Anda di halaman 1dari 28

PEDOMAN TUPOKSI PENGAWAS SEKOLAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun
2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya,
pengawas sekolah adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup
tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan
pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan. Tugas pokok
pengawas sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan
manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi; “penyusunan program
pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan
pelatihan profesional guru/kepala sekolah, evaluasi hasil pelaksanaan
program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah
khusus”.

Merujuk pada tugas pokok tersebut, pengawas sekolah memiliki peran,


kewajiban, dan tangungjawab dalam memberikan bantuan profesional kepada
guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran melalui pengawasan akademik,
dan memberikan bantuan professional kepada kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya dalam meningkatkan efektifitas pengelolaan pendidikan
melalui pengawasan manajerial. Secara garis besar pengawasan akademik
dan pengawasan manajerial dilaksanakan dengan menjalankan program
pemantauan delapan Standar Nasioal Pendidikan, penilaian, pembinaan,
pembimbingan, dan pelatihan professional kepada guru, kepala sekolah, dan
tenaga kependidikan lainnya. Dalam menjalankan keempat program tersebut,
pengawas sekolah selain kompeten dalam mengelola tugas pokoknya juga
harus menguasai substansi pengawasannya. Sekaitan sasaran pengawasan
adalah guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya, maka ruang
lingkup substansi pengawasan sebagai berikut: (1) Pengelolaan Sekolah; (2)
Pengelolaan Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan; (3) Kurikulum; (4)
Pembelajaran; (5) Penilaian oleh Pendidik, Satuan Pendidikan, dan
Pemerintah; (5) Kebijakan Pemerintah, kebijakan pemerintah daerah, serta dan
program terkini.

1
B. Visi Dan Misi

Visi
" Te r wu jud n ya p e ng a wa san p e nd id ika n yan g pr o fe sio n a l
ya n g m am p u me nd or o ng p en in g ka ta n kin e rja d an
p r of e sio na lism e praktisi pendidikandi satuan pendidikan, untuk
mengawal terselenggaranya pendidikan yang bermutu".

Misi
a. Mengutamakan mutu pelaksanaan pengawasan yang berorientasi
mutu kinerja, profesionalisme, dan mandiri.
b. Membangkitkan etos kerja dan kemampuan manajerial Kepala sekolah,
dan pegawai pada satuan pendidikan.
c. Membangun kerjasama secara kolaboratif, untuk mewujudkan
kinerja dan output yang berorientasi mutu, di satuan
pendidikan.

2
BAB II
PENDEKATAN DAN TEKHNIK SUPERVISI

A. PENDEKATAN.

1. Pendekatan langsung (direktif).


Yang dimaksudkan dengan pendekatan Langsung (direktif) adalah cara
pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Pengawas
memberikan arahan langsung dimana pengaruh perilaku pengawas
sekolah selaku supervisor lebih dominant. Pendekatan direktif ini
berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme. Prinsip
behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleksi, yaitu
respons terhadap rangsangan/stimulus. Oleh karena guru dana tau kepala
sekolah terkadang mengalami kekurangan, maka perlu diberikan
rangsangan agar ia bisa bereaksi. Pada pendekatan ini supervisor
(pengawas) menggunakan penguatan (reinforcement) dan hukuman
(punishment). Pendekatan seperti ini dilakukan dengan perilaku supervisor
adalah; (a) menjelaskan, (b) menyajikan, (c) mengarahkan, (d) memberi
contoh, (e) menetapkan tolak ukur, dan (f) menguatkan.

2. Pendekatan tidak langsung (non-direktif).


Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah
cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung.
Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi
ia terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh
guru atau kepala sekolah (manajemen) yang menjadi sasaran supervisi. Ia
memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru dan kepala sekolah
untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-
direktif ini berdasarkan pemahaman psikologis humanistic. Psikologi
humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena
pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak
mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru
mengemukakan masalahnya, Supervisor mencoba mendengarkan,
memahami apa yang dialami oleh guru dan kepala sekolah. Perilaku
supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah; (a) mendengarkan, (b)
memberi penguatan, (c) menjelaskan, (d) menyajikan, (d) memecahkan
masalah.

3. Pendekatan kolaboratif.
Yang dimaksud pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang
memadukan cara pendekatan direktif dan non direktif menjadi cara
pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik pengawas maupun kepala
sekolah bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan

3
kriteria dalam melaksanakan sueprvisi akademik dan proses percakapan
terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada
psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil
paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya nanti
berpengaruh dalam pembentukan aktivis individu. Dengan demikian
pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke
bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah; (a) menyajikan,
(b) menjelaskan,(c) mendengarkan, (d) memecahkan masalah, (e)
negosiasi

B. TEKNIK PELAKSANAAN SUPERVISI.

Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi


akademik, dan supervisi manajerial. Supervisi akademik menitikberatkan
pada pengamatan supervisor terhadap kegiatan akademis, berupa
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Supervisi manajerial
menitikberatkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan
administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting)
terlaksananya pembelajaran.
Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah
(Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009: 20) dinyatakan bahwa supervisi
manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan
sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas
sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian,
pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan
sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial,
pengawas sekolah/madrasah berperan sebagai: (1) kolaborator dan
negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan
manajemen sekolah, (2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan
menganalisis potensi sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu
sekolah, dan (4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan. Prinsip-
prinsip supervisi manajerial pada hakikatnya tidak berbeda dengan supervisi
akademik.

1. Teknik Pelaksanaan Supervisi Akademik


Terdapat beberapa metode dan teknik supervisi yang dapat dilakukan
oleh supervisor. Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat
individual dan kelompok. Pada setiap metode supervisi tentunya terdapat
kekuatan dan kelamahan. Ada bermacam-macam teknik supervisi
akademik dalam upaya pembinaan kemampuan guru. Dalam hal ini meliputi
pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan
profesional, laboratorium kurikulum, penilaian guru, demonstrasi

4
pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengambangan petunjuk
pembelajaran, darmawisata, lokakarya, kunjungan antarkelas, bacaan
profesional, dan survei masyarakat-sekolah. Sedangkan menurut Gwyn,
teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu.
teknik supervisi individual, dan teknik supervisi kelompok.

Selanjutnya usaha untuk membantu meningkatkan dan


mengembangkan potensi sumber daya guru melalui supervisi dapat
dilaksanakan dengan berbagai alat (device) dan tekhnik-tekhnik supervisi,
yaitu :

a. Teknik Supervisi Individual


Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang
diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan
bersifat perorangan. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan
seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik
supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi:
kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan
antarkelas, dan menilai diri sendiri. Berikut ini dijelaskan pengertian-
pengertian dasarnya secara singkat satu persatu.

1). Kunjungan Kelas.


Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah,
pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati
pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data
yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan
ini adalah semata-mata untuk menolong guru dalam mengatasi
kesulitan atau masalah mereka di dalam kelas. Melalui kunjungan
kelas, guru-guru dibantu melihat dengan jelas masalah-masalah
yang mereka alami. Menganalisisnya secara kritis dan mendorong
mereka untuk menemukan alternatif pemecahannya. Kunjungan
kelas ini bisa dilaksanakan dengan pemberitahuan atau tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar undangan
dari guru itu sendiri.
Ada empat tahap kunjungan kelas. Pertama, tahap persiapan. Pada
tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara
mengobservasi selama kunjungan kelas. Kedua, tahap pengamatan
selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya
proses pembelajaran berlangsung. Ketiga, tahap akhir kunjungan.
Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian
untuk membicarakan hasil-hasil observasi, sedangkan tahap terakhir
adalah tahap tindak lanjut.

5
2). Observasi Kelas.
Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan
memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak.
Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh
supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin
mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitan-
kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses
belajar mengajar. Secara umum, aspek-aspek yang diamati selama
proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah:
a) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses
pembelajaran
b) cara penggunaan media pengajaran
c) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar
d) keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.

3). Pertemuan Individual.


Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog,
dan tukar pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru dengan
guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru.
Tujuannya adalah: (1) memberikan kemungkinan pertumbuhan
jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi; (2)
mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki
segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan (4)
menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-
bukan.

b. Teknik Supervisi Kelompok


Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang
diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau
kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau
dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka
diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau
kebutuhan yang mereka hadapi.
Teknik supervisi kelompok ini tidak akan dibahas satu persatu, karena
sudah banyak buku yang secara khusus membahasnya. Satu hal yang
perlu ditekankan di sini bahwa tidak ada satupun di antara teknik-teknik
supervisi kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua
pembinaan dan guru di sekolah. Artinya, akan ditemui oleh kepala
sekolah adanya satu teknik tertentu yang cocok diterapkan untuk
membina seorang guru tetapi tidak cocok diterapkan pada guru lain. Oleh
sebab itu, seorang kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-

6
teknik mana yang sekiranya mampu membina keterampilan
pembelajaran seorang guru.

c. Teknik Supervisi Kolabotif


Yaitu teknik supervisi kolaborasi antara kompensi supervisi akademik
Pengawas Sekolah dengan kompetensi supervisi akademik Kepala
Sekolah. Berdasarkan kompetensi yang sama, pengawas sekolah dan
kepala sekolah binaan dapat membangun kolaborasi supervisi akademik,
yaitu kerjasama yang dilaksanakan secara terpadu antara pengawas
dengan kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik pada
satuan pendidikan yang menjadi tanggungjawab kepengawasan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah yang meliputi
kompetensi; (1) kepribadian, (2) manajerial, (3) kewirausahaan, (4),
supervise, dan (5) sosial. Kompetensi supervisi kepala sekolah, adalah
kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan soupervisi akademik
yakni menilai dan membina guru dalam rangka mempertinggi kualitas
proses pembelajaran yang dilaksanakannya, agar berdampak terhadap
kualitas hasil belajar siswa. Sebagaiman telah diuraikan sebelumnya,
bahwa kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru
dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Oleh sebab itu sasaran
supervisi akademik adalah guru dalam proses pembelajaran, yang terdiri
dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan
RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan
media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan
hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu tujuan
umum pelaksanaan supervisi akademik ini adalah (1) menerapkan teknik
dan metode supervisi akademik di sekolah, dan (2) Mengembangkan
kemampuan dalam menilai dan membina guru untuk mempertinggi
kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya agar berdampak
terhadap kualitas hasil belajar siswa.

Untuk mengimplementasikan kompetensi supervisi kepala


sekolah tersebut, maka sebelum melaksanakan supervise kepala
sekolah mempunyai kewajiban menyusun program supervise,
melaksanakan supervise, dan melakukan analisis/evaluasi hasil
supervise. Salah satu Hal terpenting dari program supervise adalah
adanya rencana supervise kepala sekolah yang disusun berdasarkan
hasil evaluasi dan analisis pelaksanaan supervisi tahun sebelumnya.
Rencana supervisi tersebut disusun oleh kepala sekolah bersama
pengawas bina, dan atau dibawah bimbingan pengawas bina pada
satuan pendidikan yang dipimpinnya. Untuk pelaksana supervisi
akademik kepala sekolah dapat menunjuk beberapa guru
senior/wakasek yang dianggap cakap dan mampu, untuk membantu

7
kepala sekolah melaksanakan supervise akademik dalam bentuk surat
keputusan kepala sekolah. untuk guru mata pelajaran ditulis dalam
bentuk rencana supervisi akademik (RSA), sedangkan untuk guru
bimbingan dan konseling ditulis dalam bentuk rencana supervisi
bimbingan dan konseling (RSBK). RSA dan RSBK pada dasarnya
memuat komponen-komponen yang minimal terdiri dari; (1) aspek/
masalah, (2) tujuan, (3) indicator, (4) waktu, dan (5) strategi/metode
/teknik.

Pada praktiknya penyusunan rencana supervisi akademik (RSA)


atau rencana supervisi bimbingan dan konseling (RSBK) dapat disusun
dalam bentuk naratif atau bentuk matrik. Kemudian kepala sekolah
dapat menyusun atau memilih pola dan metode pelaksanaan supervisi di
satuan pendidikan yang menjadi tanggungjawab dan kewenanangannya.
Adapun manfaat dari perencanaan supervisi akademik adalah sebagai
rambu-rambu dan pedoman dalam melaksanakan supervisi akademik
Untuk itu sangat perlu disusun suatu program supervisi akademik
yang terencana dan terpadu secara efektif dan efesien antara pengawas
sekolah dengan kepala sekolah, untuk tercapainya sasaran supervisi
dalam meningkatkan mutu standar proses melalui upaya peningkatan
mutu roses pembelajaran guru, dalam rangka sistem penjaminan mutu
pendidikan.

2. Langkah-Langkah Supervisi Akademik


Dalam pelaksanaan supervisi akademik secara internal di satuan
pendidikan, untuk meningkatkan mutu standar proses dan dalam rangka
sistem penjaminan mutu internal satuan pendidikan (SPMI), maka ada
beberapa langka kegiatan yang perlu diperhatikan oleh kepala sekolah
sebagai supervisor, yaitu :

8
a. Membentuk Tim Supervisi
Dalam pelaksanaan kompetensi supervise, kepala sekolah dapat
menunjuk beberapa orang (3-5) guru senior/wakasek yang dianggap
cakap dan mampu sebagai pembantu kepala sekolah dalam
melaksanakan supervise pembelajaran guru di kelas atau di ruang
praktek/lab (supervise akademik). Tim supervisor tersebut sedapat
mungkin di pilih berdasarkan latar belakang kompetensi dan rumpun
mata pelajaran. Tim ini dibentuk oleh kepala sekolah yang dituangkan
dalam bentuk surat keputusan kepala sekolah. Selanjutnya tim yang
telah dibentuk oleh Kepala Sekolah, terlebih dahulu dibimbing tentang
tekhnik pelaksanaan supwervisi akademik, oleh pengawas bina.

b. Menyusun Rencana Supervisi


Setelah tim supervisor terbentuk, selanjutnya kepala sekolah sebagai
ketua tim supervisor bersama anggotanya (guru senior) menyusun
rencana dan jadwal pelaksanaan supervise pembelajaran dalam bentuk
rencana supervise akademik (RSA). Selanjutnya rencana supervise
tersebut disampaikan kepada pengawas bina, untuk diketahui, agar
pengawas bina bisa menyesuaikan jadwal supervisinya sendiri. Adapun
rencana supervise akademik (RSA) ini, di susun dengan berpedoman
pada rencana tindak lanjut (RTL) hasil analisis supervise pembelajaran
tahun sebelumnya. Kecuali satuan Pendidikan baru, berdasarkan data
hasil survei atau pengamatan awal dan data kondisi/lingkungan sekolah.

c. Persiapan Pelaksanaan Supervisi


Sebelum melaksanakan supervise pembelajaran di kelas,
laboratorium/bengkel, atau lapangan, kepala sekolah atau tim
supervisor terlebih dahulu meminta kepada pengawas bina sekolah atau
pengawas rumpun mata pelajaran, untuk melatih dan membimbing tim
supervisor tentang; (1) bagaimana cara dan teknik pelaksanaan
supervise akademik, (2) bagaimana cara melakukan analisis hasil
supervise akademik, dan (3) bagaimana cara menyusun rencana tindak
lanjut (RTL) hasil supervise akademik.

Selanjutnya kepala sekolah melakukan persiapan pelaksanaan


supervise akademik melalui rapat tim supervisor sekolah untuk; (a)
merancang teknik dan metode pelaksanaan supervise, (b) membuat
format dan instrumen supervise akademik seperti instrument supervisi
administrasi guru, instrumen supervisi pembelajaran, dan format analisis
hasil supervisi, (c) menyusun jadwal pelaksanaan supervisi, dan (d)
Menetapkan guru sasaran supervisi.

9
d. Temu Awal Pra Supervisi
Untuk menjamin kelancaran dan efektifitas pelaksanaan supervisi
akademik, sebaiknya supervisor melakukan temu awal terlebih dahulu
dengan guru sasaran, minimal satu hari sebelum melakukan
pengamatan terhadap proses pembelajaran yang akan dilaksanakan
oleh guru (supervisi akademik), yaitu supervisi pembelajaran di kelas,
laboratorium/bengkel, atau di lapangan.

Temu awal ini bertujuan; (1) untuk mengetahui persiapan dan kesiapan
guru menerima kunjungan kelas supervisor sebagai bahagian dari
supervisi akademik, baik persiapan administrasi seperti RPP,
alat/bahan, dan media, serta model pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk kesiapan mental spiritual dan social enginering guru, (2) untuk
memberi kesempatan kepada guru agar mempersiapkan peralatan
sarana dan prasarana pembelajaran yang di perluhkan, (3) juga untuk
memberi saran atau masukan jika di perluhkan, agar guru mampu
mengelola potensi dan mengembangkan proses pembelajaran yang
bermutu. Temu awal ini juga berfungsi sebagai salah satu bentuk
pembinaan dan pembimbingan kepala sekolah kepada guru untuk
meningkatkan mutu proses pembelajaran dan profesionalisme guru,
dalam rangkan meningkatkan mutu pendidikan sebagai bagian dari
sistem penjaminan mutu pendidikan internal satuan pendidikan (SPMI)
yang menjadi tanggungjawab dan kewenangan bagi kepala sekolah.

Supervisor berusaha untuk menjelaskan pada guru kegiatan spesifik di


kelas. Berunding dengan guru untuk membangun saling pengertian dan
kemudahan komunikasi, sehinga kunjungan kelas nanti dapat diterima
dan tidak menakutkan. Ia dapat mendiskusikan dan memutuskan hal di
berikut ini dengan guru, yaitu bagaimana butir-butir; (1) Metode
pembelajaran, (2) Pengelolaan kelas, (3) Situasi belajar dan
pembelajaran, (4) Suasana kedisiplinan/disipliner kelas, (5) Presentasi
pelajaran, (6) Reaksi siswa, (7) Tugas menulis siswa, (8) Penggunaan
alat bantu audio visual dan alat bantu pembelajaran lainnya.

e. Mengamati Proses Pembelajaran


Tugas utama supervisor dalam melakukan supervisi pembelajaran,
adalah mengamati keaktipan belajar siswa serta bagaimana
kemampuan daya serap siswa dalam proses pembelajaran di kelas atau
di laboratorium/bengkel atau pembelajaran di luar kelas, dalam rangka
sistem penjaminan mutu internal satuan pendidikan (SPMI). Ada
beberapa pertanyaan yang menjadi catatan bagi supervisor untuk
ditemukan jawabannya oleh supervisor dalam pelaksanaan supervisi,
yaitu; (1) mampukah guru membelajarkan siswa sehingga siswa bisa
aktif dan antusias mengikuti pembelajaran baik di kelas, maupun praktek

10
di laboratorium/bengkel, atau pembelajaran di luar kelas, (2) apakah
model pembelajaran guru mampu menarik dan merangsang minat
belajar siswa, (3) adakah siswa yang tidak aktif atau tidak bisa serius
mengikuti pembelajaran, apa masalah dan kendalanya, (4) adakah
kreativitas dan inovasi guru dalam upaya mengembangkan dan
mengelola pembelajaran sainstific, (5) mengapa model pembelajaran
tersebut mampu membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa atau
sebaliknya, apakah karena penerapan teknik/strategi, metode, media
atau model pembelajaran ?. Hal inilah yang menjadi objek pengamatan
seorang supervisor dalam melakukan supervisi pembelajaran yng
dilaksanakan oleh guru, dan bukan focus kepada cara mengajar guru itu
tersebut. Baik pembelajaran di kelas, praktek di lab/bengkel, atau
pembelajarn di luar kelas. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diats
menjadi catatan penting bagi seorang supervisor untuk menjadi
materi/bahan refleksi penguatan atau supervisi kliniks sesudah
pelaksaan pembelajaran tersebut.

Setelah melakukan pertemuan awal sebelumnya serta berdiskusi


dengan guru, seorang supervisor harus memutuskan hal-hal yang harus
diamati dari kejadian yang ada dalam proses pembelajaran guru,
misalnya:
1. Apakah guru secara konsisten mendominasi kelas sepanjang
waktu?, atau hanya sebatas fasilitator dan mampu mengatifkan
peserta didik ?
2. Apakah ia melibatkan kelas/peserta didik dalam proses?
3. Seberapa banyak ia menggunakan media pembelajaran, atau hanya
papan tulis?
4. Apakah metodenya efektif?
5. Apakah tayangan dalam alat bantu audio visual dan alat bantu
pembelajaran lainnya relevan dengan materi ajar?
6. Seberapa banyak pembelajaran nyata terjadi di dalam kelas?
7. Apakah guru menggambarkan menguasai bebagai metode dan
model-model pembelajaran ?

Kepala Sekolah sebagai supervisor juga menetapkan teknik


supervisinya seperti:
1. Duduk dibagian belakang dan memperhatikan.
2. Berjalan mengelilingi kelas dan melihat apa yang dikerjakan siswa?
3. Mencoba memberikan contoh dengan menyajikan sebuah model
pembelajaran.
4. Mengajukan sessi tanya jawab di dalam kelas.

Selama pengamatan, supervisor mencatat butir petunjuk


konstruktif dan positif, yang nantinya akan didiskusikan dengan guru.

11
Selanjutnya supervisor mengorganisasi data pengamatan ke dalam
bidang/mata pelajaran yang jelas untuk umpan balaik pada guru.
Supervisor kemudian membuat analisis yang menyeluruh/komprehensif
pada data yang ada untuk menafsirkan hasil pengamatannya. Jika ini
merupakan proses daur ulang, maka ia menentukan apakah dibutuhkan
perubahan yang menyeluruh. Jika demikian, apakah mereka memiliki
pengaruh yang diinginkan terhadap bidang yang menjadi minatnya.
Berdasarkan analisisnya, maka supervisor kemudian
mengidentifikasi perilaku pembelajaran yang positif, yang harus
dipelihara dan perilaku negatif yang harus dirubah, agar dapat
menyelesaikan/menanggulangi masalah. Data yang telah dianalisis
ditunjukkan pada guru. Umpan balik diberikan sedemikian sehingga
guru dapat memahami temuan, mengubah perilaku yang teridentifikasi
dan mempraktekkan panduan yang diberikan. Penerimaan dan
internalisasi merupakan capaian terbaik. Hal ini terjadi apabila
hubungan antara guru dengan supervisor dapat digolongkan ke dalam
sifat kooperatif dan kolegalitas yang tidak mengancam. Hubungan yang
bersahabat merupakan hubungan yang banyak manfaatnya, karena
keduanya akan banyak memperoleh manfaaat dengan bekerja
bersama. Hubungan mereka harus menunjukkan :
1) Kepercayaan timbal balik terhadap kemampuannya masing-masing.
2) Kepercayaan/ketergantungan satu sama lain sebagai bentuk pertolo
ngan/bantuan konstruktif.
3) Pendirian untuk saling bekerja sama menuju tujuan bersama.

Dari umpan balik supervisor dan dukungan pada guru, maka


dapat ditentukan bersama; (a) Perilaku positif pembelajaran yang harus
dipelihara, (b) Strategi-strategi alternatif untuk mencapai perubahan
yang diinginkan, (c) Kelayakan/kepantasan dari menggunakan kembali
metode yang pernah dilakukan.
Asumsinya adalah apabila perilaku guru berubah, maka permasalahan
spesifik dalam bidang yang menjadi perhatian akan dapat diselesaikan.
Daftar kendali merupakan suatu instrumen untuk mempertimbangkan
dan mengevaluasi situasi nyata dari suatu aktivitas/situasi yang terjadi
didalam kelas atau di sekolah. Hasil ini merupakan sesuatu yang amat
diperlukan oleh seorang pengawas, seperti rencana pembelajaran bagi
guru. Beberapa contoh daftar kendali dapat direproduksi di bawah ini.

Daftar kendali untuk kunjungan kelas;


a. Tentukan kelas dan waktunya. Pertama buat hubungan (contact)
dengan guru. Arahkan pada pembentukan hubungan dan
kemudahan komunikasi, sehingga kunjungan dapat diterima dan
tidak menakutkan.

12
b. Rumuskan tujuan dari kunjungan anda.
c. Tentukan metode supervisi anda, secara luwes/fleksible.
d. Catat waktu pada jadwal (schedule) anda sebagai tindak lanjut dari
diskusi bersama guru dengan cara yang amat bersahat.

Daftar Cek Pengamatan Presentasi Pelajaran.


a. Apakah guru membuat pernyataan tujuan dengan jelas?
b. Apakah ia mereview pelajaran sebelumnya?
c. Apakah ia menampilkan pelajaran baru dengan cara ringkas/
sederhana, logis dan berurutan?
d. Apakah ia memberikan petunjuk praktis pada siswa-siswanya?
e. Apakah ia menyediakan kesempatan pada kelas untuk praktek
secara bebas/independen?
f. Apakah ia menugaskan pekerjaan rumah pada siswa?
g. Apakah ia secara terus menerus mendominasi siswa?
h. Apakah ia menggunakan alat bantu audio visual yang relevan
dengan cukup?
i. Seberapa banyak ia menggunakan papan tulis?
j. Apakah suasana/lingkungan kelas pada kegiatan pembelajaran
membuat siswa aktif berpartisipasi?
k. Seberapa banyak pembelajaran nyata terjadi?

Selanjutnya :
1. Tuliskan butir-butir catatan pembimbingan yang konstruktif.
Yakinkan bahwa Anda memiliki beberapa catatan tentang kinerja
guru yang dapat Anda berikan pujian.
2. Identifikasi keistimewaan utama dari pelajaran yang akan Anda
diskusikan dengan guru. Tekankan saran positif dan ide dari pada
saran-saran negatif seperti komentar “apa yang …, dan kenapa itu,
Anda kerjakan”
3. Libatkan guru dalam perencanaan pelajaran/metoda untuk
meningkatkan situasi pembelajaran.

Dalam pelasanaan kegiatan supervisi akademik, seorang supervisor


wajib mengamati jalannya proses pembelajaran siswa dengan
menggunakan forma/instrument supervisi akademik yang telah
disiapkan sebelumnya. Selanjutnya membuat catatan penting yang
berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
tersebut.

f. Melakukan Refleksi Pembelajaran


Tindak lanjut dari dari hasil pengamatan supervisor atas pelaksanaan
proses belajar mengajar tersebut, akan melahirkan 2 (dua) alternative,
yaitu;

13
a. Refleksi Penguatan
Apabila proses pembelajaran tersebut dianggap berhasil atau
bermutu, maka tindak lanjut yang harus dilakukan oleh supervisor
adalah melakukan “refleksi penguatan (Supervisi Penguatan)”, untuk
melakukan penguatan pembelajaran guru, kemudian jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan diatas (catatan penting) diungkapkan dan
dijadikan materi pemberian penghargaan dalam bentuk pujian atau
reword atas keberhasilan guru tersebut membelajarkan siswanya.
Hal ini sangat penting untuk membangkitkan semangat guru dengan
harapan agar guru tersebut dapat tetap mempertahankan semangat,
integritas dan dedikasinya.

REFLEKSI
Refleksikan dari pengalaman baru Anda tentang supervisi
akademik/instruksional
Bagaimana Anda akan mengklasfikasikan gaya pemantauan
administrator (administrator’s supervisory style)?
Perilaku apa yang mengarahkan Anda pada kesimpulan
tersebut?
Gaya supervisi/pengamatan apa, jika ada, yang paling sesuai?
Kenapa?.

Refleksi di atas penting untuk mencoba mengembangkan tahap


supervisi menjadi refleksi yang sungguh-sungguh, tentang jenis praktek
supervisi apa yang paling sesuai bagi guru.
Supervisi yang efektif memiliki ciri:
1. Melengkapi guru dengan lingkungan pendukung yang memberi
tekanan pada pengambilan resiko.
2. Memotivasi guru secara berkelanjutan untuk mencari kinerja
optimum guru.
3. Menganjurkan/mendorong menggunakan prinsip-prinsip
pembelajaran yang telah dikenal; dan
4. Melengkapi kesempatan majemuk untuk perkembangan
professional.
Ada banyak pendekatan dalam supervisi. Apabila pendekatan yang
membedakan (differentiated approach) dilakukan pada awal tahapan,
peer coaching (pendampingan sebaya) dapat berkembang menjadi
model pengembangan staf.

14
b. Supervisi Kliniks

Dan jika hasil pembelajaran guru itu dianggap gagal atau tidak behasil
meningkatkan mutu pembelajarannya, maka tindak lanjut yang harus
dilakukan oleh seorang supervisor adalah melakukan “supervisi
kliniks”, yaitu pembimbingan kepala sekolah untuk perbaiakan
pembelajaran guru, dan catatan penting (jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan) tersebut dijadikan materi refleksi dalam upaya perbaikan
pembelajaran guna meningkatkan mutu proses pembelajara siswa yang
telah dilaksanakan oleh guru tersebut .

Tujuan dari model supervisi klinis digunakan sebagai penyediaan


kesempatan pada guru untuk menguji atau memeriksa dan kemudian
merefleksikan apa yang telah dipraktekkan dengan bantuan seorang
supervisor akademik/instruksional. Selain itu, ditujukan untuk
mendukung peningkatan dan pengembangan guru. Ciri dari pendekatan
yang berbeda (differentiated approach) pada sueprvisi akademik yaitu
pendekatan tersebut berpusat pada kebutuhan guru (tahapan karis dan
pembelajaran orang dewasa). Beberapa pendekatan terkait dengan
supervise klinis, termasuk pertemuan pra-pengamatan, pengamatan,
dan setelah pengamatan. Setiap pendekatan memiliki keunikan desain
dan penerapannya; dengan demikian, semua pendekatan dilandaskan
pada praktek yang berakar dari paham konstruktifisme dan teori
pembelajaran pemodelan-sosial, refleksi, inkuiri, dan penyelesaian
masalah secara aktif.
Proses supervisi didasarkan pada pola supervisi yang dinyatakan di
bawah ini:

15
3. Prinsip Dan Teknik Supervisi Manajerial

1. Prinsip Supervisi Manajerial


Prinsip-prinsip supervisi manajerial pada hakikatnya tidak berbeda
dengan supervisi akademik, yaitu:
a) Prinsip yang pertama dan utama dalam supervisi adalah pengawas
harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana ia bertindak
sebagai atasan dan kepala sekolah/guru sebagai bawahan.
b) Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang
harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus berlangsung antara
pengawas sekolah dengan kepala sekolah sebagai mitra, diciptakan
harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal bukan
hubungan antara atasan dan bawahan.
c) Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi
bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu
jika ada kesempatan.
d) Supervisi harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi
pelaksanaan supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah
aktif dan kooperatif.
e) Program supervisi harus integral. Di dalam setiap organisasi
pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan
tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan.
f) Supervisi harus komprehensif. Program supervisi harus mencakup
keseluruhan aspek, karena hakikatnya suatu aspek pasti terkait
dengan aspek lainnya.
g) Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali untuk
mencari kesalahan-kesalahan guru.
h) Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan
mengevaluasi, keberhasilan program supervisi harus obyektif.
Obyektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program
supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan
nyata yang dihadapi sekolah.

2. Teknik Supervisi Manajerial

Dalam pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas dapat


menerapkan teknik supervisi individual dan kelompok.Teknik supervisi
individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada
kepala sekolah atau personil lainnya yang mempunyai masalah khusus
dan bersifat perorangan. Teknik supervisi kelompok adalah satu cara
melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau
lebih. Kepala-kepala sekolah yang diduga, sesuai dengan analisis
kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-
kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi

16
satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan
supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka
hadapi.

Apabila prinsip-prinsip supervisi manajerial relatif sama dengan


supervisi akademik, namun dalam metode terdapat perbedaan. Hal
ini dikarenakan fokus kedua hal tersebut berbeda. Berikut ini akan
diuraikan tentang beberapa teknik/metode supervisi manajerial, yaitu:
monitoring dan evaluasi, refleksi dan FGD, metode Delphi, dan
Workshop. 1
6
a. Monitoring dan Evaluasi
Metode utama yang harus dilakukan oleh pengawas satuan
pendidikan dalam supervisi manajerial tentu saja adalah monitoring
dan evaluasi.
1). Monitoring
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk
mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan
sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program,
dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta menemukan
hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan
program (Rochiat, 2008: 115). Monitoring lebih berpusat pada
pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis.
Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah
atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian
tujuan. Aspek-aspek yang dicermati dalam monitoring adalah
hal-hal yang dikembangan dan dijalankan dalam Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan monitoring
ini tentunya pengawas harus melengkapi diri de- ngan parangkat
atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah yang
harus diamati dan dinilai. Secara tradisional pelaksanaan
pengawasan melibatkan tahapan: (a) menetapkan standar untuk
mengukur prestasi, (b) mengukur prestasi, (c) menganalisis
apakah prestasi memenuhi standar, dan (d) mengambil tindakan
apabila prestasi kurang/tidak memenuhi standar.
Dalam perkembangan terakhir, kecenderungan pengawasan
dalam dunia pendidikan juga mengikuti apa yang dilakukan pada
industri, yaitu dengan menerapakan Total Quality Controll.
Pengawasan ini tentu saja terfokus pada pengendalian mutu dan
lebih bersifat internal. Oleh karena itu pada akhir-akhir ini setiap
lembaga pendidikan umumnya memiliki unit penjaminan mutu.

17
2). Evaluasi
Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana
kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau
sejauhmana keber- hasilan yang telah dicapai dalam kurun
waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk (a)
mengetahui tingkat keterlaksanaan program, (b) mengetahui
keberhasilan program, (c) mendapatkan bahan/masukan dalam
perencanaan tahun berikutnya, dan (d) memberikan penilaian
(judgement) terhadap sekolah.

b. Diskusi Kelompok Terfokus (Focused Group Discussion)


Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pember-
dayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau
kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau
mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil
monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan
secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah,
komite sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah
dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan
sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini
mereka rasakan. Forum untuk ini dapat berbentuk Focused Group
Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder
sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini dapat dilakukan dalam
beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan pandangan
stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan)
sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun
operasional yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran
pengawas dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus
menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan
masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

c. Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu
pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan
konsep MBS. Dalam merumuskan Rencana Pengembangan
Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi
dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi sekolah,
peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder.
Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala
sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan
banyak pihak. Langkah-langkahnya menurut Gorton (1976: 26-27)
adalah seba gai berikut:

18
1). Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap
memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya
mengenai pengembangan sekolah;
2). Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara
tertulis tanpa disertai nama/identitas;
3). Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar
urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama.
4). Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai
pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.
5). Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan
menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh
peserta yang dimintai pendapatnya.

d. Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat
ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode
ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa
kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite
sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan
tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan
Kelompok Kerja Kepala Sekolah, Kelompok Kerja Pengawas
Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas
dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang
pengembangan KTSP, sistem administrasi, peran serta masyarakat,
sistem penilaian dan sebagainya. Agar pelaksanaan workshop
berjalan efektif, perlu dilakukan langkah- langkah sebagai berikut.
a. Menentukan materi atau substansi yang akan dibahas dalam
workshop. Materi workshop biasanya terkait dengan sesuatu
yang bersifat praktis, walaupun tidak terlepas dari kajian teori
yang diperlukan sebagai acuannya.
b. Menentukan peserta. Peserta workshop hendaknya mereka yang
terkait dengan materi yang dibahas.
c. Menentukan penyaji yang membawakan kertas kerja. Kriteria
penyaji workshop antara lain:
1) Seorang praktisi yang benar-benar melakukan hal yang
dibahas.
2) Memiliki pemahaman dan landasan teori yang memadai.
3) Memiliki kemampuan menulis kertas kerja, disertai contoh-
contoh praktisnya.
4) Memiliki kemampuan presentasi yang baik.
5) Memiliki kemampuan untuk memfasilitasi/membimbing peserta.
d. Mengalokasikan waktu yang cukup.
e. Mempersiapkan sarana dan fasilitas yang memadai.

19
C. ANALISIS HASIL SUPERVISI

Pada hakikatnya pelaksanaan supervise akademik dan manajerial adalah


kegiatan pengamatan dan observasi pengawas, untuk pengumpulan data awal potensi
dan kekuatan satuan Pendidikan. Sedangkan analisis hasil supervise (AHS) merupakan
kegiatan utama dari segala rangkaian supervise itu sendiri, baik itu supervise akademik,
maupun supervise manajerial. “Analisis hasil supervise merupakan upaya yang
dilakukan untuk mengamati data factual hasil supervise secara mendalam dan
mendetail, melalui proses penguraian berbagai komponen dan indicator untuk
dijadikan rencana tindak lanjut (RTL)”. Analisis hasil supervise dianggap sebagai
kegiatan utama dari tupoksi pengawas, karena seorang pengawas sekolah tidak bisa
melaksanakan tupoksinya seperti; pelaksanaan pembinaan, pemantauan
pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian,
pembimbingan dan pelatihan profesional guru/kepala sekolah, tanpa data awal
sebagai pembanding. Ada beberapa mamfaat dari analisis hasil supervise
tersebut, antara lain; (1) Pengawas dan Kepala Sekolah dapat mengetahui
kekuatan dan kelemahan satuan Pendidikan, (2) untuk menentukan skala
prioritas RKKS/RKAS, (3) sebagai data awal dan pembanding dalam
melaksanakan pembimbingan, pelatihan, dan pembinaan di satuan
Pendidikan, (4) menetapkan program rencana tindak lanjut (RTL) bagi
pengawas dan Kepala Sekolah. AHS sangat penting dan dibutuhkan, Karena
prosentase keberhasilan topoksi pengawas seperti; pembimbingan, pelatihan,
pendampingan, dan pembinaan, diukur dari data pembanding tersebut.

CONTOH:
ANALISIS HASIL SUPERVISI
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS

Nama Sekolah : SMAN 3 GOWA


Jumlah Responden : 30 Orang
(yang disupervisi)

HASIL PENILAIAN

Petunjuk :

1. Hitunglah dan jumlahkan nilai setiap indikator/aspek yang diamati, berdasarkan jumlah guru
yang telah disupervisi
2. Buatlah prosentase pencapaian setiap indikator dalam bentuk diagram
3. Rumus : Jumlah nilai setiap indikator dari semua guru yang telah disupervisi, dibagi skor
maksimal kali jumlah guru dikali seratus persen (perhatikan rumus dibawah)

NO INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI JUMLAH SKOR

I PERSIAPAN PERANGKAT PEMBELAJARAN


443555551555545
1 Memiliki Program Tahunan
555545455541553 = 132 = 88
445455354355555
2 Memiliki Program Semester
555545451441352 = 125 = 83,3
555555554555545
3 Memiliki Silabus dan Sistem Penilaian
555445545451555 = 139 = 92,7

20
NO INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI JUMLAH SKOR
545555455555555
4 Memiliki RPP
555555555551555 = 144 = 96
555455551555545
5 Memiliki format penilaian dan daftar hadir siswa
555545443551255 = 132 = 88
455555455255535
6 Memiliki KKM yang telah ditetapkan
555555455551542 = 134 = 89,3
II PRA PEMBELAJARAN
454455445444454
7 Memeriksa kesiapan siswa
544545555535554 = 134 = 89,3
554455555455445
8 Melakukan kegiatan apersepsi
544544455555553 = 138 = 92
III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A. PENGUASAAN MATERI PELAJARAN


545555554555555
9 Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
555555553554454 = 143 = 95,3
434444444444445
10 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
455554443534444 = 120 = 80
Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hirarki 454454555544555
11
belajar 445545555554445 = 138 = 92
545445554545445
554544443544444 = 131 = 87,3
12 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

B. PENDEKATAN / STRATEGI PEMBELAJARAN

545555555555555
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
13 555545555555555 = 148 = 98,7
(tujuan) yang akan dicapai

14 444444445444555
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
555555555545554 = 137 = 91,3
554455554455444
15 Menunjukkan penguasaan kelas 544544453554455 = 134 = 89,3

444444443444455
16 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
555445543344334 = 122 = 81,3
Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai 445545453444555
17
pendekatan/metode pembelajaran yang sesuai 554444543444334 = 126 = 84
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu 434454445344555
18
yang direncanakan 555555555545553 = 135 = 90
PEMAMFAATAN SUMBER BELAJAR/ MEDIA
C.
PEMBELAJARAN
423444442344445
19 Menggunakan media secara efektif dan efisien
445444421431233 = 103 = 68,7
423444442344444
20 Menghasilkan pesan yang menarik
444443421431233 = 98 = 65,3
423444442344445
21 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
444443421431233 = 101 = 67,3
PEMBELAJARAN YANG MEMICU DAN MEMELIHARA
D.
KETERTIBAN SISWA

21
NO INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI JUMLAH SKOR
544444355445554
22 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
554554454544444 = 131 = 87,3
544555455555544
23 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa
444544454554555 = 137 = 91,3
444445444444444
24 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
444444444553444 = 122 = 81,3
E. PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
555454445454445
25 Memantau kemajuan belajar siswa selama proses
555545455553554 = 137 = 91,3
Melakukan penilaian proses dan penilaian akhir sesuai 455454344454445
26
dengan kompetensi ( tujuan ) 444545453554444 = 128 = 85,3
F. PENGGUNAAN BAHASA
Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik, dan 554555455455544
27
benar 555555555555555 = 145 = 96,7
454444445444554
28 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
455545554554555 = 135 = 90
IV PENUTUP
Melakukan refleksi dan membuat rangkuman dengan 555445554555444
29
melibatkan siswa 444544454554445 = 134 = 89,3
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan,
555355455544444
30 atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedial /
444544454555555 = 135 = 90
pengayaan
RATA - RATA 3918:30=130,6:150 = 87,07

RUMUS = Skor Indikator X 100 = Skor Nilai X 100 = 87. 07


Jumlah Guru X 5 Skor Max (BAIK)

Saran Tindak Lanjut Hasil SupervisI :

Kreaativitas dan inovasi guru dalam membuat, mengembangkan, dan memanfaatkan media
pembelajar sangat kurang, guna meningkatkan mutu proses pembelajaran.
Akibatnya siswa tidak focus dan tidak bisa berperan aktif dalam pembelajaran.

Bontonompo, Juni 2017

Kepala Sekolah, Pengawas Bina,

Drs. Islamuddin, M. Pd Drs. Achmad Ramli K, S.H., M.H


NIP. NIP. 19601019 198703 1 004

22
23
24
25
26
BAB III
PENUTUP

Adapun tugas pokok pengawas sekolah sebagaimana diuraikan dalam


Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun
2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka adalah
“melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan
Pendidikan” yang meliputi; (1) menyusun program kepengawasan, (2)
melaksanakan pembinaan, (3) melakukan pemantauan pelaksanaan 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan, (4) melakukan penilaian, (5)
melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru/kepala sekolah,
(6) melakukan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan (7)
melaksanakan tugas kepengawasan di daerah khusus”.

Dengan demikian dari uraian secara teoritis dan untuk memperoleh


mutu hasil kinerja dengan mengedepankan prinsip profesionalisme dalam
pelaksanaan tupoksi pengawas, maka ada 7 (tujuh) langkah kepengawasan
yang harus diperhatikan, yaitu; (1) lakukan observasi atau pengamatan awal
untuk mendapatkan data awal satuan Pendidikan, (2) menyusun program
kepengawasan, (3) melaksanakan supervise akademik dan manajerial, (4)
melakukan analisis hasil supervise perindikator (Akademik/Manajerial), (5)
memilah aspek/indicator hasil analisis, untuk dijadikan program rencana tindak
lanjut (RTL), dan (6) menyusun “program tindak lanjut dalam bentuk
(pembimbingan dan pelatihan professional guru/kepala sekolah, IHT,
pendampingan, ataukah pembinaan).”

Langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang pengawas sekolah


sebelum melaksanakan tugas pokok dan funsinya (tupoksi) di satuan
Pendidikan yang menjadi tanggungjawabnya, adalah mengenal sekolah dan
lingkungannya melalui survey awal atau observasi. Survei atau observasi
pengenalan dapat dilakukan melalui wawancara dengan stakholdre pendidikan
serta pengamatan lingkungan sekolah. Hal ini dimaksudkan guna memperoleh
data awal tentang potensi dan kondisi rill yang dimiliki oleh satuan Pendidikan
tersebut, khususnya yang baru dikenal untuk dibina. Sesudah data awal telah
diperoleh, barulah seorang pengawas sekolah dapat menyusun program
kepengawasan untuk satuan Pendidikan yang menjadi tanggujawabnya. Data
awal ini digunakan sebgai dasar atau acuan dalam menyusun program
kepengawasan aspek manajerial bagi satuan Pendidikan yang baru,
sedangkan aspek akademik berdasarkan hasil supervise akademik atau
kunjungan kelas oleh pengawas bina atau Kepala Sekolah.

27
Selanjutnya jangan lupa niat yang tulus dan ikhla karena amanah, adalah kunci
utama kesuksesan dalam tupoksi. Karena hal itu menjadi pemantik dan
motivasi lahirnya semangat dedikasi yang kuat dan membahagiakan.
Kemudian menentapkan visi dan misi pelaksanaan supervise masing-masing
pengawas, sebagai acuan atau rell kereta yang ingin dilalui guna pencapaian
tujuan supervise itu sendiri.

28

Anda mungkin juga menyukai