Anda di halaman 1dari 23

MODEL-MODEL SUPERVISI PENDIDIKAN

Mata Kuliah : Supervisi Pendidikan

Semester : II (Dua)

Dosen Pengampu : Dr. Riswanti Rini, M.Si.

Disusun Oleh:

Muhammad Alvin Mauludy (2323012005)


Ikhman AlHakki (2323012012)
Berti Restiani (2323012016)
Jusniar (2323012017)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala


yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, makalah ini berjudul
“Model-Model Supervisi Pendidikan” sebagai salah satu syarat tugas
mata kuliah Supervisi Pendidikan.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang memberikan dukungan moril,
maupun spiritual kepada :
1. Dr. Riswanti Rini, M.Si.
2. Rekan-rekan mahasiswa Administrasi Pendidikan 2023.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak
sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan mendidik
untuk perbaikan selanjutnya, walaupun demikian, kami tetap berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Bandar Lampung, Februari 2024

Kelompok 1
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bidang yang sangat vital dan berperan dalam kemajuan dan
perkembangan manusia pada khusunya dan bangsa pada umumnya. Kemajuan dalam
bidang pendidikan akan menentukan kualitas sumber daya manusia dan
perkembangan bangsa ke arah lebih baik dan maju. Peningkatan kualitas pendidikan
tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang panjang dan keterlibatan berbagai
komponen dan elemen. Semua komponen dan elemen harus mendapatkan pembinaan
dan pengembangan yang berkelanjutan agar dapat membantu memperbaiki proses
pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan. Guru memiliki peran yang sangat
besar dalam meningkatkan mutu pendidikan. Apabila ada guru yang kurang
profesional, maka sangat dibutuhkan bimbingan dan arahan dari orang lain atau
supervisor dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi untuk mencapai
tujuan pendidikan. Sehingga peran guru yang sangat besar dalam meningkatkan mutu
pendidikan akan dapat tercapai jika semua permasalahan yang dihadapi oleh para
guru dapat dipecahkan dengan baik.
Peningkatan sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai
tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk peningkatan sumber daya manusia
adalah pendidikan, sehingga kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Salah
satu elemen pendidikan yang mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan
agung pendidikan tersebut ialah supervisi. Aktivitas supervisi sekolah penting dalam
peningkatan kualitas guru pada khususnya dan peningkatan mutu pendidikan pada
umumnya. Terdapat banyak model yang bisa dijadikan acuan untuk melakukan
supervisi pendidikan. Model itu tentunya memiliki peran masing-masing dalam
peningkatan mutu pendidikan. Guru harus memiliki metode dan model dalam
pelaksanaan supervisi Pendidikan. Pelaksanaan supervisi pendidikan dilakukan
dalam bentuk “inspeksi” yang cenderung “mencari kesalahan” guru dalam
melaksanakan tugas mengajarnya, maka dalam pandangan modern dewasa ini,
supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi
pendidikan sebagai bantuan bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajar untuk
membantu peserta didik agar lebih baik dalam belajar. Mengacu pada pemikiran di
atas, maka dalam makalah akan dibahas beberapa model-model supervisi pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa saja model-model supervisi pendidikan?
2. Bagaimana model-model supervisi Pendidikan yang diterapkan?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini kami susun dengan tujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan model supervisi Pendidikan.

D. Manfaat Penulisan Makalah


Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna untuk mengetahui kajian
sekolah penggerak . Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai referensi pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya dalam kajian model supervisi pendidikan
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang kajian model supervisi
pendidikan dalam kurun waktu.
II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi Pendidikan

Supervisi berasal dari dua kata, yaitu “super”dan “vision”, super dapat
diartikan kelebihan, orang yang memiliki kelebihan. Sedangkan vision diartikan
sebagai pandangan jauh kedepan. Jadi, supervisi secara harfiah dapat diartikan
sebagai kelebihan yang dimiliki orang untuk melihat jauh ke depan. Orang yang
melakukan supervisi disebut dengan supervisor atau diartikan dengan orang yang
memiliki pandangan jauh ke depan, sedangkan orang yang dikenai supervisi disebut
dengan supervise atau orang yang dikenai pengawasan yang dilakukan oleh
supervisor. Adapun kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pengawas disebut
dengan kegiatan supervisi. Jadi, supervisi adalah kegiatan pengawasan yang
dilakukan oleh orang yang memiliki kelebihan atau kemampuan, sehingga kinerja
ornag yang diawasi menjadi lebih baik.
Engkoswara menyatakan, secara morfologis, “supervisi” terdiri dari dua kata
yaitu “super” yang berarti lebih dan “visi” yang berarti lihat, pandang, tilik,
atau awasi. Dari dua kata tersebut (super dan visi), dapat dimaknai beberapa
substansi supervisi sebagai berikut:
1. Kegiatan dari pihak atasan yang berupa melihat, menilik, dan menilai serta
mengawasi dari atas terhadap perwujudan kegiatan atau hasil kerja bawahan.
2. Suatu upaya yang dilakukan oleh orang dewasa yang memiliki
pandangan yang lebih tinggi berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap
untuk membantu mereka yang membutuhkan pembinaan.
3. Suatu kegiatan untuk mentrasformasikan berbagai pandangan inovatif
agar dapat diterjemahkan dalam bentuk kegiatan yang terukur.
4. Suatu bimbingan profesional yang dilakukan oleh pengawas agar guru-guru
dapat menunjukkan kerja profesional.
Berdasarkan hal tersebut, maka supervisi dapat berarti pengawasan yang dilakukan
oleh orang yang ahli/profesional dalam bidangnya sehingga dapat memberikan
perbaikan dan peningkatan/pembinaan agar pembelajaran dapat dilakukan
dengan baik dan berkualitas. Mengacu pada pernyataan tersebut, maka supervisor
harus seorang profesional yang kinerjanya dipandu oleh pengalaman, kualifikasi dan
kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat profesional. Dalam organisasi
pendidikan, kegiatan supervisi dinamakan dengan “supervisi pendidikan”.
Kegiatan supervisi selalu dilakukan di setiap lembaga atau institusi agar dapat
menciptakan kondisi kerja dan membentuk perilaku anggota organisasi sesuai
dengan norma dan budaya organisasi bagi tujuan organisasi. Mengenai arti dari
supervisi pendidikan, para ahli memiliki definisi yang cukup beragam, di antaranya
sebagai berikut:
1. P. Adams dan Frank G. Dickey, menurutnya supervisi pendidikan adalah
program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran.
2. Harris Chester, supervisi pendidikan adalah usaha dari petugas-petugas
sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam
memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan
jabatan, dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan,
bahan-bahan pengajaran dan evaluasi pengajaran.
3. Bordman, Charles, Harl R. Doglas, Rudyard K. Bent, supervisi pendidikan adalah
suatu usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secara kontinu
pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun kolektif agar
lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.
Dengan demikian mereka dapat menstimulir dan membimbing pertumbuhan
murid secara kontinu serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam
masyarakat demokrasi modern
4. Mc. Nerry, supervis pendidikan adalah prosedur memberi arah serta mengadakan
penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.
5. H. Burton & Leo J. Bruckner, supervisi pendidika adalah teknik pelayanan yang
tujuannya utamanya adalah mempelajari serta memperbaiki secara bersama-sama
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat dibedakan antara konsep supervisi sebelum
munculnya supervisi pendidikan, yakni konsep supervisi tradisional atau yang
terkenal dengan istilah inspeksi. Walaupun secara substansi sama-sama
melakukan pengawasan, namun inspeksi cenderung mencari-cari kesalahan yang
menjurus pada memata-matai untuk menemukan kesalahan. Konsep seperti ini justru
membuat guru menjadi takut dan bekerja di bawah intervensi dari pengawas.
Supervisi walaupun mengandung arti atau sering diterjemahkan sebagai pengawasan,
namun ia mempunyai arti khusus yaitu “membantu”dan turut serta dalam
usaha-usaha perbaikan dan meningkatkan mutu. Hal ini sebagaiamana
ditegaskan Syaiful Sagala mengutip pernyataannya Kimbal Wiles, bahwa
supervisi adalah usaha memperbaiki situasi-situasi belajar mengajar,
menumbuhkan kreatifitas guru, memberi dukungan dan mengikutsertakan guru
dalam kegiatan sekolah, sehingga menumbuhkan rasa memiliki bagi guru.
B. Model-Model Supervisi Pendidikan
Model Supervisi adalah tampilan yang ditunjukkan dengan bentuk yang diinginkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pendidikan
diperlukan model pengawasan atau supervisi. Dalam pelaksanaan supervisi ada
beberapa model yang dapat diketahui, diantaranya adalah:
1. Model Supervisi Konvensional (Tradisional)
Model supervisi konvensional biasanya model yang dilaksanakan secara otoriter dan
feodal. Model pengawasan seperti ini pada zamannya memang sering dilakukan
dengan tujuan menakut-nakuti guru, kepala sekolah. Supervisor berkunjung ke
sekolah hanya mencari kesalahan guru bukan melaksanakan bimbingan dan arahan.
Supervisor sulit untuk mencari nilai positif guru, hanya mencari nilai negatif yang
ada. Sulit untuk memberikan bimbingan dan arahan agar guru dapat memperbaiki
kesalahan dalam pembelajaran.

(Sahertian, 2000) menjelaskan bahwa supervisi konvensional adalah gagasan


pengawas memiliki kewenangan untuk memutuskan masa depan kepala sekolah dan
instruktur merupakan komponen kunci dari paradigma pengawasan supervisi
konvensional. Administrator, guru, dan karyawan akan membuat kesalahan selama
tugas pengawasan mereka, dan pengawas tradisional bahkan akan terus
mengawasi mereka. Model supervisi ini mengasumsikan bahwa supervisor akan
selalu menemukan sesuatu yang tidak beres pada orang yang disupervisinya.
Akibatnya, ketika melakukan pekerjaannya, mereka akan selalu menolak setiap
ide yang dibuat oleh orang yang mereka awasi, meskipun proposal tersebut masuk
akal. Lebih lanjut Mufidah (2009) menjelaskan bahwa model ini tidak lebih dari
cerminan keadaan dalam suatu peradaban tertentu. Perilaku pemimpin yang otokratis
dan korektif akan dipengaruhi oleh struktur kekuasaan yang otoriter dan feodal.
Pemimpin cenderung mengkritik. Melakukan pemeriksaan untuk mencari dan
menemukan kesalahan merupakan kegiatan pengawasan. Kadang-kadang
memata-matai Snooper vision adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
tindakan seperti itu (memata-matai). Ini juga dikenal sebagai pengawasan
pemasyarakatan. Kebiasaan menunjukkan kesalahan dan membatasi wewenang
dari bawahan ini masih ada sampai sekarang. Pengawas mengunjungi sekolah dan
menanyakan tentang unit saat ini. Ini tidak benar dan harus dilakukan dengan
cara ini. Prosedur pengawasan semacam ini adalah norma saat memberikan
pengawasan. Ini tidak menghalangi guru untuk menampilkan kesalahan.
Persoalannya adalah bagaimana menyampaikan apa yang dimaksudkan dengan cara
tersebut (Sahertian, 2000).

Supervisi konvensional lebih menekankan pada pencarian kesalahan dibanding


mengembangkan dan meningkatkan kelebihan dari yang disupervisi, hal ini tentunya
akan berakibat pada kondusifitas kerja yang buruk, yang disupervisi akan merasa
tertekan sehingga ide-ide dan gagasan kreatif tidak muncul.

2. Model Supervisi Klinis

Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi


klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mancari sebab-sebab
atau kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan kemudian
secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau
kekurangan tersebut. Klinis memiliki arti bersangkutan atau berdasarkan
pengamatan klinik. Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran.
Dikatakan supervise klinik karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan
kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses belajar
mengajar dan langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan
atau kekurangan dalam pembelajaran. Perbaikan yang dilakukan harus secara
konsisten dan berkelanjutan.
Supervisi klinis, di sisi lain, bertujuan untuk meningkatkan pengajaran dan
profesionalisme guru dengan meningkatkan kinerja guru di kelas secara rasional dan
praktis. Analisis data kegiatan kelas digunakan untuk menginformasikan desain serta
pelaksanaannya. Landasan program, metode, dan taktikuntuk pembinaan perilaku dan
mendidik instruktur dalam pengembangan pembelajaran siswa adalah data dan
hubungan antara guru pengawas. Menurut Kimbal Wiles menegaskan jika
supervisi berusaha untuk memperbaiki kondisi atau situasi belajar mengajar,
menumbuhkan kreatifitas guru, memberi dukungan dan mengikutsertakan guru dalam
kegiatan sekolah. Supervisi klinis merupakan teknologi perbaikan pengajaran,
tujuan yang dicapaidan memadukan kebutuhan sekolah dan pertumbuhan
personal (Snyder & Anderson). Secara umum dapat disimpulkan jika supervisi
klinis adalah perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens berlanjut dan
matang antarasupervisor dan guru searah dengan perbaikan praktek profesional guru
yang dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara berkelanjutan dan konsisten.
Konsep dasar supervisi klinis adalah kolegial, kolaboratif, memiliki
keterampilan layanan dan prilaku etis (Mahateru, 1982). Supervisi klinis, yang
didasarkan pada pengamatan dan analisis data yang ketat dan tidak memihak,
adalah teknik pendampingan guru yang berusaha untuk mendukung
pengembangan profesional mereka, khususnya dalam kinerja kelas. Menurut
Acheson dan Gall, sulit untuk mengungkapkan etos pengawasan klinis ke dalam
kata-kata. Supervisi klinis adalah pendekatan kolaboratif yang
mempertimbangkan berbagai filosofi pengajaran guru. Supervisor dan instruktur
berkolaborasi untuk mencapai tujuan melalui berbagi ide, perasaan, dan tindakan
untuk pengembangan keprofesian gurudari pre-service atau in-service agar proses
supervisi klinis menjadi efektif. (Acheson, K.A. dan Gall, 1987). Pada dasarnya,
supervisi klinis adalah merupakan pembinaan performansi guru dalam mengelola
proses pembelajaran, dimana pelaksanaannya didesain dengan praktis dan
rasional. Desain maupun pelaksanaannya dilakukan atas dasar analisis data
mengenai kegiatankegiatan di kelas. Data dan hubungan antara guru dengan
supervisor merupakan dasar program prosedur dan strategi pembinaan prilaku
mengajar guru dalam mengembangkan belajar peserta didik. Karakteristik Supervisi
Klinik Supervisi klinik mempunyai ciri-ciri khusus. Ciri-ciri yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1.Waktu untuk melaksanakan supervisi atas dasar kesepakatan. Sebab apa yang
dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran perlu dibahas dulu dalam pertemuan
awal. Ini berarti supervisor tidak dapat dating begitu saja melakukan supervisi
terhadap guru yang sedang mengajar dalam kelas.

2.Supervisi ini bersifat individual, artinya seorang guru disupervisi oleh seorang
supervisor.
3.Guru yang disupervisi dengan teknik supervisi klinis ini adalah guru yang
kondisi atau kemampuannya sangat rendah.
4.Ada pertemuan awal karena guru yang akan disupervisi memiliki banyak
masalah atau banyak kelemahan dan sangat mungkin ada beberapa kelemahan
yang bersifat kronis, maka untuk memperbaiki tidak dapat dilakukan sekaligus
semua. Kasus-kasus yang diperbaiki harus satu per satu, masing-masing dengan cara
tertentu. Dengan demikian pertemuan awal mutlak dibutuhkan.
5.Dibutuhkan kerja sama yang harmonis antara guru yang disupervisi dengan
supervisor. Kerja sama ini dibutuhkan agar guru dapat dan mau mengeksplorasi diri,
menceritakan secara terbuka tenang keadaan dirinya. Eksplorasi ini dilakukan
baik pada pertemuan awal maupun pada pertemuan balikan.
6.Hal-hal yang disupervisi adalah sesuatu yang spesifik, yang khas, dari sejumlah
kelemahan yang dimiliki. Kelemahan-kelemahan itu disusun berdasarkan
ranking-nya, kemudian diadakan prioritas. Kasus-kasus kelemahan itu kemudian
diperbaiki lewat supervisi satu per satu.
7.Untuk memperbaiki kelemahan dibutuhkan hipotesis. Hipotesis ini dibuat
sebelum proses supervisi berlangsung. Hipotesis dibuat bersama antara guru dengan
supervisor pada pertemuan awal.
8.Lama proses supervisi minimal dalam satu kali pertemuan guru mengajar dalam
kelas. Kalau lebih dari satu pertemuan dikhawatirkan guru menjadi payah,
sehingga mengganggu konsentrasinya mengajar, yang berarti supervisor akan
mendapatkan data yang kurang tepat dalam proses supervisi itu.
9.Proses supervisi adalah seorang guru mengajar diobseravsi oleh seorang supervisor,
tentang salah satu kasus kelemahan guru bersangkutan, yang sudah disepakati
sebelumnya.
10.Dalam proses supervisi, supervisor tidak boleh mengintervensi guru yang sedang
mengajar. Tugas guru mengajar dan mendidik dengan sebaik mungkin.
Sementara itu tugas supervisor adalah mengobservasi secara mendalam tentang
perilaku guru yang bertalian dengan kasus yang sedang diperbaiki.
11. Ada pertemuan balikan. Sesudah supervisi selesai dilaksanakan maka diadakan
pertemuan balikan untuk menilai, membahas, dan mendiskusi hasil supervisi
tadi. Guru diharapkan aktif mengevaluasi diri dan merefleksi apa yang telah ia
lakukan dalam mengajar. Kemudian guru bersama supervisor bekerja sama
membahas data tentang hasil supervisi itu sampai menemukan kesepakatan bersama.
12. Pada pertemuan balikan supervisor perlu memberikan penguatan kepada
guru tentang hal-hal yang telah berhasil ia perbaiki. Penguatan ini sangat besar
artinya untuk mendorong guru memperbaiki diri secara berkelanjutan.
13.Pertemuan balikan diakhiri dengan tindak lanjut bertalian dengan hasil-hasil
supervisi tadi. Tindak lanjut ini bisa berupa upaya menyempurnakan kasus lemah
yang baru saja diperbaiki agar benar-benar baik dan bisa juga berupa penanganan
kasus kelemahan yang lain, apabila kasus yang diperbaiki tadi sudah dapat
diterima atau sudah memadai.
14.Karena supervisi klinis ini sifatnya sangat mendalam maka pada pertemuan
balikan ini diperbolehkan dihadiri oleh guru-guru lain yang berminat untuk
meningkatkan pengetahuan mereka (Made Pidarta, 1992).

Kelebihan dan Kekurangan Supervisi Klinis Kelebihan supervisi klinis sebagai


berikut:
A. Dapat dipakai memperbaiki guru-guru yang sangat lemah kinerjanya
B. Perbaikan yang dilakukan sangat intensif, sebab masing-masing kelemahan
ditangani satu persatu sampai semua kelemahan menjadi berkurang atau hilang
C. Proses memperbaiki kelemahan dilakukan mendalam
Kekurangan supervisi klinis sebagai berikut:
A. Biaya yang cukup mahal untuk menunjang sarana supervisi klinis
B. Membutuhkan waktu yang cukup lama karena kelemahan diperbaiki satu persatu
sehingga menyita waktu dan tenaga sebab dilakukan secara intensif

3. Model Supervisi Ilmiah


Supervisi ilmiah adalah supervisi yang dilaksanakan pengawas atau kepala sekolah
untuk menilai kinerja kepala sekolah atau guru dengan cara memberikan angket
untuk diisi oleh kepala sekolah atau guru, kemudian dicari pemecahannya
dilakukan dengan terencana, kesinambungan, sistematis, menggunakan alat atau
instrumen yang dibutuhkan untuk memperoleh data yang diperlukan secara baik dan
apa adanya (objektif) (Sahertian, 2000). Sahertian dalam Jasmani, dkk, (2013)
membagi ciri-ciri supervisi ilmiah sebagai berikut:
a.Dilaksanakan secara berencana dan kontinu
b.Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu
c.Menggunakan instrumen pengumpulan data
d.Adanya data objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.
Dengan demikian, agar supervisor mendapatkan gambaran yang objektif, supervisi
ilmiah perlu perencanaan yang matang, sistematis dan sesuai dengan prosedur
yang dijalankan, menggunakan instrumen dan alat penilaian dalam pengumpulan
data secara tepat.

