Anda di halaman 1dari 26

SAMPUL

PASCASARJANA
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2022
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kekehadirat ALLAH SWT. karna atas

Rahmat dan BerkahNya sehingga penulisan makalah ini dapat di selesaikan,

Sholawat dan Salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabiullah Muhammad

Saw, begitu pula kepada para pengikutnya.

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sedalam dalamnya Kepada

dosen pembawa mata kuliah, atas bimbingan arahan dan telah meluangkan waktu

dan membagi ilmunya kepada kami dengan penuh kesabaran dan pengertian

semoga senantiasa bernilai ibadah di sisi Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari yang di katakan

sempurna, di sebabkan karna keterbatasan wawasan dan pengetahuan serta

kemampuan penulis, karna itu kritik saran serta tanggapan yang bersikap

membangun sangat penulis harapkan untuk menambah wawasan penulis, lebih

dan kurangnya mohon di maafkan, Wassalam.

Pinrang, 10 November 2023

Penulis
iii

DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
Pendahuluan.............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Pengertian Supervisi Pendidikan..................................................................4
B. Problem Supervisi Pedidikan.......................................................................7
C. Solusi pemecahan permasalahan supervisi pedidikan islam.......................15
BAB III...................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
Kesimpulan.........................................................................................................19
Daftar Pustaka........................................................................................................20
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan standar

yang telah dibuat dan disusun oleh pemerinatah. Pemerintah sudah

membuat standar mutu pendidikan dalam permendiknas UU Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang disertai de-ngan munculnya

kebijakan-kebijakan lainnya seperti PP Nomor 19/2005, Permen-diknas

Nomor 22, 23, dan 24 Tahun 2006 saat ini membawa pemikiran baru

dalam pengelolaan sistem pendidikan di Indonesia yang mengarah pada

berkembangnya keinginan untuk melaksanakan otonomi pengelolaan

pendidikan.

Otonomi pengelolaan pendidikan ini diharapkan akan

mendorong terciptanya peningkatan pelayanan pendidikan kepada

masyarakat dan meningkatkan mutu lembaga pendidikan. Untuk

mengetahui apakah suatu lembaga pendidikan bermutu atau tidak, maka

harus diadakan supervisi pendidikan. Supervise pendidikan ini dilakukan

untuk mengetahui apakah pendidikan tersebut telah melaksanakan

fungsinya sesuai tuntutan dan standar yang telah dibuat oleh pemerintah

atau tidak.

Dalam pelaksanan supervisi pendidikan pasti banyak tantangan

dan problema yang dihadapi. Diakui atau tidak, banyak pihak yang

1
mengatakan bahwa setiap pelaksanaan supervisi di suatu organisasi

banyak sekali kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Kesulitan- kesultan

yang dihadapi tidak perlu ditakuti karena setiap kesulitan pasti ada cara

penyelesaiannya. Prob-lematika supervisi pendidikan dan bagaimana

solusinya akan dibahas pada makalah ini, hanya untuk menambah sedikit

wawasan tentang hal tersebut.

Lembaga pendidikan hendaknya selalu menkaji dan meneliti

semua aspek yang menjadi kendala pelaksanaan pendidikan, karena

hal itu akan menjadikan evaluasi pendidikan yang ada di lembaga

tersebut untuk menjadi loncatan bagaimana seharusnya lembaga

pendidikan mengembangkan kualitas sumber daya manusianya untuk

menjadi manusia yang seutuhnya.

Penerapan pendidikan tentunya tidak bisa lepas dari supervisi

dan evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah, pengawas

atau dari lembaga pemerintah. Ketika pendidikan berjalan dengan

mempertimbangkan hasil supervisi yang telah dilakukan, banyak aspek

yang harus dilaksanakan melalui step by step sehingga akan menjamin

pembentukan manusia yang sebenar-benarnya melalui pendidikan untuk

mencapai mutu pendidikan yang lebih baik. Berdasarkan hasil evaluasi

tersebut sekolah/madrasah bersama –sama orang tua dan masyarakat

menentukan visi dan misi sekolah/madrasah dalam menindaklanjuti hasil

supervisi tersebut.

2
Pada intinya sekolah/madrasah harus mengontrol semua sumber

daya organisasinya, dan lebih lanjut harus menggunakan secara lebih

efisien sumber daya tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat bagi

peningikatan mutu khususnya. Jika konsumen merasa puas, maka

mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik berupa barang

maupun Jasa1. Sementara, itu kebijakan makro yang dirumuskan oleh

pemerintah atau otoritas pendidikan lainnya masih diperlukan dalam

rangka menjamin tujuan-tujuan yang bersifat nasional dan akuntabilitas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan dalam latar belakang, maka penulis menetapkan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Supervisi Pendidikan

2. Problematika Supervisi Pedidikan

3. Solusi pemecahan permasalahan supervisi pedidikan islam

1
. Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam mengembangkan Budaya Mutu, (Malang, UIN
Maliki, Press, 2010), Hlm, 78

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi Pendidikan

Supervisi dalam dunia pendidikan menjadi sangat penting

dilaksanakan karena berpengaruh terhadap kinerja lembaga dan instansi

pendidikan yang berimbas pada tujuan pendidikan yang dihasilkan,

oleh karena itu agar pelaksanaan supervisi tersebut berjalan dengan

baik maka perlu diketahui terlebih dahulu tentang apa dan bagaimana

yang dimaksud dengan supervisi pendidikan. Pengertian dari supervisi

merupakan hal yang harus diketahui terlebih dahulu oleh pelaksana

pendidikan yang akan menjalankan supervisi atau disebut sebagai

seorang supervisor dalam pelaksanaan supervisi.

Beberapa Pengertian supervisi pendidikan yang di ambil dari

penjelasan para pakar supervisi pendidikan adalah:

1. Secara Umum Supervisi berarti, mengamati, mengawasi,

membimbing, dan menstimulir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

4
orang lain untuk mengadakan perbaikan2. Secara Khusus Supervisi

Pendidikan merupakan suatu usaha mengkoordinasi dan membimbing

secara kontinu pertumbuhan guru-gurudi sekolah baik secar individu

maupun kelompok3.

2. Supervisi berasal dari dua kata yaitu “super” dan “vision”.

Kata“super mengandung makna peringkat atau posisi yang lebih

tinggi, superior, atasan, lebih hebat atau lebih baik. Sedang-kan kata

“vision”berarti mengandung makna kemampuan untuk menyadari

sesuatu tidak benar-benar terlihat (Aedi, 2014)4.

3. supervisi pendidikan adalah kegiatan membina para

pendidik dalam mengembangkan proses pembelajaran termasuk segala

unsur penunjangnya5.

4. Usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-

guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran,

termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan

perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan

pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran6.

2
. Mukhtar, dkk. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. (Jakarta;Gaung
Persada;2009);hlm.40
3
. Mukhtar, dkk. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. (Jakarta;Gaung
Persada;2009);hlm.40
4
.Aedi, N. Pengawasan pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik. (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2014)
5
.Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999),
hlm.2.
6
.Piet A.Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervsi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia,( Jakarta: Rieneka Cipta, 2000), hlm. 17.

5
5. supervisi adalah pandangan dari orang yang lebih ahli

kepada orang yang memiliki keahlian di bawahnya7.

6. supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang

direncanakan untuk memban-tu para guru dan pegawai sekolah lainnya

dalam melakukan pekerjaan secara efektif8

7. supervisi merupakan suatu proses untuk menerapkan

pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan menilainya dan bila perlu

mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan

rencana semula.9

8. supervisi merupakan bimbingan professional bagi guru-guru,

bimbingan profesional yang dimaksudkan adalah segala usaha yang

memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara

profesional sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksanakan

tugas pokoknya, yaitu perbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar

murid.10

9. supervisi terdiri dari dua bagian yaitu (1) supervisi akademik

dan, (2) supervisi manajerial, Untuk supervisi manajerial dan akademik

secara mendasar dapat ditinjau perbedaannya yaitu supervisi manajerial,

mampu membina Kepala Sekolah dan staf dalam meningkatkan kinerja

7
.Kristiawan M, dkk, Supervisi Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2019); hlm, 1
8
.Purwanto, N. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Jakarta: Nasco;1974)
9
.Manullang., & Marihot A. M. H. (2005). Manajemen Personalia. Yogyakarta: (UGM
Press, 2005), dlm; Kristiawan M, dkk, Supervisi Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2019); hlm, 2
10
.Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen
Pendidikan. (Bandung: Alfabeta;2014)

6
sekolah. Sedangkan supervisi akademik, mampu membina guru

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran11

10. supervisi hampir sama dengan pengawasan, namun supervisi

lebih kepada pembinaan. Supervisi sangat diperlukan dalam lembaga

pendidikan, karena salah satu kompetensi Kepala Sekolah adalah

. .
Supervisi 12

Dari beberapa pengertian supervisi di atas, dapat diambil sebuah

sintesis bahwa supervisi adalah serangkaian kegiatan yang

direncanakan dan dilakukan oleh supervisor untuk memperbaiki

pengelolaan pendidikan sehingga diperoleh pem-belajaran yang

maksimal dengan cara menilai seluruh komponen yang ada terhadap

pelaksana pendidikan yang disupervisi dan menilai perangkat

pembelajaran yang dimilikinya sehingga guru tersebut menjadi lebih

baik dan professional di bidangnya.

B. Problem Supervisi Pedidikan

Problem-problem supervisi dalam supervisi pendidikan dapat di

bagi menjadi dua, yaitu problem internal dan problem eksternal.

1. Problem Internal

11
.Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, Standar Pendidikan Nasional. Junto
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 Standar Pendidikan Nasional.
12
.Kristiawan M, dkk, Supervisi Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2019); hlm, 3

7
Pengawasan internal ialah suatu penilaian yang objektif dan

sistematis oleh pengawas internal atas pelaksanaan dan pengendalian

organisasi. Pengawasan internal menekankan pada pemberian bantuan

kepada manajemen dalam mengidentifikasi sekaligus merekomendasi

masalah inefisiensi maupun potensi kegagalan sistem dan program.

Adapun problem internal dalam pengawasan atau supervise pendidikan

meliputi semua Sumber daya Manusianya:

a. Sumber Daya Guru

Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan

pelaksanaan pendidikan merupakan komponen sumber daya manusia

terutama tenaga pendidik (Guru) yang harus dibina dan dikembangkan

terus menerus. Pembentukan profesi tenaga pendidik (Guru) dilaksanakan

melalui program pendidikan pra-jabatan (pre-service education) maupun

program dalam jabatan (inservice education). Tidak semua guru yang

dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi

sumber daya guru itu perlu terus menerus bertumbuh dan berkembang

agar dapat melakukan fungsinya secara profesional. Selain itu, pengaruh

perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus menerus

belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta mobilitas masyarakat.

Jika dilihat dari penjelasan di atas perlunya supervisi pendidikan

itu bertolak dari keyakinan dasar bahwa guru adalah suatu profesi13.

13
.Abdul Kholik, Pendidikan Sosial dan Kemasyarakatan, http://khaliqida.blogspot.com,
di akses pada 1 Maret 2020,pukul 02:00 WIB

8
Namun, terkadang guru merasa memiliki otonomi untuk melakukan apa

saja tanpa merasa perlu supervisi yang mereka anggap intervensi dari

kepala sekolah, pengawas, dinas pendidikan atau yayasan sekolah.

Sehingga hal ini menjadi problem bagi para supervisor untuk melakukan

pengawasan karena kurang mendapat respon dari guru.

b. SDM Pimpinan

Kepala Madrasah/Pesantren yang merasa memiliki otonomi

melakukan apa saja dalam lingkup sekolah tanpa merasa perlu

melakukan atau memperoleh supervisi. Demikian juga pengawas dan

yayasan, juga merasa bahwa guru atau kepala Madrasah/sekolah telah

memiliki otonomi dan dianggap tahu apa yang harus dilakukan,

sehingga, pengawas seringkali melaksanakan supervisi hanya untuk

memenuhi tugas semata.

c. SDM Tenaga Administrasi

Administrasi pendidikan dalam adalah segenap proses

pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu baik personel,spiritual

maupun material yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan

pendidikan. Agar kegiatan dalam komponen administrasi pendidikan

dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan,kegiatan tersebut harus

dikelola melalui suatu tahapan proses yang merupakan daur (siklus).

Karena itu seorang tenaga administrasi atau administrator dalam

pendidikan harus mempunyai kemampuan serta skill yang cukup.

d. Anak Didik

9
Menurut ilmu jiwa, anak merupakan individu yang mempunyai

ciri-ciri tersendiri. Maksudnya berbeda antar yang satu dengan yang lain.

Crri-ciri dari murid itu harus diketahui oleh guru.14 Menurut George E.

Hill dalam risetnya menjelaskan beberapa problematika anak didik antara

lain: kebanyakan murid-murid Nampak kurang berinisiatif dalam bekerja,

.
kebanyakan murid nampaknya kurang punya minat dalam belajar 15

2. Problem Eksternal

a. Struktur Organisasi

Structural problems (masalah struktural). Ditinjau dari struktur

demografis dan geografis bisa dikategorikan ke dalam kota, pinggiran

kota, desa dan desa terpencil. Dari struktur perkembangan jiwa manusia

bisa dikategorikan ke dalam masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan

manula. Dari struktur ekonomi dikategorikan ke dalam masyarakat kaya,

menengah dan miskin. Dari struktur rumah tangga, terdapat rumah tangga

karier dan non karier. Dari struktur jenjang pendidikan bisa

dikategorikan ke dalam pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,

menengah dan pendidikan tinggi (Ibid. hlm45).16

14
.Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, (Jakarta:
Bumi Aksara,1994), hlm.131
15
.Ida Aleidia Sahertian, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program Inservice
Education, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1992), hlm. 115.
16
.Moh. Wardi, Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya,
(Smpang ;Tadris ; STAI NT; 2013); Volume 8, hlm 57

10
Secara mikro, pada dasarnya struktur organisasi, terutama

struktur organisasi pengawas sekolah yang sudah berjalan selama ini

merupakan sumber munculnya permasalahan dalam kepengawasan

kependidikan. Namun, apabila dilihat secara makro, masih terdapat

beberapa hal yang harus ditinjau kembali. Kondisi yang masih dirasakan

oleh para guru dan kepala sekolah adalah bahwa jabatan pengawas

sekolah seolah-olah senioritas, memiliki kekuasaan lebih. Seba liknya

masih ada yang ber-anggapan bahwa pengawas lebih rendah dari pada

kepala Instansi terkait. Oleh karena itu mereka menginginkan

keberadaan pengawas hendaknya ditempatkan dengan struktur yang

benar, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

b. Pola Pengawasan

Pola pengawasan yang ada pada saat ini kurang memuaskan,

karena masih ada pengawas yang masih kurang sesuai dengan bidangnya,

kurang memahami tugasnya dan kurang menguasai materi. Tidak

berbeda dengan pandangan para guru kepala sekolah juga menyatakan

pola pengawasan saat ini masih kuurang memuaskan.

c. Kesejahteraan

Jabatan pengawas sekolah atau biasa dengan istilah supervisor

kurang di minati atau boleh dikata menjadi supervisor tidak sejahtera.

Jabatan sebagai seorang supervisor hanya menjadi jabatan buangan atau

pelarian sehingga kompetensi supervisor masih kurang berkualitas.

Perhatian pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan supervisor dalam

11
hal pemberian tunjangan khusus atau penghasilan tambahan bagi

supervisor masih rendah karena belum adanya peraturan pemerintah

mengenai tunjangan khusus tersebut.17

e. Kualifikasi

Kualifikasi Pengawas Taman Kanak- Kanak/ Raudhatul Athfal (

TK/RA) dan Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah adalah sebagai berikut

1) Berpendidikan minimum sarjana ( S1) atau diploma empat D-IV

kependidikan dari perguruan tinggi terakreditasi;

2) Pengalaman kerja guru TK/RA minimal 4 tahun untuk menjadi

pengawas;

3) Memiliki pangkat minimum piñata, golongan ruang III/c;

4) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai

pengawas satuan pendidikan;

5) Memenuhi kompetensi pengawas melalui uji kompetensi ( seleksi

pengawas).Kaulifikasi Pengawas Sekolah Menengah Pertama/

Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/

Madrasah Aliyah (SMA/MA) dans Sekolah Me-nengah

Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan ( SMK/MAK) adalah sebagai

berikut :

17
.Neta Zulham, Pelaksanaan Supervisi dalam Rangka Efesien dan Efektifitas Pendidikan,
http://www.slideshare.net, di akses pada 10 November 2023 ,pukul 01:00 WIB.

12
a) Memiliki pendidikan minimum magister ( S2) kependidikan dengan

berbasis sarjana S1 dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada

perguruan tinggi terakreditasi;

b) Guru SMP/ MTs bersertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs dengan

pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata

pelajaran yang relavan di SMP/MTs atau kepala sekolah SMP/MTs

dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas

SMP/ MTs sesuai dengan rumpun mata pelajarannya;

c) Guru SMA/ MA bersertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA dengan

pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata

pelajaran yang relavan di SMA/MA atau kepala sekolah SMA/MA

dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi

pengawas SMA/ MA sesuai dengan rumpun mata pelajarannya;

d) Memiliki pangkat minimum piñata, golongan ruang III/c;

e) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas

satuan pendidikan.

f) Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat

diperoleh melalui uji kompetensi ( seleksi pengawas );

g) Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.

d. Kompetensi Pengawas

Kompetensi Pengawas TK/ RA dan SD/MI/ SMP/MTs/SMA/

MA/SMK/ MAK:

13
1) Kompetensi Kepribadian maksudnya : Memiliki tanggung jawab

sebagai pengawas satuan pendidikan, kreatif dalam bekerja dan

memecahkan masalah baik yang berkaitan dengan kehidupan

pribadinya maupun tugas-tugas jabatannya serta menumbuhkan

motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholders pendidikan.

2) Kompetensi Supervisi Manajerial maksudnya : menguasai

metode, teknik dan prinsip evaluasi, dalam rangka meningkatkan

mutu pendidikan disekolah/ madrasah. Membina kepala

sekolah/madrasah dalam pengelolaan administrasi satuan

pendidikan, serta memantau pelaksanaan standar nasional

pendidikan.

3) Kompetensi Supervisi Akademik maksudnya : Memahami konsep,

prinsip, teori, dasar karakteristik dan kecenderungan

perkembangan tiap bidang pengembangan mata pelajaran.

Membimbing guru dalam penyusunan silabus dan RPP sesuai

dengan prinsip KTSP, serta membimbing guru untuk memanfaatkan

teknologi dan komunikasi serta informasi bidang pengembangan

mata pelajaran tersebut.

4) Kompetensi Evaluasi Pendidikan maksudnya : Menyusun kriteria

dan indikator keberhasilan pendidikan dan pembelajaran/ bimbingan

sekolah/ madrasah. Menilai kinerja kepala sekolah/ madrasah dan

guru serta staf sekolah/ madrasah. Memantau pelaksanaan

14
pembelajaran/ bimbingan dan hasil belajar siswa serta menganalisis

untuk perbaikan mutu pembelajaran.

5) Kompetensi Penelitian Pengembangan maksudnya : Menguasai

berbagai pendekatan, jenis dan metode penelitian dalam pendidikan.

Menyusun proposal penelitian pendidikan baik kualitatif dan

kuantitatif, serta menyusun pedoman/ panduan atau buku/ modul

yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan di sekolah/

madrasah.

6) Kompetensi Sosial maksudnya : Bekerjasama berbagai pihak dalam

rangka meningkatkan kualitas diri untuk melaksanakan tugas dan

tanggung jawab. Aktif dalam kegiatan asosiasi pengawas satuan

pendidikan.

Diakui bahwa model pendidikan madrasah di dalam perundang-

undangan Negara, memunculkan dualisme sistem Pendidikan di

Indonesia. Dualisme pendi-dikan di Indonesia telah menjadi dilema yang

belum dapat diselesaikan hingga sekarang. Dua lisme ini tidak hanya

berkenaan dengan sistem pengajarannya tetapi juga menjurus pada

keilmuannya. Pola pikir yang sempit cenderung membuka gap antara

ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu umum. Seakan-akan muncul ilmu

Islam dan ilmu bukan Islam. Padahal dikhotomi keilmuan ini justru

menjadi garapan bagi para pakar pendidikan untuk berusaha

menyatukan keduanya.18

18
. Nurul Yaqin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Madinah;Jurnal Studi
Islam;2016);Volume 3, hlm, 95

15
C. Solusi pemecahan permasalahan supervisi pedidikan islam

Dari beberapa permasalahan supervisi pendidikan di atas solusi

alternatif yang ditawarkan adalah pertama dengan menawarkan

perubahan manajemen pendidikan ke arah, pertama desentralisasi

pengelolaan pendidikan adanya perubahan paradigma dari orientasi

manajemen pemerintahan yang sarwa negara (state driven) menjadi

berorientasi ke pasar, perubahan paradigma dari orientasi manajemen

pemerintahan yang otoritarian menjadi berorientasi pada demokrasi,

perubahan paradigma dari sentralisasi menjadi desentralisasi

kewenangan, manajemen pemerintahan yang cenderung dipengaruhi oleh

tata aturan global menjadi kebijakan dan aturan pemerintah harus

mengakomodasi tata aturan global. Kedua, manajemen berbasis sekolah,

apakah pendidikan dapat menerapkan manajemen berbasis sekolah?

Menurut Hujair AH Sanaky karena pendidikan sebagai sub sistem

pendidikan nasional maka harus menerapkan sistem ini meski ada

beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penerapannya yaitu

kewajiban sekolah, kebijakan dan priotitas pemerintah, partisipasi

masyarakat dan orang tua, peranan profesionalisme dan manajerial serta

pengembangan profesi. Ketiga menekankan kemandirian lebih besar

dalam pengelolaan atau otonomi pendidikan dalam melakukan supervisi

sendiri, untuk dapat menyelenggarakan pengelolaan lembaga Pendidikan

yang baik perlu memperhatikan kualitas, otonomi, akuntabilitas

16
(pertanggungjawaban), evaluasi dan akreditasi (h. 207-225). Pada sumber

daya pendidikan, dengan rendahnya kualitas tenaga kependidikan

padahal dituntut memiliki sumber daya pendidikan yang berkualitas dan

profesional maka solusi yang harus dilakukan oleh pendidikan Islam

adalah adanya program peningkatan kemampuan sumber daya

.
pendidikan berupa training for trainers (h. 226-227) 19

Pemimpin lembaga pendidikan, khususnya di lingkungan

pesantren dan madrasah merupakan motivator, event Organizer, bahkan

penentu arah kebijakan sekolah dan madrasah yang akan menentukan

bagaimana tujuan-tujuan pendidikan pada umumnya direalisasikan.

Untuk mewujutkan hal tersebut maka kepala sekolah dituntut agar

lebih efektif, kreatif, dan inovatif dengan memenuhi kriteria sebagai

berikut :

1) Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran dengan baik, lancar dan pruduktif.

2) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang

telah ditetapkan.

3) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat

sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka

mewujutkan tujuan sekolah dan pendidikan.

19
.Nurul Yaqin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Madinah;Jurnal Studi
Islam;2016);Volume 3, hlm,

17
4) Berusaha dan mampu menerapkan prinsip kepemimpinan yang

sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pengawai lain di

sekolah.

5) Bekerja dengan Tim manajemen lainnya.

6) mampu mewujutkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan

.
ketentuan yang telah ditentukan. (E.Mulyasa : 2004; 126) 20

Lembaga pendidikan hendaknya selalu menkaji dan meneliti

semua aspek yang ada di pendidikan, karena hal itu akan menjadikan

evaluasi pendidikan yang ada di lembaga tersebut untuk menjadi loncatan

bagaimana seharusnya lembaga pendidikan mengembangkan kualitas

sumber daya manusianya untuk menjadi manusia yang seutuhnya.

Penerapan pendidikan tentunya tidak bisa lepas dari mutu, ketika

pendidikan berjalan dengan mempertimbangkan standar mutu, banyak

aspek yang harus dilakukan melalui step by step, mutu harus di

tingkatkan melalui supervisi pendidikan untuk menjamin pembentukan

manusia yang sebenar-benarnya melalui pendidikan yang menerapkan

Implementasi menejemen mutu terpadu.

Pada intinya madrasah sebagai salah satu pendidikan harus

mengontrol semua sumberdaya termasuk sumber daya manusia yang

ada, dan lebih lanjut harus menggunakan secara lebih efisien sumber

daya tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat bagi pengikatan mutu


20
.Nurul Yaqin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Madinah;Jurnal Studi
Islam;2016);Volume 3, hlm, 100

18
khususnya. Sementara, itu kebijakan makro yang dirumuskan oleh

pemerintah atau otoritas pendidikan lainnya masih diperlukan dalam

rangka menjamin tujuan-tujuan yang bersifat nasional dan akuntabilitas.

Dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen ini, strategi yang

dapat dilaksanakan oleh sekolah/madrasah antara lain meliputi evaluasi

diri disamping supervisi yang dilakukan oleh supervisor, untuk

menganalisa kekuatan dan kelemahan madrasah. Berdasarkan hasil

supervisi dan evaluasi tersebut madrasah bersama–sama orang tua dan

masyarakat menentukan visi dan misi madrasah dalam peningkatan

mutu pendidikan atau merumuskan mutu yang diharapkan dan

dilanjutkan dengan penyusunan rencana program madrasah termasuk

pembiayaan, dengan mengacu kepada skala prioritas dan kebijakan

nasional sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah dan sumber daya yang

tersedia.21

21
. Anip Dwi Saputro, Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Madrash/sekolah, (Ponorogo,
UMM. ..); hlm; 1

19
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan paparan materi di atas maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan yaitu:

1. Supervisi pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang

direncanakan dan dilakukan oleh supervisor untuk memperbaiki

pengelolaan pendidikan sehingga diperoleh pembelajaran yang

maksimal dengan cara menilai seluruh komponen yang ada terhadap

pelaksana pendidikan yang disupervisi dan menilai perangkat

pembelajaran yang dimilikinya sehingga guru tersebut menjadi lebih baik

dan professional di bidangnya.

20
2. ada dua masalah supervisi pendidikan yang sering muncul

adalah;1. Masalah Internal Berupa sumberdaya manusia Yaitu: Guru,

pemimpin, tenaga administrasi, anak didik; 2. Masalah eksternal berupa:

struktur organisasi, pola pengawasan, kesejahteraan, dan kompetensi

pengawas

3. solusi dari permasalahan tersebut adalah; perubahan paradigm,

menerapkan manajemen berbasis sekolah, dan peningkatan

kemampuan serta kualifikasi pendidikan SDM.

Daftar Pustaka

Aedi, N. (2014). Pengawasan pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada

Kholik Abdul, (…), Pendidikan Sosial dan Kemasyarakatan, http:/ /khaliqida .

blogspot.com, di akses pada 1 Maret 2020;

Kristiawan M, dkk, (2019), Supervisi Pendidikan, Bandung, Alfabeta,

21
Made Pidarta. (2009). Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta.

Mukhtar, dkk. (2009), Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta;Gaung

Persada. Mulyadi, (2010), Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam

mengembangkan Budaya Mutu, Malang, UIN Maliki, Press.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, Standar Pendidikan Nasional. Junto

Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 Standar Pendidikan Nasional.

Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 Tanggal 28 Maret 2007, Standar

Pengawas Sekolah/ Madrasah

Piet. A. Sahertian. (1981). Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan. Surabaya:

Usaha Nasional.

Purwanto, N. (1974) Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Nasco.

Sahertian, Ida Aleidia, (1992), Supervisi Pendidikan Dalam Rangka

Program Inservice Education, Jakarta: Rieneka Cipta.

Saputro AD, (…). Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Madrash /

sekolah, Ponorogo, UMM.

Subari, (1994), Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi

Mengajar, Jakarta:Bumi Aksara.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. (2014).

Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wardi Moh, (2013), Problematika Pendidikan dan Solusi

Alternatifnya, Smpang; Tadris, Volume.

22
Yaqin Nurul, (2016), Manajemen Lembaga Pendidikan, Madinah;Jurnal

Studi Islam Volume 3

Zulham Neta, (…), Pelaksanaan Supervisi dalam Rangka Efesien dan

Efektifitas Pendidikan, http://ww w.slideshare.net, di akses pada

10

November 2023,pukul 01:00 WIB.

23

Anda mungkin juga menyukai