Nama Kelompok:
BANDA ACEH
2022/2023
KATA PENGHANTAR
Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan alam yaitu pembawa
Risalatu Rittauhid, Nabi Agung Muhammad SAW. Terima kasih penyusun ucapkan kepada Ibu
Taat Kurnita Yeniningsih, S.Pd., M.Ed selaku dosen pengampu dan terima kasih pula kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas makalah ini.
Tentunya tugas ini tidak pernah luput dari kesalahan dan kekurangan baik itu di segi
penulisan ataupun penyusunan. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun untuk perbaikan tugas ini di kemudian hari.
Kelompok VII
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………... 3
3.1 Kesimpulan……………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 14
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai yang
berkembang dalam kehidupan. Proses pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan
pemahaman peserta didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku dan
kepribadian peserta didik, mengingat perkembangan komunikasi, informasi dan kehadiran media
cetak maupun elektronik tidak selalu membawa pengaruh positif bagi peserta didik.
Tugas pendidik dalam konteks ini membantu mengkondisikan pesera didik pada sikap,
perilaku atau kepribadian yang benar, agar mampu menjadi agents of modernization bagi dirinya
sendiri, lingkungan, masyarakat dan siapa saja yang dijumpai tanpa harus membedakan suku,
agama, ras dan golongan. Pendidikan diarahkan pada upaya memanusiakan manusia, atau
membantu proses hominisasi dan humanisasi, maksudnya pelaksanaan dan proses pendidikan
harus mampu membantu peserta didik agar menjadi manusia yang berbudaya tinggi dan bernilai
tinggi (bermoral, berwatak, bertanggungjawab dan bersosialitas). Untuk mewujudkan capaian
tersebut, implementasikan pendidikan harus didasarkan pada fondasi pendidikan yang memiliki
prinsip learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Guna mencapai semua itu maka dalam pelaksanaan tugas pendidik perlu adanya supervise,
maksud dari supervisi di sini adalah agar pendidik mengetahui dengan jelas tujuan dari
pekerjaannya dalam mendidik, mengenai apa yang hendak dicapai dari pelaksanaan pendidikan
tersebut. Serta mengetahui pula fungsi dari pekerjaan yang pendidik lakukan. Ini tidak lain
membantu pendidik agar lebih fokus pada tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan dan
menghindarkan dari pelaksanaan pendidikan yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan.
PEMBAHASAN
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut
: “Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation”. Supervisi
adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini
mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal,
material, technique, method, teacher, student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang
seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian
layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran.
Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, karena inspeksi lebih menekankan
kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada
persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara
guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut
asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam
perkataan itu ( semantik).
1. Etimologi
2. Morfologis
Supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata,
yaitu Super yang berarti atas, lebih dan Visi yang berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor
memang mempunyai posisi di atas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang
disupervisinya.
3. Semantik
Pada hakekatnya isi yang terandung dalam definisi yang rumusanya tentang sesuatu
tergantung dari orang yang mendefinisikan. Wiles secara singkat telah merumuskan bahwa
supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi belajar agar lebih baik. Adam dan Dickey
merumuskan supervisi sebagai pelayanan, khususnya menyangkut perbaikan proses belajar
mengajar. Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut : “ Pembinaan
yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik “.
Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih
diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki yakni : 1) kemampuan personal, 2)
kemampuan profesional 3) kemampuan sosial (Depdiknas, 1982).
Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut “
serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang
diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna
meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru
tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru tersebut pula “Pembinaan profesional guru“
yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
profesional guru. Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan
tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran
supervisi diartikan pula pembinaan guru.
2.2 Tujuan Supervisi Pendidikan
Supervisi yang baik akan menghasilkan pola kinerja yang baik, jika supervise dilakukan
dengan cara dan metode yang benar pula, tentu ini menuntut pengetahuan yang benar pula bagi
para supervisi dalam melaksanakan tugasnya.
Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia “dewasa” yang sanggup berdiri sendiri.
Agar tercapai perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan peningkatan mutu
mengajar pada khususnya.
Meliputi :
a) Membantu guru-guru untuk lebih memahami tujuan yang sebenarnya dari pendidikan dan
perencanaan sekolah dalam usaha mencapai tujuannya.
b) Membantu guru-guru untuk dapat lebih menyadari dan memahami kebutuhan-kebutuhan dan
kesulitan-kesulitan murid dan menolong mereka untuk mengatasinya.
f) Memperbesar kesadaran guru-guru terhadap tata kerja yang demokratis dan guru dapat
mempelajari bersama catatan-catatan tentang kemajuan murid guna menilai keefektivan program
yang disusun.
g) Memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu karyanya secara maksimal dalam
bidang profesi (keahlianya).
i) Membantu untuk lebih mempopulerkan sekolah kepada masyarkat agar bertambah simpati
dan kesedian masyarakat untuk menyokong sekolah.
k) Melindungi guru-guru dan karyawan terhadap tuntutan-tuntutan yang tak wajar dan kritik-
kritik yang tak sehat dari masyarkat.
Dalam buku Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan karangan Piet A. Sahertian
mengemukakan prinsip supervisi antara lain :
b) Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti angket, observasi,
percakapan pribadi, dan seterusnya.
2. Prinsip Demokratis
Layanan dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan
yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya.
3. Prinsip kerjasama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi ‘sharing of idea, sharing of
experience’, memberi support mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh
bersama.
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau
supervisi mampu mencipakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang
menakutkan.
Dengan demikian prinsip supervisi merupakan bagian yang sangat penting untuk dijadikan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan supervisi. Dalam pelaksanaan prinsip supervisi
sangat terlihat dari peran kepala sekolah sebagai supervisor atau pengawas internal bagi
sekolahnya dalam memajukan dan mengembangkan sekolahnya, sehingga dengan adanya
pedoman.prinsip supervisi kepala sekolah diharapkan memberikan pelayanan yang baik tanpa ada
pemaksaan kepada guru-guru atau personal.
2.4 Teknik-teknik Supervisi Pendidikan
1. Teknik perseorangan
Yang dimaksud teknik persorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan,
beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation), Kepala sekolah datang ke kelas untuk
mengobservasi bagaimana guru mengajar. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau
kelemahan yang sekirannya perlu diperbaiki.
c. Membimbing guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa atau mengatasi problema
yang dialami siswa.
d. Membimbing guru dalam hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah,
antara lain: menyusun program semester, membuat program satuan pelajaran, mengorganisasi
kegiatan pengelolaan kelas, melaksanakan teknik-teknik evaluasi pembelajaran, menggunakan
media dan sumber dalam proses belajar mengajar, dan mengorganisasi kegiatan siswa dalam
bidang ekstrakurikuler.
2. Teknik Kelompok
Teknik kelompok ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok, beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan antara lain:
a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting), Seorang kepala sekolah menjalankan tugasnya
berdasarkan rencana yang telah disusun. Termsuk mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan
guru-guru, dalam hal ini rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi.
b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions), Diskusi kelompok dapat diadakan dengan
membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. Di dalam setiap diskusi, supervisor
atau kepala sekolah memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat dan saran-saran yang
diperlukan.
Dengan demikian teknik supervisi sangat penting untuk dikuasai oleh kepala sekolah,
tanpa penguasaan teknik dalam pelaksanaanya tidak akan berjalan baik. Dengan demikian seorang
kepala sekolah tidak akan efektif kegiatan supervisinya sebelum menguasai teknik dalam bidang
supervisi. Teknik supervisi akan lebih memudahkan pencapaian sasaran-sasaran dari tujuan yang
telah ditetapkan, oleh sebab itu penerapan teknik dari supervisi merupakan wujud dari kemajuan
sekolah untuk berkembang.
Sebagai bentuk penerapan di lapangan, hal yang dilakukan oleh supervise dalam rangka
perbaikan situasi belajar untuk menciptakan kualitas belajar antara lain sebagai berikut :
Sumber daya menusia sebagai modal lembaga dalam mencapai tujuan perlu dipelihara dan
diberdayakan dengan baik. Berharganya sumber daya manusia diukur dari kinerja yang dihasilkan.
Salah satu penentu level kinerja manusia adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ia
miliki. Dalam hal ini, supervise sebagai salah satu upaya layanan professional dalam bidang
pendidikan, harus mampu menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi pengembangan sumber
daya manusia.
Terdapat berbagai bentuk upaya pengembangan sumber daya manusia pendidikan yang bias
digunakan untuk memberdayakan sumber daya manusia. Mulai dari yang sifatnya pendidikan dan
latihan hingga pendidikan moral, motivasi dan perlakuan humanis. Supervisor harus memiliki visi
yang jauh ke depan mengenai pendidikan. Visi tersebut harus diikuti dengan persiapan-persiapan
yang matang untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan di masa yang akan datang.
Kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan layanan dan produksi pendidikan memiliki peranan
yang penting dalam upaya menciptakan produk pendidikan yang
berkualitas, marketable,kompatibel, inovatif, kompetitif, dan produktif. Upaya supervisi harus
mampu memberikan jalan yang lurus untuk mencapai hal tersebut dengan cara mendesain dan
mengembangkan kurikulum secara baik dan benar.
Interaksi yang terjadi antar warga sekolah akan mempengaruhi kinerja para staf sekolah. Interaksi
yang humanis sangat diharapka bias tercipta di lingkungan sekolah, karena suasana yang harmonis
dan humanis di antara staf akan mendukung produktivitas, efektivitas dan efisiensi capaian.
Apabila di antara staf sekolah timbul suasana yang tidak harmonis, supervisor harus berupaya kuat
untuk menciptakan jembatan-jembatan kesenjangan komunikasi humanis di antara staf sekolah.
Supervisor harus memiliki inisiatif untuk menciptakan jalinan komunikasi yang efektif dan
humanis di antara warga sekolah.
Sesuai dengan fungsi evaluasi, proses supervisi meliputi penelitian, penilaian perbaikan
dan peningkatan (Ametembun, 1981:25) atas upaya pendidikan yang dilaksanakan. Hasil evaluasi
akan menunjukkan efektif atau efisiensinya suatu program pendidikan.
Dampak evaluasi akan berpengaruh pada perencanaan dan pelaksanaan. Proses it uterus
berlangsung secara silkuler. Dalam hal ini, upaya menjamin tujuan tercapai secara efektif dan
efisien dilakukan dengan melakukan evaluasi di tataran konseptual (perncanaa) dan praktis
(pelaksanaan). Dalam kajian Total Quality Management(Manajemen Mutu Terpadu), proses
evaluasi selayaknya dilakukan pada komponen input, proses transformasi, linkungan, dan output.
Jika inputnya, lingkungan, dan proses transformasinya terawasu serta terjamin maka dengan
sendirinya output yang dihasilkan juga akan baik.
Dalam aktivitas mengevaluasi, ada tiga kegiatan besar yang biasanya dilakukan supervisor, yaitu
:
3. Pengukuran
Dalam melakukan evaluasi, supervisor tidak hanya sebagai evaluator program yang hanya
memberikan rekomendasi kepada policy maker untuk membuat suatu keputusan, tetapi juga
berperan sebagai pembuat keputusan dan pelaksana putusan.
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh oleh supervisor dalam melaksanakan
proses evaluasi, yaitu :
2. Kooperatif, untuk mendapatkan informasi yang lengkap diperlukan kerja sama antara subjek
evaluasi dan objek evaluasi. Evaluasi yang kooperatif mengindikasikan adanya kesepakatan di
antara kedua belah pihak betapa pentingnya proses eveluasi tersebut.
3. Kontinyu dan relevan dengan kurikulum. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas proses
pencapaian tujuan pendidikan senantiasa bias terus diupayakan dalam kondisi prima dan
berkualitas.
4. Objektif, tidak terpengaruh dengan hal-hal yang bias mengkaburkan pengukuran dan
penilaian.
5. Humanis, supervisor harus memperlakukan subjek yang diteliti secara manusiawi, menghargai
subjek sebagai individu. Proses evaluasi yang dinamis akan mengungkap semua masalah yang
berkaitan dengan operasionalisasi pencapaian tujuan pendidikan.
6. Aman, proses evaluasi yang dilakukan hendaknya menjaga privasi individu. Semua data yang
bersifat rahasia sebaiknya tidak diekspos ke khalayak karena akan berakibat buruk terhadap kinerja
juga hubungan dengan manusia yang berujung dengan menurunnya produktifitas lembaga.
Aspek-aspek yang dievaluasi oleh seorang supervisor meliputi tiga hal yaitu :
1. Personel
Aspek yang dievaluasi mengacu pada kemampuan professional, dimensi social, dan individual.
Ketiga hal itu merupakan unsure pokok dalam produktivitas personel. Bagaimanapun, kemampuan
profesi, interaksi social, dan kualitas pribadi akan menentukan baik buruknya kinerja seorang guru.
2. Material
Aspek material berkaitan dengan evaluasi substansi bahan ajar dan variabel pendukungnya,
misalnya alat-alat pendidikan.
3. Operasional
Aspek operasional berkaitan dengan implementasi proses belajar mengajar di kelas. Supervisor
menilai dan menindaklanjuti kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru.
Bagaimana meningkatkan kemampuan didaktik metodik, memperbaiki iklim, motivasi, dan
evaluasi hasil merupakan tujuan dari evaluasi aspek operasional.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Supervisi dapat dirumuskan sebagai serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru
dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala
sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena
supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru tersebut pula.
Dalam buku Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan karangan Piet A. Sahertian
mengemukakan prinsip supervisi antara lain :
b) Prinsip Demokratis
c) Prinsip kerjasama
Secara garis besar teknik supervisi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: teknik
perseorangan dan teknik kelompok. Teknik persorangan ialah supervisi yang dilakukan secara
perseorangan, sedangkan Teknik kelompok ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok.
Makawimbang, H. Jerry, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada, 2009
Sahertian, A. Piet, Dasar-Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000