MAKALAH
PERAN DAN FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu:
Dr. Abdullah Latuapo, M. Pd. I
Dr. Dewi Nofrita, M. Pd
Oleh:
KELOMPOK I
1. FITRIA SELLA
2. DIANA ASMELLYA
3. SRI WINDA RUMBIA
4. ILHAM KAMBOSE
5. RUBIA MALAWAT
i
2
KATA PENGANTAR
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
Tak lupa pula salawat serta salam tercurahkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad Swt, sebagai Nabi penutup zaman dan pemberi rahmat bagi kita
semua.
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kata-
kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun
Penulis
3
cover
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2
BAB I ...................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 5
C. TUJUAN PENULISAN .............................................................................................. 5
BAB II..................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 7
A. Pengertian Supervisi Pendidikan .................................................................................... 7
B. Fungsi Supervisi Pendidikan ........................................................................................ 12
C. Peran Supervisi Pendidikan .......................................................................................... 13
BAB III ................................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................................ 15
KESIMPULAN ................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 16
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gelombang peradaban keempat yang saat ini dikenal dengan era pendidik 4.0
memaksa kita menyesuaikan seluruh kerangka sendi dan perangkat kerja pada setiap
segmen kehidupan, termasuk pengelolaan sekolah. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi sangat pesat menuntut kepala sekolah untuk mengembangkan
kompetensinya secara berkelanjutan. Inovasi menjadi kunci paling utama di era
industri 4.0 yang menuntut kepala sekolah membentuk peserta didik memiliki
kompetensi abad 21 yang mampu berfikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan
komunikatif. Peserta didik yang berkualitas merupakan keluaran (output) dari sistem
persekolahan yang baik. Kepala sekolah menjadi actor utama yang mengelola
masukan (input), proses, dan keluaran (output) dengan berpedoman pada Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
Salah satu kebijakan prioritas Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah peningkatan
kompetensi kepala sekolah yang mampu berpikir visioner dalam memimpin dan
mengelola sekolahnya. Target utamanya adalah membangun tata kelola dan budaya
mutu di sekolah yang berdaya saing tinggi.1
Kepemimpinan abad 21 bagi kepala sekolah dapat dilakukan dengan
beberapa strategi. Pertama, kepala sekolah harus mampu melihat peluang dan
potensi yang ada dengan mengidentifikasi masalah di sekolahnya sebagai dasar
pengembangan sekolah. Yang terpenting bagi kepala sekolah adalah pelibatan secara
aktif pemangku kepentingan (stakeholders) sekolah yaitu guru, tenaga kependidikan,
peserta didik dan orangtua serta pihak terkait di luar sekolah untuk menyelesaikan
persoalan sekolah. Kedua, kepala sekolah dalam perannya sebagai supervisor harus
1
Direktorat Pembinaan Tenaga Kerja Guru, Supervisi Dan Penilaian Kinerja Guru, 2019. Hlm v
5
BAB II
PEMBAHASAN
Supervisi secara etimologis berasal dari bahasa inggris “to supervise” atau
mengawasi. Menurut Merriam Webster’s Colligate Dictionary disebutkan bahwa
supervisi merupakan „A critical watching and directing”. Beberapa sumber lainnya
menyatakan bahwa supervisi berasal dari dua kata, yaitu “superior” dan “vision”.
Supervisi dalam pendidikan ialah suatu aktifitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
melakukan pekerjaan secara efektif. Manullang menyatakan bahwa supervisi
merupakan proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,
menilainya dan bila perlu mengkoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan rencana semula. Supervisi merupakan usaha memberi pelayanan agar
guru menjadi lebih profesional dalam menjalankan tugas melayani peserta didik.2
Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju
kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di
dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. la berupa dorongan, bimbingan, dan
kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan
dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan
pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode - metode mengajar yang lebih
baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan
sebagainya.3
Dengan kata lain, Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
2
Donni Juni Priansa, Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Bandung :
Alfabeta ), H. 84
3
Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2010), H.76
8
4
Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, (Bandung : Alfabeta , 2010 ) H. 39
9
5
Piet Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan ( Jakarta : Rineka Cipta ,
2008), H. 16
6
N.A. Ametembun, Supervisi Pendidikan Disusun Secara Berprogam ( Bandung: Suri, 2007
), H. 3
10
7
Piet A Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka Pengembangan
Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), H.21
11
8
Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, (Bandung : Alfabeta,2010) , H. 4724
9
Depdiknas. Supervisi Akademik dalam Peningkatan Profesionalisme Guru. (Direktorat Tenaga
Kependidikan Ditjen PMPTK Depdiknas. 2008.).hlm 15.
12
10
Depdiknas.ibid, hlm 10.
11
Piet A Sahertian, ibid, H.29
13
Dilihat dari fungsi utama supervisi di tujukan pada perbaikan dan peningkatan
kualitas, agar sasaran supervisi terlaksana dalam peningkatan kinerja secara efektif,
maka kemampuan guru perlu ditingkatkan. Peran supervisi menurut Ametembun
terdiri dari:
a. Research, Yaitu sebagai proses untuk mencari jalan keluar dari masalah
yang dihadapi.
b. Evaluation, yaitu penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang
diinginkan, seberapa besar yang telah dicapai, dan penilaian ini dilakukan
dengan berbagai cara seperti tes, penetapan standar, penilaian kemajuan
belajar sisiwa, melihat perkembangan hasil penilaian sekolah, serta prosedur
lain yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
c. Improvement, yaitu perbaikan adalah sebagai usaha untuk mendorong guru
baik secara perseorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan
berbagai perbaikan dalam menjalankan tugas mereka. Perbaikan ini dapat
dilakukan dengan bimbingan, yaitu dengan cara membangkitkan kemauan,
memberi semangat, mengarahkan dan merangsang untuk melakukan
percobaan, serta membantu menerapkan sebuah prosedur mengajar yang
baru.
d. Development, yaitu pengembangan merupakan salah satu usaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapi, yaitu dengan melakukan
pembinaan atau pelatihan kepada guru-guru tentang cara-cara baru dalam
melaksanakan suatu proses pembelajaran, pembinaan ini dapat dilakukan
denagan cara demonstrasi mengajar, workshop, seminar, observasi,
konferensi individual dan kelompok, serta kunjungan sepervisi.12
12
Maryono,Ibid, H. 2330
14
13
Piet A. Sahertian,Ibid, H. 25
14
N.A Ametembun, Supervisi Pendidikan Disusun Secara Berprogram, (Bandung: Suri, 2007) Hlm.31
15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA