Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

"INOVASI KELEMBAGAAN"

OLEH KELOMPOK 4:

SITI ARTIKA AGUSTINA (A1G121138)

SRI MULIANI (A1G121141)

UCI ADHIANI (A1G121144)

SUSI BUTON (A1G121143)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada Kami sehingga berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “INOVASI KELEMBAGAAN”. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran dari bapak dosen
yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin..

Kendari, 15 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ii

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Inovasi Dalam Manajemen Sekolah

B. Manajemen Berbasis Sekolah

C. Manajemen Berbasis Masyarakat

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Inovasi (innovation) adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan
atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat) yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan
suatu masalah tertentu.Inovasi perlu dimiliki oleh setiap sekolah guna memperbaiki,
mengembangkan, dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas suatu sekolah. Dengan
adanya inovasi di sekolah diharapkan mampu menjadi ciri khas dari sekolah tersebut dan
dapat pula menjadi acuan bagi sekolah lain untuk melakukan studi banding dan
menerapkan inovasi yang sama dalam mengembangkan sekolah unggul. Oleh karena itu,
dalam melakukan suatu inovasi perlu adanya perencanaan yang mantap sehingga akan
dapat dilakukan secara efektif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Inovasi Dalam Manajemen Sekolah?

2. Bagaimana Manajemen Berbasis Sekolah?

3. Bagaimana Manajemen Berbasis Masyarakat?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Inovasi Dalam Manajemen Sekolah.

2. Untuk mengetahui Manajemen Berbasis Sekolah.

3. Untuk mengetahui Manajemen Berbasis Masyarakat.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Inovasi Dalam Manajemen Sekolah

Sekolah sebagai unit operasional memerlukan pengaturan dalam pelaksanaan,


sehingga antara satu komponen dengan komponen lainnya bekerja secara sistemik. Kerja
persekolahan tidak bersifat parsial, artinya dalam menyelenggarakan roda sekolah tidak
mungkin masing-masing komponen berdiri sendiri, tetapi satu dengan lainnya saling
terkait. Oleh karena itu, diperlukan cara manajemen persekolahan yang sistemik.
Komponen sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu komponen yang
bersifat dinamis dan bersifat statis. Komponen yang bersifat dinamis seperti guru,
murid/mahasiswa, karyawan, dan masyarakat. Sedangkan komponen yang bersifat statis
seperti administrasi, dan kurikulum. Manajemen pendidikan yang sekarang sedang
dikembangkan berkencenderungan memberikan otonomi yang lebih besar sehingga
diharapkan sebagai sarana untuk meningkatkan efisiensi pendidikan.

Manajemen pendidikan yang dikembangkan bertumpu pada masyarakat atau


sekolah, yaitu mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan sekolah. Menurut
identifikasi studi Bank Dunia ada empat hal yang ditemukan sebagai kendala
pengembangan kemajuan pendidikan di Indonesia, yaitu Pertama, sistem organisasi yang
tumpang tindih di tingkat pendidikan dasar. Kedua, pengelolaan manajerial sangat
sentralistik pada tingkat SMP. Ketiga, sangat kaku dalam proses pembiayaan
persekolahan. Keempat, manajemen yang diterapkan belum mampu pada peningkatan
produktivitas pendidikan. Berdasarkan laporan melalui analisis Education in Indonesia:
From Crisis to Recovery (1998) diajukan lima aspek upaya yang dijadikan sarana
perbaikan institusional pendidikan Indonesia, proyeksi recovery dari Bank Dunia tersebut
adalah pemberdayaan lokal, pemberian otonomi pendidikan, peningkatan kemampuan
institusional ( kelembagaan ), pemberian kewenangan yang lebih besar dengan
manajemen sekolah yang lebih bertanggung jawab, dan system pendanaan yang
2
memberikan jaminan pemerataan dan efisiensi. Kelima aspek ini yang menjadi
kelemahan dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dan akan dijadikan landasan
perbaikan pendidikan sekarang ini.

B. Manajemen Berbasis Sekolah

Persoalan pendidikan sekarang ini sudah menjadi keprihatinan kita bersama


sehingga berbagai upaya telah diterapkan untuk memecahkan masalah tersebut mulai dari
pelatihan pelaku pendidik, pengadaan buku ajar, dan alat ajar yang diharapkan agar
terjadi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya yang harus dilakukan
adalah menerapkan manajemen berbasis sekolah. Karena hakikat manajemen berbasis
sekolah adalah penerapan kewenangan lokal sekolah untuk secara mandiri mengelola
penyelenggaraan sekolah dengan bertumpu pada kebutuhan dan kemampuan sekolah itu
sendiri. Dalam manajemen berbasis sekolah , ada tiga faktor yang menyebabkan
penurunan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan yang merata. Ketiga faktor
tersebut ialah:

1. Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan


education production function yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.

2. Penyelenggaraan pendidikan dilakukan birokratik sentralistik sehingga semua


keputusan tentang sekolah diatur dari pusat dan inisiatif lokal terabaikan.

3. Minimnya keterlibatan orang tua dalam upaya memajukan sekolah.

1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah adalah model pengelolaan yang memberikan


otonomi atau kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
alternatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan

3
standar pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, provinsi, dan pemerintah
kabupaten.

2. Tujuan Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah

a. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan


pemerintah dalam hal mutu sekolah.

b. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah


dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan sumber pendukung yang tersedia.

c. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam


penyelenggaraan sekolah melalui pengambilan keputusan bersama.

d. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan


yang dicapai.

e. Meningkatkan rasa memiliki sekolah.

f. Mengembangkan rasa tanggung jawab dalam penyelenggaraan sekolah karena


adanya stakeholder yang bertugas melakukan supervisi atas pelaksanaan
sekolah.

g. Mendekatkan kebutuhan riil yang diperlukan dalam pengembangan mutu


sekolah.

3. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah

a. Sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk


memajukan sekolahnya.

b. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya pendidikan yang


akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

4
c. Pengambilan keputusan yang dilakukan sekolah dapat memenuhi kebutuhan
sekolah karena sekolah lebih tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.

d. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana


masyarakat mengawasi.

e. Keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan sekolah


menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.

f. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan kepada


pemerintah, orang tua , peserta didik, dan masyarakat.

g. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat untuk meningkatkan mutu


pendidikan.

h. Sekolah dapat secara tepat merespon aspirasi masyarakat yang berubah


dengan pendekatan yang tepat, dan cepat.

4. Spesifikasi dalam Proses Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah

a. Memiliki proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi.

b. Kepemimpinan sekolah yang kuat.

c. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib.

d. Sekolah harus memiliki budaya mutu.

e. Sekolah harus memiliki team work yang handal.

f. Adanya partisipasi yang tinggi dari masyarakat dan warga sekolah.

g. Sekolah memiliki keterbukaan manajemen dan kemandirian.

h. Sekolah harus memiliki sifat dan berkemauan selalu berubah.

5
Secara skematis sekolah yang efektif digambarkan sebagai berikut : Indikator
yang merupakan penanda dari keberhasilan implementasi manajemen berbasis sekolah
ialah sebagai berikut :

a. Efektivitas proses belajar mengajar yang tinggi


b. Kepemimpinan sekolah yang kuat
c. Pengelolaan yang efektif atas tenaga kependidikan
d. Sekolah mempunyai budaya mutu
e. Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis serta
harmonis.

C. Manajemen Berbasis Masyarakat


Manajemen pendidikan berbasis masyarakat mengasumsikan bahwa dalam
sekolah konvensional diselenggarakan yang selama diselenggarakn oleh Pemerintah tidak
mampu memenuhi kebutuhan riil masyarakat setempat serta tidak mampu
mengakomodasikan aspirasi mesyarakat selaku stakeholder. Akibatnya, produk
pendidikan tidak memenuhi tuntutan dunia kerja maupun keinginan pengguna jasa
pendidikan. Akibat lebih lanjut adalah terjasi kelebihan lulusan dibanding dengan
ketersediaan lapangan kerja. Dalam perspektif pendidikan formal, manajemen berbasis
masyarakat sering dikacaukan dengan pendidikan berbasis masyarakat. Padahal keduanya
berbeda. Manajemen berbasis masyarakat menunjukkan pada pengelolaan pendidikan
dengan bertumpu pada kepentingan masyarakat, sedangkan pendidikan berbasis
masyarakat menunjukkan pendidikan yang diselenggarakn oleh, untuk, dan dari
masyarakat.
Manajemen berbasis masyarakat ada juga yang memodifikasinya dengan
pendidikan berbasis kebutuhan masyarakat yang dinamakan “Community College”.
Dalam model pendidikan seperti ini, sekolah memungkinkan dijadikan wahana bagi
pelatihan keterampilan tertentu oleh masyarakat sehingga terkesan seperti masyarakat
masuk sekolah (sekolah dijadikan tempat mendidik anggota masyarakat yang tidak
berstatus sebagai siswa, namun untuk sementara waktu dibelajarkan di sekolah karena

6
sekolah mempunyai fasilitas untuk mendidik keterampilan tertentu bagi masyarakat ).
Prinsip dasar penyelenggaraan manajemen berbasis masyarakat sebagai berikut :
1. Partisipatif, Yaitu upaya melibatkan masyarakat dalam berbagai proses yang
dilakukan oleh sekolah.
2. Transparansi, Yaitu upaya untuk mendorong terselenggarnya keterbukaan dalam
setiap pengambilan keputusan yang berdampak dalam pengelolaan sekolah
(menyangkut masyarakat) menjadi suatu keharusan untuk dikembangkan.
3. Akuntabilitas Yaitu upaya untuk mewujudkan mekanisme pelaporan dan
mekanisme kontrol yang efektif.
4. Responsif Yaitu suatu tindakan sekolah yang tanggap terhadap berbagai tuntutan
yang muncul dari masyarakat akibat pelaksanaan suatu kebijakan sekolah.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sekolah sebagai unit operasional memerlukan pengaturan dalam pelaksanaan,


sehingga antara satu komponen dengan komponen lainnya bekerja secara sistemik. Kerja
persekolahan tidak bersifat parsial, artinya dalam menyelenggarakan roda sekolah tidak
mungkin masing-masing komponen berdiri sendiri, tetapi satu dengan lainnya saling
terkait. Oleh karena itu, diperlukan cara manajemen persekolahan yang sistemik.
Komponen sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu komponen yang
bersifat dinamis dan bersifat statis.

Persoalan pendidikan sekarang ini sudah menjadi keprihatinan kita bersama


sehingga berbagai upaya telah diterapkan untuk memecahkan masalah tersebut mulai dari
pelatihan pelaku pendidik, pengadaan buku ajar, dan alat ajar yang diharapkan agar
terjadi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya yang harus dilakukan
adalah menerapkan manajemen berbasis sekolah. Karena hakikat manajemen berbasis
sekolah adalah penerapan kewenangan lokal sekolah untuk secara mandiri mengelola
penyelenggaraan sekolah dengan bertumpu pada kebutuhan dan kemampuan sekolah itu
sendiri.

B. Saran

Penulis mengharapkapkan dari pembaca saran dan kritik untuk membangun


makalah-makalah lebih baik dari sebelumnya, saran dan kritik sangat dibutuh oleh
penulis.
8
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, A. . (2022). Inovasi Pengembangan Kelembagaan Pendidikan Tinggi. Jurnal


Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6), 8371–8388.
https://doi.org/10.31004/jpdk.v4i6.9686

Creswell, J. W. (2009). Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods


Approach. SAGE Publications, Inc.

Darmadji, A. (2010). Evaluasi Program Man Model Sebagai Upaya Peningkatan Mutu. 269–286.

Dasman Yanuri. (2016). Minat Masyarakat Menyekolahkan Anaknya Ke Sekolah Menengah


Pertama (Smp) Dan Madrasah Tsanawiyah (Mts) Di Kecamatan Semidang Gumay
Kabupaten Kaur. Al-Bahtsu: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 1(2).

Anda mungkin juga menyukai