis Mutu ?
2. Apa tujuan dan manfaat Manajemen Manajemen Sekolah Berbasis Mutu ?
3. Bagaimana Penerapan TQM (Total Quality Management) ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Sekolah Berbasis Mutu di Sekolah Dasar         
            Manajemen Sekolah Berbasis Mutu adalah model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan-keluwesan kepada
sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah dan masyarakat untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku. MSBM merupakan bagian dari Manajemen Sekolah
Berbasis Mutu. Jika Manajemen Sekolah Berbasis Mutu bertujuan untuk meningkatkan
semua kinerja sekolah (efektivitas, kualitas/mutu, efisiensi, inovasi, relevansi, dan
pemerataan serta akses pendidikan), maka Manajemen Sekolah Berbasis Mutu lebih
difokuskan pada peningkatan mutu.
            Dalam hubungannya dengan Model Manajemen Sekolah Berbasis Mutu keberadaan
Dewan Sekolah (Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebut Komite Sekolah) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Manajemen
Sekolah Berbasis Mutu. MSBM bukan saja merupakan tuntutan inovatif dalam manajemen
sekolah, melainkan merupakan pula kebijakan nasional yang strategis sebagaimana
dinyatakan pada Pasal 51 ayat 1 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang berbunyi “Pengelolaan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan
Dasar, dan Pendidikan Menengah dilaksanakan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal
dengan prinsip Manajemen Peningkatan Sekolah Berbasis Mutu”.
            Me-manage atau mengelola sekolah artinya mengatur agar seluruh potensi sekolah
berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. Dengan demikian
keberadaan Dewan Sekolah/Komite Sekolah merupakan suatu kepatutan yang perlu ada
dalam MSBM, karena keberadaan sekolah diperlukan oleh masyarakat. Secara substantif,
peran dan fungsi yang selama ini dilaksanakan oleh BP3 akan larut dan “melebur” ke dalam
Komite Sekolah. Dalam keadaan tertentu fungsi kelembagaan sebagai penampung dana
partisipasi masyarakat masih elevenn untuk dilanjutkan, maka dalam rangka Manajemen
Sekolah Berbasis Mutu, fungsi tersebut dilaksanakan oleh Dewan Sekolah (Komite
Sekolah).

B. Tujuan dan manfaat


            Manajemen Sekolah Berbasis Mutu bertujuan untuk memandirikan atau
memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah,
pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya
sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Lebih rincinya Manajemen Sekolah Berbasis Mutu memiliki tujuan untuk
:
1. Meningkatkan Mutu Pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolah.
4. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu
pendidikan yang diharapkan.
5. Memperdayakan potensi sekolah yang ada agar menghasilkan lulusan yang berhasil
guna dan berdaya guna.
Secara umum manfaat yang bisa diraih dalam melaksanakan Manajemen Sekolah Berbasis
Mutu antara lain sebagai berikut :
1. Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
sekolahnya, karena bisa lebih mengetahui peta kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang mungkin dihadapi.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya khususnya input dan output
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Pengambilan keputusan partisipatif yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan
sekolah karena lebih tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
4. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana masyarakat
turut serta mengawasi.
5. Keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan
transparansi dan demokrasi yang sehat.
6. Sekolah bertanggung jawab tentang mutu pendidikan di sekolahnya kepada
pemerintah, orang tua, peserta didik dan masyarakat.
7. Sekolah dapat bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
8. Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat yang berubah dengan pendekatan yang
tepat dan cepat.

C. Prinsip umum Manajemen Sekolah Berbasis Mutu


            Ada 6 (enam) prinsip umum yang patut menjadi pedoman dalam pelaksanaan
Manajemen sekolah Berbasis Mutu, yaitu :
1. Memiliki visi, misi, dan strategi ke arah pencapaian mutu pendidikan, khususnya
mutu siswa sesuai dengan jenjang sekolah masing-masing.
2. Berpijak pada “Power Sharing” (berbagi kewenangan), yaitu bahwa pengelolaan
pendidikan sepatutnya berlandaskan pada keinginan saling mengisi, saling
membantu, saling menerima dan berbagi kekuasaan/kewenangan sesuai dengan
fungsi dan peran masing-masing.
3. Adanya profesionalisme semua bidang. Maksudnya bahwa implementasi MSBM
menuntut adanya derajat profesionalisme berbagai komponen, baik para praktisi
pendidikan, pengelola, dan manajer pendidikan lainnya, termasuk profesionalisme
Komite Sekolah.
4. Melibatkan partisipasi masyarakat yang kuat maksudnya bahwa tanggung jawab
pelaksanaan pendidikan, bukan hanya dibebankan pada sekolah (guru dan Kepala
Sekolah saja), tetapi juga menuntut adanya keterlibatan dan tanggung jawab semua
komponen lapisan masyarakat, termasuk orang tua siswa.
5. Menuju kepada terwujudnya Komite Sekolah. Artinya, dalam implementasi MSBM
idealnya setiap sekolah harus membentuk Komite Sekolah (KS), sebagai institusi
yang akan melaksanakan MSBM. Dengan demikian pembentukan Komite Sekolah
merupakan prasyarat implementasi MSBM. Pembentukan Komite Sekolah itu,
sebaiknya juga diikuti dengan langkah-langkah nyata, yaitu mengidentifikasi tujuan,
manfaat, perencanaan dan pelaksanaan program, serta aspek yang berkaitan dengan
Komite Sekolah sebagai institusi penopang keberhasilan visi dan misi sekolah.
6. Adanya transparansi dan akuntabilitas. Yaitu memiliki makna bahwa prinsip MSBM
harus berpijak pada transparansi atau keterbukaan dalam pengelolaan sekolah,
termasuk di dalamnya masalah fisik dan nonfisik. Sedangkan akuntabilitas
(tanggung jawab) memberi makna bahwa sekolah beserta komite sekolah merupakan
institusi terdepan yang paling bertanggung jawab dalam pengelolaan sekolah.   

D. Total Quality Management (TQM)


TQM (Total Quality Manajemen) atau Manajemen Mutu Terpadu (MMT) di bidang
pendidikan merupakan konsep baru dalam rangka meningkatkan mutu  total bertujuan untuk
memandirikan atau memberdayakan sekolah yang berorientasi kepada kebutuhan pengguna
(customers) siswa dan masyarakat.
Total Quality Management (TQM) adalah suatu pendekatan manajemen yang
memusatkan perhatian pada peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu
komponen terkait.
Kunci pokok keberhasilan atau kegagalan implementasi TQM adalah manajemen
komitmen. Apabila manajemen mempunyai dan memegang teguh komitmennya,
kemungkinan besar mereka akan berhasil. Sebaliknya, apabila mereka kurang komitmen
bisa dipastikan bahwa organisasi akan mengalami kegagalan mencapai TQM. Komitmen
terhadap waktu ini berupa kesadaran manajemen bahwa implementasi TQM, tergantung
pada kondisi sekolah, memerlukan pengorbanan waktu. Dalam hal ini manajemen harus
menyediakan waktu yang cukup berkonsentrasi pada TQM.
Drensek dan Grubb (1995) menambahkan bahwa struktur organisasi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan TQM juga menjadi penghambat. TQM menghendaki struktur yang
jelas menetapkan tanggung jawab dan prioritas bagi setiap anggota tim. Sehingga yang
membedakan adalah prioritas urutan tugas setiap anggota tim.
Lusk of Understanding tentang apa yang dimaksud dengan filosofi TQM.
Kekurangan-kekurangan ini menjelma dalam beberapa tindakan. Hooper (1995)
mengungkapkan bahwa seringkali manajemen mengharapkan terlalu banyak dan terlalu
cepat akan hasilnya.
Komponen yang terkait dengan TQM Pendidikan :
1. Siswa
Kesiapan dan motivasi belajarnya.
2. Guru
Kemampuan professional, moral kerjanya (kemampuan personal) dan kerjasamanya
(kemampuan sosial)
3. Kurikulum
Relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya.
4. Dana, sarana dan prasarana
Kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran.
5. Masyarakat (Orang tua, pengguna lulusan dan perguruan tinggi)
Partisipasinya dalam pengembangan program sekolah. Mutu komponen-komponen
tersebut di atas menjadi perhatian kepala sekolah.
Penyebab kegagalan intern dalam TQM yaitu masalah sumber daya manusia (SDM).
Kelemahan yang lazimnya berupa tidak memadainya kualitas SDM yang tersedia untuk
mencapai tingkat kualitas tertentu. Hal ini mungkin saja ditimbulkan karena proses
rekrutmen yang kurang baik atau manajemen yang hanya mementingkan biaya pegawai
yang murah.
Penyebab kegagalan intern lainnya yaitu faktor cost. Manajemen mengabaikan
perhitungan aspek pembiayaan, sehingga pembiayaan TQM melebihi hasil yang bisa diraih.
Salah satu implementasi TQM adalah untuk memperbaiki pula posisi keuangan (finance
performance).
Dilihat dari sudut pengaruh ekstern organisasi bahwa kegagalan implementasi TQM
terutama disebabkan terutama karena beberapa hal pokok berikut, yaitu :
1. Ketidakmampuan mengontrol kualitas
2. Kurang memfokuskan pada “consumer” (murid dan masyarakat)
3. Peranan Kepala Dinas atau Kasi Dikdas
 
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen Sekolah Berbasis Mutu adalah model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan-keluwesan kepada
sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah dan masyarakat untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Manajemen Sekolah Berbasis Mutu bertujuan untuk memandirikan atau
memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah,
pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya
sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
prinsip umum yang patut menjadi pedoman dalam pelaksanaan Manajemen sekolah
Berbasis Mutu yaitu Memiliki visi, misi, dan strategi, Berpijak pada “Power Sharing”
(berbagi kewenangan), Adanya profesionalisme semua bidang, Melibatkan partisipasi
masyarakat yang kuat, Menuju kepada terwujudnya Komite Sekolah, Adanya transparansi
dan akuntabilitas
Total Quality Management (TQM) adalah suatu pendekatan manajemen yang
memusatkan perhatian pada peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu
komponen terkait

B. Saran
Manajemen Sekolah Berbasis Mutu mempunyai peranan yang sangat penting
terhadap sistem pendidikan, oleh karena itu penulis berharap dengan adanya penerapan
MSBM dengan benar, dapat tercapai tujuan pendidikan secara optimal. Sehingga program
pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai