GURU
DI SMAN 4 KOTA BUKITTINGGI
Anizar1, Rahmalina2
1
IAIN Bukittinggi, Jl. Raya Gurun Aur Kubang Putih Bukittinggi - Sumatera Barat
e-mail: anizar.koto81@gmail.com
2
IAIN Bukittinggi, Jl. Raya Gurun Aur Kubang Putih Bukittinggi - Sumatera Barat
e-mail: rahmalina392@gmail.com
ABSTRAK
Kinerja guru sangat menentukan mutu pendidikan, berhasil atau tidaknya proses
pembelajaran sangat bergantung pada kualitas guru. Kinerja guru dalam
pembelajaran sangat penting dalam rangka mendukung proses pendidikan secara
efektif. Kinerja guru yang baik dapat menciptakan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran. Kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
kompetensi guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh Kompetensi Guru terhadap kinerja guru di SMAN 4 Kota Bukittinggi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
jenis penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru
yang ada di SMAN 4 Kota Bukittinggi yang berjumlah 60 guru. Pengambilan
sampel menggunakan teknik simple random sampling dan diperoleh sampel
sebanyak 60 guru. Variabel dalam penelitian ini adalah Kompetensi Guru
sebagai variabel bebas dan kinerja guru sebagai variabel terikat. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara tidak terstruktur, angket, dan
dokumentasi. Perhitungan pengujian hipotesis menggunakan program SPSS versi
25. Uji prasyarat yang digunakan meliputi uji normalitas, uji linearitas.
Pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi sederhana, analisis regresi
sederhana, Hasil penelitian menunjukkan bahwa: terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan antara Kompetensi Guru terhadap kinerja guru yang ditunjukkan
dengan nilai F hitung sebesar 8,398 > F Tabel 4,001 . Korelasi sebesar 0,359 dengan
sumbangan pengaruh Kompetensi Guru terhadap kinerja guru sebesar 80,39%;
Hasil penelitian ini hendaknya dapat menjadi informasi dan masukan kepada
kepala seluruh Stolkholder di Sekolah.
PENDAHULUAN
Sistem persekolahan yang sedang berlangsung di Indonesia masih dalam tahap
pengembangan, sehingga untuk menggarap sifat pendidikan pemerintah
menyediakan rencana pendidikan lain yang disebut Rencana Pendidikan 2013.
Pendidik diharapkan memiliki pilihan untuk merencanakan dengan tujuan agar
dalam setiap contoh siswa melakukan cara pandang yang paling umum untuk
menyelidiki, menguji berpikir, mengkaji dan menyampaikan. Terdapat delapan
komponen atau komponen diklat yang dinormalkan dalam Undang-Undang (PP)
No. 19 Tahun 2005 tentang Pokok-Pokok Diklat (SNP) dengan tujuan agar
penyelenggaraan persekolahan di Indonesia dapat lebih baik, khususnya norma
kemampuan kelulusan, muatan pedoman, prinsip proses, pedoman guru dan staf
pengajar, prinsip kantor dan yayasan, pedoman pelaksana, prinsip pendanaan, dan
norma penilaian. Salah satu norma yang terkait dengan sifat pelatihan adalah
norma instruktur dan staf sekolah.
Isu buruknya kualitas pendidikan menjadi isu hangat yang diperdebatkan
secara umum oleh berbagai kalangan di dunia pendidikan. Program peningkatan
di bidang pelatihan belum sepenuhnya diakui di semua jenjang pendidikan dan
jenis pengajaran, khususnya di sekolah menengah atas. Penyebabnya antara lain
keadaan lingkungan yang berbeda, ruangan dan peralatan yang tidak memenuhi
kebutuhan, sumber daya yang terbatas dan tidak terkoordinasi dengan baik, serta
disiplin kapasitas tenaga pendidik yang sebenarnya perlu ditingkatkan (Ahmad,
1994:3).
Tenaga Pengajar atau guru adalah bagian yang paling berpengaruh dalam
pembentukan siklus dan hasil pembelajaran nilai. Oleh karena itu setiap upaya
perbaikan dilakukan untuk bekerja pada sifat instruksi tidak akan membuat
komitmen kritis tanpa bantuan pendidik ahli dan berkualitas. Instruktur memang
dituntut untuk memiliki kinerja yang unggul. Dengan kinerja yang unggul, tingkat
SDM di Indonesia akan mulai meningkat secara bertahap, terutama usia Indonesia
yang lebih muda. Agar menjadi negara yang cerdas dan siap menghadapi
kesulitan di masa depan. Instruktur memikul inti dan kewajiban yang keras. Selain
itu, ia juga perlu menjadikan mental siswanya cemerlang (mengasah tingkat
wawasan kecerdasannya). Eksekusi atau "eksekusi" mengacu pada tingkat puncak
dari tugas yang melengkapi pekerjaan seseorang. Sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Samsudin (2006: 159), yang mengartikan pengertian eksekusi
sebagai derajat pelaksanaan tugas yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan
menggunakan kemampuan dan batasan yang ada yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan yang bersifat otoritatif.
Penilaian pelaksanaan disebut juga ujian pelaksanaan, yaitu suatu gerakan
untuk memutuskan hasil perwakilan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
hasil yang baik. Penilaian kinerja instruktur kelas dilakukan terhadap komponen
tugas pokok pendidik yang meliputi penyusunan dan pelaksanaan latihan.
memungut, menilai dan mengevaluasi termasuk menyelidiki akibat lanjutan dari
penilaian dan melakukan lingkaran kembali ke akibat evaluasi (Kemendikbud,
2010: 8).
Di sekolah masih banyak masalah pelaksanaan guru, misalnya guru yang
belum membuat pengaturan gambar sebelum mengajar, guru yang belum bisa
menciptakan keadaan kelas yang tenang ketika ada siswa yang membuat keributan
di kelas, guru di kelas. pelaksanaan pembelajaran juga belum menggunakan tata
cara belajar yang bergeser sehingga yang terjadi adalah pembelajaran terasa
melelahkan bagi siswa, juga contoh guru yang terkantuk-kantuk di kelas selama
pengalaman mendidik dan berkembang.
Dari beberapa penyebab yang lebih menonjol adalah kapasitas dan kedisiplinan
tenaga Pengajar yang harus ditingkatkan, khususnya para instruktur. Terlepas dari
apakah sifat hasil instruktif itu besar bergantung pada kapasitas pendidik untuk
melakukan pengalaman pendidikan.
Sifat pendidikan akan berjalan dengan baik jika ditangani atau ditangani
dengan prosedur dan strategi yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta
menggunakan kerangka kerja yang memuaskan. Untuk dapat melakukan hal
tersebut, penting bagi instruktur memiliki kemampuan dan imajinasi yang tinggi
serta memiliki semangat dan inspirasi kerja yang tinggi sehingga dapat
memberikan efisiensi kerja yang baik. Pada akhirnya, pendidik yang memiliki
komponen tersebut pasti akan bekerja dengan baik, dan itu berarti mereka
memiliki kinerja atau kinerja kerja yang lebih baik.
Payong (2011: 17) mengartikan bahwa yang dimaksud dengan kapabilitas
adalah kapasitas yang digerakkan oleh individu, karena instruksi atau persiapan,
atau kesempatan untuk berkembang. kasual tertentu didapat, sehingga membuat
seseorang menyelesaikan tugas khusus dengan hasil yang menyenangkan.
Kemampuan merupakan kemampuan bawaan yang potensial dan akan digunakan
dalam keadaan nyata untuk menangani masalah ahli yang dialami. Kemampuan
pendidik adalah sekumpulan informasi, kemampuan, dan cara berperilaku yang
harus dimiliki, digabungkan, dikuasai, dan diakui oleh pendidik dalam
menyelesaikan kewajiban kemahirannya yang ditunjukkan melalui pelaksanaan
(Farida, 2009: 17). Sehingga cenderung diduga bahwa kapabilitas pendidik adalah
kapasitas yang digerakkan oleh pendidik yang meliputi bagian informasi,
kemampuan, siklus berpikir, dan cara pandang dalam menyelesaikan
pekerjaannya sebagai pendidik.
Berdasarkan hasil penetian awal, disadari bahwa Kompetensi guru berbeda-
beda. Ada empat keterampilan yang harus dipunyai oleh pendidik, yaitu
kemampuan Pedagogik, Kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kemampuan profesional. Keterampilan Pedagogik merupakan standar kemampuan
dasar yang harus dimiliki oleh seorang pendidik.
Bagaimanapun, masih ada pendidik yang belum menjadikan profesi sebagai
pendidik sebagai panggilan. Ada pendidik yang meskipun sudah terjamin dan
mendapatkan imbalan sertifikat, namun belum secara tepat mengatur dan
menjalankan kewajibannya sebagai pendidik secara piawai. Berdasarkan bidang
tugas peragaan sehari-hari, masih ada pendidik yang mendidik dengan
kemampuan yang kurang, tidak membuat susunan ilustrasi yang bagus, tidak
mendominasi materi peragaan, memilih dan memanfaatkan teknik dan model
pembelajaran yang kurang berbeda, kurang siap untuk mengajar. menjiwai dan
memacu siswa untuk secara efektif dikaitkan dengan pengalaman pendidikan,
benar-benar menguasai kegiatan belajar, membutuhkan otoritas TIK, beberapa
memiliki kemampuan dan keterampilan akademik yang memuaskan namun
penyajiannya dalam kategori rendah, dll.
METODOLOGI PENELITIAN
Peneliti menggunakan pendekatan dalam penelitian ini yaitu metode
penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional, yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel
atau lebih. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, realitas dipandang sebagai sesuatu yang kongkrit, obyektif,
terukur, rasional, dan sistematis. (Sugiono :2017)
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis metode
korelasional. Menurut arikunto penelitian korelasi merupakan penelitian yang di
maksud untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar dua atau beberapa
variabel. (Arikunto: 2005: 247)
Menurut Danial, penelitian korelasional (Correlational Studies) merupakan
penelitian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa
variabel. Ciri dari penelitian korelasional adalah penelitian tersebut tidak
menuntut subjek penelitian yang terlalu banyak.
Penelitian ini terdiri dari dua veriabel bebas (X) yaitu: Kompetensi guru .
Sedangkan variabel terikat (Y) adalah Kinerja Guru, hal ini akan mencoba
mengungkapkan pengaruh Kepemimpinan dan kompetensi guru terhadap Kinerja
Guru Di SMAN Bukittinngi
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.( Arikunto. 2010: 173).
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang kita tentukan. (Asrof Syafi’i. 2005: 133).Populasi menurut
Joko Subagyo adalah obyek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data. Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil
batasan pengertian bahwa populasi adalah keseluruhan unsur obyek sebagai
sumber data dengan karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian Adapun
populasi pada penelitian ini adalah seluruh guru SMAN 4 Kota Bukittinggi yang
berjumlah 60 orang guru.
Sampel
Menurut Sugiyono,2008: 118 “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Adapun menurut
Arikunto:2006 “apabila jumlah subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi
apabila jumlahnya lebih besar maka diambil sebanyak 10-15 % atau 20-25 % atau
lebih”. Oleh karena itu, sehubungan jumlah populasinya kurang dari 100 maka
peneliti akan mengambil penelitian populasi yang mana sebanyak 60 orang guru.
Tabel.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 6.83399853
Most Extreme Differences Absolute .113
Positive .110
Negative -.113
Test Statistic .113
Asymp. Sig. (2-tailed) .055c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Tabel.4
Correlations
Kompetensi
Guru Kinerja Guru
Kompetensi Guru Pearson Correlation 1 .356**
Sig. (2-tailed) .005
N 60 60
Kinerja Guru Pearson Correlation .356 **
1
Sig. (2-tailed) .005
N 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 448.287 1 448.287 8.398 .005b
Residual 3096.113 58 53.381
Total 3544.400 59
a. Dependent Variable: Kinerja Guru
b. Predictors: (Constant), Kompetensi Guru
Sumber : Data Olahan SPSS 25
Dari tabel diatas, terlihat angka F hitung sebesar 8,398 > F Tabel 4,001 dan tingakat
signifikasi 0,005 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
Kompetensi Guru terhadap Kinerja Guru di SMAN 4 Kota Bukittinggi. Hal ini
sejalan dengan penelitian Yohanes Sukamto, Pardjono (2013) Pengaruh
Kompetensi Guru, Komitmen Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru
Smp Andalan Di Sleman dengan hasil kompetensi guru berpengaruh positif
(b1=0,380) dan signifikan (p=0,000) terhadap kinerja guru dan Heru Mei
Giantoro1)Haryadi, Ratno Purnomo (2019) dengan hasil kompetensi guru
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang Kinerja Guru di SMAN
se- Kota Bukittinggi yang diperoleh dari data penelitian berkaitan dengan
Kompetensi Guru disimpulkan bahwa Kompetensi Guru berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Kinerja Guru SMAN 4 Kota Bukittinggi sebesar
80,39 % dengan koefisien determinasi sebesar 0.359 atau (35.90%). Ini berarti
bahwa Kompetensi guru memberikan dampak kepada Kinerja Guru Kinerja
Guru di SMAN 4 Kota Bukittinggi.
Referensi