Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KERJA SAMA SISWA DAN MANAJEMEN SEKOLAH UNTUK

MENCAPAI SEKOLAH YANG UNGGUL DI SMA NEGERI 5 MEDAN


Anita Tambunan

Universitas Negeri Medan

email: anitatambun20@gmail.com

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih banyak tentang pengaruh kerja
sama siswa dan manajemen sekolah untuk mencapai sekolah yang unggul di SMA negeri 5
Medan. Data dianalisis dengan teknik deskripsi kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian dengan
hasil sajian data deskriptif berupa kajian yang mempunyai kalimat yang mempunyai pengaruh
kerja sama siswa dan manajemen sekolah untuk mencapai sekolah yang unggul. Cara
pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Data yang diteliti didokumentasi
dengan cara membaca, mencatat selanjutnya disimpulkan dan dikelompokkan berdasarkan sama
siswa dan manajemen sekolah untuk mencapai sekolah yang unggul.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan
bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
luas. Menurut Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi
yang tepat. Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau masalah aktual.
Penelitian Subjek adalah satu kelas siswa (kelas XI) SMA Negeri 5 Medan. Peserta observasi
dan wawancara merupakan teknik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
beberapa sampel data yaitu pentingnya kerjasama antara siswa dan manajemen sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
1. Perkenalan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana proses pendidikan
dilakukan, mempunyai sistem yang dinamis dan kompleks. Kegiatan sekolah bukan hanya
sebagai berkumpulnya murid dengan guru, akan tetapi kegiatan tersebut ada dalam lingkup
suatu sistem yang kompleks dan saling berhubungan dimana pengelolaannya memerlukan
sumber daya manusia yang unggul yang diharapkan menghasilkan keluaran (output) atau
lulusan yang unggul pula yang mampu bersaing sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat, serta pada akhirnya keluaran (output) sekolah diharapkan dapat memberikan
pengaruh pada pembangunan bangsa.
Manajemen sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi yang
didapat, oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus menggunakan suatu
sistem, artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang di dalamnya terdapat
komponen-komponen terkait seperti guru-guru, staff TU, orang tua siswa, masyarakat,
pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh
kebijakan dan kinerja pimpinan.
Adapun substansi dari Undang-Undang Sisdiknas yang baru tersebut nampak dari visinya:
terwujudnya sistem semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu proaktif menjawab tantangan zaman. Salah satu upaya
meningkatkan mutu pendidikan yang ada adalah melakukan pemberdayaan kepala sekolah.
Hal ini karena kepala sekolah merupakan motor penggerak bagi sumber daya sekolah
terutama guru-guru dan karyawan sekolah. Begitu besarnya peranan kepala sekolah dalam
proses pencapaian tujuan pendidikan, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya
kegiatan sekolah sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepala sekolah itu sendiri.

2. Tinjauan Pustaka
A. Arti "Me-manage" atau mengelola sekolah

Me manage atau mengelola sekolah artinya mengatur agar seluruh potensi sekolah
berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. Jadi kepala
sekolah mengatur agar guru dan staf lain bekerja secara optimal, dengan
mendayagunakan sarana/prasarana yang dimiliki serta potensi masyarakat demi
mendukung ketercapaian tujuan sekolah.

B. Cakupan Tugas Kepala Sekolah dalam Mengelola Sekolah


Secara sederhana, proses pengelolaan sekolah mencakup empat tahap, yaitu perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pengerahan (actuating), dan pengawasan
(controlling), biasanya disingkat dengan POAC
a. Dalam tahap perencanaan, sekolah merencanakan kegiatan apa saja yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Dalam tahap pengorganisasian, kepala sekolah menetapkan, memfung sikan
organisasi yang melaksanakan kegiatan tersebut,\
c. Dalam tahap pengerahan, kepala sekolah menggerakkan seluruh orang yang terkait
untuk secara bersama-sama melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas masing-
masing.
C. Kultur Sekolah
Melihat peran kultur sekolah yang begitu signifikan dalam mempengaruhi proses
pembelajaran yang dilakukan di sekolah, dibutuhkan adanya kerja sama antarsemua
warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, dan semua staf. Hal ini menunjukkan
bahwa upaya pembentukan kultur sekolah merupakan tanggung jawab semua warga
sekolah, yang dilakukan dengan kesungguhan dan loyalitas tinggi. Kultur sekolah yang
baik harus mencerminkan nilai-nilai yang bersahabat dan mendatangkan kesan yang
positif bagi siswa, baik di luar kelas maupun di dalam kelas. Kultur diyakini
mempengaruhi prilaku seluruh komponen sekolah, yaitu: guru, kepala sekolah, staf
administrasi, siswa dan juga orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagi peningkatan
mutu akan mendorong perilaku warga ke arah peningkatan mutu sekolah.
Konsep kultur sekolah yang baik harus seimbang antara kultur yang bersifat batiniah dan
lahiriah, sehingga sekolah menyenangkan. Sekolah akan berkualitas apabila kultur
sekolah ditumbuhkembangkan pada seluruh pihak sekolah yaitu dari kepala sekolah, para
guru, para tenaga kependidikan, dan siswa. Kultur sekolah baik yang batiniah maupun
lahiriah harus dijadikan budaya bagi semua warga sekolah.
3. Metode

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan
bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang
lebih luas. Menurut Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau
masalah aktual.

Pada penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan:

1. Persiapan
Pada tahap ini, penulis melaukan penelitian dan wawancara di Sekolah SMA Negeri 5
Medan untuk dapat mengembangkan teori berdasarkan fakta. Penulis juga membaca buku
buku tentang pengaruh kerjasama antara siswa dan manajemen sekolah dalam
menciptakan sekolah yang unggul untuk menemukan teori yang bisa mendukung
penelitian ini seperti jurnal, skripsi, tesis, dan artikel dari internet untuk menemukan
informasi yang lain tentang penelitian yang dilakukan.
2. Pengumpulan Data
Dalam penelitian Kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi
participant, wawancara mendalam studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau
trianggulasi (Sugiyono, 2008).

3. Analisis data
Analisis data menggunakan analisis interaktif melalui langkah-langkah pengumpulan
data, reduksi data, sajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Pendalaman dan
pemaknaan dilakuakan oleh peneliti bagaimana sekolah yang menyenangkan di
selenggarakan di SMA egeri 5 Medan yang diteliti terkait dengan kepemimpinan kepala
sekolah, dukungan pendidik dan tenaga kependidikan, lingkungan sekolah, sarana dan
prasarana, kegiatan pembelajaran, layanan prima, dan iklim kelas.
4. Hasil dan Pembahasan
Lingkungan Sekolah SMAN 5 Medan berada pada lingkungan sekolah yang baik dan
kondusif sangat mendukung kegiatan pembelajaran maupun kegiatankegiatan akademik dan
sosial lainnya. Letak sekolah cukup strategis selain udara yang cukup sejuk untuk kegiatan
pembelajaran. Sekolah dengan kemampuan kepemimpinan kepala sekolah yang baik juga
mencitrakan sekolah yang bersih, sehat, dan nyaman untuk kegiatan pendidikan (Observasi,
30 september 2021). Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor
situasional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor yang penting.
Kegiatan pembelajaran di SMAN 5 Medan, guru memiliki kemampuan didaktikmetodik
yang baik. Guru mampu menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara kohern-
integratif sehingga memiliki kinerja yang baik dan berdampak pada prestasi siswa yang baik
pula. Dalam konsepsi ini, metode merupakan cara yang dalam fungsinya merupakan alat
untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku bagi guru sebagai pengajar dan bagi siswa
sebagai pebelajar. Makin baik metode yang digunakan, maka semakin efektif pula
pencapaian tujuan pembelajaran. Metode dibedakan dengan teknik, yang bersifat prosedural,
sedangkan teknik barsifat implementatif. Metode dan teknik pembelajaran, merupakan
bagian dari strategi pembelajaran.
Dalam pemilihan metode pembelajaran, harus mempertimbangkan kriteria-kriteria yakni
efisiensi, efektivitas, dan tingkat keterlibatan siswa. Guru di SMAN 5 Medan menunjukkan
kinerja yang baik dalam mengelola metodologi pembelajaran (Observasi, 30 September
2021). Kegiatan pembelajaran harus mampu menciptakan proses belajar mengajar yang
dialogis, sehingga dapat memberi peluang bagi anak untuk terselenggaranya proses belajar
mengajar yang aktif. Melalui cara ini, peserta didik akan mampu memahami materi dan
konsep secara lebih benar. Pemahaman konsep belajar yang demikian, memerlukan
pendekatan dan metode pembelajaran yang lebih bervariasi, agar peserta didik benar-benar
dapat mengambil manfaat dari pelajaran. Hasil belajar yang dimaksud adalah terjadinya
perubahan dan perbedaan dalam cara berpikir, merasakan, dan kemampuan untuk mendapat
pengalaman dalam proses belajar mengajar. Sistem penilaian mempengaruhi pola dan cara
belajar siswa. Oleh karena itu, sistem penilaian harus direncanakan dengan matang oleh guru.
Penilaian seperti halnya tes akhir sekolah sangat penting yang dapat digunakan sebagai alat
ukur utama keberhasilan sebuah kebijakan di sekolah.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kepemimpinan kepala sekolah telah menunjukkan perannya dengan baik sebagai
pemimpin, pengelola, pengabdi, dan sebagai pelayan bagi seluruh warga sekolah. Kepala
sekolah dengan kemampuannya tersebut telah dapat memberdayakan potensi sekolah
sehingga penyelenggaraan sekolah dalam suasana menyenangkan;
2. Pendidik dan tenaga kependidikan di SMAN 5 Medan cukup baik, tidak saja
menyangkut kualifikasi latarbelakang pendidikan, melainkan juga mencakup kompetensi
guru yang memadai. Dalam kegiatan pembelajaran, guru SMAN 5 Medan memiliki
kemampuan didaktikmetodik yang baik. Guru mampu mendesain perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi secara kohern-integratif sehingga memiliki kinerja baik dan
berdampak pada prestasi siswa yang baik pula.
3. Lingkungan sekolah baik dan kondusif sangat mendukung kegiatan pembelajaran
maupun kegiatan-kegiatan akademik dan sosial lainnya. Letak sekolah cukup strategis di
samping udara yang cukup sejuk untuk kegiatan pembelajaran;
4. Sekolah memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan
pembelajaran. Gedung sekolah cukup mamadai, yakni ruang kelas, laboratorium,
perpustakaan, kantor kepala sekolah, kantor guru, masjid, ruang UKS, dan lapangan
yang cukup luas dan memadai untuk mendukng kegiatan pembelajaran. Sekolah juga
memiliki kelengkapan alat, media, dan sumber belajar yang cukup.
Referensi

Aman. 2012. Reformulasi Pembelajaran. Yogyakarta: Pujangga Press.


Bell, L & Kent, P. 2010. The Cultural Jigsaw a Case Study The Ways in Which Sixth-Form
Students Perceive School Culture, Belmas. Journal of the Britsh Educational
Leadership, Management & Administration Society, 16(2) 38-44.
Lubis, Joharis & Haidir. 2019. Administrasi dan Perencanaan Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Medan: Kencana.

Purnama, Dody Wahyudi. Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Dan Manajemen
Berbasis Sekolah Terhadap Mutu Kinerja Sekolah Di Smp Negeri Se-Kabupaten
Subang.
Raharjo, Sabar Budi. 2016. Manajemen Sekolah Untuk Mencapai Sekolah Unggul Yang
Menyenangkan: Studi Kasus Di Sman 1 Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai