Anda di halaman 1dari 15

Berbagi Ilmu

Jumat, 29 Maret 2019

CBR Manajemen Mutu Pendidikan

TUGAS CRITICAL BOOK REVIEW

Manajemen Mutu Pendidikan

Dan

Total Quality Managemet: Teori & Praktik Manajemen Untuk Mendongkrak Mutu Pendidikan

Dosen Pengampuh: Dr. Amiruddin Siahaan, M.Pd

A.

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mandiri Yang Diwajibkan

Dalam Mengikuti Perkuliahan Manajemen Mutu Pendidikan


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT dimana atas ridha-Nya, sehingga saya mampu menyelesaikan
Critical Book Review atau tinjauan kritis buku hasil penelitian. Critical Buku Review ini saya susun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Mutu Pendidikan pada program studi Manajemen
Pendidikan Islam.

Saya berharap semoga Critical Book Review ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya prodi
Manajemen Pendidikan Islam. Buku yang saya bahas berjudul “Manajemen Mutu Pendidikan Dan Total
Quality Management: Teori dan Praktik Manajemen untuk Mendongkrak Mutu Pendidikan”. Critical
Book Review ini disusun untuk membahas tentang ringkasan buku, dan keunggulan dan kelemahan
buku.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini maih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pemabaca terutama oleh bapak Amiruddin Siahaan.

Medan, 07 Desember 2018

Penulis

DATA/IDENTITAS BUKU

A. Buku I

Judul Buku : Manajemen Mutu Pendidikan

Penulis : Arbangi, Dakir dan Umiarso


Tahun Terbit : 2016

Desain Sampul : Irfan Fahmi

Penata Letak : Suwito

Percetakan : PT Adhitya Andrebina Agung

Penerbit : Kencana

ISBN : 978-602-422-064-8

Lebar Buku : 15 x 23 cm

Jumlah Halaman : 312 hlm

Cetakan : Ke-1, November 2016

Divisi : Prenadamedia Group

E-mail : pmg@prenadamedia.com

B. Buku II

Judul Buku : TOTAL QUALITY MANAGEMENT: Teori dan Praktik Manajemen Untuk Mendongkrak
Mutu Pendidikan.

Penulis : Aminatul Zahroh, M.Pd. I

Tahun Terbit : 2014

Desain Sampul : Anto

Penerbit : Ar-Ruzz Media

Editor : Rose KR

Tempat Terbit : Yogyakarta

No. ISBN : 978-602-7874-77-0

Lebar Buku : 14,8 x 21 cm

Jumlah Halaman : 192 hlm

Cetakan : Ke-1
RINGKASAN BUKU

A. Buku I

Bab I ( Pendahuluan )

Bab ini berisi pendahuluan yang membahas tentang salah satu cara yang dapat meningkatkan mutu
pendidikan yaitu dengan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) dapat dipandang sebagai suatu pendekatan pengelolaan sekolah dalam rangka desentralisasi
pendidikan yang memberikan wewenang yang lebih luas kepada kepala sekolah untuk mengambil
keputusan mengenai pengelolaan sumber-sumber daya pendidikan sekolah (manusia, keuangan,
material, metode, tekhnologi, wewenang dan waktu) yang didukung dengan partisifasi yang tinggi dari
warga sekolah, orangtua, dan masyarakat sesuai dengan kerangka kebijakan pendidikan nasional dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan. Sehinga pada hakikatnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
akan membawa kemajuan dalam dua area yang saling tergantung, yaitu: pertama, kemajuan program
pendidikan dan pelayanan kepada siswa-orangtua, siswa dan masyarakat. Kedua, kualitas lingkungan
kerja untuk semua anggota organisasi.

Bab II ( Desentralisasi Pendidikan )

Desentralisasi pendidikan bertujuan untuk memberdayakan peranan unit bawah atau masyarakat dalam
menangani persoalan pendidikan di Indonesia. Desentralisasi yang diberikan kepada kepala sekolah
merupakan alokasi sumber daya bagi staf pengajar dan administrasi, peralatan, dan pelayanan. Misi
utama desentralisasi pendidikan adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan, meningkatkan pendayagunaan potensi daerah, terciptanya infratruktur kelembagaan yang
menunjang terselenggaranya system pendidikan yang relevan dengan tuntutan zaman, antara lain
terserapnya konsep globalsasi, humanisasi, dan demokrasi dalam pendidikan. Penerapan demokrasi
dilakukan dengan mengikut sertakan unsur-unsur pemerintah setempat, masyarakat, dan orangtua
dalam hubungan kemitraan an menumbuhkan dukungan positif dalam pendidikan.

Bab III ( Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) )

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah pemberian otonomi penuh kepada kepala sekolah untuk
secara aktif-kreatif serta mandiri dalam pengembangan dan melakukan inovasi dalam berbagai program
untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah sendiri yang tidak lepas dari
kerangka tujuan pendidikan nasional dengan melibatkan yang berkepentingan (stakeholder) serta
sekolah harus pula mempertanggung jawabkan kepada masyarakat (yang berkepentingan). Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) mendorong professional guru dan terutama kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan yang ada di garda depen. Melalui pengembangan kurikulum yag efektif dan fleksibel, rasa
tanggao sekolah terhadap kebutuhan masayarakat setempat akan meningkat dan juga layanan
pendidikan pendidikan akan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat sesuai dengan alur
era yang terus berubah. Sebab prestasi peserta didik dapat dimaksimalkan dengan adanya partisipasi
antara orangtua peserta didik, karena mereka dapat langsung mengawasi kegiatan belajar mengajar
anaknya.

Bab IV ( Mutu Pendidikan )

Mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien
untuk melahirkan keuggulan akademik dan ekstrakulikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus
untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Menurut Fandy
Tjiptono dan Anastasia Dinata Total Quality Manajemen merupakan pendekatan dalam menjalankan
usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus
atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Penerapan TQM berarti pula adanya kebebasan
untuk berpendapat. Kebebasan berpendapat akan menciptakan iklim yang dialogis antara siswa dan
guru, antara siswa dan kepala sekolah, antara guru dan kepala sekolah, singkatnya adanya kebebasan
berpendapat dan keterbukaan antara seluruh warga sekolah.

Indicator mutu pendidikan yaitu:

· Hasil akhir pendidikan

· Hasil langsung pendidikan

· Proses pendidikan

· Instrument input

· Raw input dan lingkungan.

Manajemen Mutu Terpadu tujuan akhirnya dalam dunia adalah meningkatkan kualitas, daya saing bagi
output (lulusan) dengan indicator adanya kompetensi baik intelektual maupun skill serta kompetensi
social siswa/lulusan yang tinggi. Dalam mencapai hasil tersebut, implementasi TQM di dalam organisasi
pendidikan (sekolah) perlu dilakukan dengan sebenarnya tiak dengan setengah hati. Dengan
memanfaatkan semua entitas kualitas yang ada dalam organisasi, maka pendidikan kita tidak akan jalan
ditempat seperti saat ini. Kualitas pendidikan kita berada pada urutan 101 dan masih berada di bawah
Vietnam yang notabene Negara tersebut dapat dikatakan baru saja merdeka dibandingkan dengan
kemerdekaan bangsa kita Indonesia.

BAB V ( Mengelola Sekolah Berkuaitas dan Kompetensi Guru )


Sekolah unggulan yang sebenarnya dibangun dengan secara bersama-sama oleh seluruh warga sekola,
bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Dalam konteks sekolah unggulan yang saat ini
diterapkan, untuk menciptakan prestasi siswa yang tinggi maka harus dirancang kurrikulum yang baik
yang diajarkan oleh guru-guru yang berkualitas tinggi. Keungulan sekolah terletak pada bagaimana cara
sekolah merancang bangunan sekolah sebagai organisasi.

Pengembangan sekolah ungulan pada hakikatknya berpijak di atas empat strategi dasar kebijakan
pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1993, yaitu: (1) pemerataan
kesempatan, (2) relevansi, (3) kualitas, dan (4) efektivitas.

Oleh karena itu, penyelenggaraan sekolah unggulan harus segera direstrukrisasi agar benar-benar bisa
melahirkan manusia unggul yang bermanfaat bagi negeri ini. Bibit-bibit manusia unggul di Indonesia
cukup besar karena prefalensi anak berbakat sekitar 2 persen, artinya setiap 1.000 orang tedapat 20
Anak berbakat. Berdasarkan prakiraan lembaga demokrafi UI (1991) penduduk usia sekolah di Indonesia
Tahun 2000 diperkirakan sebesar 76.478.249, maka kita akan memiliki anak berbakat (baca:unggul)
sebesar 1.529.565 orang. Jumlah ini cukup untuk memenuhi pimpinan dari tingkat Nasional, Provinsi,
Kabupaten/Kota, dan Kecamatan.

BAB VI ( Supervisi Akademik dalam Membangun Mutu Pendidikan )

Pengawasan proses kegiatan pembelajara di sekolah atau di lembaga pendidikan yang dilakukan dengan
mengacu pada system dan mekanisme yang telah baku dsebut dengan supervise akademik. Artinya,
supervisi akademik dilakukan atau dilaksanakan atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan
mutu pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan kebutuhan users.

Oleh sebab itu, supervise akademik dilakukan bukan untuk mencari kesalahan pada pelaksanaan kinerja
komponen sekolah melainkan untuk membantu komponen sekolah tersebut dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran dan unutk mengatasi berbagai hambatan yang ditemukan dalam proses belajar
mengajar.

Komponen supervise pendidikan yaitu:

· Komponen siswa

· Komponen guru dalam personel lainnya

· Komponen kurikulum

· Komponen sarana dan prasarana

· Komponen pengelolaan (manajemen)

· Komponen lingkungan dan situasi umum

Prinsip dari supervise yaitu:


· Demokratis

· Ilmiah

· Kerja sama

· Konstruktif

· Terpusat pada guru

· Didasarkan atas kebutuhan guru

· Sebagai umpan balik

· Professional

Jadi dapat disimpulakan bahwa tujuan umum supervise adalah memberikan bantuan teknis dan
bimbingan kepad guru ( dan staf sekolah yang lain ) agar personil tersebut mampu meningkatkan kaitas
kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan proses belajar mengajar.dengan
demikian, jelas bahwa tujuan supervise pendidikan ialah memberikan layanan dan bantuan untuk
meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kuaitas belajar
siswa. Bukan saja memperbaiki mengajar tapi juga untuk pengembangan potensi kualitas guru.

BAB VII ( Membangun Manajemen Sekolah Efektif nan Unggulan )

Keberhasilan dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) akan berimplikasi pada system sekolah khususnya
pada peningkatan pembelajaran di sekolah yang merupakan esensi dari eksistensi lembaga pendidikan.
Sekolah efektif adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai kepuasan (output) pendidikannya,
yaitu orang tua stakeholders dan pengguna pendidikan lainnya.

Oleh sebab itu, implementasi manajemen dalam organisasi sekolah efektif sangat menentukan terhadap
pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Karena dalam pencapaian tujuan organisasi sekolah
efektif yang dalam hal ini adalah lembaga pendidikan, memerluka suatu proses yang khas dan dinamis.

Dengan demikian, kemampuan manajerial pemimpin sekolah sangat menentukan gerak organisasi
sekolah dalam menciptakan iklim pembeajaran ynag kondusif dan menjadi pendidikan yang efektif.
Sehingga yang harus dimiliki oleh sekolah dalam membangun iklim pembelajaran yang kondusif dengan
suasana intelektual yang tinggi dan menjadi persyaratan untuk sekolah efektif adalah seperti berikut ini:

· Memiliki visi dan target mutu

· Memiliki kepemimpinan yang kuat

· Evaluasi aspek akademis dan administrasi

· Harapan berprestasi yang tinggi dari personel sekolah


· Pengembangan staff secara terus-menerus sesuai tuntutan IPTEK

· Pemamfaatan hasil evaluasi

· Komunikasi dan dukungan intensif orang tua

· Lingkungan aman dan tertib

BAB VIII ( Budaya Sekolah dan Sekolah Efektif: Konstruksi Lembaga Pendidikan Islam Efektif dan Efisien )

Budaya sekolah memiliki dampak yang sangat luar biasa terhadap efektifitas kinerja organisasi sekolah
yang bersumber pada tata nilai dan norma yang efek konkretnya pada mainstream sumber daya
manusia. Dalam salah satu riset yang dilakukan John P. Kotter & James L Heskett menyimpulkan,
organiasi yang menekankan pada budaya organisasi dapat meningkatkan pendapatnya sebesar 682%,
dibandigkan dengan organisasi yang tidak menekankan budaya hanya mempu meningkatkan
pendapatannya sebesar 166% dalam durasi waktu 11 tahun. Maka ketika kesimpulan ini ditarik ke arah
pendidikan memiliki benang merah terhadap peningkatan prestasi (pada arah kogitif, afektif, ataupun
psikomotorik) peserta didik.

Budaya organisasi yang dianut segenap sumber daya manusia mampu untuk mempengaruhi organisais
dalam melakukan aktivitas kerja secara makro termasuk juga dalam lingkup sekolah. Budaya organisasi-
baca budaya sekolah-bisa membantu menjaga stabilitas system social atau mempromosikan stabilitas
system social pada organisasi sekolah. Dengan budaya itu pula, organisasi pendidikan bisa untuk
menentukan polaritas kinerja yang mengantarkan pada pencapaian tujuan pendidikan yang
diamanahkan undang-undang (konstitusi) dan institusi.

BAB IX ( Penutup: Meretas Manajemen Sekolah Menuju Pedidikan Berkualitas )

TQM adalah pendekatan praktis dan startegis dalam menjalankan roda organisasi yang
memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan liennya. Sehingga pada ranah ini perlu suatu
komtmen dari komponen sekolah untuk meningkatan mutu sekolah tersebut. Dengan demikian
manajemen sekolah akan terus mencari bentuk yang sesuai dengan keinginan dari stakeholder. Begitu
pula dalam bentuk , pola serta dasar yang sesuai dengan perembangan lingkungan sekolah.

B. Buku II

BAB I MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH

Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaii keluaran yang dihasilkan. Mutu pendidikan
yang dikmaksud di sini adalah kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-
sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin. Dalam konteks
pendidikan, menurut Kementrian Pendidikan Nasional sebagaimana dikutip Mulyasa, pengertian mutu
mencakup input, proses, dan output pendidikan.

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dapat didefinisikan sebagai model
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau
untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangkapendidikan nasional.

Teori yang digunakan MBS untuk mengelola sekolah didasarkan pada empat prinsip, yaitu prinsip
ekuifinalitas (principle of equifinality), prinsip desentralisasi (principle of decentralization), prinsip
prinsip sistem pengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif manusia (principle of human initiative). Dalam
MPMBS diharapkan sekolah dapat bekerja dalam koridor-koridor tertentu.koridor yang dimaksud adalah
sumber daya, pertanggungjawaban, kurikulum dan personel sekolah.

Penerapan Total Quality Management (TQM) di sekolah adalah upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Ada beberapa bagian yang harus diterapkan dalam kegiatan organisasi yang merupakan
unsur yang berfungsi daling mendukung dan membentuk bangunan TQM yaitu sebagai berikut: 1) kerja
tim (team work); 2) kepemimpinan (leadership); dan 3) adanya komunikasi (communication).

BAB II VISI MISI LEMBAGA PENDIDIKAN PROFESIONAL DALAM TOTAL QUALITY MANAGEMENT

Secara sederhana, visi dapat diartikan sebagai pandangan, keinginan, cita-cita, harapan, dan impian-
impian tentang masa depan. Pernyataan visi ini mengisyaratkan mengenai tujuan puncak yang hendak
dicapai oleh lembaga pendidikan atau sekolah. Misi adalah suatu cara yang dilakukan untuk
mewujudkan suatu visi tersebut. Misi dalam pendidikan sering kali diartikan sebagai sesuatu yang harus
dilaksanakan dan berkaitan dengan visi pendidikan, atau bisa dikatakan bahwa misi ini memberikan
arahan yang jelas baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang.

Dalam perumusan visi dan misis pendidikan harus mendapat pola dan rumusan yang jelas dan sesuai
dengan tatanan operasionalnya, serta diletakkan dalam konteks tatanan masyarakat yang terus berubah
(dinamis) dan menjangkau keseluruh lapisan masyarakat. Implementasi total quality management
(TQM) melalui visi dan misi lembaga pendidikan perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1) kerja sama tim
(team work); 2) keterlibatan stakeholder; 3) keterlibatan siswa; dan 4) keterlibatan orang tua.

BAB III SEKOLAH EFEKTIF

Sekolah efektif dalam perspektif TQM merupakan proses pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah
yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik (mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan tindakan dan pengendalian) untuk mencapai tujuan sekolah secara
efektif dan efisien. Selanjutnya jika dilihat dalam perspektif ini, dimensi dan indikator sekolah efektif
dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) layanan belajar bagi siswa; 2) mutu mengajar guru; 3) kelancaran
layanan belajar mengajar; 4) umpan balik yang diterima siswa; 5) layanan keseharian guru terhadap
siswa; dan 6) kenyamanan ruang kelas.

Beberapa cara yang ditempuh untuk mewujudkan sekolah efektif: 1) adanya program mutu; 2) adanya
komunikasi dilikngkungan sekolah; 3) memiliki sarana dan prasarana yang memadai; 4) adanya
perubahan atau inovasi; 5) pengutamaan layanan; dan 6) adanya persiapan studi lanjut.

BAB IV IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT DI LEMBAGA PENDIDIKAN

Total Qualiy Management (TQM) ialah suatu pendekatan dalam usaha memaksimalkan daya saing
melalui perbaikan terus menerus atas jasa, manusia, produk dan lingkungan. Berdasarkan beberapa
pengertian TQM di atas, paling tidak terdapat empat konsep dalam TQM, antara lain: quality, kepuasan
pelanggan, perbaikan terus-menerus, dan menyeluruh di semua komponen organisai. Implementasi
TQM di lemabaga pendidikan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: pertama adanya perbaikan
secara terus menerus, kedua adanya standar mutu, ketiga adanya perubahan budaya atau kultur
(change of culture), keempat adanya perubahan organisasi, dan kelima adanya usaha untuk
mempertahankan hubungan baik kepada pelanggan. Prosedur dalam pengimplementasan TQM pada
dasarnya menempuh tiga tahapan sebagai berikut: 1) persiapan; 2) pengembangan sistem; dan 3)
implementasi sistem. Setidaknya ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan
mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama, strategi pembangunan lebih bersifat
input oriented. Dan kedua, pengelolaan pendidikan selama ini masih bersifat macro oriented, diatur
oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat.

Dewan sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam meningatkan
mutu,pemerataan, efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. peran dewan sekolah secara
umum dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah: pertama, pemberi pertimbangan (advisory
agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan; kedua,
pendukung (supporting agency), baik yang erwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; ketiga, pengontrol (controlling agency) dalam rangka
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran (output) pendidikan di satuan pendidikan;
dan keempat, mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah manajemen yang berfungsi dalam proses pengadaan
tenaga pendidik di lembaga pendidikan atau sekolah mulai dari perencanaan pegawai, pengadaan
pegawai, pembinaan dan pengembangan pegawai, promosi dan mutasi, pemberhentian pegawai,
kompensasi dan penilaian pegawai yang semuanya dilakukan secara objektif dan transparan.

Peran TQM di lembaga pendidikan atau sekolah akan dikelola dan diatur dengan baik, mulai dari
masalah perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang lebih diarahkan pada keaktifan
siswa, dan tahap terakhir, yaitu pengadaan evaluasi pembelajaran.

BAB V EFEKTIVITAS, EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN


Dalam pengelolaan sekolah, efektivitas menunjukkan ketercapain sasaran serta tujuan yang telah
ditetapkan. Sementara itu, maksud efisiensi pendidikan adalah dengan memanfaatkan tenaga, fasilitas,
dan waktu sedikit mungkin yang mampu menghasilkan sesuatu yang banyak, bermutu, relevan, dan
bernilai ekonomi tinggi. Efisiensi pendidikan memiliki arti sebagai hubungan antara pendayagunaan
sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang tinggi. Kalau efektivitas
membandingkan antara rencana dengan tujuan yang dicapai, efisiensi membandingkan antara input
atau sumber daya dengan output. Produktivitas menurut Engkoswara dalam Buchori Alma bahwa
produktivitas pendidikan dapat dilihat pada: 1) efektivitas berupa masukan yang merata, keluaran yang
bermutu, ilmu dan keluaran yang berkaitan dengan kebutuhan, pendapatan tamatan yang memadai; 2)
efisiensi berupa kegairahan motivasi belajar yang tinggi,semangat kerja besar, kepercayaan berbagai
pihak, pembiayaan sekecil mungkin tapi hasil yang besar.

Kajian dari pendidikan secara lebih komprehensif berupa hasil keluaran/lulusan yang banyak dan
bermutu dari tiap-tiap fungsi atau peranan penyelenggaraan sekolah, seperti dijelaskan Thomas yang
mengemukakan tiga pendekatan mengukur produktivitas, sebagai berikut: 1) the administrator’s
product function; 2) the psychology production function; dan 3) the economist’s function.

BAB VI MANAJEMEN KEUAGAN DAN PENGGALIAN SUMBER DANA DALAM MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN DI SEKOLAH

Manajemen keuangan dalam lembaga pendidikan atau sekolah adalah menggali dana secara kreatif dan
maksimal, menggunakan dana secara jujur dan terbuka, mengembangkan dana secara produktitif, dan
mempertanggungjawabkan dana secara objektif. Bila ini benar-benar diterapkan, manajemen keuangan
akan membantu kemajuan lembaga pendidikan atau sekolah tersebut. Standarisasi pengelolaan
keuangan dalam pengembangan pendidikan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1)
perencanaan; 2) sumber daya manusia yang jujur, loyal, dan berkualitas; dan 3) manager keuangan yang
terbuka, tegas, dan transparan.

Kelancaran dalam pelaksanaan dan operasional manajemen keuangan di lembaga pendidikan atau
sekolah meliatkan berbagai komponen. Komponen manajemen keuangan meliputi: prosedur anggaran,
prosedur akuntansi keuangan, pembelajaran, pergudangan, prosedur pendistribusian, prosedur
investasi, dan prosedur pemeriksaan. Agar operasionalisasi keuangan di lembaga pendidikan atau
sekolah bisa berjalan secara efektif, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu pelaksanaan
keuangan harus objektif, tepat pada waktunya, dan sesuai dengan yang diinginkan atau sesuai dengan
apa yang menjadi tujuan dari sebuah lembaga pendidikan atau sekolah. Sumber keuangan pada suatu
lembaga pendidikan atau sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga sumber, yaitu: 1)
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah; 2) orang tua siswa; dan 3) masyarakat.

BAB VII PENAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN MUTU TERPADU (TOTAL QUALITY
MANAGEMENT
Pengambilan keputusan adalah proses memilih sejumlah alternatif yang ditawarkan dari hasil rapat atau
diskusi. Alternatif tersebut adalah sebagai berikut: 1) keputusan terprogram (programmed dicision); dan
2) keputusan tidak terprogram (nonprogrammed dicision). Dalam proses pengambilan keputusan,
setidaknya mengacu pada salah satu dari model klasik, model administratif, dan model politik atau
malah menggabungkan dari ketiga model tersebut.

BAB VIII ENTERPRENEURSHIP JASA PENDIDIKAN YANG BERFOKUS PADA MUTU PENDIDIKAN

Secara sederhana, arti wirausahawan (enterpreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil
resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya
bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam
kondisi tidak pasti. Ada empat unsur yang membentuk pola dasar kewirausahaan yang benar dan luhur,
yaitu sikap mental, kepemimpinan, ketatalaksanaan, dan keterampilan.

Puncak karir seorang individu dapat digambarkan seperti delapan anak tangga. Kedelapan anak tangga
yang dimaksud adalah: 1) mau bekerja keras; 2) mau bekerja sama dengan orang lain; 3) berpenampilan
yang baik; 4) percaya diri; 5) pandai membuat keputusan; 6) mau menambah ilmu pengetahuan; 7)
ambisi untuk maju; 8) pandai berkomunikasi. Dengan kedelapan anak tangga inilah, seseorang kepala
sekolah selaku wirausaha berusaha mengembangkan pendidikan kewirausahaan pada sebuah lembaga
pendidikan atau sekolah yang ia impikan. Selain sebagai kepala sekolah, kepala sekolah harus mampu
berfungsi sebagai inovator wirausaha bagi para siswa, guru, dan karyawan di lingkungan lembaga
pendidikan atau sekolah tersebut.

Penerapan pendidikan kewirausahaan pada dunia pendidikan khususnya sekolah mendapat tanggapan
sangat positif, baik dari siswa, guru, kepala sekolah, maupun orang tua atau wali siswa. Pada awalnya,
pendidikan kewirausahaan hanya diterapkan pada Sekolah Menegah Kejuruan (SMK). Para siswa SMK
merupakan siswa yang memang secara khusus dibekali dengan pendidikan berwirausaha, di samping
mendapat pelajaran lain sebagaimana para siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA).

ANALISIS

(Kekhasan dan Kemutakhiran, Kelebihan dan Kelemahan)

A. Buku I

· Kekhasan dan Kemutakhiran Buku

Kekhasan dari buku ini adalah buku ini membahas tentang manajemen mutu pendidikan. Dimana
pembahasan dalam setiap bab buku ini yang saling berkaitan. Yang dimulai dari pendahuluan yang
membahas permasalahan-permasalahan mutu pendidikan hingga adanya solusi yang dapat digunakan
untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Buku ini juga memilik kemutakhiran atau hubungan yang erat, karena seiring dengan perkembangan
zaman maka peningkatan mutu pendidikan juga harus berkembang. Salah satu cara yang dapat
meningkatkan mtu pendidikan di Indonesia adalah dengan menggunakan manajemen berbasis sekolah.
Dimana dengan menggunakan manajemen berbasis sekolah ini sekolah memiliki otonomi (hak dan
tanggung jawab) untuk mengelola sekolahnya sendiri secara mandiri, sehinga diharapkan mutu
pendidikan dapat meningkat.

· Kelebihan dan Kelemahan Buku

Kelebihan dari buku ini adalah sistematika penulisan bukunya baik, menggunakan bahasa yang mudah
dipahami, dilengkapi dengan footnote dan daftar pustaka, banyak menggunakan teori para ahli. Dilihat
dari segi isi, menurut saya isi buku ini sangat lengkap di karenakan telah di beri penjelasan secara rinci
dengan adanya pembagian pembagian yg jelas. Sedangkan untuk kelemahannya, saya tidak
menemukan kekurangan pada buku ini, karena pembahasan dari buku ini sudah baik dan telah dapat
digunakan sebagai bahan literasi bacaan untuk para mahasiswa.

B. Buku II

· Kekhasan dan Kemutakhiran Buku

Kekhasan dari buku ini adalah buku ini membahas tentang total quality management. Dimana
pembahasan pertama mengenai manajemen peningkatan mutu pendidikan Pada buku ini memberikan
kita pemahaman tentang besarnya pengaruh dari manajemen berbasis sekolah terhada peningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia jika dilakukan dengan baik.

Dan kemutakhiran dari buku ini, saya mengangap bahwa buku ini sangat mutakhir, Karena buku
ini membahas cara meningkatkan mutu pendidikan dengan penerapan manajemen berbasis sekolah.
Dimana masalah ini sangat mutakhir untuk dibahas, karena sangat bermanfaat untuk pendidikan di
Indonesia.

· Kelebihan dan Kelemahan Buku

Kelebihan dari buku ini adalah sistematika penulisan bukunya baik, dilengkapi dengan daftar
pustaka, menggunakan teori para ahli, menggunakan ayat-ayat al-qur’an dan menggunakan footnote.
Sedangkan kelemahan, saya tidak menemukan kekurangan pada buku ini, karena pembahasan dari buku
ini sudah baik dan telah dapat digunakan sebagai bahan literasi bacaan untuk para mahasiswa.
REKOMENDASI

Dari hasil analisis yang saya lakukan pada buku ini, Mungkin akan jauh lebih baik apabila menggunakan
kata-kata yang sederhana mungkin guna mencapai pemahaman yang lebih luas oleh para si pembaca.
Serta buku ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. Serta di
dalam buku ini juga di cantumkan rangkuman di setiap babnya. Supaya bisa memudahkan dan mengerti
pembaca dalam memahami isi buku tersebut.

KESIMPULAN

Jadi disini dapat saya tarik kesimpulan bahwasanya di dalam buku ini memberikan pemahaman tentang
bagaiman meningkatkan mutu pendidikan.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah pemberian otonomi penuh kepada kepala sekolah untuk
secara aktif-kreatif serta mandiri dalam pengembangan dan melakukan inovasi dalam berbagai program
untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah sendiri yang tidak lepas dari
kerangka tujuan pendidikan nasional dengan melibatkan yang berkepentingan (stakeholder) serta
sekolah harus pula mempertanggung jawabkan kepada masyarakat (yang berkepentingan).

Mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien
untuk melahirkan keuggulan akademik dan ekstrakulikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus
untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu.

Penerapan Total Quality Management (TQM) di sekolah adalah upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Ada beberapa bagian yang harus diterapkan dalam kegiatan organisasi yang merupakan
unsur yang berfungsi daling mendukung dan membentuk bangunan TQM yaitu sebagai berikut: 1) kerja
tim (team work); 2) kepemimpinan (leadership); dan 3) adanya komunikasi (communication).

Rena Yasmin di 03.02

Berbagi

1 komentar:

fiya15 April 2020 23.02

buku yang pertama terbit di kota mana min?


Balas

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Rena Yasmin

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai