Anda di halaman 1dari 14

Journal on Education

Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, pp. 16649-16662


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di Pondok Pesantren

Dessi Asdrayany1, Dimas Zuhri Ahmad2, Anis Zohriah3, Machdum Bachtiar4


1, 2, 3,4
UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jl. Jendral Sudirman N0. 30 Panancangan Cipocok Jaya Kec. Serang, Kota
Serang, Banten
desiasdrayany15@gmail.com

Abstract
This research uses a type of qualitative research with a library research approach by digging up information
through the literature regarding leadership and educational institutional management to answer the focus of the
study in this study. This study examines the basic concepts of management, the benefits of school-based
management, the characteristics of school-based management, the implementation of school-based management,
strategies for implementing school-based management, indicators of success of school-based management and
the constraints in implementing SBM. Perinsip is one of the important things that must be owned by a leader.
The implementation of school management basically chooses the best choice for schools in school development.
School-specific management must be sustainable so that in the end it leads to improving education. The
characteristics of SBM include the elements of an effective school which are classified into input, process and
output.
Keywords: Implementation, School Based Management and Islamic Boarding School.

Abstrak
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi pustaka (library research)
dengan menggali informasi melalui literatur berkenaan dengan manajemen kelembagaan pendidikan untuk
menjawab fokus kajian pada penelitian ini. Penelitian ini mengkaji tentang konsep dasar manajemen, manfaat
manajemen berbasis sekolah, karakteristik manajemen berbasis sekolah, implementasi manajemen berbasis
sekolah, strategi implementasi manajemen berbasis sekolah, indikator keberhasilan manajemen berbasis
sekolah dan kendala-kendala dalam pelaksanaan MBS. Perinsip adalah salah satu hal penting yang wajib
dimiliki oleh seorang pemimpin. Pelaksanaan manajemen sekolah pada dasarnya memilih pilihan yang terbaik
bagi sekolah dalam pengembangan sekolah. Manajemen khusus sekolah harus berkesinambungan sehingga pada
akhirnya bermuara pada perbaikan pendidikan. Karakteristik MBS meliputi unsur-unsur sekolah efektif yang
diklasifikasikan menjadi input, proses dan output.
Kata kunci: Implementasi, manajemen berbasis sekolah, dan pondok pesantren.

Copyright (c) 2023 Dessi Asdrayany, Dimas Zuhri Ahmad, Anis Zohriah, Machdum Bachtiar
Corresponding author: Dessi Asdrayany
Email Address: desiasdrayany15@gmail.com (Jl. Jendral Sudirman N0. 30 Panancangan Cipocok)
Received 28April 2023, Accepted 5 Mei 2023, Published 5 Mei 2023

PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia (SDM) berusaha ditingkatkan melalui pendidikan. Peluang pendidikan
ini terdiri dari perolehan pengetahuan formal untuk menghadapi masa depan sebagai individu dan
warga negara. Tanggung jawab dunia pendidikan adalah menyiapkan peserta didik untuk berperan
aktif dengan tampil tangguh, kompetitif, mandiri, kreatif dan profesional untuk mencapai sumber daya
manusia yang berkualitas.
Pendidikan menjadi peran utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Sumber daya manusia yang bagus akan berdampak kepada meningkatnya mutu
pendidikan (Hendrizal, 2020).
Peran penting pendidikan ini tidak lepas dari kualitas pendidikan. Karena penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia pada awalnya bersifat sentralistik, maka proses penyelenggaraan pendidikan
di Indonesia menjadi tambal sulam, dimana sebagian besar SDM terampil hanya dimiliki atau berada
16650 Journal on Education, Volume 05, No. 04 Mei-Agustus 2023, hal. 16649-16662

di perkotaan. Posisi lembaga pendidikan, seperti pusat produksi, jika semua input yang diperlukan
tersedia, mengharapkan menghasilkan produk yang memenuhi kriteria. Perspektif ini mengatakan
bahwa ketika input pedagogik berupa pelatihan guru, pengadaan buku, perbaikan sarana dan
prasarana, dan penunjang pembelajaran lainnya, otomatis kualitas pendidikan diharapkan sesuai
dengan hasil.(Janan, 2020) Salah satu program Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan yang
dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah, pertama kali dilakukan pemerintah Indonesia
bekerjasama dengan UNICEF dan UNESCO pada tahun 1999. Tujuan utama Manajemen Sekolah
adalah meningkatkan mutu sekolah dengan menitikberatkan pada tiga pilar utama yaitu manajemen
sekolah, proses pembelajaran dan peran serta masyarakat di sekolah.(Malaikosa, 2021).
Manajemen Sekolah adalah suatu jenis pengalihan tanggung jawab dan wewenang yang
berkaitan dengan manajemen sekolah dari penyelenggara negara kepada sekolah untuk meningkatkan
mutu dan akuntabilitasnya sendiri. Tanggung jawab dan wewenang tersebut meliputi pengelolaan,
pemantauan dan evaluasi sumber daya manusia, anggaran, sarana dan prasarana. Pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu sekolah.(Malaikosa,
2021)
Manajemen berbasis sekolah merupakan model yang secara sadar memberikan kebebasan dan
kewenangan kepada pimpinan sekolah dan melibatkan seluruh warga sekolah sesuai dengan standar
mutu pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat kota, kabupaten dan kabupaten. Selain fase
otonomi berdasarkan desentralisasi, peningkatan mutu pendidikan juga memerlukan komponen
pendidikan untuk melaksanakan sistem pendidikan. Berdasarkan pertimbangan dan penjelasan di atas,
maka model yang berlaku adalah konsep manajemen sekolah atau biasa disebut dengan manajemen
sekolah.(Granatuma & Fatayan, 2022)
MBS juga dikatakan sebagai suatu proses mengelolah seluruh aktivitas yang ada
disekolah dengan melibatkan seluruh stackholder dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan (Setyaningsih, R., Suci, A. N., & Puspasari, 2021). Hal ini didukung oleh pendapat
yang mengungkapkan bahwa MBS adalah suatu manajemen pengelolaan sekolah bersifat
otonomi sekolah sehingga dapat mengambil keputusansecara bersama oleh semua warga sekolah
untuk mengembangkan danmeningkatkan mutu pendidikan (Ana Widyastuti, 2020).
Pada prinsipnya peningkatan mutu pendidikan bukanlah suatu hal yang sederhana, melainkan suatu
kegiatan yang dinamis dan menantang, karena pendidikan selalu menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman. Di sisi lain, pendidikan juga menjadi perhatian utama dan sasaran ketidakpuasan dari
pemangku kepentingan dan masyarakat. Peningkatan mutu sekolah pada hakekatnya terkait dengan
peran kepala sekolah, guru, tenaga pendidik, orang tua, pemangku kepentingan dan masyarakat secara
langsung dalam pengambilan keputusan. (Malaikosa, 2021). Dengan mengalihkan kewenangan
administrasi pendidikan ke tingkat sekolah, sekolah diharapkan mampu menjawab secara langsung
kebutuhan dan tantangan
METODE
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di Pondok Pesantren, Dessi Asdrayany, Dimas Zuhri Ahmad, Anis Zohriah,
Machdum Bachtiar 16651

Artikel ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi pustaka.
Dalam studi pustaka, penulis melakukan kegiatan pengumpulan litelatur-litelatur yang berkaitan
dengan manajemen kelembagaan pendidikan kemudian apabila penulis melakukan penelaahan
kembali terhadap litelatur-litelatur tersebut secara mendalam sehingga bisa menghasilkan inti dalam
pembahasan dan hasil kesimpulannya tersebut. Penelitian ini menggunakan buku-buku dan literature-
literatur lainnya sebagai objek yang utama. Maka jenis penelitain yang digunakan adalah penelitain
kualitatif. Dimana hasilnya berupa catatan dan data deskriptif yang berada pada teks yang diteliti.
Karena menggunakan penelitain kualitatif, maka membutuhkan analisis deskriptif agar memberikan
gambaran dan keterangan yang secara jelas, objektif, sistematif, analitis dan kritis mengenai prinsip
kepemimpinan pendidikan.

HASIL DAN DISKUSI


Konsep Dasar Manajemen dan Manajemen Berbasis Sekolah
Pengertian manajemen belum ada kesamaan pendapat antar para ahli. Sehingga jika kita
berbicara tentang manajemen, maka pengertian manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:(Akbar,
2019) (a) Manajemen sebagai proses; (b) Manajemen sebagai kolektifitas orang –orang yang
mengerjakan kegiatan manajemen; dan (c) Manajemen sebagai seni (art) dan sebagai ilmu
pengetahuan.
1. Manajemen sebagai proses artinya, manajemen adalah sebuah fungsi dalam menggapai sesuatu
dengan bentuk melakukan aktifitas. Adapun aktifitas tersebut dimonitoring oleh orang yang
berkepentingan atas aktifitas tersebut.
2. Manajemen sebagai kolektifitas orang–orang yang melakukan kegiatan manajemen. Kolektif
artinya adalah bersama –sama. Adapun pengertian tersebut adalah manajemen merupakan suatu
aktifitas bersama – sama dalam suatu organisasi.
3. Manajemen sebagai seni (art) dan sebagai ilmu pengetahuan. manajemen seseorang atau kelompok
dapat melakukan metode sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki dan penerapannya tersebut juga
dapat menghasilkan ilmu pengetahuan baru bagi yang menerapkan manajemen tersebut.
Dengan adanya beberapa pengertian tentang manajemen diatas maka dapat diketahui
bahwasannya proses manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan dalam bentuk evaluasi yang dilakukan oleh supervisor dalam lembaga pendidikan
tertentu. Adanya proses manajemen ini sebenarnya pada setiap lembaga dan organisasi telah
terlaksana. Sedangkan pembahasan dalam artikel ini, lebih menekankan tentang Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) sebagai salah satu metode yang dipilih dan dicanangkan pemerintah dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan nasional. Sebenarnya ruang lingkup dari manajemen pendidikan bukan
hanya menyangkut pendidikan formal seperti sekolah, tetapi manajemen pendidikan juga dapat
menyangkut pendidikan di luar sekolah seperti les privat, kegiatan ekstrakurikuler, kejar paket, dll.
16652 Journal on Education, Volume 05, No. 04 Mei-Agustus 2023, hal. 16649-16662

Menurut Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan langkah pengambilan yang
berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kekuasaan penuh diberikan untuk
kemandirian kepemimpinan, yang merupakan respon positif pemerintah terhadap tuntutan masyarakat
untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemanfaatan waktu dan bahan ajar, serta pemerataan
pendidikan. Aspek ini digunakan tergantung pada situasi dan keadaan masalah yang dihadapi dan
kebijakan yang diambil. (Janan, 2020)
Manajemen berbasis sekolah (MBS) menurut Departemen Pendidikan Nasional adalah
merupakan model manajemen yang memberikan keleluasaan dan kebebasan kepada sekolah dan
menimbulkan adanya pengambilan keputusan secara musyawarah mufakat antara semua pihak
sekolah meliputi kepala sekolah, para guru, wali murid sebagai upaya meningkatkan mutu sekolah
yang berpedoman pada kebijakan pendidikan nasional.(Achadah, 2019)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu
kajian yang banyak dibahas untuk mengubah sistem pendidikan di Indonesia dari sentralistik menjadi
desentralistik sejak diberlakukannya menyebutkan bahwa pendidikan merupakan salah satu bidang
pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah.(Kurniawan Achmad Wahidy, 2020)
Seiring dengan otonomi dan azas desentralisasi, peningkatan kualitas menuntut partisipasi dan
pemberdayaan seluruh komponen pendidikan dan penerapan konsep pendidikan sebagai suatu sistem.
Desentralisasi diharapkan dapat meningkatkan kerjasama antara kepala sekolah, guru, pegawai dan
masyarakat dalam peningkatan kualitas dan produktivitas.(Kurniawan Achmad Wahidy, 2020)
Burhanuddin menjelaskan bahwasannya manajemen berbasis sekolah adalah model
manajemen pendidikan yang memberikan otonomi pendidikan kepada sekolah serta model ini
mendorong dalam pengambilan keputusan selalu melibatkan kepada seluruh warga sekolah yang
dilayani dengan tetap mengarah kepada tujuan pendidikan nasional. Suparlan menjelaskan bahwa
manajemen berbasis sekolah merupakan kebijakan pendidikan yang amat populer. Para pejabat sering
menyampaikannya dalam berbagaikesempatan pidato di depan para guru dan kepala sekolah. Bahkan
orangtua siswa pun telah banyak mengenalnya dari pengurus Komite Sekolah atau memperolehnya
dari kesempatan pelatihan.(Kurniawan Achmad Wahidy, 2020)
Bersumber pada sebagian penafsiran mengenai MBS oleh sebagian pakar di atas, penulis
menyimpulkan bahwasanya MBS merupakan sesuatu strategi desentralisasi pengambilan keputusan
pembelajaran dengan mengaitkan orang tua, siswa, guru, pejabat, serta warga buat menggapai
otonomi, fleksibilitas, partisipasi, kemandirian, tanggung jawab, serta akuntabilitas sekolah.
Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah
Tujuan penerapan MBS adalah agar manajemen sekolah yang lebih baik. Dalam hal ini,
Permadi mengatakan: “Bercirikan otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat yang tinggi terlepas
dari kebijakan nasional, MBS bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan
pendidikan”. Pernyataan Permadi jelas bahwa penerapan MBS bermanfaat untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Mulyasa melihatnya sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di Pondok Pesantren, Dessi Asdrayany, Dimas Zuhri Ahmad, Anis Zohriah,
Machdum Bachtiar 16653

berkelanjutan baik secara makro, meso maupun mikro, agar bangsa ini dapat mencapai
keunggulan.(Mulyadi et all, 2021)
Kelebihan MBS lebih detail dapat dilihat pada penjelasan Mulyasa yang penulis susun
sebagai berikut.(Mulyadi et all, 2021)
1. Berikan sekolah kebebasan dan kekuasaan yang besar;
2. Meningkatkan kesejahteraan guru agar lebih berkonsentrasi pada tugastugasnya;
3. Meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dan guru;
4. Dipastikan bahwa tawaran pendidikan memenuhi tuntutan siswa dan masyarakat; 5. Untuk
meningkatkan prestasi siswa;
5. Menjamin partisipasi staf, orang tua, siswa dan masyarakat dalam perumusan keputusan
pendidikan;
6. Sekolah menjadi lebih bertanggung jawab, terbuka, egaliter dan demokratis.
Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah memiliki karakteristik yang harus dipahami oleh sekolah yang
melaksanakannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin berhasil mengadopsi MBS, beberapa
karakteristik MBS harus diteliti dan dipahami dengan baik. Pembahasan tentang ciri-ciri MBS tidak
lepas dari ciri-ciri sekolah efektif. Jika MBS dilihat sebagai wadah/kerangka, maka sekolah efektif
adalah isinya. Oleh karena itu karakteristik MBS meliputi unsur-unsur sekolah efektif yang
diklasifikasikan menjadi input, proses dan output.(Patras et al., 2019)
Gambaran mengenai otonomi manajemen sekolah dan desentralisasi fungsi manajemen dalam sekolah
adalah berikut:(Patras et al., 2019)

Menurut Levacic, yang dikutip Ibrahim Bafandhal, ada tiga ciri pembeda Manajemen
Berbasis Sekolah dengan bentuk-bentuk manajemen lainnya.(Hartati, 2022, p. 42).
16654 Journal on Education, Volume 05, No. 04 Mei-Agustus 2023, hal. 16649-16662

1. Stakeholder di sekolah diberikan lebih banyak pendapat dalam keputusan kebijakan yang
mempengaruhi belajar siswa.
2. Manajemen Mutu Pendidikan, yang membahas semua aspek peningkatan kualitas pendidikan,
seperti kurikulum, fakultas, pendanaan, fasilitas, penerimaan siswa baru, dan pendaftaran.
3. Sementara sekolah diberi tanggung jawab lebih untuk meningkatkan pendidikan secara
keseluruhan terhadap siswa, kontrol pusat atas bagaimana kewajiban itu dilakukan tetap berada
dalam yurisdiksi pemerintah, sehingga hal ini harus diatur.
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
MBS yang menawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah memiliki potensi yang besar dalam
menciptakan kepala sekolah, guru, dan tenaga administrasi yang profesional. Oleh karena itu, dalam
melaksanakan MBS perlu sperangkat kewajiban dan tuntutan pertanggungjawaban (akuntabilitas)
yang tinggi kepada masyarakat. Dengan demikian, kepala sekolah harus mampu menampilkan
pengelolaan sumber daya secara transparan, demokratis, dan bertanggungjawab baik kepada
masyarakat dan pemerintah dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan kepada siswa.
Perubahan-perubahan tingkah laku kepala sekolah, guru, dan tenaga administrasi dalam
mengelola sekolah merupakan syarat utama dari keberhasilan pelaksanaan MBS. Dalam melaksakan
MBS ini dituntut kemampuan profesional dan manajerial dari semua komponen warga sekolah
dibidang pendidikan agar semua keputusan yang dibuat sekolah didasarkan atas pertimbangan mutu
pendidikan. khususnya kepala sekolah harus dapat memposisikan sebaga agen perubahan di sekolah.
Oleh karena itu, kepala sekolah harus: (1) memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dengan guru dan
masyarakat sekitar sekolah, (2) memiliki pemahaman dan wawasan yang luas tentang teori pendidikan
dan pembelajaran (3) memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menganalisa situasi sekolah, (4)
memiliki kemampuan dan kemauan dalammengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang berkaitan
dengan efektifitas pendidikan di sekolah, (5) mampu memanfaatkan berbagai peluang, menjadikan
tantangan menjadi peluang, serta mengkonsepkan arah perubahan sekolah.
Pelaksanaan manajemen disekolah dapat dilaksanakan melalui Manajemen Berbasis
Sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah atau singkatan dari MBS, ditandai dengan adanya wewenang
atau otonomi sekolah secarapenuh terkait pelayanan disekolah baik secara internal maupun
eksternal untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan disekolah, dengan tetap mengacu kepada
peraturan perundang-undangan (Rizka Azhara, 2022). MBS adalah sebuah model yang untuk
mengelola sekolah yang bersifat otonomi sekolah melibatkan semua aspek sekolah seperti
kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua/wali murid hingga masyrakat. Jika MBS
dilaksanakan dengan baik maka dapat meningkatkan mutu pendidikan (Desi Ratnasari, 2020).
Pelaksanaan MBS dengan baik ini ditentukan olehindikator yang membuat berhasilnya
pelaksanaan MBS ini yaitu adanya dukungan kepala sekolah, guru, pendanaan yang memadai
dan cukup, adanya komitmen mencapai tujuan bersama, bertanggung jawab, memiliki
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di Pondok Pesantren, Dessi Asdrayany, Dimas Zuhri Ahmad, Anis Zohriah,
Machdum Bachtiar 16655

keterampilan, dan akuntabel. Namun, jika indikator-indikator tersebut diatas tidak dapat bekerja
sama dengan baik atau kurangnya partisipasi, kurang adanya kesadaran dalam melaksanakan
tugas-tugas, dan kurangnya anggaran atau pendanaan yang tersedia tidak memadai maka dapat
dipastikan akan terjadi hambatan dalam melaksanakan MBS ini. Karena tujuan utama MBS
salah satunya ialah dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Pelaksanaan MBS akan efektif dan efisien jika sumber daya manusianya mendukung,
sarana dan prasarananya juga memadai dan juga strategi MBS juga ikut berpengaruh dalam
implementasi tersebut. Termasuk kepada adanya komitmen kepala sekolah dalam memimpin
sekolahnya dan memberikan pengaruh besar dalam program MBS. Implementasi MBS dapat
berhasil apabila suatu sekolah menerapkan prinsip-prinsip pengelolaanseperti partisipasi,
transparansi, tanggungjawab dan akuntabilitas (Dasor, 2018).
Implementasi MBS secara benar akan memberikan dampak positif terhadap perubahan
tingkah laku warga sekolah yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kuwalitas pendidikan
di sekolah. Berdasarkan 9 wewenang yang diserahkan kepada sekola, maka hal yang harus dilakukan
oleh kepala sekolah dan warganya adalah seperti diuraikan sebagai berikut:
Perencanaan dan Evaluasi
1. Salah satu tugas pokok yang harus dilakukan oleh kepala sekolah sebelum merencanakan program
peningkatan mutu sekolah adalah mendata sumber daya yang dimiliki sekolah (sarana dan
prasarana, siswa, guru, staf administrasi, dan lingkungan sekitar)
2. Menganalisis tingkat kesiapan semua sumber daya sekolah tersebut.
3. Mendasarkan data dan analisis kesiapan sumber daya, kepala sekolah dengan warga sekolah
secara bersama-sama menyusun program peningkatan mutu sekolah untuk jangka panjang, jangka
menengah, dan jangka pendek.
4. Menyusun sekala prioritas program peningkatan mutu untuk program jangka pendek yang akan
dilaksanakan satu tahun ke depan.
5. Menyusun RAPBS untuk program satu tahun ke depan
6. Menyusun sistem evaluasi pelaksanaan program sekolahbersama dengan warga sekolah.
7. Melakukan evaluasi diri terhadap pelaksanaan program sekolah secara jujur dan transparan
kemudian ditindaklanjuti dengan perbaikan terus menerus
8. Melakukan refleksi diri tergadap semua program yang telah dilaksanakan
9. Melatih guru dan tokoh masyarakat dalam implementasi MBS
10. Menyelenggarakan loka karya untuk evaluasi
Pengelolaan Kurikulum
11. Standar kurikulum 2004 yang akan diberlakukan telah ditentukan oleh pusat sekolah sebelum
menjabarkan kurikulum tersebut harus terlebih dahulu melakukan pemahaman terhadap
kurikulum (silabus, materi pokok)
16656 Journal on Education, Volume 05, No. 04 Mei-Agustus 2023, hal. 16649-16662

12. Mengembangkan silabus berdasarkan kurikulum


13. Mencari bahan ajar yang sesuai dengan magteri pokok
14. Menyusun kelompok guru sebagai penerima program pemberdayaan
15. Mengembangkan kurikulum (memperdalam, memperkaya, dan memodifikasi), namun tidak boleh
mengurangi sisi kurikulum yang berlaku secara nasional
16. Selain itu sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal
Pengelolaan Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan aktifitas yang sangat penting dalam proses pendidikan
sekolah. Di sinilah guru dan siswa berinteraksi dalam rangka transfer ilmu dan pengetahuan kepada
siswa. Keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan sangat bergantung pada apa yang
dilakukan oleh gurudi kelas. Oleh karena itu guru diharapkan dapat: (a) menciptakan pembelajaran
yang berpusat pada siswa, (b) mengembangkan model pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), (c) jumlah siswa perkelas tidak lebih
dari 40 siswa, (d) manfaat perpustakaan sebagai sumber belajar, (e) memanfaatkan lingkungan dan
sumber daya lain di luar sekolah sebagai sumber belajar, (f) pemanfaatan laboratorium untuk
pemahaman materi, (g) pengembangan evaluasi belajar untuk 3 ranah (cognitif, efektif,
psikomotorik), (h) mengembangkan bentuk evaluasi sesuai dengan materi pokok, (i)
mengintegrasikan life skill dalam proses pembelajaran, (j) menumbuhkan kegemaran membaca.
Pengelolaan ketenangan
1. Menganalisis kebutuhan tenaga pendidik dan non kependidikan
2. Pembagian tugas guru dan staf yang jelas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya
3. Melakukan pengembangan staf melalui MGMP, seminar, dll.
4. Pemberian penghargaan (reward) kepada yang berprestasi dan sangsi (punishment) kepada yang
melanggar
5. Semua tenaga yang dibutuhkan tersedia di sekolah sesuai dengan analisis kebutuhan
Pengelolaan Fasilitas (peralatan dan perlengkapan)
6. mengetahui keadaan dan kondisi sarana dan fasilitas
7. mengadakan alat dan sarana belajar
8. menggunakan sarana dan fasilitas sekolah
9. memelihara dan merawat kebersihan
Pengelolaan Keuangan
1. Semua dana yang dibutuhkan dan akan digunakan dimasukan dalam RAPBS
2. Mengelola keuangan dengan transparan dan akuntabel
3. Pembukuan keuangan rapi
4. Ada laporan pertanggungjawaban keuangan setiap bulan
Pelayanan Siswa
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di Pondok Pesantren, Dessi Asdrayany, Dimas Zuhri Ahmad, Anis Zohriah,
Machdum Bachtiar 16657

1. Mengidentifikasi dan membangun kelompok siswa di sekolah


2. Melakukan proses penerimaan siswa baru dengan transparan
3. Mengembangkan potensi siswa (emosional, spiritual, bakat)
4. Melakukan kegiatan ekstrakulikuler
5. Mengembangkan bakat siswa (olahraga dan seni)
6. Mengembangkan kreatifitas
7. Membuat majalah dinding
8. Mengikuti lomba-lomba bidang keilmuan dan non keilmuan
9. Mengusahakan beasiswa melalui subsidi silang
10. Fasilitas kegiatan siswa tersedia dalam kondisi baik
Hubungan Sekolah-masyarakat
11. Membentuk komite sekolah
12. Menjaga hubungan baik dengan komite sekolah
13. Melibatkan masyarakat dalam menyusun program sekolah, melaksanakan, dan mengevaluasi
14. Mengembangkan hubungan yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat
Pengelolaan iklim sekolah
15. Menegakan disiplin (siswa, guru, staf)
16. Menciptakan kerukunan beragama
17. Menciptakan kekeluargaan di sekolah
18. Budaya bebas narkoba
Strategi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Menurut Mulyasa agar manajemen berbasis sekolah dapat berfungsi secara optimal,
diperlukan strategi pelaksanaannya yang meliputi:(Atikasari, 2020)
1. Pengelompokan, agar sekolah dapat dikelompokkan berdasarkan kemampuan sekolah dalam
mengelola sekolahnya, untuk lebih mudah mengidentifikasi sekolah mana yang perlu mendapat
perhatian lebih dalam pelaksanaan manajemen sekolah.
2. Pentahapan, pelaksanaan manajemen sekolah dilakukan secara bertahap, dimulai dengan tahapan
jangka pendek dan diakhiri dengan tahapan jangka panjang
3. Implementasi Setelah uji implementasi implementasi MBS, langkah selanjutnya adalah
implementasi permanen, yang membutuhkan peraturan wajib.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan manajemen sekolah pada dasarnya
memilih pilihan yang terbaik bagi sekolah dalam pengembangan sekolah. Manajemen khusus sekolah
harus berkesinambungan sehingga pada akhirnya bermuara pada perbaikan pendidikan.
Indikator Keberhasilan Implementasi MBS
Keberhasilan implementasi manajemen berbasis sekolah dapat dilihat dari indikasi-
indikasi sebagai berikut:
16658 Journal on Education, Volume 05, No. 04 Mei-Agustus 2023, hal. 16649-16662

1. Orientasi ke arah efektivitas proses pembelajaran tercermin dalam apresiasi guru terhadap
pengembangan kurikulum dan implikasinya kreativitas guru dalam aplikasi model pembelajaran
dan teknologi pembelajaran.
2. kepemimpinan sekolah yang efektif kepala sekolah memiliki peran penting dalam merealisasikan
MBS terutama dalam mengkoordinasikan menggerakkan sumber daya pendidikan yang tersedia
dan memadukan dukungan pihak-pihak pemangku kepentingan kepemimpinan. Kepala sekolah
merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi misi
tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara sistematis dan
terencana
3. Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan secara berdaya guna mengingat guru merupakan
salah satu faktor dominan dalam pencapaian keberhasilan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah
mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif yang memungkinkan para guru dapat tumbuh
kemampuan profesionalnya.
4. Sekolah memiliki budaya mutu yaitu kebutuhan untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
Kolaborasi menjadi dasar pengambilan keputusan dan perbaikan proses pembelajaran tekstilnya
sekolah merasa memiliki sekolah.
5. Sekolah memiliki kemandirian artinya sekolah mampu mengambil keputusan untuk melakukan
perbaikan tanpa dipengaruhi oleh pihak luar yang tidak mengetahui masalah dan kebutuhan
sekolah.
6. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat tinggi dengan suatu asumsi bahwa makin tinggi tingkat
partisipasi makin besar pola tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap sekolah
7. Sekolah semakin transparan keterbukaan ditunjukkan kepada masyarakat dalam pengambilan
keputusan, penggunaan uang, kata kecapaian program sekolah
8. Sekolah Represif terhadap kebutuhan maknanya sekolah tanggap terhadap aspirasi yang muncul
bagi peningkatan mutu. Bahkan sekolah mampu menyelesaikan terhadap perubahan dan dinamika
yang terjadi pada masa kini dan masa mendatang.
9. Sekolah mempunyai akuntabilitas yaitu pertanggungjawaban pihak sekolah terhadap pencapaian
program yang telah dilaksanakan pada pemerintah dan utamanya kepada masyarakat selaku
pemangku kepentingan.
10. Kepuasan warga sekolah motif fashion dapat dicapai apabila warga sekolah diberi kewenangan
tanggung jawab dan kepercayaan untuk melaksanakan tugas-tugas sekolah. Perasaan senang
bahagia tercermin dalam perilaku kerja yang giat tahun dan motivasi yang tinggi.
Keberhasilan MBS tersebut tentu tidak dapat atas kerja satu orang saja, namun
ditentukan oleh kerjasama berbagai pihak agar tujuan peningkatan mutu pendidikan dapat
tercapai secara optimal. Pada jenjang SD, ada 9 komponen pengelolaan yang perlu untuk
dicermati diantaranya Komponen Siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana,
pengelolaan sekolah, proses pembelajaran, pengelolaan dana, supervisi dan monitoring,
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di Pondok Pesantren, Dessi Asdrayany, Dimas Zuhri Ahmad, Anis Zohriah,
Machdum Bachtiar 16659

hubungan sekolah dan masyarakat diantaranya hubungan dengan orangtua, instansi pemerintah,
dan lainnya (As-Tsauri, M. S., Rochman, C., & Maslani, 2021).
Kendala-kendala Dalam Pelaksanaan MBS
Kendala-kendala dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, kualitas yang dicapai oleh
siswa atau suatu pendidikan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang datang dari dalam maupun dari luar,
faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Sumber daya; sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya sesuai
dengan kebutuhan setempat. Selain pembiayaan operasional atau administrasi, pengelelolaan
keuangan harus ditujukan untuk: Memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengisolasikan
dana sesuai dengan skala prioritas yang telah ditetapkan untuk proses penigkatan kualitas,
pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses pengadaannya dan pengurangan
kebutuhan birokrasi pusat.
2. Pertanggung jawaban (accountability); sekolah dituntut memiliki akuntabilitas baik kepada
masyarakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan antara komitmen terhadap standar
keberhasilan dan harapan atau tuntutan orang tua atau masyarakat. Pertanggung jawaban ini
bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana masyarakat digunakan sesuai dengan kebijakan yang
telah ditentukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan jika mungkin untuk
menyajikan informasi mengenai apa yang sudah dikerjakan. Untuk itu setiap sekolah harus
memberikan laporan pertanggung jawaban dan mengomunikasikannya dengan orang tua atau
masyarakat dan pemerintah, dan melaksanakan kaji ulang secara komprehensif terhadap
pelaksanaan program prioritas sekolah dalam proses peningkatan kualitas pendidikan.
3. Kurikulum; berdasarkan standar kurikulum yang telah ditentukan secara nasional, sekolah
bertanggung jawab untuk emngembangkan kurikulum baik dari standar materi (content) dan
proses penyampaiannya. Melalui penjelasan bahwa materi tersebut ada manfaat dan relevansinya
terhadap siswa, sekolah harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan melibatkan
semua indra dan lapisan otak serta mencipttakan tantangan agar siswa tumbuh dan berkembang
secara intelektual dengan menguasai ilmu pengetahuan, ketrampilan, memiliki sikap arif dan
bijaksana, karakter dan memiliki kematangan emosional. Ada tiga yang harus diperhatikan dalam
hal ini yaitu: pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan siswa, bagaimana
mengembangkan ketrampilan pengelolaan untuk menyajikan kurikulum tersebut kepada siswa
sedapat mungkin secara efektif dan efisien dengan memperhatikan sumber daya yang ada dan
mengembangkan berbagai pendekatan yang mampu mengatur perubahan sebagai fenomena
alamiah di sekolah.
4. Personil Sekolah
Sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam proses perekrutan (dalam arti menentukan
jenis guru yang diperlukan) dan pembinaan struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil kepala
16660 Journal on Education, Volume 05, No. 04 Mei-Agustus 2023, hal. 16649-16662

sekolah, guru dan staf lainnya). Sementara itu pembinaan profesional dalam rangka pembangunan
kapasitas atau kemampuan kepala sekolah dan pembinaan ketrampilan guru dalam
pengimplementasian kurikulum termsuk staf kependidikan lainnya dilakukan secara terus menerus
atas inisiatif sekolah. Untuk itu birokrasi diluar sekolah berperan untuk menyediakan wadah dan
instrumen pendukung. Dalam konteks ini pengembangan profesional harus menunjang penngkatan
mutu dan penghargaan terhadap prestasi perlu dikembangkan. Dengan demikian bahwa manajemen
pendidikan menawarkan pada lembaga maupun institusi pendidikan (Sekolah) untuk menyediakan
pendidikan yang lebih baik bagi siswa dan secara langsung akan mempengaruhi efektif tidaknya
kurikulum, berbagai peralatan belajar, waktu mengajar, dan proses pembelajaran. Dengan demikian,
upaya peningkatan kualitas pendidikan harus dimulai dengan pembenahan manajemen sekolah, di
samping peningkatan kualitas guru dan pengembangan sumber belajar.
Lambatnya perkembangan Manajemen Berbasis Sekolah berkaitan dengan sumber awal
perkembangannya dan sifatnya yang desentralistik. Diperkenalkannya Manajemen Berbasis Sekolah
pada tahun 1980 mendapatkan tanggapan yang positif dan negatif. Beberapa pihak yang mendukung
belum mendapatkan landasan hukum yang menunjang pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah.
Sedangkan pihak yang menentang Manajemen Berbasis Sekolah beralasan bahwa model pendidikan
tersebut merupakan produk luar negeri yang sulit diterapkan dan tidak menghasilkan apa-apa. Selain
itu, sistem pendidikan masih bersifat sentralistik dan otonomi daerah belum berkembang. (Desi
Purwati, dkk, 2020)

KESIMPULAN
MBS merupakan sesuatu strategi desentralisasi pengambilan keputusan pembelajaran dengan
mengaitkan orang tua, siswa, guru, pejabat, serta warga buat menggapai otonomi, fleksibilitas,
partisipasi, kemandirian, tanggung jawab, serta akuntabilitas sekolah.
Pelaksanaan manajemen sekolah pada dasarnya memilih pilihan yang terbaik bagi sekolah
dalam pengembangan sekolah. Manajemen khusus sekolah harus berkesinambungan sehingga pada
akhirnya bermuara pada perbaikan pendidikan. Karakteristik MBS meliputi unsur-unsur sekolah
efektif yang diklasifikasikan menjadi input, proses dan output.
Kendala-kendala dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, kualitas yang dicapai oleh
siswa atau suatu pendidikan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang datang dari dalam maupun dari luar.

REFERENCES
Achadah, A. (2019). Manajemen Berbasis Sekolah (MBS): Konsep Dasar dan Implementasinya Pada
Satuan Pendidikan. Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Ilmiah, 4(2), 77–88.
Akbar, M. A. (2019). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Implementasinya. Jurnal Pendidikan
Guru Madrasah, 2(1), 20–29.
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di Pondok Pesantren, Dessi Asdrayany, Dimas Zuhri Ahmad, Anis Zohriah,
Machdum Bachtiar 16661

As-Tsauri, M. S., Rochman, C., & Maslani, M. (2021) ‘Tantangan Guru Sekolah Dasar Dalam
Memahami Capaian Komponen Manajemen Sekolah’, Al-Fikrah: Jurnal Manajemen Pendidikan,
9(1), 55–64.
Atikasari, N. A. (2020). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Untuk Meningkatkan Mutu
Pendidikan. 1–7.
Azhara Rizka. (2022). Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah,
Management Of Education: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 8(1), 15–21.
Dasor, Y. W. (2018). ‘Implementasi Good Governance Dalam Manajemen Berbasis Sekolah’,
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, 10(2), 172–183.
Granatuma, H. F., & Fatayan, A. (2022). Analisis Prestasi Peserta Didik Dilihat dari Sistem
Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar Islam. Jurnal Basicedu, 6(3), 4598–4504.
Ginanjar Arief, Maman Herman. (2019). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah Pada SMA Negeri. IJEMAR:
Indonesian Journal Of Education Management & Administrasion Review. 3(1). 1-8.
Hartati, S. (2022). Systematisasi Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah. Journal of Islamic
Education and Learning, 37–48.
Hendrizal. (2020). Problems Of Basic Students Learning Interest And Solutions, Jurnal CERDAS
Proklamator, 8(2), 86–97.
Janan, M. (2020). Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan
di SMA Swasta Kota Langsa. EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 6(1), 70–77.
Junindra Arespi, Betridamela Nasti, Rusdinal, Nurhizrah Gistituati. (2022). Manajemen Berbasis
Sekolah (Mbs) Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Sekolah Dasar.
Jurnal Cerdas Proklamator, 10(1), 88-94.
Kurniawan Achmad Wahidy, S. A. (2020). Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(3), 3409–3418.
Malaikosa, Y. M. L. (2021). Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengimplementasikan Manajemen
Berbasis Sekolah Untuk Meningkatkan Mutu Sekolah. Idaarah: Jurnal Manajemen
Pendidikan, 5(1), 1.
Mulyadi et all. (2021). Manajemen Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan.
Pendidikan Politik, Hukum Dan Kewarganegaraan, 11(1), 40–47.
Mustakim, Riduan Saberan. (2019). Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah. Stilistika: Jurnal
Bahasa, Sastra dan Pengajarannya. Vol. 4. No. 1. 122-131.
Patras, Y. E., Iqbal, A., Papat, P., & Rahman, Y. (2019). Meningkatkan Kualitas Pendidikan Melalui
Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah Dan Tantangannya. Jurnal Manajemen Pendidikan,
7(2), 800–807.
16662 Journal on Education, Volume 05, No. 04 Mei-Agustus 2023, hal. 16649-16662

Purwati Desi, Afifudin, Widodo Roni Pindahanto, (2020), Efektifitas Penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013. Jurnal Respon Publik. 14(2), 100-110.
Ratnasari Desi. (2020). Iklim Belajar Demokratis Dalam Penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah Di Sekolah Dasar. Jurnal Belaindika, 2(3), 2020.
Widyastuti Ana, dkk. (2020) Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan
Perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai