Putra
Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(putrakhamud@gmail.com)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan membahas konsep dasar supervisi akademik dan dapat
mempraktikkan dalam kegiatan supervisi di lembaga pendidikan. Metode penelitian ini
bersifat kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif melalui analisis teori serta studi
kepustakaan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam panduan pelaksanaan
tugas pengawas sekolah atau madrasah dinyatakan bahwa supervisi akademik yang
berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan
efesiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan,
peralatan, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan
sumberdaya lainnya. Kesimpulan pada penelitian ini supervisi akademik adalah bagian yang
terpenting dalam meningkatkan mutu pendidikan, karena tanpa pengelolaan sekolah yang
baik, tentu tidak akan tercipta iklim yang memungkinkan guru bekerja dengan baik.
ABSTRACT
This study aims to discuss the basic concepts of akademic supervision and can practice it in
supervisory activities in educational institutions. This research method is qualitative by
using descriptive method through theoretical analysis and literature study. The results of
this study conclude that in the guidelines for implementing the duties of school or madrasa
supervisors it is stated that managerial supervision relating to aspects of school management
is directly related to
increasing school efficiency and effectiveness which includes planning, coordination,
implementation, equipment, development of human resource competencies (HR). education
and other resources. The conclusion in this study is that akademik supervision is the most
important part in improving the quality of education, because without good school
management, of course there will not be a climate that allows teachers to work well.
Keyword : Supervisi, Akademik, Pendidikan
1. PENDAHULUAN
Guru dalam menjalankan tugasnya membutuhkan bantuan orang lain dalam hal
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Misalnya untuk mengerti tujuan pendidikan, tujuan kurikuler, dan
tujuan instruksional.
Guru tersebut mengharapkan apa dan bagaimana memberi pengalaman belajar yang
sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat yang sedang berkembang. Orang yang
berfungsi membantu guru dalam hal ini adalah kepala sekolah atau supervisor yang setiap
hari langsung berhadapan dengan guru.1
Posisi serta peran guru dalam pendidikan sekolah merupakan ujung tombak dan
bahkan bersifat menentukan isi kurikulum operasional karena guru mengorganisasikan pesan
pengajaran bagi siswanya, berdasarkan pola nilai yang dihayatinya, visi keilmuanya dan
kecakapan keguruannya, guru mengelola dan mengatur kembali program atau satuan
pelajaran yang merangsang belajar siswa, dalam kondisi negatif apabila mutu
kepribadiannya, keilmuannya dan kecakapannya dari seorang guru itu buruk maka akan
merusak (minimal menghambat) proses serta hasil belajar siswa.
Hal tersebut lantaran guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui
kinerjanya pada tatanan institusional dan eksperiental sehingga upaya meningkatkan mutu
pendidikan harus dimulai dari aspek “guru” dan tenaga kependidikan lainnya yang
menyangkut keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen
pendidikan yang profesional. 2 Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan sebuah pengawasan/supervisi. Untuk memahami supervisi pendidikan perlu
memahami supervisi itu sendiri.
2. Metode
1 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar (Bandung: Sinar Baru, 2004), h. 15.
2 Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h.
kesimpulan deskriptif. 3 Penelitian ini juga menggunakan analisis teori dan studi
kepustakaan. Analisis teori adalah salah satu teknik dalam penelitian yang menjadikan teori
sebagai acuan dari kebenaran, fakta, dan keadaan objek yang diteliti. Analisis teori
digunakan sebagai alat pembaca realitas yang kemudian dikonstruksikan menjadi deskripsi
yang argumentatif. 4
3 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2011), hal. 48.
4 L. Moleong, Metode penelitian kualitatif, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007), Hal. 8
Peningkatkan pada kemampuan dan motivasi kerja guru tentu akan berdampak pada
peningkatan kualitas pembelajaran.
5 Grimmett, P. P., Rostad, O. P., & Ford, B. (1992). Supervision in transition. UK: ASCD Press.
Dengan demikian, di harapkan pada akhirnya supervisi akademik secara nyata merupakan
bagian dalam proses pengembangan profesionalsime guru untuk menyediakan dan
menyelenggarakan layanan belajar yang berkualitas bagi peserta didiknya.
6Louis, K. S., Leithwood, K., Wahlstrom, K. L., Anderson, S. E., Michlin, M., & Mascall, B. (2010).
Learning from leadership: Investigating the links to improved student learning. Educational
Research, 42, 1–50.
12. Berkesinambungan, artinya supervisi akademik di lakukan secara teratur dan
berkelanjutan.
3.5 Permasalahan Supervisi Akademik
Permasalahan terkait dengan perencanaan Supervisi Akademik yang di lakukan
oleh KS secara umum terjadi karena keterbatasan kompetensi kepala sekolah dalam
membuat rancangan program supervisi yang belum merata.
Karena keterbatasan kompetensi inilah sehingga menimbulkan permasalahan seperti:
a. Kepala sekolah tidak membuat, atau tidak memiliki dokumen tertulis rencana program
supervisi.
b. Jikapun memiliki, rencana program supervisi tidak di dasarkan pada teori dan data
referensi yang akurat, perencanaan belum sepenuhnya melibatkan stake holder terkait,
rencana pogram tidak di sosialisasikan kepada guru, dan rencana program yang di buat
bersifat satu untuk semua.
Hal ini terjadi sekarang, olehnya itu, maka perlu ada upaya yang sistematis
melalui kebijakan dan implementasi kebijakan dari instansi terkait dalam mengatasi
masalah ini. Beberapa hal yang dapat di lakukan yakni:
a. Dalam meningkatkan kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor, di perlukan
diklat khusus kepada kepala atau calon sekolah sekolah secara berkelanjutan.
Di mana pelaksanaan diklat harus berbasis pada ukuran yang jelas, seperti produk yang
standar. Selain itu perlu ada kebijakan, di mana setiap calon kepala sekolah harus di
pastikan memiliki kompetensi seorang supervisor yang handal.
b. Kepala sekolah perlu melibatkan stake holder, seperti pengawas sekolah, ahli
khususnya dalam menyusun instrumen supervisi, melibatkan guru IPA, siswa, orang
tua, atau masyarakat terkait dalam menyusun program supervisi.
Perlu ada data profil kompetensi setiap guru, kelemahan/kekurangan, sehingga dapat
merencakan solusi awal yang tepat.
Selain itu, setiap guru yang di supervisi perlu memiliki rencana program masing-
masing yang kemudian di sosialisasikan atau di sampikan kepada guru yang bersangkutan
baik melalui rapat, atau secara langsung.
Setiap guru, perlu memahami apa tujuan dan manfaat dari supervisi yang akan di lakukan
padanya oleh kepala sekolah atau oleh pengawas sekolah. 7
3.6 Permasalahan dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik
Beberapa permasalahan dalam pelaksaan supervisi akademik yang di laksanakan
oleh kepala sekolah:
Pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah (KS) kepada guru IPA
tentunya memiliki tantangan dan permasalahan tersendiri. Permasalahan dan alternatif
solusi dalam pelaksaaan supervisi terhadap guru IPA di urakan menjadi empat bagian
yakni, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut supervisi akademik. 8
a. Padatnya kegiatan kepala sekolah.
b. Persiapan guru yang di supervisi belum maksimal.
c. Kompetensi bidang kepala sekolah tidak sesuai/berbeda dengan guru yang di supervisi.
Permasalahan ini merupakan permasalahan klasik, dan terus terjadi. Beberapa hal
yang dapat di lakukan dalam mengatasi masalah ini yakni,
a. Terkait dengan padatnya kegiatan kepala sekolah, maka kepala sekolah perlu
membentuk tim supervisi yang dapat di isi oleh wakil sekolah, atau guru senior. Dengan
tim yang di bentuk ini, maka akan terbentuk kolaborasi dan kaderisasi. Jika kepala
sekolah berhalangan, maka kegiatan supervisi tidak akan terganggu.
b. Untuk permasalahan persiapan guru yang di supervisi belum maksimal, mengatasinya
mungkin memerlukan dukungan aturan atau kebijakan yang jelas berupa sanksi atau
penghargaan.
c. Terkait dengan permasalahan kompetensi bidang kepala sekolah tidak sesuai/berbeda
dengan guru yang di supervisi, mengatasinya dapat di lakukan dengan memaksimalkan
tim supervisi sekolah yang dapat di bentuk pada setiap bidang studi.
DAFTAR PUSTAKA
Grimmett, P. P., Rostad, O. P., & Ford, B. (1992). Supervision in transition. UK:
ASCD Press.
Louis, K. S., Leithwood, K., Wahlstrom, K. L., Anderson, S. E., Michlin, M., &
Mascall, B. (2010). Learning from leadership: Investigating the links to improved student
learning. Educational Research, 42, 1–50.
Nolan, J. F. (1997). Educational supervision: Perspectives, issues, and
controversies. UK: Technomic Press.
Pajak, E. (1990). Dimensions of supervision. Educational Leadership, 48(1), 78–
81. Puriton, T. (2013). Is instructional leadership possible? What leadership in other
knowledge professions tells us about contemporary constructs of school
leadership. International Journal of Leadership in Education, 16(3), 279–300.
Stronge, J. H., Richard, H. B., & Catano, N. (2008). Qualities of effective
principals. USA: Oxford.
Modul Pelatihan K-13 bagi Kepala Sekolah tahun 2018
Pusat pengembangan tenanga kependidikan badan pengembangan sumber daya
manusia kementrian pendidikan dan kebudayaan.