Anda di halaman 1dari 15

SUPERVISI MANAJERIAL

Khairana Filzah Faradis,1 Mughni Azizzah,2


1
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(khairanafilzah15@gmail.com)
2
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(mughniazizzah19@gmail.com)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang supervisi manajerial dimana dalam
membantu pengelola sekolah dan staf sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah secara
efekif dan efisien serta agar sekolah terakreditasi dengan baik dan dapat memenuhi standar
nasional Pendidikan. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan
jenis penelitian kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah, supervisi ini sangat penting
karena manajemen merupakan mesin organisasi yang menggerakkan seluruh program
sekolah, muiai kepemimpinan, kurikulum, kesiswaan, sarana-prasarana, anggaran,
hubungan masyarakat, dan lain sebagainya. Esensi dari Supervisi manajerial adalah berupa
kegiatan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh
elemen sekolah lainnya dalam mengelola, mengadministrasikan, dan melaksanakan seluruh
aktivitas sekolah.

ABSTRACT
This study aims to discuss managerial supervision in helping school managers and school
staff to improve school performance effectively and efficiently and so that schools are well
accredited and can meet national education standards. The method used is a qualitative
descriptive approach with the type of library research. The results of this study are, this
supervision is very important because management is an organizational engine that drives all
school programs, including leadership, curriculum, student affairs, infrastructure, budget,
public relations, and so on. The essence of managerial supervision is in the form of monitoring,
coaching, and supervising the principal and all other school elements in managing,
administering, and carrying out all school activities.

Keyword: Supervisi, Manajerial

1
1. PENDAHULUAN

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang

Standar Pengawas Sekolah/Madrasah menegaskan bahwa seorang pengawas

harus memiliki 6 (enam kompetensi minimal yaitu kompetensi kepribadian,

supervisimanajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan

pengembangan serta kompetensi sosial kondisi di lapangan saat ini tentu saja

masih banyak pengawas sekolah/ madrasah yang belum menguasai keenam

dimensi kompetensi tersebut dengan baik survei yang dilakukan oleh direktorat

Tenaga kependidikan pada Tahun 2008 terhadap para pengawas di suatu

kabupaten (Direktorat Tenaga kependidikan 2008) menunjukkan bahwa para

pengawas memiliki kelemahan dalam kompetensi supervisi akademik evaluasi

pendidikan dan penelitian dan pengembangan Sosialisasi dan pelatihan yang

selama ini biasa dilaksanakan dipandang kurang memadai untuk menjangkau

keseluruhan pengawas dalam waktu yang relatif singkat.

Selain itu karena terbatasnya waktu maka intensitas dan kedalaman

penguasaan materi kurang dapat dicapai dengan kedua strategi ini, berdasarkan

kenyataan tersebut maka upaya untuk meningkatkan kompetensi pengawas harus

dilakukan melalui berbagai strategi. Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk

menjangkau keseluruhan pengawas dengan waktu yang cukup singkat adalah

memanfaatkan forum kelompok kerja Pengawas Sekolah (KKPS) dan Musyawarah

kerja Pengawas Sekolah (MKPS) sebagai wahana belajar bersama. Dalam suasana

kesejawatan yang akrab, para pengawas dapat saling berbagi pengetahuan dan

pengalaman guna bersama-sama meningkatkan kompetensi dan kinerja mereka.

Forum tersebut akan berjalan efektif apabila terdapat panduan, bahan kajian, serta

target pencapaian. Dalam konteks ini lah bahan belajar Mandiri.

Supervisi manajerial adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek

pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan

efektivitas sekolah yang mencakup:

2
a. Perencanaan

b. Koordinasi

c. Pelaksanaan

d. Penilaian

e. Pengembangan kompetensi SDM kependidikan dan sumberdaya lainnya.

Sasaran Supervisi Manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf

sekolah lainnya dalam mengelola bidang pendidikan seperti:

a. Bidang Akademik

b. Bidang Kesiswaan

c. Bidang Personalia

d. Bidang Keuangan

e. Bidang Sarana dan Prasarana

f. Bidang Hubungan Masyarakat

2. METODE

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada hal yang terpenting

dari sifat suatu barang/jasa. Hal terpenting dari suatu barang atau jasa berupa

kejadian atau fenomena atau gejala sosial, hal tersebut bermakna dibalik kejadian

yang bisa dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori.1

Jenis penelitian ini yang digunakan adalah kepustakaan. Penelitian kepustakaan

adalah suatu studi yang digunakan dalam mengumpulkan informasi dan data

dengan bantuan berbagai macam material yang ada diperpustakaan seperti

dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah dan sebagainya.2 Adapun langkah-

langkah dalam penelitian ini adalah mencari informasi yang sesuai dengan judul,

kemudian mencari dan menemukan bahan bacaan yang diperlukan dan

1 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2014), 22
Milya Sari dan Asmendri, “Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian
2

Pendidikan IPA”, Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA 6, no 01, (2020), 43

3
mengklasifikasi bahan bacaan tersebut, selanjutnya meriview bacaan yang sudah

dibaca dan terakhir mulai menulis penelitian ini sampai menemukan

kesimpulannya.3

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Supervisi Manajerial

Sebelum membahas tentang supervisi manajerial, kita fahami dulu

supervisi pendidikan adalah supervisi yang dilakukan dalam praktik

penyelenggaraan pendidikan, oleh karenanya pembidangan supervisi menjadi

supervisi akademik dan supervisi manajerial didasarkan pada pembidangan

praktik penyelenggaraan pendidikan.4

Secara etimologis, pengawasan berasal dari bahasa Inggris, khususnya

management yang berarti manajemen. Secara morfologis, manajemen terdiri

dari dua kata, khususnya super dan visi yang artinya (melihat, melihat,

memperhatikan, mengarahkan) sehingga dari arti pengawasan menjadi

spesifik, melihat, melihat, memandang, melihat, memperhatikan, dan

mengatur dari yang lebih tinggi.

Menurut Boardman dalam Sahertian memberikan pengertian tentang

supervisi manajerial yaitu suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi, dan

membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah secara

individual maupun secara kolektif agar lebih mengerti dan lebih efektif

mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.5

Jadi dapat di simpulkan bahwa supervisi manajerial adalah berupa

kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah

dan seluruh elemen sekolah lainnya di dalam mengelola,

mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas sekolah, sehingga

3Milya Sari dan Asmendri, “Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian
Pendidikan IPA”, Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA 6, no 01, (2020), 44-4
4 Sri Kuswardani, Implementasi Supervisi Pendidikan, (Jawa Tengah : 2020), 24

5 Sugi, Supervisi Kepala Sekolah (Teori dan Implementasi), (Jawa Tengah : Asna Pustaka, 2020),

05-06

4
dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan

sekolah serta memenuhi standar pendidikan nasional.

Bidang manajerial adalah bidang di luar bidang akademik, ada juga

yang menyebut supervisi manajerial dengan sebutan administratif. supervisi

manajerial adalah pemantauan dan pembinaan terhadap pengelolaan dan

administrasi sekolah. Dengan demikian fokus supervisi ini ditujukan pada

pelaksanaan bidang garapan manajemen sekolah, yang antara lain meliputi: (a)

manajemen kurikulum dan pembelajaran, (b) kesiswaan, (c) sarana dan

prasarana, (d) ketenagaan, (e) keuangan, (f) hubungan sekolah dengan

masyarakat, dan (g) layanan khusus.6 Dan juga pematauan terhadap

pelaksanaan standar nasional pendidikan yang meliputi delapan komponen,

yaitu: (a) standar isi, (b) standar kompetensi lulusan, (c) standar proses, (d)

tandar pendidik dan tenaga kependidikan, (e) standar sarana dan prasarana,

(f) standar pengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan (h) standar penilaian.

Tujuan supervisi terhadap kedelapan aspek tersebut adalah agar sekolah

terakreditasi dengan baik dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan.7

3.2 Prinsip Supervisi Manajerial

Prinsip-prinsip supervisi manajerial pada hakikatnya tidak berbeda dengan

supervisi akademik, yaitu:

a. Prinsip yang pertama dan utama dalam supervisi adalah pengawas harus

menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana ia bertindak sebagai atasan dan

kepala sekolah/guru sebagai bawahan.

b. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.

Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka,

kesetiakawanan, dan informal.

c. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas

bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan.

6 Muwahid Shulhan, Supervisi Pendidikan, (Surabaya : Acima Publishing, 2012), 35-36


7 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), 155

5
d. Supervisi harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan

supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.

e. Program supervisi harus integral. . Di dalam setiap organisasi pendidikan

terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan

Pendidikan.

f. Supervisi harus komprehensif. Program supervisi harus mencakup

keseluruhan aspek, karena hakikatnya suatu aspek pasti terkait dengan aspek

lainnya.

g. Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali untuk mencari

kesalahan-kesalahan guru.

h. Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi,

keberhasilan program supervisi harus obyektif. Obyektivitas dalam

penyusunan program berarti bahwa program supervisi itu harus disusun

berdasarkan persoalan dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah.8

3.3 Area Supervisi Manajerial

Adapun bidang-bidang yang menjadi area pengawasan supervisor yaitu adalah :

a. Bidang akademik, mencakup kegiatan:

1. Menyusun program tahunan dan semester

2. Mengatur jadwal pelajaran

3. Mengatur pelaksanaan penyusunan model satuan pembelajaran

4. Menentukan norma kenaikan kelas

5. Menentukan norma penilaian

6. Mengatur pelaksanaan evaluasi belajar

7. Meningkatkan perbaikan mengajar

8. Mengatur kegiatan kelas apabila guru tidak hadir, mengatur disiplin dan

tata tertib kelas.

b. Bidang kesiswaan, mencakup kegiatan:

8 Direktorat Jenderal, Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial, (Departemen pendidikan


Nasional, 2009), 15-16

6
1. Mengatur pelaksanaan kegiatan penerimaan siswa baru berdasarkan

peraturan penerimaan siswa baru

2. Mengelola layanan bimbingan dan konseling

3. Mencatat kehadiran dan ketidakhadiran siswa

4. Mengatur dan mengelola kegiatan ekstrakurikuler

c. Bidang personalia, mencakup kegiatan:

1. Mengatur pembagian tugas guru

2. Mengajukan kenaikan pangkat, gaji dan mutasi guru

3. Mengatur program kesejahteraan guru

4. Mencatat kehadiran dan ketidakhadiran guru

5. Mencatat masalah atau keluhan-keluhan guru.

d. Bidang keuangan, mencakup kegiatan:

1. Menyiapkan rencana anggaran dan belanja sekolah

2. Mencari sumber dana untuk kegiatan sekolah

3. Mengalokasikan dana untuk kegiatan sekolah

4. Mempertanggungjawabkan keuangan sesuai dengan peraturan yang

berlaku

e. Bidang sarana dan prasarana, mencakup kegiatan:

1. Penyediaan dan seleksi buku pegangan guru

2. Layanan perpustakaan dan laboratorium

3. Kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah

4. Keindahan dan kebersihan kelas

5. Perbaikan kelengkapan kelas

f. Bidang hubungan masyarakat, mencakup kegiatan:

1. Kerjasama sekolah dengan orangtua siswa

2. Kerjasama sekolah dengan Komite Sekolah

3. Kerjasama sekolah dengan lembaga-lembaga terkait

7
4. Kerjasama sekolah dengan masyarakat sekitar.9

3.4 Peran Supervisi Manajerial

Supervisi pendidikan dalam bidang manajerial menjadi hal penting sebagai

bagian dari peran dan tugas kepala sekolah dalam mengelola penyelenggaraan

pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan organisasi

sekolah. Supervisi manajerial dapat dilakukan melalui interkasi baik langsung

maupun tidak langsung antara supervisor dengan kepala sekolah dalam

memberikan bantuan dalam peningkatan proses pengelolaan organisasi sekolah

agar lebih efektif dan efisien dalam mendayagunakan seluruh sumber daya

sekolah.10

Berikut terdapat beberapa peran dalam supervisi manajerial :

a. Kolega dan moderator selama waktu yang dihabiskan untuk mengatur,

merencanakan, dan menciptakan sekolah para eksekutif.

b. Asesor untuk mengenali kekurangan dan menguji kemampuan sekolah tujuan

mereka.

c. Habitat data untuk peningkatan sifat pengajaran di sekolah tujuan mereka

d. Evaluator/penilai pentingnya pengawasan.11

3.5 Fungsi Supervisi Manajerial

Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas Sekolah/

madrasah berperan sebagai:

a. Fasilitator, dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen

sekolah.

b. Asesor, dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta menganalisis

potensi sekolah.

c. Informan, dalam pengembangan mutu sekolah.

9Muktar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervise Pendidikan, (Jakarta: GP Press, 2009), 48-49
10Bardley Setiyadi, Supervisi dalam Pendidikan, (Jawa Tengah : CV Sarni Untung, 2020), 127
11 Edy Siswanto dkk, Sepervisi Pendidikan, Menjadi Supervisio yang Ideal, (Semarang, : UNNES

PRESS, 2021), 79

8
d. Evaluator, terhadap hasil pengawasan.12

3.6 Metode Supervisi Manajerial

a. Monitoring

Monitoring dan evaluasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk

mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah

sudah sesuai dengan rencana, program, dan atau standar yang telah

ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam

pelaksanaan program.

Melalui pemeriksaan, masukan dapat diperoleh untuk sekolah atau

pertemuan terkait lainnya untuk mencapai tujuan secara efektif. Dalam

menyelesaikan pemeriksaan ini, tentunya para manajer harus melengkapi diri

mereka dengan rundown yang berisi semua petunjuk sekolah yang harus

diperhatikan dan disurvei. Biasanya, pelaksanaan manajemen meliputi

tahapan berikut:

1. Conceptual Skill

Keterampilan konseptual merupakan kompetensi atau kemampuan

kepala sekolah dalam memahami, memperoleh, menganalisis dan

menginterpretasikan informasi yang diterima dari berbagai sumber dan

membuat keputusan kompleks untuk mencapai tujuan sekolah.

Kemampuan konseptual terkait dengan penguasaan ilmu pengetahuan

yang relevan dengan pelaksanaan peran dan tugasnya sebagai pemimpin,

pengelola organisasi sekolah sebagai penyelenggara

pendidikan/pembelajaran. Kemampuan dalam memahami makna

pendidikan serta pembelajaran menjadi dasar utama bagi seorang kepala

sekolah melaksanakan peran dan tugasnya. 13

12 Siti Nur Aini Hamzah, “Mengenal Supervisi Manajerial Dalam Lembaga Pendidikan”,
Jurnal Kependidikan Islam, 6, no.2, (2015): 82
13 Edy Siswanto dkk, Sepervisi Pendidikan, Menjadi Supervisio yang Ideal, (Semarang, : UNNES

