Anda di halaman 1dari 14

PRINSIP, TIPE DAN FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN

Firman Al’ Amin1


1
Jurusan Manajemen Pendidikan-Institut PTIQ Jakarta
firman.alamin2901@gmail.com

Abstrak
Supervisi pendidikan bertujuan untuk perbaikan dan perkembangan proses pembelajaran
secara total. Minimnya pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
supervisi pendidikan, seperti prinsip, tipe dan fungsi supervisi pendidikan seringkali
membuat tujuan tersebut tidak tercapai dengan maksimal.
Penelitian ini bertujuan membahas tentang prinsip, tipe dan fungsi supervisi pendidikan.
Metode penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif melalui analisis teori dan studi
kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat beberapa prinsip supervisi antara
lain, prinsip ilmiah, prinsip demokratis, prinsip kerja sama, dan prinsip konstruktif dan
kreatif. Supervisi memiliki tujuh fungsi utama, yaitu inspeksi, penelitian, penilaian,
deskriftif eksplanatoris, pelatihan, bimbingan dan pembinaan.

Kata kunci: Supervisi pendidikan, prinsip supervisi, tipe supervisi, fungsi supervisi

Abstract
Educational supervision aims to improve and develop the total learning process. The lack of
knowledge about matters relating to the implementation of educational supervision, such as
the principles, types and functions of educational supervision often makes these goals not
achieved optimally.
This study aims to discuss the principles, types and functions of educational supervision.
This research method is descriptive qualitative through theoretical analysis and literature
study. The result of this research is that there are several principles of supervision, including
scientific principles, democratic principles, cooperative principles, and constructive and
creative principles. Supervision has seven main functions, namely inspection, research,
assessment, explanatory descriptive, training, guidance and coaching.

Keywords: Educational supervision, supervision principle, type of supervision, supervisory


function
1. Pendahuluan

Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk

membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan

mereka secara efektif. Supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan

kegiatan teknis edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan fisik terhadap fisik

material. Supervisi merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik yang

berupa proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar,

pengawasan terhadap situasi yang menyababkannya.1

Daresh mengemukakan: Supervision is a process of overseeing the ability of

people to meet the goals of the organization in which they work. He stresses that supervision

should be seen as a process rather than as a professional role.2

Kepala sekolah sebagai supervisor dan guru sebagai yang disupervisi sama-

sama memiliki tanggung jawab dan amanah dalam menjalankan tugasnya masing-

masing demi tercapainya tujuan pendidikan dengan maksimal. Melaksanakan tugas

dengan tanggung jawab sejalan dengan Q.S Al-Anfal: 27:

َٰ‫يَٰأيُّهاَٰٱلَّ ِذينََٰٰءامنَٰواَٰ۟لَََٰٰتونواَٰٱللَّهَََٰٰٰوٱ َّلرسولََٰٰوَتونو۟اَٰأمنتِكمََٰٰوأنتمََٰٰت علَٰمون‬


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul

(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan

kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Aktivitas supervisi dilakukan dengan mengidentifikasi kelemahan-

kelemahan pembelajaran untuk diperbaiki, apa yang menjadi penyebabnya dan

mengapa guru tidak berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Berdasarkan hal

tersebut kemudian diadakan tindak lanjut yang berupa perbaikan dalam bentuk

pembinaan.

Pengawasan/supervisi amat sangat penting dilakukan dalam meningkatkan

kualitas pendidikan, namun seringkali pelaksanaannya tidak berjalan maksimal

1 Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, (Bandung : Alfabeta , 2010 ), 39


2 https://pgsd.binus.ac.id/2020/04/15/supervisi-dalam-sistem-pendidikan/ diakses tanggal 14
Oktober 2022, pukul 14.00 WIB
karena kurangnya pemahaman terhadap konsep-konsep dasar supervisi itu sendiri.

Oleh karena itu makalah ini akan membahas beberapa konsep mengenai supervisi

pendidikan, yaitu mengenai prinsip, tipe dan fungsi supervisi pendidikan.

2. Metode

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deskriptif.3 Penelitian kualitatif

dikatakan sebagai rangkaian penelitian yang mampu menghasilakan data berupa

deskriptif kata-kata baik tertulis atau lisan dari objek atau perilaku manusia yang

dapat diamati. Penelitian ini menggunakan analisis teori dan studi kepustakaan.

Analisis teori adalah salah satu teknik dalam penelitian yang menjadikan teori

sebagai acuan dari objek yang diteliti. Analisis teori digunakan sebagai alat

pembacaan realitas yang kemudian di kontruksikan menjadi deskripsi dan

argumentatif. Studi kepustakaan dipakai untuk memperkaya literatur penelitian,

agar kemudian dapat ditarik sebuah kesimpulan.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Prinsip Supervisi Pendidikan

Supervisi akan berlangsung dengan optimal jika memperhatikan prinsip

yang bersifat positif, di antaranya: (1) konstruktif dan kreatif; (2) berdasar pada

sumber kolektif daripada usaha-usaha supervisor; (3) didasarkan atas hubungan

profesional, bukan atas dasar hubungan pribadi; (4) mengembangkan segi-segi

kelebihan dari yang disupervisi; (5) memberikan rasa aman pada anggota kelompok:

(6) progresif; (7) didasarkan pada keadaan riil dan sebenarnya; (8) sederhana dan

informal dalam pelaksanaannya; (9) objektif dan sanggup mengadakan self

evaluation. Namun demikian, hendaknya menghindari: (1) mendesak; (2)

didasarkan atas kekuasaan pangkat/ kedudukan atau atas dasar kekuasaan pribadi;

3Wahyudin Darmalaksana, Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi Lapangan,
(Bandung: Pre-print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020), 1-6
(3) terlepas dari tujuan pendidikan dan pengajaran; (4) mencari-cari kesalahan dan

kekurangan; (5) terlalu cepat mengharapkan hasil dan tidak lekas kecewa.4

Agar proses supervisi berjalan dengan baik, supervisor harus memegang

prinsip supervisi. Sahartian mengemukakan bahwa dalam supervisi, baik akademik

maupun manajerial terdapat beberapa prinsip antara lain, prinsip ilmiah, prinsip

demokratis, prinsip kerja sama, dan prinsip konstruktif dan kreatif.5

a. Prinsip Ilmiah

Kegiatan supervisi dilaksanakan secara:

1) Sistematis, dilakukan dengan teratur, berurutan, terencana, dan

berkelanjutan.

2) Objektif, kegiatan pembinaan dan perbaikan benar-benar didasarkan pada

kelemahan, permasalahan dan kebutuhan guru/sekolah yang sebenarnya.

Menggunakan teknik pengumpulan data dan instrumen (pengamatan,

angket, wawancara, tes, dan FGD) yang teruji keandalannya, bukan

berdasarkan asumsi pribadi supervisor.

3) Rasional, segala tindakan baik dalam memetakan masalah, menganalisis,

melakukan pencegahan maupun melakukan perbaikan benar-benar masuk

akal.

b. Prinsip Demokratis

Prinsip demokratis yang bercirikan bahwa layanan dan bantuan yang

diberikan kepada guru dengan berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab

dan kehangatan, sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan

tugasnya.6 Menurut Nurhattati Fuad, prinsip demokratis meliputi:

1) Menjunjung tinggi asas musyawarah terbuka, menerima, dan menghargai

pendapat orang lain (guru), serta mengambil keputusan bersama.

4 Nurhattati Fuad, Supervisi Pendidikan, (Depok: Rajawali Press, 2021), 56


5 Sahartian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Mengembangkan SDM,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 19.
6 Aguslani Mushlih dan Rudi Ahmad Suryadi, Supervisi Pendidikan: Teori dan Praktek,

(Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008), 54


2) Memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat: empati pada guru, serta

mengembangkan sikap esprit the corps.

3) Bantuan dan pembinaan diberikan kepada guru berdasarkan pada hubungan

kemanusiaan yang akrab dan kehangatan.7

c. Prinsip Kerja Sama

Supervisor bersama guru dan staf sekolah lainnya bekerja sama dalam

melakukan:

1) Pengumpulan data, analisis, perumusan strategi pencegahan, perbaikan, dan

pengembangan proses belajar mengajar.

2) Perencanaan kegiatan, pembagian sumber-sumber tenaga dan tanggung

jawab dalam berbagai aspek pekerjaan dan pelaksanaan seluruh program.

3) Penilaian terhadap keberhasilan perbaikan pembelajaran dan seluruh

program.

4) Tindak lanjut, menerapkan hasil dari evaluasi yang dilakukan.8

d. Prinsip Konstruktif dan Kreatif

1) Menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, di mana semua orang

merasa nyaman dan memiliki peluang untuk mengembangkan potensi yang

dimilikinya.

2) Menumbuhkan inisiatif guru untuk melakukan perubahan ke arah perilaku

yang diharapkan.

3) Tidak dilakukan melalui paksaan, tapi didasarkan pada kesadaran dan

keinginan untuk terlaksananya pembelajaran lebih baik demi peningkatan

kualitas hasil belajar siswa lebih baik.

4) Tidak mencari-cari kesalahan atau mempermasalahkan kelemahan, namun

semata-mata melakukan pembinaan dan memotivasi untuk terus-menerus

melakukan peningkatan kualitas mengajarnya.

7 Nurhattati Fuad, Supervisi Pendidikan, (Depok: Rajawali Press, 2021), 57


8 Nurhattati Fuad, Supervisi Pendidikan, (Depok: Rajawali Press, 2021), 57
3.2 TIPE SUPERVISI PENDIDIKAN

Kegiatan utama pendidikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran

sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efesiensi

dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah

adalah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga

pendidikan.9

Burton dan Brueckner dalam Ngalim Purwanto, mengemukakan adanya lima

tipe supervisi, yaitu inspeksi, laissez-faire, coercive, training and guidance, dan

democratic leadership.10

a. Supervisi sebagai Inspeksi

Dalam administrasi dan kepemimpinan yang otokratis, supervisi berarti

inspeksi. Dalam bentuk inspeksi ini, supervisi semata-mata merupakan kegiatan

menginspeksi pekerjaan-pekerjaan guru atau bawahan. Orang orang yang

bertugas/mempunyai tanggung jawab tentang pekerjaan itu disebut inspektur.11

Inspeksi bukanlah suatu pengawasan yang berusaha menolong guru

untuk mengembangkan dan memperbaiki cara dan daya kerja sebagai pendidik

dan pengajar. Inspeksi dijalankan terutama dimaksud untuk meneliti apakah

guru atau bawahan menjalankan apa yang telah diinstruksikan dan ditentukan

oleh atasan atau tidak, sampai dimana guru dan bawahan menjalankan tugas

yang telah diberikannya. Sehingga baik buruknya guru atau bawahan

ditentukan sampai dimana dia menjalankan tugasnya tersebut.12

b. Laissez Faire

Kepengawasan yang bertipe laissez faire sesungguhnya merupakan

kepengawasan yang sama sekali tidak bersifat konstruktif. Kepengawasan laissez

9 Rosmiyati Azis, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Sibuku, 2016), 69


10 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2019), 79
11 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2019), 79
12 Rosmiyati Azis, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Sibuku, 2016), 19
faire membiarkan guru-guru atau bawahan bekerja sekehendaknya tanpa diberi

petunjuk dan bimbingan.13

Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi

bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada

supervisi Laissez Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa

diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang

mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat

pelajaran.14

Sama halnya dengan laissez faire pada sistem ekonomi, tipe laissez faire

pada supervisi adalah berdasarkan pandangan demokrasi yang salah. Kita

mengetahui bahwa hal yang demikian bukanlah demokrasi, melain kan justru

suatu kepengawasan yang lemah dan tanpa tanggung jawab. Seorang kepala

sekolah yang termasuk tipe ini sama sekali tidak mem berikan bantuan,

pengawasan, dan koreksi terhadap pekerjaan guru guru/anggota yang

dipimpinnya. Pembagian tugas dan kerja sama di serahkan sepenuhnya kepada

mereka masing-masing, tanpa petunjuk atau saran-saran, tanpa adanya

koordinasi.

Tidak mengherankan jika dalam kepengawasan laissez faire ini mudah

sekali timbul kesimpangsiuran dalam kekuasaan dan tanggung jawab di antara

guru-guru dan pegawai-pegawai lainnya, mudah timbul perselisihan dan

kesalahpahaman di antara mereka. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan

bimbingan pemimpin. Para anggota tidak memiliki penger tian yang tegas

tentang batas-batas kekuasaan dan tanggung jawab mereka masing-masing.

Dengan demikian, sukar diharapkan adanya kerja sama yang harmonis yang

sama-sama diarahkan ke satu tujuan.15

13 Rosmiyati Azis, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Sibuku, 2016), 19


14 Daryanto dan Tutik Rachmawati, Supervisi Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2015), 9
15 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2019), 80-81
c. Coercive supervision

Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan

kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun

tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja

dipaksakan berlakunya.16

Tipe pengawasan ini bersifat otoriter. Di dalam tindakan pengawasan si

pengawas bersifat memaksakan segala sesuatu yang dianggapnya benar dan

baik menurut pandangan sendiri. Dalam hal ini pendapat guru-guru dan

bawahan tidak dihiraukan tipe ini pada hal tetentu berguna bagi guru yang baru

mulai belajar dan mengajar.17

d. Supervisi sebagai latihan bimbingan (training and guidance)

Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang

positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan

latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya

kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu

mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh

atasannya.18

Tipe ini berdasarkan suatu landasan pendidikan itu proses pertumbuhan

bimbingan. Juga berdasarkan pandangan bahwa orang yang diangkat sebagai

guru pada umumnya telah mendapat pendidikan pre-service di sekolah guru.19

Tipe ini baik, terutama bagi guru-guru yang baru mulai mengajar setelah

keluar dari sekolah guru. Kelemahannya ialah: mungkin pengawasan, petunjuk-

petunjuk, ataupun nasihat-nasihat yang diberikan dalam rangka training dan

bimbingan itu bersifat kolot, sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

pendidikan dan tuntutan zaman, sehingga dapat terjadi kontradiksi antara

pengetahuan yang telah diperoleh guru dari sekolah guru dengan pendapat

16 Daryanto dan Tutik Rachmawati, Supervisi Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2015), 9
17 Rosmiyati Azis, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Sibuku, 2016), 20
18 Daryanto dan Tutik Rachmawati, Supervisi Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2015), 9

19 Rosmiyati Azis, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Sibuku, 2016), 20


supervisor itu sendiri. Kontradiksi ini dapat pula terjadi karena sebaliknya,

pendapat supervisi itu lebih maju sedang kan pengetahuan yang diperoleh guru

dari sekolah guru masih bersifat konservatif.20

e. Kepengawasan yang demokratis

Dalam kepemimpinan yang demokratis kepengawasan bersifat

demokratis pula. Supervisi merupakan kepemimpinan pendidikan secara

kooperatif. Dalam tingkat ini supervisi bukan lagi suatu pekerjaan yang

dipegang oleh seorang petugas, melainkan merupakan pekerjaan bersama yang

dikoordinasikan. Tanggung jawab bukan dipegang sendirioleh supervisor

melainkan kepada para anggota sesuai dengan tingkat keahlian dan

kecakapannya masing-masing.21

3.3 FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN

Supervisi pendidikan baik manajerial maupun akademik memiliki tujuan

dan fungsi yang bermuara pada peningkatan mutu pendidikan. Supervisi akademik

bertujuan untuk membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai

tujuan pembelajaran. Dengan demikian, berarti esensi supervisi akademik itu sama

sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran,

melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.22

Pada beberapa kajian seperti yang diungkapkan oleh Gregorio dikemukakan

bahwa lima fungsi utama supervisi antara lain berperan sebagai inspeksi, penelitian,

pelatihan, bimbingan dan penilaian.23 Sejalan dengan itu Nurhattati Fuad

menyebutkan pada dasarnya supervisi memiliki tujuh fungsi utama, yaitu inspeksi,

20 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


2019), 81
Rosmiyati Azis, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Sibuku, 2016), 20
21

Depdiknas, Metode dan Teknik Supervisi, (Jakarta: Ditjen Dikdasmen, 2003), 9


22

23 Nur Aedi, Metode dan Teknik Supervisi Bagi Pengawas Satuan Pendidikan, (Jakarta: Ditjen

PMPTK DEPDIKNAS, 2008), 13


penelitian, penilaian, deskriftif eksplanatoris, pelatihan, bimbingan dan

pembinaan.24

a. Fungsi Inspeksi

Fungsi inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan dan

kondisi sekolah, dan pada lembaga terkait, maka tugas seorang supevisor antara

lain berperan dalam melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah secara

keseluruhan baik pada guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun metode

mengajar, dan sasaran inspeksi adalah menemukan permasalahan dengan cara

melakukan observasi, interview, angket, pertemuan-pertemuan dan daftar

isian.25

Inspeksi bertujuan untuk menemukan penyimpangan yang terjadi dalam

penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan. Penyimpangan yang

ditemukan merupakan permasalahan yang dialami sekolah/lembaga pendidikan

yang harus ditanggulangi/diselesaikan sesegera mungkin, agar penyelenggaraan

pendidikan tetap berjalan dan terjaga dalam koridor yang ditetapkan.26

b. Fungsi Penelitian

Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan yang

berhubungan sedang dihadapi, dan penelitian ini dilakukan sesuai dengan

prosedur ilmiah, yakni merumuskan masalah yang akan diteliti, mengumpulkan

data, mengolah data, dan melakukan analisa guna menarik suatu kesimpulan

atas apa yang berkembang dalam menyusun strategi keluar dari permasalahan

diatas.27

Fungsi penelitian berkaitan dengan upaya pendeskripsian masalah yang

terjadi, analisis penyebab terjadinya permasalahan, serta perumusan alternatif

pemecahan masalah yang dialami sekolah/ lembaga pendidikan. Untuk itu,

Nurhattati Fuad, Supervisi Pendidikan, (Depok: Rajawali Press, 2021), 53


24

Nur Aedi, Metode dan Teknik Supervisi Bagi Pengawas Satuan Pendidikan, (Jakarta: Ditjen
25

PMPTK DEPDIKNAS, 2008), 13


26 Nurhattati Fuad, Supervisi Pendidikan, (Depok: Rajawali Press, 2021), 53

27 Nur Aedi, Metode dan Teknik Supervisi Bagi Pengawas Satuan Pendidikan, (Jakarta: Ditjen

PMPTK DEPDIKNAS, 2008), 14


penelitian harus dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, yakni: (a)

merumuskan masalah yang akan diteliti: (b) menyusun alat pengumpulan data

sesuai permasalahan; (c) mengumpulkan dan mengolah data; (d) melakukan

analisis guna menarik suatu kesimpulan; dan (e) menyusun rekomendasi berupa

strategi untuk keluar dari permasalahan yang dialami; (f) menyusun program

perbaikan; (g) mencoba cara baru; (h) merumuskan pola perbaikan secara

menyeluruh dan lebih luas.28

c. Fungsi Penilaian

Fungsi penilaian berkaitan dengan upaya pengukuran kemajuan yang

dicapai, serta seberapa besar tujuan telah dicapai. Fungsi penilaian adalah untuk

mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan, seberapa besar telah dicapai dan

penilaian ini dilakukan dengan beragai cara seperti test, penetapan standar,

penilaian kemajuan belajar siswa, melihat perkembangan hasil penilaian sekolah

serta prosedur lain yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.29

d. Fungsi Deskriptif-Eksplanatoris

Dalam konteks ini, supervisi berfungsi menggambarkan

(mendeskripsikan) atau menjelaskan (mengeksplifikasi) situasi yang terjadi

dalam penyelenggaraan pendidikan/pembelajaran di sekolah/lembaga

pendidikan. Situasi yang digambarkan atau dijelaskan adalah situasi yang

aktual, dalam arti keadaan nyata yang benar-benar mencerminkan keberadaan

penyelenggaraan sekolah dan pembelajaran yang tengah berlangsung.

Dengan penggambaran situasi tersebut, supervisor maupun supervisee

dan pihak yang berkepentingan lainnya, dapat mengetahui permasalahan yang

sebenarnya terjadi, mengidentifikasi penyebabnya, serta dapat melakukan

tindakan pemecahannya. Dengan demikian, fungsi deskriptif ini berarti pula di

dalamnya mencakup fungsi identifikatif- informatif, lantaran memberikan

Nurhattati Fuad, Supervisi Pendidikan, (Depok: Rajawali Press, 2021), 53


28

Nur Aedi, Metode dan Teknik Supervisi Bagi Pengawas Satuan Pendidikan, (Jakarta: Ditjen
29

PMPTK DEPDIKNAS, 2008), 14


gambaran atau informasi mengenai situasi aktual penyelenggaraan

pendidikan/pengajaran.30

e. Fungsi Pelatihan

Fungsi pelatihan merupakan tindak lanjut dari temuan permasalahan

yang diperoleh dari hasil kegiatan inspeksi, penelitian, dan penilaian. Salah satu

upaya yang dapat dilakukan untuk penyelesaian permasalahan yang terjadi

adalah dengan cara memperbaiki keterampilan kerja pendidik/tenaga

kependidikan yang dilakukan melalui kegiatan pelatihan.31

Fungsi pelatihan merupakan salah satu usaha untuk memecahkan

masalah yang sedang dihadapi, dan dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru

cara-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses

pembelajaran, dan jenis pelatihan yang dapat dipergunakan antara lan melalui

demonstrasi mengajar, workshop, seminar, observasi, individual dan group

conference, serta kunjungan supervisi.32

f. Fungsi Bimbingan

Istilah pembinaan sebenarnya secara semantik sudah mengandung

pengertian mengembangkan (development), menumbuhkan (growth), membangun

(building), bahkan sekaligus memuat konsep "reservasi" (melestarikan,

memelihara). Jadi, fungsi pembinaan dalam supervisi pendidikan, berarti

melakukan kegiatan yang bersifat menumbuhkan, mengembangkan,

memperbaiki situasi penyelenggaraan, serta memelihara kondisi/situasi

penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang dinilai sudah memadai.

Dengan demikian, fungsi bimbingan lebih spesifik dapat diartikan sebagai

usaha untuk mendorong pendidik dan tenaga kependidikan baik secara

Nurhattati Fuad, Supervisi Pendidikan, (Depok: Rajawali Press, 2021), 54


30

Nurhattati Fuad, Supervisi Pendidikan, (Depok: Rajawali Press, 2021), 54


31

32 Nur Aedi, Metode dan Teknik Supervisi Bagi Pengawas Satuan Pendidikan, (Jakarta: Ditjen

PMPTK DEPDIKNAS, 2008), 14


perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai perbaikan

dalam menjalankan tugasnya.33

Fungsi bimbingan sendiri diartikan sebagai usaha untuk mendorong guru

baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan

berbagai perbaikan dalam menjalankan tugasnya, dan bimbingan sendiri

dilakukan dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat,

mengarahkan dan merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu

menerapkan sebuah prosedur mengajar yang baru.34

g. Fungsi Pembinaan

Fungsi pembinaan pada dasarnya merupakan upaya tindak lanjut dari

hasil pembimbingan. Dalam pembinaan lebih diarahkan untuk mengonversi

(memelihara) proses dan hasil kerja yang telah baik, meningkatkan proses dan

hasil kerja untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang, serta melakukan

perbaikan terhadap kekurangan atau ketidakberhasilan pembimbingan yang

telah dilakukan. Selain itu juga dilakukan upaya pencegahan agar kelemahan

dan ketidakberhasilan tidak terulang di masa yang akan datang.35

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Terdapat beberapa prinsip antara lain, prinsip ilmiah, prinsip demokratis,

prinsip kerja sama, dan prinsip konstruktif dan kreatif.

2. Tipe supervisi, yaitu inspeksi, laissed-faire, coercive, training and guidance, dan

democratic leadership.

3. Supervisi memiliki tujuh fungsi utama, yaitu inspeksi, penelitian, penilaian,

deskriftif eksplanatoris, pelatihan, bimbingan dan pembinaan.

Nurhattati Fuad, Supervisi Pendidikan, (Depok: Rajawali Press, 2021), 55


33

Nur Aedi, Metode dan Teknik Supervisi Bagi Pengawas Satuan Pendidikan, (Jakarta: Ditjen
34

PMPTK DEPDIKNAS, 2008), 14


35 Nurhattati Fuad, Supervisi Pendidikan, (Depok: Rajawali Press, 2021), 55
DAFTAR PUSTAKA

Aedi, Nur. Metode dan Teknik Supervisi Bagi Pengawas Satuan Pendidikan. Jakarta:

Ditjen PMPTK DEPDIKNAS. 2008.

Azis, Rosmiyati Azis. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Sibuku. 2016.

Darmalaksana, Wahyudin. Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi

Lapangan. Bandung: Pre-print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati

Bandung. 2020.

Daryanto dan Tutik Rachmawati. Supervisi Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

2015.

Fuad, Nurhattati. Supervisi Pendidikan. Depok: Rajawali Press. 2021.

Mushlih, Aguslani dan Rudi Ahmad Suryadi. Supervisi Pendidikan: Teori dan Praktek.

Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008.

Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2019.

Sahartian. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Mengembangkan

SDM. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.

Suhardan, Dadan. Supervisi Profesional. Bandung : Alfabeta. 2010.

https://pgsd.binus.ac.id/2020/04/15/supervisi-dalam-sistem-pendidikan/ diakses

tanggal 14 Oktober 2022, pukul 14.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai