Anda di halaman 1dari 21

PENDEKATAN-PENDEKATAN DAN TEKNIK SUPERVISI

PENDIDIKAN

Irwansyah
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – PTIQ Jakata
email: irwansyahmhs.97@gmail.com

ABSTRAK
Administrasi dan supervisi merupakan alat bantu untuk mencapai
tujuan pendidikan. Demikian juga tujuan pendidikan sekolah juga dapat
tercapai jika ada kegiatan administrasi dan pengawasan yang sistematis dan
berkesinambungan. Teori supervisi dari perspektif pendekatan yang
digunakan diawali dengan supervisi direktif. Namun setelah melihat adanya
ketidakefektifan pengawasan, maka muncullah teori supervisi non direktif.
Namun setelah melihat adanya ketidakefektifan pengawasan, maka
muncullah teori supervisi non direktif. Tidak efektifnya supervisi direktif
karena supervisi direktif tidak memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya, tanggung jawab penuh
ada pada supervisor, sehingga supervisor dominan. Inilah salah satu faktor
yang melatarbelakangi lahirnya arahan supervisor.

Kata kunci: Pendekatan, Teknik, Supervisi pendidikan

ABSTRACK

Administration and supervision are supporting tools for achieving


educational goal. Likewise also the purpose of school education can also be
achieved if there is a systimatic and continous administration and super
vision activities. Super vision theory from perspective of the approachused
begins with directive supervision. But after seeing the axxistence of
supervision ineffctiveness, the directive then emerged the teory of non
directive supervision. But, after seeing the existence of supervision
ineffectiveness, the directive then emerged the theory of non directive
supervision. The ineffectiveness of directive supervision because directive
supervision does not give teachers the opportunity to develop their abilities
aand creativity, full responsibility is on the supervisor, so the supervisor is
dominnt. This is one of the factors behind the birth of the ssupervisor
directive.

Keyword : approach, technique, education supervision


PENDAHULUAN
Dunia pendidikan, tidak terlepas dengan supervisi yang selalu
mengacu kepada kegiatan untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Supervisi pendidikan adalah suatu usaha dalam memipin guru-guru dan
petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk
menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-
guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode
serta evaluasi pengajaran. Tugas utama supervisor adalah memantau dan
membina pendidik dalam melaksanakan kegiatan mengajar. Dalam
melaksanakan tugasnya tersebut supervisor membutuhkan teknik-teknik
supervisi yang tepat dan sesuai dengan permasalahan. Berbagai teknik dapat
digunakan supervisor dalam membantu meningkatkan situasi belajar
mengajar, baik secara kelompok maupun individual.1
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka fokus bagian ini adalah
membahas teknik-teknik supervisi yang bersifat kelompok.
Kepala sekolah sebagai supervisor dalam usaha meningkatkan program
sekolah, dapat menggunakan berbagai teknik atau metode supervisi
pendidikan. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan
agar apa yang diharapkan bersama dapat tercapai. Teknik supervisi
pendidikan berarti suatu cara atau jalan yang digunakan supervisor
pendidikan dalam memberikan pelayanan atau bantuan kepada para guru.
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan
atau supervisi dan supervisor bertanggung jawab dalam munculnya suatu
yang efektif dan efisien dalam program tersebut.2

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deskriptif.3 Penelitian
kualitatif dikatakan sebagai rangkaian penelitian yang mampu
menghasilkan data berupa deskriptif kata-kata baik tertulis atau lisan dari
objek atau perilaku manusia yang dapat diamati.4 Penelitian ini juga

1 Ali Imran , Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, jakarta: PT


Bumi Aksara (2012) h. 17
2 Piet A Sahertian, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ; Dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta (2000) h. 25


3 Wahyudin Darmalaksana, “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka

Dan Studi Lapangan,” Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
2020, 1–6, http://digilib.uinsgd.ac.id/32855/1/Metode Penelitian Kualitatif.pdf.
4 L. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007), 8.
menggunakan analisis teori dan studi kepustakaan. Analisis teori adalah
salsah satu teknik dalam penelitian yang menjadiikan teori sebagai acuan
dari kebenaran, fakta, dan keadaan objek yang diteliti. Analisis teori
digunakan sebagai alat pembacaan realitas yang kemudian dikonstruksikan
menjadi deskripsi yang argumentatif.5 Studi kepustakaan dipakai untuk
memperkaya literatur penelitian, agar kemudia dapat ditarik sebuah
kesimpulan.

RUMUSAN MASALAH
Oleh karena itu, untuk dapat menjalankan supervisi dengan efektif
dan baik maka seorang supervisor perlu memahami juga beberapa
pendekatan yang bisa dilakukan agar hasil yang hendak dicapai berkualitas
dan bermutu tinggi. Maka penulis merumuskan masalah supervisi dalam
makalah ini antara lain:
1. Bagaimana pengertian supervisi pendidikan?
2. Bagaimana pendekatan-pendekatan dalam supervisi pendidikan?
3. Bagaimana teknik-teknik dalam supervisi pendidikan?

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pengertian Supervisi Pendidikan
Istilah supervisi berasal dari bahasa latin “supervideo”, artinya
mengawasi atau menilai kinerja bawahan. Mulyasa seperti dikutip oleh
Wahyudi menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya sering digunakan
secara bergantian dengan istilah pengawasan, pemeriksaan dan inspeksi.
Pengawasan dapat diartikan sebagai proses untuk menjamin bahwa
tujuan-tujuan organisasi dan management tercapai, juga diartikan suatu
kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan dilakukan sesuai
dengan ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat suatu
kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Sedangkan inspeksi
dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan
yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan.6
Menurut Sutisna dikutip oleh Wahyudi bahwa secara umum
supervision diberi arti sama dengan direction atau pengawasan dan ada
kecenderungan untuk membatasi pemakaian istilah supervisor pada

5 Hamad, “Lebih Dekat Dengan Analisis Wacana,” Jurnal Komunikasi, 2007,


325–44
6 Daryanto, Adminitrasi Pendidikan, PT Rineka Cipta: Jakarta (2005) h. 17
orang-orang yang berada dalam kedudukan yang lebih bawah dalam
hirarki management.
Supervisi terutama sebagai bantuan yang berwujud layanan
profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah dan
pengawas serta supervisor lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil
belajar, maka banyak pakar yang memberikan batasan supervisi sebagai
bantuan kepada staff untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang
lebih baik.7
Dengan istilah yang berbeda Supandi mengartikan supervisi
pendidikan adalah bantuan yang diberikan kepada personel pendidikan
untuk mengembangkan proses pendidikan yang lebih baik. Personel
pedidikan dimaksud meliputi; kepala sekolah, guru dan petugas sekolah
lainnya termasuk staf administrasi. Dalam menjalankan tugasnya personel
sekolah sering menghadapi masalah-masalah pendidikan, oleh karena itu
pengawas sekolah perlu melakukan bimbingan dan pengarahan dalam
bidang administratif maupun akademik khususnya perbaikan pada aspek
pengelolaan pengajaran yang dilakukan guru.8
Salah satu amanat ketetapan amanat MPR RI Nomor IV tahun 1999
tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), bahwa meningkatkan
kemampuan akdemik dan profesional serta meningkatkan jaminan
kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu
berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan
budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga
kependidikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud supervisi
Pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh seorang supervisor, baik
kepada Kepala Sekolah, guru dan tenaga ahli pendidik lainnya melalui
pengawasan untuk mencapai tujuan, pengarahan dan bimbingan dalam
rangka meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan yang tinggi serta
perbaikan dalam proses belajar-mengajar yang lebih efektif dan efisien. Yang
menjadi supervisor dalam lembaga pendidikan adalah kepala sekolah yang
berperan dan bertanggung jawab dalam mengawasi kinerja bawahannya

7Dadang Suhardan, Supevisi Bantuan Profesional, Bandung : Mutiara


Ilmu(2006) h.25
8 Ali Imran, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, jakarta: PT

Bumi Aksara (2012) h. 50


(guru dan Staf administrasi). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
profesionalisme guru dalam mengajar.9

B. Pendekatan-Pendekatan Supervisi Pendidikan

Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang


supervisor, hal ini tentu lebih memudahkan supervisor ketika mensupervisi
bawahannya, supervisor dapat memilih pendekatan mana yang akan
digunakan sesuai dengan kondisi lembaga yang bersangkutan, karena setiap
pendekatan dalam supervisi pendidikan memiliki karakteristik yang
berbeda. Pemilihan yang tepat bergantung pada masalah yang dihadapi dan
tujuan yang hendak dicapai.10
Menurut Piet A. Suhertian, ada beberapa pendekatan yang dapat
digunakan dalam supervisi yaitu pendekatan direktif, pendekatan non-
direktif dan pendekatan kolaboratif, ketiga pendekatan tersebut bertitik tolak
pada teori psikologi belajar, berikut ini penjelasan ketiga pendekatan
tersebut.11
1. Pendekatan Direktif (langsung).
a. Pengertian Pendekatan Direktif (langsung)
Pendekatan ini lahir dari teori psikologi behaviorisme yaitu
segala perbuatan berasal dari rileks, atau respons terhadap
rangsangan/stimulus. Maka dari itu guru yang mempunyai
kekurangan perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi
dengan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).
Adapun yang dimaksud dengan pendekatan direktif adalah cara
pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor
memberikan arahan langsung, dengan tujuan agar guru yang
mengalami problem perlu diberi rangsangan langsung agar ia bisa
bereaksi.12
Adapun langkah-langkah pendekatan direktif yaitu :
menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh,

9 Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas


Profesionalisme Guru, Jakarta : CV Alfabeta, IKAPI (2010) h. 114
10 Herabuddin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : CV. Pusaka

Setia (2009) h. 97
11 Piet A Sahertian, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ; Dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta (2000) h. 25


12 Herabuddin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : CV. Pusaka

Setia (2009) h. 113


menetapkan tolok ukur, dan menguatkan. Dan disimpulkan oleh Sri
Banun Muslim dengan istilah prilaku supervise
yaitu: demonstrating (menunjukkan), directing (mengarahkan), standi
zing (mempersiapkan) dan reinforcing (memperkuat).
Pada dasarnya supervisi pendidikan Islam adalah usaha
pembinaan pendidik Islam untuk meningkatkan kualitas dan mutu
pendidikan Islam serta profesionalismenya. Maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan supervisi pendidikan Islam adalah
untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam yang hal itu
dilakukan dengan memperbaiki pengajaran. Untuk mencapai
tujuan tersebut secara efektif, Sri Banun mengemukakan, bahwa
supervisi bukan hanya menyangkut penggunaan metode dan teknik
supervisi tetapi juga menyangkut pilihan pola yang tepat yang
tergambar dari pendekatan supervisi yang dipergunakan.
Maka dari itu, terdapat pendekatan yang salah satunya
adalah pendekatan direktif. Pendekatan direktif adalah cara
pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Pendekatan
ini berangkat dari landasan psikologi behavioristik. Dalam
pandangan psikologi ini, belajar dilakukan dengan kontrol
instrumental lingkungan. Dengan demikian, menurut pandangan
psikologi ini, seseorang akan belajar dan berhasil belajarnya,
manakala senantiasa dikondisikan dengan baik dalam lingkungan
tertentu. Jadi manusia diberi stimulus agar dapat memberikan
respon.13
Pandangan behavioristik supervisi pengajaran sebenarnya
juga dikembangkan dari pandangan behavioristik tentang belajar.
Jika tanggung jawab guru dalam mengembangkan dirinya sendiri
sangat rendah, dibutuhkan keterlibatan yang tinggi dari supervisor.
Atau dengan kata lain,, tanggung jawab supervisor haruslah tinggi.
Dengan demikian, guru akan dapat dikondisikan sedemikian,
sehingga mereka dapat mengembangkan dirinya dengan baik.
Dalam statemen lain, pendekatan direktif ini cocok untuk
diterapkan dalam guru yang mempunyai prototipe tidak bermutu.
Maksudnya guru tersebut mempunyai daya abstrak rendah dan
komitmen rendah. Apabila guru sudah dalam keadaan yang
demikian ini, dan hal ini hampir mayoritas terjadi pada guru-guru

13Ali Imran, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, jakarta: PT


Bumi Aksara (2012) h. 98
madrasah yang berada di daerah terpencil, maka supervisi yang
diterapkan adalah supervisi pendidikan Islam dengan pendekatan
direktif.14
Hal yang membedakan dari supervisi pendidikan Islam
dengan pendekatan direktif adalah supervisi ini tidak mengambil
titik tolak dari psikologi behavioristik akan tetapi dari al-Qur’an dan
al-hadits. Supervisi ini mencontoh perilaku Rasulullah saw dalam
mengajari sahabatnya secara langsung. Misalnya perilaku
Rasulullah dalam mengajari sahabatnya masalah shalat, makan, tata
krama, akhlak dan kegiatan sehari-hari. Rasulullah menumbuhkan
lingkungan yang harmonis agar para sahabat tekun beribadah selain
dirinya sendiri sebagai contoh.
Demikian juga dalam supervisi pendidikan Islam, penerapan
pendekatan direktif ini juga diberlakukan dengan membutuhkan
keterlibatan tinggi dari seorang supervisor atau seorang kepala
lembaga pendidikan Islam untuk membina guru agar dapat
meningkatkan kualitas kinerjanya.
b. Perilaku Pokok Supervisi Dengan Pendekatan Direktif
Supervisi dengan pendekatan ini, menuntut supervisor yang
banyak bicara dan berkomentar. Supervisor sedikit sekali
memberikan pujian dan semangat yang mendorong guru. Supervisi
dengan pendekatan ini didasarkan asumsi bahwa mengajar terdiri
dari beberapa ketrampilan teknis dengan standar dan kompetensi
yang telah ditetapkan. Menurut Glickman, seperti yang dikutip
Sahertian, adalah sebagai berikut:
1) Menjelaskan
2) Menyajikan
3) Mengarahkan
4) Memberi contoh
5) Menetapkan tolok ukur
6) Menguatkan.
Pada pendekatan ini, supervisor mengarahkan kegiatan
untuk perbaikan pengajaran dan menetapkan standar perbaikan
pengajaran dan penggunaan standar tersebut harus diikuti oleh
guru. Tanggung jawab proses sepenuhnya berada ditangan

Piat Sahertian, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ; Dalam Rangka
14

Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta (2000) h. 70


supervisi, sedangkan tanggung jawab guru rendah. Sehingga
biasanya supervisor mengeluarkan perintah kepada guru untuk
lebih meningkatkan profesionalitasnya dan mendiskusikannya
apabila mengalami masalah.
Madhi menyatakan tata cara mengeluarkan perintah ada dua
cara: Pertama, memberikan perintah dengan keyakinan tanpa
keraguan yang berdampak pada kecepatan merespon dan
melaksanakan tugas; dan kedua, menggunakan ungkapan positif
(itsbat) lebih efektif daripada ungkapan negatif (nafy).
Hal yang perlu dicatat adalah umat Islam itu mempunyai
banyak bahan, namun miskin teori, karena miskin metodologi atau
epistemologi. Sebenarnya sudah banyak bahan yang tersebar, dan
penulis hanya mengqiyaskan salah satunya supaya menjadi teori
supervisi pendidikan Islam.

2. Pendekatan Non-direktif (tidak Langsung).


a. Pengertian Pendekatan Non-direktif (tidak Langsung)
Pendekatan ini lahir dari pemahaman psikologi humanistik,
yang sangat menghargai orang yang akan dibantu, dengan
mendengar permasalahan. Dengan demikian pendekatan non-
direktif yaitu cara pendekatan terhadap permasalahan yang bersifat
tidak langsung. Supervisor tidak secara langsung menunjukkan
permasalahan, tapi terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa
yang dikemukakan guru. Supervisor memberikan sebanyak
mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang
dialami, oleh karena itu kepribadian guru yang dibina begitu
dihormati. Selain itu menurut Sri Banun Muslim, bahwa guru harus
mampu memecahkan masalahnya sendiri. Peranan supervisor
disini adalah mendorong/membangkitkan kesadaran sendiri dan
pengalaman-pengalaman guru diklasifikasikan. Pendekatan ini
dilebih tepat digunakan terhadap guru yang proesional. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pada pendekatan non-direktif
ini guru menjadi central yang menentukan perbaikan pada dirinya
sendiri. Supervisor hanya membantu, mendorong guru agar
mampu mengembangkan kemampuannya dan kreativitasnya.15

15 Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas


Profesionalisme Guru, Jakarta : CV Alfabeta, IKAPI (2010) h. 33
Adapun langkah-langkah pendekatan non-direktif yaitu :
mendengarkan, memberikan penguatan, menjelaskan, menyajikan
dan memecahkan masalah. Dan disimpulkan oleh Sri Banun
Muslim dengan istilah prilaku supervisi, yaitu
meliputi: listenning (mendengarkan), clarifying (mengklarifikasi),
encouriging (mendorong), presenting (menyajikan), problemsolving
(memecahkanmasalah), negotiating (negosiasi), demonstrating (men
unjukkan), directing (mengarahkan), standadizing (menyiapkan)
dan reinforcing (memperkuat).16
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan supervisi non
direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang sifatnya
tidak langsung.. Pendekatan tidak langsung (non direktif) adalah cara
pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung.
Sehingga perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan
permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa
yang dikemukakan oleh guru.
Mengacu pada definisi supervisi non direktif diatas, apabila
kita kaitkan dengan konsep Islam, maka sesungguhnya Islam telah
mewajibkan setiap individu untuk mengevaluasi proses
pembentukan pribadi dan perbaikannya, dengan seluruh
tindakannya. Islampun telah menetapkan bahwa dialah yang
pertama harus bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri.17
Rasulullah saw bersabda “Evaluasilah diri kalian sebelum kalian
dimintai pertanggungjawaban (oleh Allah)…”.
Adapun prinsip psikologi yang melandasi pendekatan
supervisi non direktif adalah psikologis humanistik, dimana
psikologi ini sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh
karena pribadi guru yang dibina begitu dihargai, maka supervisor
lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru.
Dan karena bersifat tidak langsung maka supervisor tidak langsung
menunjukkan permasalahan, tetapi memberikan ruang dan
kesempatan yang luas bagi guru untuk menceritakan keberhasilan,
keluhan dan masalah yang mereka alami. Baru kemudian

16 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar


(Learning Organization), Bandung: CV. Alfabeta (2012) h. 40
17 Herabuddin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : CV. Pusaka

Setia (2009) h. 45
memberikan stimulus untuk kebaikan ke depannya. Sehingga guru
menjadi subjek yang dominan.
b. Sasaran Supervisi Non Direktif
Sasaran supervisi non direktif adalah bergantung pada
prototipe guru. Adapun teori yang membahas pembagian prototipe
guru adalah teori yang dikemukakan oleh Glickman. Glickman
memilah-milah guru menjadi empat prototipe dengan
mengemukakan bahwa setiap guru memiliki dua kemampuan dasar
yaitu, berfikir abstrak dan komitmen. Dari pembagian guru inilah
kemudian kita akan mengetahui pendekatan apa yang tepat
diberikan kepada guru tersebut. Berikut bagan pembagian prototipe
guru menurut Glickman.

c. Perbedaan Karakteristik Pendekatan Direktif dengan Non Direktif

No Pendekatan Direktif Pendekatan Non Direktif


1 Dikembangkan Dikembangkan
berdasarkan teoriberdasarkan teori
psikologi behaviorisme psikologi humanistik
2 Kegiatan dilakukan Kegiatan dilakukan
dengan keterpaksaan dengan kesadaran sendiri
Keingginan dan Keinginan dan tanggapan
tanggapan individu individu dihargai dan
diabaikan tidak disalahkan
3 Diterapkan pada guru Diterapkan pada guru
tidak bermutu professional
4 Diberlakukan punishment Tidak
Supervisor lebih diberlakukan pusnishment
dominan Guru lebih dominan
Bersifat mengarahkan Bersifat dialog dan
mendengarkan
d. Perilaku Supervisor Dalam Supervisi Non Direktif
Pendekatan supervisi non direktif berangkat dari premis
bahwa belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi, sehingga
pada akhirnya guru harus mampu memecahkan masalahnya
sendiri. Bagi seorang guru pemecahan masalah itu tidak lain adalah
upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengalaman belajar
murid di kelas. Dalam kondisi yang demikian maka ketika hendak
berkonsultasi pada supervisor, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan guru, diantaranya:
1) Penentuan kegiatan dalam pembelajaran dan pencapaian
prestasi belajar siswa.
2) Aksi atau kegiatan khusus, metode, strategi dan proses
pengumpulan data yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran (sebagai refleksi diri dan bahan konsultasi
selanjutnya).
3) Penentuan sumber media yang digunakan.
Adapun secara teknis perilaku supervisor dalam pendekatan
non direktif ini adalah:
1) Mendengarkan
Mendengarkan disini dalam artian supervisor
mendengarkan terlebih dahulu laporan-laporan guru baik
berupa keberhasilan maupun permasalahan yang mereka
hadapi. Seorang supervisor harus serius mendengarkan
keluhan yang dihadapi guru hingga mengalami masalah yang
sedang dia hadapi. Rasulullah saw dalam sebuah hadist
bersabda: “Di antara akhlak seorang mukmin adalah berbicara
dengan baik, bila mendengarkan pembicaraan tekun, bila berjumpa
orang dia menyambut dengan wajah ceria dan bila berjanji
ditepati.” (HR. Ad-Dailami)
Krajewski seorang pakar supervisi klinis menemukan
bahwa supervisor yang sedikit bicara, lebih banyak memberi
pujian, dan menggunakan gagasan guru, lebih berhasil
daripada guru yang tidak dilatih menggunakan perilaku
supervisi yang non direktif. Karena supervisi non direktif ini
objeknya adalah guru professional maka biasanya kaya ide,
dan dengan sentuhan yang sedikit mereka sudah paham apa
yang harus dilakukan.18
2) Memberi penguatan
Setelah mengetahui berbagai keluhan yang dialami
guru maka perilaku supervisor selanjutnya adalah memberi
penguatan. Penguatan ini bisa berupa pujian, atau motivasi.
Motivasi yang positif akan mendorong manusia untuk

18 Herabuddin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : CV. Pusaka


Setia (2009) h. 37
berbuat positif atau kebaikan juga. Sehingga dari penguatan
yang berupa motivasi positif ini diharapkan mampu
menghilangkan keburukan. Motivasi positif ini seirama
dengan firman Allah swt yang berbunyi: “ Sesungguhnya
kebaikan itu akan melenyapkan keburukan”
3) Menjelaskan
Penjelasan supervisor kepada gurupun hendaknya
disesuaikan dengan kapasitas kemampuan guru. Meskipun
supervisi non direktif ini diberlakukan kepada guru yang
professional, supervisor harus tetap memberikan penjelasan
sesuai dengan tingkat pemahaman guru. Dalam hal ini
Rasulullah saw bersabda “ Kamu sekali-kali janganlah memberi
penjelasan kepada suatu kaum, penjelasan yang tidak bisa dijangkau
oleh akal mereka, kecuali ia akan menjadi fitnah bagi sebagian
diantara mereka”.
4) Menyajikan
Menyajikan disini bisa dimaknai dengan supervisor
menyajikan solusi baik berupa petunjuk praktis atau teori.
Dengan petunjuk praktis ini memudahkan guru untuk
memahami ilmu yang diberikan oleh supervisor. Model
penjelasan dengan petunjuk praktis ini bila kita merujuk pada
metode pengajaran Rasulullah adalah nampak ketika
Rasulullah mengajarkan Sholat kepada kaumnya.
5) Memecahkan masalah
Perilaku berikutnya adalah supervisor membantu
memecahkan masalah yang dihadapi guru. Pemecahan
masalah ini dalam rangka mengubah kondisi-kondisi yang
tidak tepat menjadi tepat. Karena karakteristik supervisi non
direktif ini bersifat dialog, maka dalam proses pemecahan
masalah ini supervisor hendaknya dialog atau
bermusyawarah dengan guru untuk mencari solusi bersama.
Allah swt berfirman: “… Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu Telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya”.19

3. Pendekatan Kolaboratif.
a. Pengertian Pendekatan Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif ini lahir dari psikologi kognitif, yang
beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan
individu dan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh dalam
pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan
kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara
pendekatan direktif dan non-direktif. Pada pendekatan ini
Supervisor dan guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan
struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses
percakapan terhadap masalah yang dihadapi, pendekatan
kolaboratif ini mengunakan kumunikasi dua arah, dari atas ke
bawah dan dari bawah ke atas. Pendekatan ini dilebih tepat
digunakan terhadap guru tukang kritik atau terlalu sibuk. Tugas
supervisor adalah meminta penjelasan kepada guru apabila ada hal-
hal yang diungkapkannya kurang dipahami, kemudian mendorong
guru untuk mengaktualisasikannya inisiatif yang dipikirkannya
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya atau meningkatkan
pengajarannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada
pendekatan kolaboratif ini, yang menjadi central adalah supervisor
dan guru. Keduanya saling mengisi untuk menentukan
perbaikan dan pengembangan kemampuan dan kreativitas guru.20
Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah cara
pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non–
direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik
supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk
menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan
proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru.
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi
kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil panduan antara

19Ali Imran, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, jakarta: PT


Bumi Aksara (2012) h. 25

20Ali Imran, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, jakarta: PT


Bumi Aksara (2012) h. 27
kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya nanti
berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan
demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah.
Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor
adalah sebagai berikut:
(1). Menyajikan
(2). Menjelaskan
(3). Mendengarkan
(4). Memecahkan masalah
(5). Negosiasi

Ketiga macam pendekatan sudah dikemukakan, yaitu


pendekatan langsung (direktif), pendekatan tidak langsung (non-
direktif), dan pendekatan kolaboratif. Sudah tentu pendekatan itu
diterapkan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian supervisi
sebagai berikut:
1) Percakapan awal (pre –conference)
Supervisor bertemu dengan guru atau sebaliknya. Mereka
membicarakan masalah yang dihadapi guru
2) Observasi
Dalam observasi digunakan alat pencatatan data. Dalam
percakapan awal supervisor berjanji akan mengobservasi kelas
atau sebaliknya guru mengundang supervisi untuk
mengadakan observasi di kelas.
3) Analisis / interpretasi
Dalam observasi digunakan alat pencatatan data. Data
dianalisis dan ditafsir.
4) Percakapan akhir (past conference)
Setelah data dianalisis lalu dibahas bersama dalam suatu
percakapan.
5) Analisis akhir
Hasil percakapan yang dibahas bersama untuk ditindaklanjuti.
6) Diskusi
Tahap akhir diadakan diskusi.

Dalam proses pemberian supervisi, ingatlah pendekatan,


perilaku supervisor dan teknik pemberian supervisi yang
dikemukakan dapat diterapkan.
b. Analisis Supervisi dengan Pendekatan Kolaboratif berdasarkan
Sikap dan Peranan Supervisor dalam Proses Supervisi.
Pendekatan kolaboratif ini diaplikasikan pada guru yang
termasuk kategori guru energik dan guru konseptor dalam proses
supervisi.
Guru yang terlalu sibuk/energik , guru ini mempunyai
tanggung jawab dan komitmen yang tinggi , tetapi tingkat
abstraksinya rendah . Guru ini energik punya kemauan keras, dan
antusias dalam bekerja. Cita-citanya tinggi, ingin berprestasi melalui
kerja keras dalam membina para siswa belajar, bermaksud
melakukan inovasi dalam pembelajaran agar lulusannya
meningkat. Para siswa sering diberi tugas rumah yang banyak
dengan harapan prestasi mereka meningkat. Tetapi kemauan besar
dan niat baik itu terganjal oleh kemampuan umum guru ini yang
kurang bagus, yang mengakibatkan jarang sekali ia dapat
mewujudkan niat baiknya. Terlalu banyak yang ingin digapai tidak
sesuai dengan kemampuannya yang rendah , membuat banyak
pekerjaannya terbengkelai.21
Kolaborasi adalah kerja sama antara guru dan supervisor .
pendekatan ini berasal dari psikologi kognitif. Kerja sama dilakukan
dalam banyak hal untuk memajukan kedua guru ini.
Dalam pendekatan kolaboratif ini dapat dilakukan metode
berdasarkan kontrak, yaitu suatu strategi yang dibuat oleh
supervisor untuk memberi semacam paksaan kepada kedua guru
ini sebagai suatu ikatan . Kontrak yang ditandatangani atau hanya
kesepakatan lisan ini secara psikologis akan memberi pengaruh
kepada itikad guru untuk mengisi dan menyelesaikan kontrak itu .
Bagi guru energik diharapkan akan dapat memenuhi kemauan
keras dan cita-cita yang tinggi bisa diwujudkan sesuai dengan
kontrak yang telah disepakati . Demikian pula dengan guru
konseptor, diharapkan tidak hanya mampu membuat konsep saja
melainkan juga mampu mewujudkan konsep itu dalam praktek
sehari-hari.22

21 Muhaimin,Paradigma Pendidikan Islam, bandung: PT Remaja Rosda Karya


(2012) h.11
22 Ali Imran, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan , Jakarta: PT

Bumi Aksara (2012) h. 27


B. Teknik Supervisi Akademik
C. Teknik Supervisi Akademik

Teknik supervisi adalah cara spesifik yang digunakan oleh


supervisor untuk mencapai tujuan supervisi yang pada akhirnya
dapat melakukan perbaikan proses pembelajaran yang sesuai dengan
situasi dan kondisi. Menurut Gwyn seperti dikutip dalam
Kementerian Pendidikan Nasional, 2010:23, ada dua macam teknik
supervisi akademik, yaitu: individual dan kelompok.23

1. Teknik supervisi individual

Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi


yang dilakukan terhadap guru secara perorangan. Supervisor
berhadapan dengan seorang guru untuk mengetahui kualitas proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut. Teknik supervisi
individual ini dapat dilakukan dengan lima cara, yaitu kunjungan
kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antar kelas,
dan menilai diri sendiri.24

1) Kunjungan kelas

Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala


sekolah sebagai supervisor untuk mengamati proses
pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru
mengatasi kesulitan dan masalah di dalam kelas.

Kunjungan kelas dapat dilaksanakan:

• dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada


guru yang hendak disupervisi, tergantung sifat tujuan dan
masalahnya,

23 Herabuddin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : CV. Pusaka


Setia (2009) h. 46
24 Piet A Sahertian, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ; Dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta (2000) h. 98


• atas permintaan guru yang akan disupervisi,
• bila instrumen atau catatan-catatan sudah disiapkan, dan
• setelah menentukan tujuan kunjungan kelas.

2) Observasi kelas

Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran


secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data
objektif aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan
guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Supervisor
dalam observasi kelas sudah siap dengan instrumen observasi,
menguasai masalah dan tujuan supervisi, serta observasi tidak
mengganggu proses pembelajaran.25

3) Pertemuan Individual

Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan,


dialog, dan tukar pikiran antara supervisor guru.

Tujuannya adalah:

• memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru


melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi;
• mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;
• memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri
guru; dan
• menghilangkan atau menghindari segala prasangka.

Terdapat empat jenis pertemuan (percakapan) individual


(Swearingen, 1962) sebagai berikut:

• classroom-conference, yaitu percakapan individual yang


dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-murid sedang
meninggalkan kelas (istirahat);

25Piet A Sahertian, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ; Dalam


Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta (2000) h. 103
• office-conference, yaitu percakapan individual yang
dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di
mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat
digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru;
• casual-conference, yaitu percakapan individual yang bersifat
informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu
dengan guru;
• observational visitation, yaitu percakapan individual yang
dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas
atau observasi kelas.

4) Kunjungan antar kelas

Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke


kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk
berbagi pengalaman dalam pembelajaran.26

Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas:

• harus direncanakan;
• guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi;
• tentukan guru-guru yang akan mengunjungi;
• sediakan segala fasilitas yang diperlukan;
• supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan
pengamatan yang cermat;
• adakah tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai,
misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan
pemberian tugas-tugas tertentu; g. segera aplikasikan ke
sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan
menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi;
• adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan
antar kelas berikutnya.

26Piet A Sahertian, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ; Dalam


Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta (2000) h. 106
5) Menilai diri sendiri

Menilai diri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri


sendiri secara objektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran
diri sendiri.27

Cara-cara menilai diri sendiri diuraikan sebagai berikut.

• Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan


kepada peserta didik untuk menilai pekerjaan atau suatu
aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik
secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu
menyebut nama.

• Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.


• Mencatat aktivitas peserta didik dalam suatu catatan, baik
mereka bekerja secara individu maupun secara kelompok.

Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program


supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga,
sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau
kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan
menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan
supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi,
ada tiga belas teknik supervisi kelompok yaitu: kepanitiaan-kepanitiaan,
kerja kelompok, laboratorium dan kurikulum, membaca terpimpin,
demonstrasi pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi, diskusi panel,
perpustakaan, organisasi profesional, buletin supervisi, pertemuan guru,
lokakarya atau konferensi kelompok.28

Untuk menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat,


seorang kepala sekolah harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan
yang akan dibina dan karakteristik setiap teknik di atas serta sifat atau

27Piet A Sahertian, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ; Dalam


Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta (2000) h. 111
28Ali Imran, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, jakarta: PT

Bumi Aksara (2012) h. 55


kepribadian guru, sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai
dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan
dengan kepribadian guru, Lucio dan McNeil seperti dikutip dalam
Kementerian Pendidikan Nasional, 2007:43 menyarankan agar kepala
sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan
guru, minat guru, bakat guru, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat
somatik guru/aktivitas fisik (Kemdiknas, 2007).

KESIMPULAN
Dari penjelasan panjang lebar di atas, maka dapat disimpulkan
beberapa hal :
1. Supervisi pendidikan adalah supervisi pendidikan adalah bantuan yang
diberikan kepada personel pendidikan untuk mengembangkan proses
pendidikan yang lebih baik. Personel pedidikan dimaksud meliputi; kepala
sekolah, guru dan petugas sekolah lainnya termasuk staf administrasi. Dalam
menjalankan tugasnya personel sekolah sering menghadapi masalah-
masalah pendidikan, oleh karena itu pengawas sekolah perlu melakukan
bimbingan dan pengarahan dalam bidang administratif maupun akademik
khususnya perbaikan pada aspek pengelolaan pengajaran yang dilakukan
guru;
2. Beberapa pendekatan yang telah dikemukakan dalam isi makalah diatas
dapat menjadi pilihan bagi supervisor dalam melakukan supervisi sesuai
dengan kondisi dan keadaan guru yang bersangkutan, antara lain yang
dikemukakan oleh Wahyudi antara lain adalah pendekatan kolegial,
pendekatan klinis, pendekatan individual atau pendekatan artistik.
3. Untuk menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat, seorang
kepala sekolah harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan
dibina dan karakteristik setiap teknik di atas serta sifat atau kepribadian
guru, sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang
sedang dibina melalui supervisi akademik.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Adminitrasi Pendidikan, PT Rineka Cipta: Jakarta 2005,


cetakan ke-3
GBHN Tap MPR No. IV/ MPR/ 1999, Bagian Pendidikan, Jakarta :
Sinar Grafika, 2002
Herabuddin. 2009, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung :
CV. Pusaka Setia
Imran, Ali. 2012, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan
Pendidikan, jakarta: PT Bumi Aksara
Muhaimin. 2012,Paradigma Pendidikan Islam, bandung: PT Remaja
Rosda Karya
Muslim, Sri Banun. 2010, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas
Profesionalisme Guru, Jakarta : CV Alfabeta, IKAPI
Suhardan, Dadang. 2006, Supevisi Bantuan Profesional, Bandung : Mutiara
Ilmu
Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan,
Depag RI, Jakarta, 2003
Sahertian, Piet A. 2000, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ;
Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Wahyudi. 2012, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi
Pembelajar (Learning Organization), Bandung: CV. Alfabeta
http://farkhanbanget.weebly.com/6/post/2014/03/pendekatan-
supervisi-pendidikan.html
http://perahujagad.blogspot.com/2014/10/tujuan-prinsip-model-
pendekatan-dan.html

Anda mungkin juga menyukai