PRESS, 2021), 82-83

9
2. Human Skill

Kemampuan atau keterampilan terkait dengan interaksi manusia dalam

organisasi. Keterampilan kemanusiaan terkait dengan kemampuan

melakukan pengembangan motivasi, memfasilitasi, mengkoordinasikan,

memimpin, berkomunikasi, mengelola konflik, dan tentu saja melakukan

kerja sama dengan seluruh anggota organisasi sekolah. Kompetensi

kepribadian dan kompetensi sosial akan menjadi bagian penting dalam

memperkuat keterampilan kemanusiaan, sehingga pengelolaan dan

kepemimpinan kepala sekolah dapat memberikan posisi yang tepat pada

setiap anggota organisasi sekolah, dan ini akan menjadi penguat bagi

kemampuan pengaruh untuk menggerakkan seluruh anggota bekerja

keras, bekerja sama dalam mencapai tujuan sekolah.14

3. Technical Skill

Keterampilan teknis berkaitan dengan kemampuan kepala sekolah

dalam menggunakan ilmu pengetahuan dalam mengelola dan memimpin

organisasi sekolah mencapai tujuannya. Kepala sekolah tidak hanya

memahami tentang kepemimpinan pendidikan, namun terampil dalam

melakukan aktivitas mempengaruhi seluruh anggota organisasi sekolah

untuk melaksanakan peran dan tugasnya dengan komitmen tinggi. Kepala

sekolah tidak hanya paham manajemen pendidikan dalam fungsi dan

prosesnya saja, namun terampil dalam membuat rencana (strategis

maupun operasional), mengorganisasikan, melaksanakan dan mengawasi

berbagai aktivitas organisasi sekolah.15

14Edy Siswanto dkk, Sepervisi Pendidikan, Menjadi Supervisio yang Ideal, (Semarang, : UNNES
PRESS, 2021), 82-84
15 Edy Siswanto dkk, Sepervisi Pendidikan, Menjadi Supervisio yang Ideal, (Semarang, : UNNES

PRESS, 2021), 84

10
b. Evaluasi

Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kesuksesan

pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauh mana keberhasilan yang

telah dicapai dalam kurun waktu tertentu.

c. Refleksi dan Focused Group Discussion

Mengkoordinir pemanfaatan struktur dewan sekolah lain, untuk

penguatan dan kepentingan tertentu, sehingga penilaian atas prestasi atau

kekecewaan suatu sekolah dalam melaksanakan program atau pencapaian

prinsip bukan hanya sekedar kekuatan administrasi sekolah. Konsekuensi dari

observasi yang dilakukan oleh administrator sekolah disampaikan langsung

kepada sekolah, kepala sekolah, VP, panel sekolah dan instruktur.

d. Metode Delphi

Teknik Delphi dapat digunakan oleh administrator sekolah untuk

membantu sekolah dalam menentukan visi, misi, dan tujuan mereka sesuai

dengan gagasan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam menetapkan

Rencana Kemajuan Sekolah (RPS) sebuah sekolah diperlukan untuk memiliki

perincian yang wajar dan masuk akal tentang mimpi, misi dan tujuan yang

terlepas dari keadaan sekolah, siswa, potensi tetoterial, dan perspektif semua

mitra.16

Langkah-langkahnya menurut Gorton, sebagaimana dikutip Tim Penulis

Materi Diklat, adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami

persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan

sekolah.

2. Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis

tanpa disertai nama/identitas.

16Edy Siswanto dkk, Sepervisi Pendidikan, Menjadi Supervisio yang Ideal, (Semarang, : UNNES
PRESS, 2021), 93

11
3. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya

sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama.

4. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak

tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.

5. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan

menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta

yang dimintai pendapatnya.17

e. Workshop

Workshop merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh

kepala sekolah dalam menyelesaikan pengawasan administrasi. Strategi ini

jelas bersifat kelompok dan dapat mencakup beberapa kegiatan misalnya

dalam kegiatan kelompok kerja kepala sekolah atau organisasi perkumpulan

yang lain sesuai dengan urgensi kebutuhan masing-masing. Adanya seminar

pengembangan KTSP, sistem administrasi, peran serta masyarakat, sistem

penilaian adalah contoh-contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh kepala

sekolah dalam melakukan teknik supervise manajerial.18

3.7 Kompetensi Manajerial

a. Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan.

b. Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi misi tujuan dan

program program sekolah binaannya.

c. Menyusun metode kerja dan berbagai instrumen yang diperlukan untuk

melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan. Membina kepala sekolah

dalam mengelola satuan pendidikan berdasarkan.

d. Membina kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan berdasarkan

manajemen peningkatan mutu berbasisi sekolah (MPMBS).

17Nur Effendi, Supervisi Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Garudhawaca, 2022), 9-10


18Edy Siswanto dkk, Sepervisi Pendidikan, Menjadi Supervisio yang Ideal, (Semarang, : UNNES
PRESS, 2021), 94-95

12
e. Membina kepala sekolah dalam dalam melaksanakan administrasi satuan

pendidikan meliputi administrasi kesisiwaan, kurikulum dan pembelajaran,

pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan,

keuangan, lingkungan sekolah dan peran setrta masyarakat.

f. Membantu sekolah dalam menyusun indikator keberhasilan mutu

pendidikan di sekolah.

g. Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung

jawabnya.

h. Memotivasi pengembangan karir kepala sekolah, guru dan tenaga

kependidikan lainnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.19

19 Jerry Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung : Alfbeta, 2011),
92.

13
4. KESIMPULAN

Supervisi ini sangat penting karena manajemen merupakan mesin organisasi

yang menggerakkan seluruh program sekolah, muiai kepemimpinan, kurikulum,

kesiswaan, sarana-prasarana, anggaran, hubungan masyarakat, dan lain

sebagainya. Esensi dari Supervisi manajerial adalah berupa kegiatan pemantauan,

pembinaan, dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah

lainnya dalam mengelola, mengadministrasikan, dan melaksanakan seluruh

aktivitas sekolah. Supervisi harus menghargai setiap perbedaan individu dan

personality seseorang. Supervisi harus didasarkan pada asumsi bahwa setiap

pekerja pendidikan itu dapat berkembang. Supervisi harus mengarahkan pada

tersedianya kebijakan dan rencana yang kooperatif, terbuka, bebas berekspresi,

dan semua orang dapat berkontribusi. Supervisi akan mendorong seseorang untuk

berinisiatif, percaya diri dan memiliki tanggung jawab individu kepada setiap

orang dalam menjalankan tugasnya.

Kompetensi pengawas sekolah/madrasah mencakup kemampuan yang

direfleksikan pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dituntut untut

dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi jabatan profesional sebagai

pengawas. Kemampuan yang harus dimiliki pengawas tersebut searah dengan

kebutuhan manajemen pendidikan di sekolah/madrasah, tuntutan kurikulum

kebutuhan masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni

(ipteks).

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal. Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial. Departemen pendidikan

Nasional, 2009.

Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,

2014.

Edy Siswanto dkk. Sepervisi Pendidikan, Menjadi Supervisi yang Ideal. Semarang, :

UNNES PRESS, 2021.

14
Effendi, Nur. Supervisi Pendidikan Islam. Yogyakarta : Garudhawaca, 2022.

Kuswardani, Sri.Implementasi Supervisi Pendidikan. Jawa Tengah : 2020.

Makawimbang, Jerry. Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung : Alfbeta,

2011.

Milya Sari dan Asmendri. “Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam

Penelitian Pendidikan IPA”. Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA 6.

no 01. (2020).

Muktar dan Iskandar. Orientasi Baru Supervise Pendidikan. Jakarta: GP Press, 2009.

Nur Aini Hamzah, Siti. “Mengenal Supervisi Manajerial Dalam Lembaga

Pendidikan”, Jurnal Kependidikan Islam, 6, no.2, (2015).

Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta,

2010.

Setiyadi, Bardley. Supervisi dalam Pendidikan. Jawa Tengah : CV Sarni Untung, 2020.

Shulhan, Muwahid. Supervisi Pendidikan. Surabaya : Acima Publishing, 2012.

Sugi. Supervisi Kepala Sekolah (Teori dan Implementasi). Jawa Tengah : Asna Pustaka,

2020.

15

Anda mungkin juga menyukai