Supervisi ilmiah sebagai model dalam supervisi pendidikan dapat digunakan oleh
supervisor untuk menjaring informasi atau data dan menilai kinerja sekolah/madrasah
dan guru dengan menyebarkan angket. Dalam hal ini supervisi ilmiah dipandang
sebagai kegiatan supervisi yang dipengaruhi oleh berkembnagnya manajemen ilmiah
dalam dunia industri. Kekurangan berhasilan guru dalam mengajar harus dilihat dari
segi kejelasan pengaturan pedoman-pedoman kerja yang diususun guru. Oleh karena
itu kegiatan menagajar harus dilandasi penelitian, agar dapat dilakukan perbaikan
secara tepat. Suhertian mengemukakan bahwa dengan menggunakan merit retting
skala penilaian atau check list lalu para siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan
belajar mengajar guru atau dosen kelas. Hasil penilaian diberikan kepada guru-guru
sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru dan guru yang mengadakan
perbaikan penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian.
Walaupun demikian hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan
untuk melaksanakan seperti yang lebih manusiawi.

4. Model Supervisi Transformasional


Model supervisi transformasional adalah pendekatan dalam kepemimpinan dan
manajemen yang bertujuan untuk mengubah karyawan atau tim dengan cara yang
menginspirasi dan memotivasi mereka untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Model
ini berfokus pada pengembangan hubungan antara pemimpin dan anggota tim dengan
cara yang memperkuat kepercayaan, keberanian, dan motivasi untuk mencapai tujuan
bersama. Ciri khas dari model supervisi transformasional meliputi:
Inspirasi visi: Pemimpin yang menggunakan model ini mampu mengilhami dan
mengkomunikasikan visi yang jelas kepada anggota tim. Mereka mampu
menggambarkan masa depan yang memotivasi dan membangkitkan semangat.
Pemberian contoh: Pemimpin transformasional tidak hanya memerintahkan, tetapi
mereka juga menjadi contoh bagi anggota tim dalam cara berperilaku, etika kerja, dan
dedikasi.
Stimulasi intelektual: Model ini mendorong kreativitas dan inovasi dengan
mendorong anggota tim untuk berpikir secara kritis dan menantang status quo.
Pemberdayaan: Pemimpin transformasional memberdayakan anggota tim dengan
memberikan otonomi, dukungan, dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
tujuan mereka. Mereka mempercayai anggota tim untuk mengambil inisiatif dan
bertanggung jawab atas tugas mereka.
Kepedulian individual: Pemimpin yang menggunakan model supervisi
transformasional peduli pada kebutuhan dan perkembangan individual anggota tim.
Mereka berupaya untuk memahami dan memenuhi kebutuhan anggota tim, serta
membantu mereka mencapai potensi penuh mereka.
Model supervisi transformasional biasanya dianggap sebagai pendekatan yang efektif
dalam menciptakan lingkungan kerja yang dinamis, inovatif, dan produktif. Ini dapat
membantu meningkatkan motivasi, kinerja, dan kepuasan kerja anggota tim, serta
menciptakan hubungan yang kuat antara pemimpin dan anggota tim.

5. Model Supervisi Artistik


Sejak tahun 1982, model supervisi artistik muncul sebagai tanggapan dari
ketidakpuasan kepada supervisi pengajaran dengan pendekatan ilmiah yang
dipengaruhi oleh aliran scientificmanagement. Salah satu jenis supervisi modern
yang akhir-akhir ini menjadi kajian tambahan adalah supervisi artistik.
Paradigma supervisi kreatif didasarkan pada keahlian, pengetahuan, kepekaan,
persepsi, dan pemahaman supervisor (Kapusuzoglu, S., & Dilekci, 2017).
Dalam pendekatan artistik, supervisor membangun hubungan yang kuat dengan
guru yang dimonitor sehingga guru yang disupervisi merasa dipimpin, diterima,
aman, dan termotivasi untuk maju. Sikap yang dibangun dalam supervisi artistik
adalah sikap menerima dan mendengarkan perasaan orang lain, memahami orang lain
dengan persoalan yang diangkat, dan menerima orang lain apa adanya sehingga orang
lain dapat menjadi dirinya sendiri. Menurut Grant, Margot, dan Crawfort,
supervisi harus didasarkan pada metodologi relasional. Hubungan guru akan
meningkat sebagai hasil dari pendekatan relasional (Grant, J., Schofield, Margot J,
and Crawford, 2012). Sergiovanni menyatakan supervisi pengajaran dengan
pendekatan artistik dalam melihat berhasil tidaknya pengajaran, usaha meningkatkan
mutu guru banyak menekankan pada kepekaan, persepsi, dan pengetahuan supervisor
(Sergiovanni, 1991). Menurut pendekatan kreatif, hasil belajar dalam berbagai
konteks tidak dapat digunakan untuk mengukur keefektifan suatu pelajaran.
Karena itu, pendekatan artistik menunjukkan bahwa manajer ikut serta dalam
mengamati, merasakan, dan menikmati bagaimana instruktur melaksanakan instruksi
mereka dengan penuh perhatian, cermat, dan menyeluruh.
Ada delapan ciri yang muncul dari pendekatan artistik untuk supervisi yaitu sebagai
berikut:
1.Pendekatan artistik untuk pengawasan memerlukan pertimbangan sifat
ekspresif peristiwa daripada makna literalnya.
2.Untuk mengawasi secara artistik, seseorang harusmemiliki tingkat pendidikan yang
tinggi dan kemampuan untuk menilai apakah sesuatu itu penting.
3.Pendekatan supervisi yang kreatif menghargai kontribusi khas setiap guru terhadap
pertumbuhan siswa, dimana kontribusi masing-masing guru setara dengan yang lain.
4.Proses kehidupan kelas terungkap melalui pendekatan estetika untuk pengawasan,
dan proses ini diawasi dari waktu ke waktu sehingga peristiwa besar disajikan dalam
pengaturan waktu.
5.Untuk membina komunikasi dan kepercayaan antara pengawas dan mereka yang
mereka awasi, pendekatan artistik untuk pengawasan membutuhkan pengembangan
koneksi.
6.Pendekatan pengawasan yang kreatif mensyaratkan penggunaan bahasa dan
kapasitas untuk menggunakan kemampuannya untuk mempengaruhi ekspresi
publik sejalan dengan apa yang dirasakan.
7.Pendekatan supervisi yang kreatif membutuhkan individu dengan keahlian dan
kapasitas untuk memahami nilai pendidikan untuk menafsirkan pentingnya peristiwa
yang terjadi.
8.Pendekatan artistik untuk supervisi mengakui bahwa supervisor adalah orang-orang
unik dengan bakat unik, kepekaan, dan pengalaman yang menjadikan mereka
"alat" yang berharga untuk membaca dan menafsirkan keadaan pendidikan.

Dengan menggunakan pendekatan artistik, pada dasarnya ada dua cara untuk
memahami ide supervisi pembelajaran. Pendekatan artistik dalam supervisi
pengajaran adalah metode yang disadari akan kepekaan, kesadaran, dan keahlian
pengawas sebagai sarana untuk mengapresiasi peristiwa pembelajaran yang halus
(halus) dan sangat bermakna di kelas, sesuai dengan konsep pembelajaran dengan
pendekatan artistik. Strategi artistik ini bertujuan untuk menggunakan pengawas
sebagai alat observasi untuk mengumpulkan informasi sehingga dapat digunakan
untuk melakukan tindakan pengawasan. Pengawas adalah orang yang mengartikan
pembelajaran berkelanjutan karena dia digunakan sebagai instrumen. Kedua,
dengan mengamati siapa saja yang terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan
pengawasan. Dalam bentuk pemahaman ini, manajer benar-benar mengamati
lingkungan dan keadaan belajar secara utuh dan tidak berubah. Sebagai metode
ilmiah, pengamatan dilakukan tanpa menggunakan jaring instrumen standar yang
telah disiapkan. Pengamatan bermula dari minat pengawas untuk melanjutkan
pendidikan apa adanya, tanpa kepura-puraan (Imron, 2011). Kelebihan dan
Kelemahan Pendekatan Supervisi Artistik Ada keuntungan dan kerugian dari
pendekatan pengawasan artistik ini yang tidak dapat dipisahkan. Ketika
mengamati fenomena pengajaran dalam skenario ini, di mana pengawas
dikaitkan dengan proses belajar dan pembelajaran, dapat dilihat manfaat dari
pendekatan pengawasan artistik itu sendiri. untuk memastikan kualitas pendidik
dalam hal menyajikan konten dan menawarkan pujian atau dorongan untuk
meningkatkan efektivitas pendidik. Akibatnya, supervisor juga harus
memberikan pembinaan secara sering dan terus menerus. Pembinaan yang tidak
dilakukan dengan baik akan menimbulkan kekurangan karena tidak semua
supervisor dapat menggunakan teknik supervisi artistik untuk mengapresiasi
kejadian dengan cara yang benar. Pengawas juga perlu memperhatikan waktu dan
lingkungan saat menggunakan pendekatan pengawasan artistik.
Menurut Gordon yang dikutip oleh Luk-Luk Nur Mufidah dalam bukunya
menyatakan bahwa: Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for
the others), bekerja dengan orang lain (working through the others). Dalam hubungan
bekerja orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama.
Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain
sebagaimana adanya. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk
menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur
kepercayaan. Saling percaya, saling mengerti, saling menghormati, saling mengakui,
saling menerima sebagaimana adanya. Hubungan tampak melalui pengungkapan
bahasa, yaitu supervisi lebih banyak menggunakan bahasa penerimaan ketimbang
bahasa penolakan. Dalam model artistik ini guru merasa dibimbing, dibantu, diterima,
merasa aman dan termotivasi untuk lebih maju. Sikap mau menerima dan
mendengarkan keluhan guru sehingga orang lain merasa senang dan dihargai,
mendukung pendapat guru adalah merupakan sikap dalam model artistik.
Grant, Margot dan Crawfort menyatakan bahwa supervisi harus berdasarkan
pendekatan relasional. Pendekatan relasional akan membuat hubungan yang
baikantara guru. Hal ini jelas jika ingin membangun hubungan baik dengan orang lain
harus memiliki relasi yang baik. Jika hal ini dapat terwujud maka orang akan merasa
senang dan terbuka dalam mengemukakan masalahnya sehingga dapat dikemukakan
pemecahannya. Sebagaimana pendapat Sergiovani dalam Suhertian bahwa ciri model
artistik adalah:
1) memerlukan perhatian, lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara;
2) memerlukan keahlian keahlian khusus untuk memahami apa yang dibutuhkan;
3) mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka
mengembangkan pendidikan bagi generasi muda;
4) menuntut memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas dan
proses itu diobservasi;
5) memerlukan laporan yang menunjukkan dialog antara supervisor dan yang
disupervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah
pihak;
6) memerlukan suatu kemampuan berbahasa dalam cara mengungkapkan apa yang
dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain dapat menangkap dengan
jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu;
7) memerlukan kemampuan untuk menafsir makna dari peristiwa yang diungkapkan;
8) menunjukkan fakta bahwa supervisi bersifat individual dengan kekhasannya,
sensitivitas dan pengalaman merupakan instrument utama yang digunakan dimana
situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yang disupervisi.

