Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Tentang

“ PROSES SUPERVISI PENDIDIKAN’ ”

Disusun Oleh :

Kelompok : 11

Anita Sari Dalimunthe : 2014010027

Nelpa Aida : 2014010016

Novia Adilla : 2014010008

Dosen Pembimbing :

Prof. Dr. Ahmad Sabri, M.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI-A)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1442H/2020M
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
taufik serta hidayahNya. Sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul Proses
Supervisi Pendidikan pada Mata Kuliah Supervisi Pendidikan.

Shalawat dan salam semoga selalu senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau hinggga akhir zaman.
Yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam terang benderang bercahayakan
iman, islam, dan ihsan. Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
Dosen Mata Kuliah Supervisi Pendidikan  yang telah mendukung kami hingga
terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan belum sempurna apa yang
kami sampaikan, sehingga apabila ada kekurangan dalam penulisan serta isi atau materi, kami
mohon saran dan kritiknya secara langsung maupun tidak langsung, untuk kesempurnaan
makalah ini.

Pasaman Barat, 6 Agustus 2021

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i 

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...2
C. Tujuan Penulis………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Supervisi................................................................................................3
B. Definisi Pendidikan.............................................................................................4
C. Definisi Supervisi Pendidikan.............................................................................4
D. Proses Supervisi Pendidikan...............................................................................5
E. Langkah-Langkah Supervisi Pendidikan............................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................8
B. Saran..................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...........9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik
dengan para pendidik serta berbagai sumber pendidikan.1 Interaksi antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam situasi
pendidikan, pengajaran, latihan, serta bimbingan. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang
maksimal, maka diperlukan sesosok guru yang professional. Proses pendidikan akan berhasil
dengan baik jika didukung oleh seorang guru yang professional, karena dalam dunia
pendidikan khususnya bagian pengajaran tolak ukur keberhasilannya adalah guru.
Pembelajaran yang efektif mampu menghasilkan output anak didik yang berkualitas.
Pembelajaran yang kondusif dan dinamis juga tidak menafikkan peran guru sebagai
perantara transfer ilmu ke murid. Keberadaan supervise pendidikan memiliki peran penting
dalam mengawasi dan mengamatai kinerja guru dalam membimbing anak didik menjadi
insane yang berkualitas. Dalam kenyataannya tidak sedikit dari para pendidik menemui
beberapa hambatan yang menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan proses belajar
mengajar. Adanya hambatan bisa berakibat pada kurangnya daya inovasi guru dalam
mengajar dan lemahnya motivasi guru dalam meningkatkan kemampuan murid.2
 Seorang guru tidak akan lepas dari kekurang sempurnaan, sehingga guru juga
memerlukan bimbingan dan arahan dan juga bantuan dari orang yang lebih berpengalaman
dan ahli. Tidak dipungkiri adanya guru yang kurang professional sangat menguatirkan dunia
pendidikan, banyak faktor yang menyebabkan guru kurang professional, hal ini merupakan
indikasi bahwa faktor guru sebagai pengajar sangat berperan penting dalam menghantarkan
anak didik menjadi berhasil di kemudian hari. Keberadaan sekolah sebagai lembaga yang
mengelola pendidikan mempunyai peranan penting dalam perekrutan guru, karena baik dan
buruknya guru menjadi tanggung jawab pihak sekolah yang telah memberikan tanggung
jawab kepada guru harus sering dilakukan oleh pihak sekolah guna menabah mutu dan
kemampuan sang guru. Tidak diragukan lagi keberadaan guru merupakan inti pokok dalam
pengembangan bakat anak didik didunia pendidikan.3

1
Nana Syaodih Sukmadinata,  Metode Penelitian Pendidikan, hal. 24

2
Cece Wijaya, A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses
Belajar  Mengajar   (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. III,1994) hal.185
3
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal 155
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Supervisi?
2. Apa definisi Pendidikan?
3. Apa definisi Supervisi Pendidikan?
4. Apa proses Supervisi Pendidikan?
5. Apa langkah-Langkah Supervisi Pendidikan?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa definisi Supervisi
2. Untuk mengetahui apa definisi Pendidikan
3. Untuk mengetahui apa definisi Supervisi Pendidikan
4. Untuk mengetahui apa proses Supervisi Pendidikan
5. Untuk mengetahui apa langkah-Langkah Supervisi Pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

PROSES SUPERVISI PENDIDIKAN


A. Definisi Supervisi
Supervisi secara etimologi berasal dari kata super dan visi yang mengandung arti
4
melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak
atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan. 5
Penggunaan istilah supervise
lebih dikenal sebagai suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membatu para guru
dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.6
Burhanudin, berpendapat supervise yaitu bantuan dalam mengembangkan situasi
belajar mengajar kearah yang lebih baik, dengan jalan memberikan bimbingan dan
pengarahan pada guru dan petugas lainnya untuk meningkatkan kualitas kerja merekan
dibidang pengajaran dengan segala aspeknya. Pemberian arahan dan bimbingan berarti
terdapat tujuan untuk pemberian pengontrolan kepada guru dalam proses pencapaian sesuatu
agar proses pelaksanaan kerja bisa sesuai dengan harapan yang sudah ditentukan.7
Keseluruhan pelaksanaan dalam supervisi dilakukan melalui proses dan dikelola
berdasarkan urutan dan teknik-teknik supervisi itu sendiri. Supervisi adalah melakukan
pembinaan sumber daya manusia pada pelaku pendidikan atau guru di lembaga pendidikan
(sekolah). Pengelolaan tersebut dilakukan untuk mendayagunakan sumber daya manusia agar
memiliki kempribadian yang terintegrasi dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan sekolah.
Pengelolaan dilakukan oleh kepala sekolah dengan kewenangannya sebagai supervisor
sekolah melalui keputusan-keputusan yang ditetapkan dengan mengarahkan sumber daya
untuk mencapai tujuan.
B. Definisi Pendidikan

Pendidikan diartikan sebagai proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok dalam usaha membuat manusia menjadi lebih baik dari sebelumnya melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.8 Dalam konteks ini pendidikan
berupaya merubah pola pemikiran seseorang dari berbagai tahapan sebagai proses seseorang
memperoleh pengetahuan mengembangkan kemampuan atau keterampilan.

Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 1 ayat (1), disana
dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terncana untuk mewujudkan suasana
4
Ibid, hal. 155
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, ( Bandung: Remaja
5

Rosdakarya,1984), hal 103


6
Burhanudin, Analisis  Administrasi  Manajemen  dan  Kepemimpinan  dan  Kepemimpinan  Pendidikan,(Jakarta:
Bumi Aksara, 1994), hal 285
7
Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Tehnik Supervisi, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981) hal. 19
8
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 2002),
263.
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.

Arti pendidikan secara umum adalah suatu upaya yang direncanakan guna
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka mampu
melakukan terhadap apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.9 Sehingga makna
pendidikan adalah suatu proses transfer ilmu dari guru pada peserta didik guna mencapai hal-
hal tertentu sebagai akibat dari proses pendidikan yang diikuti nantinya bisa bermanfaat
untuk bekal kedepan menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri dan lingkungan.

C. Definisi Supervisi Pendidikan


Supervisi pendidikan dalam pengertian secara makro adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana membina sumber daya manusia yang ada pada pelaksana pendidikan
untuk ditata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sesuai kesepakatan bersama dan
dijalankan oleh supervisor. Penataan dalam hal ini mengandung makna mengawasi,
memimpin, membina, atau mengontrol sumber daya yang meliputi perencanaan, pengamatan,
pengawasan dan pembinaan.
Penataan dalam hal ini mengandung, memimpin, membina atau mengontrol sumber
daya yang meliputi perencanaan, pengamatan, pengawasan dan pembinaan. Dalam proses
penataan sumber daya manusia tersebut diperlukan adanya sebuah langkah pengontrolan
yang mencakup kunjungan kelas, observasi kelas, wawancara individu, saling mengunjungi,
evaluasi diri dan lain-lain. Supervisi sebagai latihan bimbingan, tipe supervisi ini
berlandaskan suatu pandangan bahwa pendidikan itu merupakan proses pertumbuhan
bimbingan.
Tipe ini baik terutama bagi guru-guru yang baru mulai mengajar setelah keluar dari
sekolah guru. Kelemahannya adalah mungkin pengawasan, petunjuk-petunjuk ataupun
nasihat-nasihat yang diberikan dalam rangka training dan bimbingan itu bersifat kolot, sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan pendidikan dan tuntutan zaman sehingga dapat terjadi
kontradiksi antara pengetahuan yang telah diperoleh guru dari sekolah guru dengan pendapat
supervisor itu sendiri. Sedangkan konteks sumber daya manusia dimaksud meliputi, sumber
daya manusia (pelaksana pendidikan, pendidik, dan pemakai jasa pendidikan), supervisi

9
Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan  dan  Perilaku Kesehatan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003),16
pendidikan mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, supervisor
pendidikan untuk mencapai tujuan dan ketentuan proses pembelajaran guru yang telah
ditetapkan sesuai kesepakatan bersama penentu kebijakan pendidikan di sekolah.
Serangkaian hal yang meliputi supervise pendidikan pada hakikatnya terfokus pada
tujuan pendidikan itu sendiri, yang mana manusia (sumber daya) mampu melakukan kerja
sama, mewujudkan ketentuan yang telah ditetapkan bersama.
D. Proses Supervisi Pendidikan
Dalam melaksanakan tugasnya di sekolah, kepala sekolah mempunyai beberapa
tanggung jawab yakni berkewajiban melaksanakan administrasi sekolah yang bertujuan
menciptakan situasi belajar mengajar menjadi lebih baik, dan melaksanakan supervisi
pendidikan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan supaya guru-guru termotivasi
dalam menjalankan tugas-tugas pembelajaran dan mampu membimbing peserta didik
menjadi lebih baik.
Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai supervisor, kepala sekolah hendaknya
memperhatikan beberapa pendekatan yang akan digunakannya. Pendekatan atau orientasi
yang dilakukan oleh supervisor sangat tergantung pada kondisi guru. Untuk itu supervisi
pendidikan memerlukan berbagai pendekatan dalam mencapai tujuan, diantaranya adalah
pendekatan supervisi artistik, pendekatan supervise saintifik dan pendekatan supervise klinis.
Pertama pendekatan supervisi artistik yakni proses supervisi merupakan suatu hal yang tidak
bisa dijelaskan secara rasional.
Kreatifitas supervisor memiliki peran yang dominan didalam memperbaiki kualitas
pelayanan pendidikan, pendekatan supervise saintifik merupakan suatu proses supervisi yang
dilaksanakan berdasarkan atas fakta dan data, sedangkan pendekatan supervisi klinis lebih
bersifat dalam rangka mengobati yakni penampilan guru dalam mengajar. Sebagaimana
dipaparkan diatas, proses supervisi pendidikan pada hakikatnya merujuk pada upaya untuk
mencapai tujuan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sesuai keputusan bersama,
dengan suasana pendukung, dan pendekatan sistem sesuai dengan karakteristik guru.
E. Langkah-Langkah Supervisi Pendidikan
Langkah-langkah supervisi pendidikan dibagi dalam 5 langkah, yang mana langkah
pertama melaksanakan pertemuan pendahuluan dengan dibagi menjadi dua bagian:
Pertama, menciptakan suasana kekeluargaan yang intim antara guru dengan
supervisor agar komunikasi selama kegiatan dapat berlangsung secara efektif. Kedua,
membuat kesepakatan antara guru dengan supervisor tentang aspek proses belajar-mengajar
yang akan dikembangkan dan ditingkatkan, kedua perencanaan oleh guru dan supervisor
yakni membuat perencanaan pelaksanaan observasi secara bersamaan. Ketiga, mengenai
pelaksanaan pelatihan mengajar dan obsevasi yang mana guru sedang melakukan proses
pembelajaran sedang supervisor melakukan pengamatan secara cermat, dengan menggunakan
instrument observasi. Keempat, mengadakan analisis data, dalam hal ini supervisor mengajak
guru untuk mendiskusikan apa yang telah dilaksanakan oleh guru melakukan proses
pembelajaran di kelas. Kelima, langkah diskusi memberikan umpan balik yang bertujuan
untuk memberikan umpan balik atas apa yang telah dilakukan oleh supervisor kepada guru
yang sedang berlatih mengajar meningkatkan ketrampilannya dan pelaksanaan langkah
pemberian umpan balik sebaiknya dilakukan secara obyektif dan segera.10
Kelima langkah supervisi pendidikan ini mempunyai beberapa keterkaitan yang erat
satu sama lain, dan berkesinambungan dalam beberapa proses langkah yang dilakukan oleh
supervisor guna melakukan kontrol terhadap pembelajaran guru di kelas. Pemaknaan atas
kelima langkah supervise pendidikan tersebut hendaknya juga membina inisiatif guru serta
mendorongnya untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat
mengembangkan potensi-potensinya.
Dan seorang supervisor mampu menginterpretasikan makna demokrasi sebagai
pemberi kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan sehingga akhirnya supervisor sendiri
tidak akan kehilangan otoritasnya sebagai pengamat. Supervisor hendaknya menyerahkan
atau mempercayai bawahannya untuk mengambil keputusan apa saja. Diharapkan supervisor
mampu menghargai pendapat dari para bawahannya (yang disupervisi) serta bisa
memberikan kepada mereka suatu solusi atau arahan untuk mengembangkan daya
kreatifitasnya. Mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Semua keputusan
diambil dengan jalan musyawarah bersama. Pelaksanaan keputusan dilakukan bersama-sama
karena keputusan tersebut dirasakan telah menjadi milik bersama.
Supervisi tidaklah merupakan suatu kegiatan tunggal, akan tetapi merupakan
serangkaian kegiatan yang prosesnya berjalan secara sistematis, berencana, dan teratur untuk
tercapainya tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam pelaksanaannya
tidak bisa terlepas dari proses inspeksi, walaupun kita tidak bersedia dan mau menerima
inspeksi sebagai supervisi, akan tetapi pada hakekatnya proses supervise berjalan di atas
dasar inspeksi. Hal ini tidak dapat dihindari dalam kenyataannya setiap kali pelaksanaan
supervisi selalu diawali dengan kegiatan inspeksi terlebih dahulu. Dengan kata kalin inspeksi
merupakan salah satu fungsi daripada supervisi. Apabila demikian, sekarang timbul

10
Piet A. Suhertian,  Konsep Dasar dan Teknik  Supervisi  Pendidikan Dalam Rangka PengembanganSumber
DayaManusia), hlm, 20
pertanyaan: apakah setiap kali pelaksanaan supervisi selalu didahului dengan inspeksi
sebelumnya? Jawaban yang dapat diberikan untuk pertanyaan tersebut dapat dilihat dari dua
sisi, yaitu disatu sisi dapat kita jawab ya dan disisi lain dapat kita jawab tidak. Mari kita
analisis kedua alternatif jawaban tersebut di atas.
Proses supervisi berdasarkan inspeksi, pelaksanaan kegiatan supervisi prosesnya
dapat dimulai dengan mengadakan inspeksi terlebih dahulu untuk mengumpulkan berbagai
data, mengolah data dengan ukuran yang telah ditentukan, dan kemudian menyusun suatu
kesimpulan sebagai suatu konduite. Konduite adalah hasil penilaian sepihak yakni
berdasarkan pendapat pemeriksa dengan ukuran yang ada sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku. Apabila hasil pemeriksaan itu tidak ada tindak lanjutnya bagi
pembinaan atau pengembangan kemampuan professional guru yang diperiksa, dan hanya
dipakai untuk dasar kenaikan pangkat atau gaji berkala, pemindahan dan konsekuensi
lainnya, maka sampai disitulah batas daripada fungsi pemeriksaan.
Tidak ada usaha peningkatan kemampuan bagi guru yang diperiksa berarti inspeksi
semacam itu tidak dilakukan dalam rangka supervisi. Tetapi jika hasil inspeksi yang telah
dilakukan itu dijadikan sebagai bahan masukan bagi pembinaan atau pengembangan
kemampuan professional guru yang diinspeksi, maka proses semacam itu dilakukan dalam
rangka supervisi. Ini berarti setiap pelaksanaan supervisi diperlukan adanya inspeksi
sebelumnya.
Supervisi adalah merupakan suatu usaha pembinaan kemampuan guru agar dapat
berkembang dalam jabatannya, cenderung demokratis. Oleh karena itu, apabila dimulainya
proses supervisi dengan melalui persetujuan dan kerjasama yang akan disupervisi
sebelumnya, tanpa diawali dengan kegiatan terlebih dahulu, maka proses supervisi ini tidak
didasarkan atas inspeksi. Sesuai dengan prinsip supervisi yang lebih banyak memerlukan
partisipasi dan kerjasama dengan para guru, maka supervisor dapat yang akan disupervisi
untuk bersama-sama mempelajari masalah-masalah yang banyak dihadapi oleh guru-guru,
bersama-sama mencari dan menemukan faktor-faktor penyebabnya, dan bersama-sama pula
mencarikan cara yang efektif untuk mengatasinya melalui musyawarah mufakat untuk
menemukan kesamaan.
Pendekatan supervisor semacam ini dapat dilakukan hanya dengan kegiatan sepihak
saja oleh inspektur. Mengadakan observasi, kunjungan kelas, pemeriksaan, menelaah laporan
saja tidaklah cukup untuk menilai seorang guru dengan segala masalahnya, tetapi diperlukan
komunikasi edukatif yang langsung berhubungan dengan para guru. Karena dalam proses
supervisi dengan pertemuan atau percakapan pribadi antara supervisor dengan guru dapat
terjadi interaksi edukatif dan saling pengaruh mempengaruhi, ada sifat keterbukaan dan
kekeluargaan yang mereka miliki dan mewarnai pertemuan itu, sehingga lebih memudahkan
ditemukannya jalan keluar bagi pemecahan setiap masalah yang dialaminya.

Supervisi suatu proses yang siklusnya berkepanjangan tidak kunjung selesai walaupun suatu
saat supervisi sudah tidak diperlukan lagi dalam dunia pendidikan, supervisi tetap ada dan
berlangsung sepanjang masa ada manusia yang mau membina diri, belajar dan berkembang,
kemampuannya. Supervisi tidak hanya diperlukan secara mendadak untuk sesuatu keperluan
khusus, untuk penyusunan sesuatu laporan pendidikan dan sebagainya.

Kepala sekolah dalam melaksanakan fungsinya selaku supervisor harus selalu terbuka
mengajak para guru untuk menemukan, menyadari dan mengakui kelemahan-kelemahannya
atau kekurangan-kekurangannya sendiri tanpa ada usaha memanipulasi. Keadaan yang
dialaminya untuk menjaga harga diri dan martabat sesungguhnya akan menyulitkan diri
sendiri. Pendekatan yang bersifat interpersonal dalam supervisi pendidikan perlu diwujudkan
oleh supervisor dan guru-guru.

Persoalan yang dihadapi adalah karena masing-masing guru mempunyai kesulitan


yang unik dengan kadar masalahnya yang berbeda-beda pula, sehingga pemecahannya
memerlukan pendekatan yang berbeda pula dan dengan cara sendiri-sendiri sesuai dengan
jenis dan sifat masalah yang dialaminya.

Proses supervisi sebelumnya dengan perumusan sesuatu masalah yang diduga timbul
dan dialami oleh guru-guru di suatu sekolah atau kelas, selanjutnya diadakanlah penelitian
untuk memperoleh data/ informasi yang berhubungan dengan masalah tersebut. Hasil
pengumpulan data akan dianalisis untuk menemukan kelemahan atau kekurangan daripada
guru-guru tersebut dan diusahakan cara-cara yang terbaik untuk mengatasinya.11

Muhammad, Rifai, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja


11

Rosdakarya, 1982
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Supervisi pendidikan mempunyai makna kerjasama antara guru dan kepala sekolah
untuk mencapai ketentuan pendidikan yang sudah di sepakati bersama. Ketetapan pendidikan
yang dibuat berdasarkan dari beberapa ketentuan pendidikan yang merentang dari tujuan
yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung lingkup dan tingkat
pengertian pendidikan yang dimaksud.
Supervisi pendidikan mengandung pengertian proses pengamatan dan pembinaan
supervisor kepada guru guna mencapai tujuan pendidikan yang disepakati. Proses supervisi
pendidikan pada hakikatnya merujuk pada upaya untuk mencapai harapan yang telah
ditetapkan, yang keberadaannya memerlukan peran kepala sekolah yang kooperatif,
demokratif, dan memiliki strategi pendekatan sesuai dengan karakteristik guru, dan strategi
pencapaian.
Langkah supervisi pendidikan lebih difokuskan pada bagaimana seorang kepala
sekolah mampu mengkondisikan guru yang disupervisi menjadi kooperatif dengan
supervisor, karena kurang optimalnya guru dalam mengajar perlu didiskusikan antar guru dan
kepala sekolah supaya masukan dari diskusi dengan guru berguna untuk pembenahan kinerja
guru kedepannya. Dalam ranah pemahaman srategi supervisi kepala sekolah, maka peran
kepala sekolah sebagai supervisor sangat diperhatikan. Tingkat kapabilitas kepala sekolah
dalam memimpin dan mengelola sekolah sangat menentukan keefektifan supervisi sekolah.

B. Saran
Menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kekurangan dan jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun kepada
para pembanca guna menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannya, pemakalah ucapkan
terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, Cece dan Rusyan Tabrani, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar
Mengajar       (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994)

Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000)

Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


1984)

Burhanudin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,


1994)
Sahertian, Piet. A, Prinsip dan Tehnik Supervisi,  (Surabaya: Usaha Nasional, 1981)

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:


BalaiPustaka, 2002), 263.

Notoatmodjo, Soekidjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,  


2003),16Suhertian,

Muhammad, Rifai, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja            


Rosdakarya, 1982)

Anda mungkin juga menyukai