Dosen Pembimbing
Disusun Oleh:
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat
limpah rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Supervisi Pendidikan PAI
yang berjudul “Model Supervisi PAI”.
Dalam kesempatan kali ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun
tidak langsung dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
3.1 Kesimpulan.................................................................................................9
3.2 Saran...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
atau mencari kesalahan. Sedangkan dalam pandangan modern supervisi
sebagai usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar.
Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Supervisi Pendidikan Agama Islam?
1.2.2 Apa Saja Model Supervisi PAI?
Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Supervisi Pendidikan Agama Islam
1.3.2 Untuk Mengetahui Model Supervisi PAI
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dalam pendidikan Islam istilah supervisi yang digunakan adalah al-
musyarafah, yang secara kebahasaan masih seakar dengan kata syaraf yang
selalu berkaitan dengan kedudukan terhormat. Dalam hal ini al-musyarafah
dimaksudkan sebagai pengawasan yang berasal dari kalangan orang-orang
yang memiliki kedudukan terhormat. Kedudukan terhormat dalam Islam,
tidak selamanya berkonotasi pangkat dan jabatan atau atas dasar strata
kehidupan sosial, tetapi lebih didasarkan kepada derajat keimanan dan
keilmuan. Alquran menyatakan bahwa Allah meninggikan derajat orang-
orang beriman dan berilmu pengetehuan diantara umat manusia lainnya. Jadi
seorang supervisor (musyrif) menurut konsep ini, mestilah orang-orang yang
memiliki nilai lebih yang siap menularkan dan menginternalisasikan nilai
lebih tersebut kepada pihak yang disupervisi.
B. Secara Terminologi
Supervisi pendidikan adalah bantuan yang diberikan kepada personal
pendidikan untuk mengembangkan proses pendidikan yang lebih baik dan
upaya meningkatkan mutu pendidikan melalui kegiatan-kegiatan tertentu.
Adapun menurut Purwanto supervisi pendidikan adalah segala bantuan dari
pemimpin sekolah yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-
guru dan personal sekolah lainnya dalam mencapai tujuan Pendidikan.
Senada dengan itu, Ahmad Azhari mengemukakan definisi supervisi
pendidikan adalah suatu proses bimbingan dari pihak yang berkompeten
kepada guru-guru dan kepada personalia sekolah lainnya yang langsung
menangani belajar siswa untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar
siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang lebih
meningkat.
Dalam Carter Good’s Dictionary of Education mendefinisikan supervisi
sebagai segala usaha dari para pejabat sekolah yang diangkat yang diarahkan
kepada penyediaan kepemimpinan bagi para guru dan tenaga kependidikan
lain dalam perbaikan pengajaran, melibat stimulasi pertumbuhan profesional
dan perkembangan dari para guru, seleksi dan revisi tujuan-tujuan
4
pendidikan, bahan pengajaran, dan metode-metode mengajar, serta evaluasi
pengajaran.
Berdasarkan definisi di atas, supervisi pendidikan Islam merupakan
kegiatan supervisi pada umunya yang berkaitan dengan pendidikan Islam.
Kegiatan supervisi pendidikan Islam lebih menekankan pada kegiatan
pemberdayaan (muqawwun) agar seluruh komunitas dan civitas pendidikan
pada suatu lembaga pendidikan menjadi lebih berdaya dalam melaksanakan
tugasnya masing-masing. pemberdayaan yang dilakukan bersifat partisipatif
(musyarakat) dengan melibatkan seluruh komunitas dan civitas pendidikan
melakukan perbaikan dan perubahan ke arah yang diperkirakan menjadi
lebih baik.
Supervisi dalam pendidikan Islam mengandung semangat ukhuwah,
demokratis dan kebersamaan, karena sasaran supervisi bukan hanya para
guru secara individual agar dapat dapat melaksanakan keinerjanya dengan
baik dan benar, tetapi juga dengan semangat ukhuwah bi al-musyarakah,
antara sesama guru pun didorong untuk saling bekerjasama dalam
melakukan berbagai perbaikan dalam proses belajar mengajar.
5
a. Model Konvensional (tradisional)
Model ini tidak lain adalah cerminan dari kondisi masyarakat di
mana penguasa yang otoriter dan feodalistik memberlakukan sikap
autokrat dan korektif terhadap pemimpin mereka. Para pemimpin
cenderung mencari-cari kesalahan. Pengawasan semacam ini melakukan
inspeksi hanya untuk mencari kesalahan dan perbuatan salah. Kadang-
kadang mereka bertindak seperti mata-mata. Sikap pengawasan seperti
ini sering disebut sebagai "Snooper Vision" (mata-mata). Sering
didefinisikan sebagai pengawasan korektif. Tentu saja, sangat mudah
untuk mengoreksi kesalahan seseorang, tetapi bagian yang lebih sulit
adalah "bagaimana melihat sisi positif (kebaikan) dari tindakan
tersebut". Atasan yang melakukan tugasnya hanya dengan tujuan
mencari kesalahan adalah titik awal dari sebuah kegagalan. Mencari-cari
kesalahan dalam sebuah proses pembimbingan sangat bertentangan
dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan.
Akibatnya, subjek supervisi tidak merasa puas dan menunjukkan dua
respon dalam kinerjanya di kemudian hari: 1) Kecerobohan dan 2)
Konfrontasi (agresif). Praktik-praktik supervisi seperti ini merupakan
cara-cara konvensional dalam memberikan supervisi. Bukan berarti
pengawas tidak boleh memeriksa dan kemudian menunjukkan kesalahan
dalam pelaksanaan tugas. Masalahnya adalah bagaimana supervisor
mengkomunikasikan temuan-temuan tersebut kepada subjek supervisi
sehingga mereka menyadari kesalahan dan harus memperbaikinya.
Dengan demikian, mereka akan dengan lapang dada menerima kesalahan
mereka dan bersedia merevisinya. Evaluasi harus dilakukan dengan
taktik pedagogis, dengan kata lain dengan menggunakan kata-kata
penerimaan, bukan penolakan.
b. Model Ilmiah
Supervisi ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Dilakukan
secara terus menerus dan sesuai dengan rencana, 2) Bersifat sistematis
dengan menggunakan prosedur dan teknik tertentu, 3) Menggunakan
6
instrumen pengumpulan data, 4) Adanya data objektif yang dihasilkan
dari kondisi nyata. Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian,
atau daftar periksa, para siswa menilai kinerja guru mereka selama
proses belajar mengajar di kelas. Formulir yang telah diisi kemudian
diberikan kepada guru sebagai tinjauan atas kinerja mengajar mereka
selama satu semester. Data tersebut memberi tahu para guru apa saja
yang perlu direvisi dari kinerja mereka dan pada akhirnya mereka akan
merevisinya. Penggunaan teknik pengumpulan data ini sangat erat
kaitannya dengan penilaian. Namun demikian, pengumpulan data ilmiah
ini tidak menjamin penggunaan cara supervisi yang lebih humanis.
c. Model Supervisi Klinis
Supervisi Klinis berfokus pada pengembangan kinerja mengajar
melalui siklus yang sistematis dalam perencanaan, observasi serta
analisis yang intensif dan menyeluruh mengenai kinerja mengajar yang
nyata, juga bertujuan untuk mewujudkan perubahan yang rasional.
Supervisi Klinis adalah proses membantu guru untuk meminimalkan
kesenjangan antara kinerja mengajar yang sesungguhnya dengan kinerja
mengajar yang ideal. Peran supervisi adalah untuk meningkatkan
kualitas layanan. Struktur manajemen di dalam sekolah sangat besar dan
kompleks, oleh karena itu pengawas disebut sebagai penjamin mutu
pendidikan. Gagasan untuk menerapkan supervisi klinis kepada guru
muncul ketika guru tidak harus disupervisi atas perintah kepala sekolah,
melainkan atas kemauan sendiri, mereka datang kepada pengawas untuk
meminta bantuan atas masalah yang mereka hadapi. Kepala sekolah
sebagai supervisor akademik sudah seharusnya memiliki pengetahuan
dan menguasai pelaksanaan supervisi klinis.
Ciri-ciri supervisi klinis adalah: 1) Bantuan yang diberikan bukan
dalam bentuk instruksi atau perintah. Dengan demikian, tercipta
hubungan manusiawi yang baik yang memberikan rasa aman kepada
guru. 2) Kebutuhan akan supervisi harus muncul dari harapan dan
dorongan dari guru sendiri, berupa kebutuhan akan bantuan. Perilaku
7
belajar yang dimiliki oleh guru merupakan satu kesatuan yang
terintegrasi, sehingga kemampuan mana dan keterampilan khusus mana
yang harus diperbaiki dapat diketahui dengan mudah. 3) Supervisi harus
dilakukan dengan ramah, hangat, dan akrab. Prinsip-prinsip supervisi
klinis adalah: 1) Supervisi klinis harus didasarkan pada inisiatif guru
terlebih dahulu. 2) Menciptakan hubungan antar manusia yang bersifat
interaktif dan memiliki rasa kesetaraan. 3) Ciptakan suasana terbuka
dimana setiap orang bebas mengungkapkan apa yang dialaminya. 4)
Objek kajiannya adalah kebutuhan profesionalisme guru. 5) Penekanan
difokuskan pada elemen-elemen tertentu yang harus diperbaiki.
d. Model Supervisi Artistik
Mengajar adalah sebuah pengetahuan, keterampilan, dan seni.
Sejalan dengan mengajar, supervisi juga merupakan kegiatan pendidikan
sehingga dapat dikategorikan sebagai suatu pengetahuan, keterampilan,
dan seni. Supervisi melibatkan bekerja untuk orang lain, bekerja dengan
orang lain, dan bekerja melalui orang lain. Dalam hubungan kerja
dengan orang lain, hubungan antar manusia merupakan unsur utama.
Hubungan ini dapat tercipta jika ada unsur kepercayaan, saling percaya,
saling memahami, saling menghargai, saling mengakui, dan saling
menerima apa adanya. Supervisor yang mengembangkan model artistik
akan menunjukkan diri mereka dalam hubungannya dengan guru-guru
yang dibimbingnya sedemikian rupa sehingga para guru merasa aman
dan diterima. Ada perasaan aman dan keberanian untuk maju. Sikap-
sikap seperti kesediaan untuk belajar, mendengarkan perasaan orang
lain, memahami orang lain dengan masalah yang mereka hadapi,
menerima orang lain apa adanya, dan pada akhirnya mendorong orang
untuk menjadi diri mereka sendiri, merupakan ciri-ciri dari supervisi
artistik. Supervisi artistik religius-humanistik merupakan model
supervisi yang mengembangkan hubungan baik antara atasan dan
bawahan. Model ini menganggap guru dan staf setara sebagai sesama
8
manusia dan makhluk Tuhan, menghilangkan gap seperti jabatan dan
latar belakang, mewujudkan implementasi nilai-nilai agama yang ada.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa supervisi pendidikan
sangat dibutuhkan dalam lembaga pendidikan Islam. Hakikat supervisi dalam
pendidikan Islam adalah upaya bersama yang dilakukan untuk memperbaiki
kualitas belajar dan pembelajaran dengan prinsip ilmiah dan kerjasama.
Praktik supervisi yang dilakukan dengan baik dan kontiniu, berpengaruh
secara signifikan terhadap perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik.
Meskipun supervisi bukanlah satusatunya faktor yang dapat memperbaiki
pendidikan, akan tetapi kegiatan supervisi salah satu faktor yang telah
berkontribusi memperbaiki pendidikan (paling tidak dari sisi kinerja guru dan
proses pembelajaran). Oleh karena itu, bagi lembaga pendidikan Islam,
seharusnya dilakukan supervisi yang berkesinambungan, demi perkembangan
dan kemajuan pendidikan Islam. Wallahu a’lam bi al-shawab.
3.2 SARAN
Dari penjelasan tersebut di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
pengajaran yang bertujuan untuk membina akhlak, hendaknya guru
menggunakan bahasa yang baik mudah dipahami, jelas, dan tegas,
disampaikan dengan uslub atau tata cara yang baik.
Dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam masalah mutu
harus menjadi perhatian utama semua pihak, agar lembaga pendidikan Islam
dapat eksis dan solid serta hidup berkelanjutan dalam era global
9
Untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam peran supervisi pendidikan
tidak boleh diabaikan. Sebab supervisi merupakan hal yang signifikan dalam
mewujudkan mutu tersebut. Supervisor (pengawas, kepala sekolah/madrasah)
harus mempunyai keseriusan dalam mensupervisi lembaga pendidikan Islam
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Islam.
10
DAFTAR PUSTAKA
Iis Yeti Suhayati, Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Budaya Sekolah dan
Kinerja Mengajar Guru, Pascasarjana UPI Bandung. Jurnal Adminisistrasi
Pendidikan Vol.XVII No.1 Oktober 2013.
iii