Kelebihan dan kekurangan model supervisi artistik.


Kelebihan dari supervisi artistik sendiri ialah terlihat dalam melihat fenomena
pengajaran dalam hal ini supervisor melihat secara teliti, halus, dikaitkan dengan
gejala yang lain. Peristiwa yang sama mungkin memiliki penyebab yang berbeda,
sehingga pembinaan yang di lakukan supervisor bisa berbeda pula sesuai dengan
persepsi supervisor. Dan kelemahan dari pendekatan supervisi artistik ini adalah tidak
semua supervisor mampu mengapresiasikan fenomena secara tepat, mungkin dari
segi waktu juga agak lama.
6. Model Supervisi Kolaboratif
Model supervisi pendidikan kolaboratif adalah pendekatan yang menekankan
kerjasama antara supervisor (biasanya seorang administrator sekolah atau seorang
mentor) dan guru untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran di lingkungan
pendidikan. Dalam model ini, supervisi tidak hanya tentang pengawasan atau
evaluasi, tetapi juga tentang pembelajaran bersama, refleksi, dan pertukaran gagasan.
Ciri khas dari model supervisi pendidikan kolaboratif termasuk:
Kerjasama: Supervisor dan guru bekerja sama sebagai mitra dalam proses supervisi.
Mereka saling mendukung, berbagi informasi, dan berkolaborasi dalam
merencanakan, mengamati, dan memperbaiki praktek pengajaran.
Pembelajaran bersama: Model ini menekankan pada pembelajaran bersama antara
supervisor dan guru. Mereka melakukan refleksi bersama, menganalisis data
pengajaran, dan mengidentifikasi area pengembangan untuk meningkatkan kinerja.
Pertumbuhan profesional: Supervisi pendidikan kolaboratif bertujuan untuk
mendukung pertumbuhan profesional guru. Ini mencakup memberikan umpan balik
yang konstruktif, menawarkan saran, dan menyediakan sumber daya untuk membantu
guru meningkatkan keterampilan mereka dalam mengajar.
Pengembangan keterampilan reflektif: Model ini mendorong guru untuk menjadi
reflektif terhadap praktik pengajaran mereka sendiri. Supervisor membantu guru
dalam mempertimbangkan praktik mereka, mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan, serta merumuskan strategi perbaikan.
Penggunaan data: Supervisi pendidikan kolaboratif sering kali didasarkan pada
penggunaan data pengajaran dan pembelajaran. Supervisor dan guru bekerja sama
untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan data untuk membuat
keputusan yang informasional tentang pengajaran.

Dengan memperkuat hubungan kolaboratif antara supervisor dan guru, model ini
bertujuan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung pertumbuhan
profesional yang berkelanjutan dan meningkatkan kualitas pengajaran serta hasil
belajar siswa

Kelebihan dan Kelemahan Supervisi Kolaboratif.

Dalam pendekatan supervisi kolaboratif ini tidak lepas dari adanya kelebihan dan
kerurangan. Kelebihan dari pendekatan supervisi kolaboratif sendiri ialah:
1. Supervisor dan guru bersama-sama menganalisis masalah-masalah yang sedang
dihadapi guru sehingga memperoleh data yang objektif. Hal ini dapat menanamkan
kerjasama dan toleransi terhadap pendapat orang lain. Pendekatan kolaboratif lebih
mengutamakan terjadinya kerja sama yang harmonis antara supervisor dan guru
dalam mengatasi kesulitan guru melaksanakan pembelajaran. Kondisi ini memberikan
konstribusi yang besar terhadap guru untuk memperbaiki pembelajaran yang
dilakukan (Rifma,2016:108).
2. Supervisi yang diterapkan terasa tenang dan tidak mengandung ketegangan karena
hubungan antara supervisor dan guru bersifat mitra kerja.
3. Memberikan ruang terbuka bagi guru sehingga guru mendapatkan kesempatan
yang luas untuk menyampaikan ide atau masalah-masalah yang muncul dalam proses
pembelajaran serta meningkatkan kemampuan guru untuk menyatakan gagasan.
Sehingga pendekatan supervisi kolaboratif merupakan supervisi yang paling disukai
guru karena guru lebih mudah mengembangkan kompetensi dan motivasinya.
4. Mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional. Dikarenakan guru dan
supervisor sama-sama dituntut menyatakan pendapat untuk menyelesaikan masalah.

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam supervisi pendidikan terdapat model yang dikembangkan oleh para ahli guna
meningkatkan mutu pendidikan. Model adalah sarana untuk mencapai tujuan. Dapat
diartikan bahwa model supervisi pendidikan adalah sarana yang digunakan oleh
supervisor untuk mencapai tujuan pendidikan. Model supervisi pendidikan dapat
diartikan sebagai pola atau ragam yang digunakan oleh seorang supervisor untuk
melakukan kegiatan supervisi di bidang pendidikan. Model-model supervisi
pendidikan antara lain ialah: model konvensional (tradisional), model supervisi
ilmiah, model supervisi klinis, model kolaboratif dan model transformasional, dan
model supervisi artistik.
DAFTAR PUSTAKA

Acheson, K.A. dan Gall, M. D. (1987). Techniques of Indonesia Clinical Supervision


of Teachers.(Second Edi). Longman.

Afrijawidiya, dkk. 2017. Supervisi Pengajaran Dengan Pendekatan Direktif,


NonDirektif, dan Kolaboratif. Jurnal Manajer Pendidikan, Volume 11, Nomor 4.
(Online), (https://media.neliti.com/media/publications/270898-supervisipengajaran-
dengan pendekatan-d-44c0e4eb.pdf). Diakses tanggal 1 September 2019. Akbar, R. F.
2015.

Arikunto, Suharsimi, Prof Dr. 2006. Dasar – Dasar Supervisi. Jakarta : PT.Rineka
Cipta.

Bafadal, I. (n.d.). Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya Dalam Membina


Profesional Guru. Bumi Aksara.

Cogan, M. L. (1973). Clinical Supervision. Hougton Mifflin.


Engkoswara & Aan Komariah, 2010. Administrasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta
hlm. 228.

Fitriani. (2015). Model Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan


Kinerja Guru (Studi Multikasus di Mts Negeri Batu dan Smp Ar-Rohmah Putri
Malang). Tesis UIN Malang: Malang)

Glickman, C. (2002). Leadership for Learning: How to Help Teachers Succeed.


ASCD (Association for Supervision and Curriculum Development).

Goldhammer, R. (1969). Clinical Supervision. Special Methods for the Supervision


of Teaching.(Second Edi). Holt, Rinehart and Winston.

Grant, J., Schofield, Margot J, and Crawford, S. (2012). Managing Difficulties in


Supervision: Supervisors’ Perspectives. Journal of Counseling Psychology, 59 (4),
528 –541.
Grant, J., Schofield, Margot J, and Crawford,Sarah. 2012. Managing Difficulties in
Supervision: Supervisors’ Perspectives. Journal of Counseling Psychology, 59 (4) :
528 –541

Hidayat, Ara & Machali, Imam, PengelolaanPendidikan Konsep, Prinsip, dan


Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, cet. ke-1, Yogyakarta

Ilham, M. W. (2017). Supervisi Pendidikan dalam Perspektif Epistemologi Islam.


Jurnal Pedagogik.Vol. 04. No. 01.
Imron, A. (2011). Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Sinar Grafika
Offset.

Jasmani dan Mustofa, Syaiful. (2013). Supervisi Pendidikan: Terobosan Baru dalam
Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Kaukaba, 2012. Maunah, Binti, Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktik,
Yogyakarta: Teras

Luk- luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009) h. 37-38
Ibid., hal. 37

Maryono, Dr, MM. 2011. Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan.
Jakarta : Ar-Ruzz Media.

Pidarta, Made, 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual, Jakarta: PT. Asdi


Mahasatya,
Piet A. Sahartian,2008. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia,cet. ke-2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta), hlm. 16.

Sagala, Syaiful, 2013. Administrasi Pendidikan Kontemporer, cet. ke-7, Bandung:


Alfabeta

Sahartian, A. Piet, 2008. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, cet. ke-2, Jakarta: PT. Rineka
Cipta

Sahartian, A. Piet & Mataheru, Frans, 1981. Prinsip dan Teknik Supervisi
Pendidikan, Surabaya: Usaha Offset Printing

Sahertian, Piet A.Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2000h 43- 44
Sergiovani & Starratt, 1983. Supervision Human Perspektives, New York: Mc Graw
Hill Book Company
Soetopo, Hendiyat, 2004. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta:
Bina Aksara

Sutisna, 1983. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek


Profesional,Bandung: Angkasa

Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer cet. ke-7 (Bandung: Alfabeta,


2013), hlm. 230.

Uno, Hamzah B. 2011. Profesi Kependidikan Problema Solusi dan Reformasi


Pendidikan di Indonesia. Jakarta : PT Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai