Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“MEMBINA DAN MENGEMBANGKAN POTENSI SUMBER DAYA GURU DALAM


PROFESI MENGAJAR”
Mata Kuliah:
Model Pembinaan dan Supervisi Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
Dr. H. Ahmad Salabi, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 7

Ahmad Rifqi Nazid 230211030074


Mega Selvia 230211030085

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
A. Latar belakang penulisan.................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................4
KAJIAN TEORI.........................................................................................................................4
A. Implementasi Teknik Supervisi Pendidikan dalam Pembinaan Profesional...................4
B. Implementasi Teknik Supervisi Pendidikan dalam Pembinaan Personal......................10
BAB III....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................20

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Guru merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan proses pembelajaran.

Guru yang berkualitas akan mampu memberikan pembelajaran yang berkualitas pula. Oleh

karena itu, pembinaan dan pengembangan potensi sumber daya guru dalam profesi mengajar

merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

Pembinaan dan pengembangan potensi sumber daya guru dapat dilakukan melalui

berbagai cara, salah satunya adalah dengan supervisi pendidikan. Supervisi pendidikan

merupakan proses pemberian layanan bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan

kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara

efektif dan efisien.

Supervisi pendidikan dapat dilakukan dalam dua aspek, yaitu pembinaan profesional

dan pembinaan personal. Pembinaan profesional merupakan upaya untuk meningkatkan

kompetensi guru dalam bidang akademik, seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap

profesional. Pembinaan personal merupakan upaya untuk meningkatkan pengembangan

pribadi guru, seperti sikap, kepribadian, dan mentalitas guru.

Penerapan teknik supervisi pendidikan yang tepat akan dapat membantu guru dalam

meningkatkan kompetensi profesional dan personalnya. Hal ini akan berdampak pada

peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa.

2
Berdasarkan latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas mengenai

implementasi teknik supervisi pendidikan dalam pembinaan profesional dan pembinaan

personal guru. Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada para

pendidik dan tenaga kependidikan mengenai pentingnya supervisi pendidikan dalam

pembinaan dan pengembangan potensi sumber daya guru dalam profesi mengajar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam

penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi teknik supervisi pendidikan dalam pembinaan profesional

guru?

2. Bagaimana implementasi teknik supervisi pendidikan dalam pembinaan personal

guru?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan dalam makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan implementasi teknik supervisi pendidikan dalam pembinaan profesional

guru.

2. Menjelaskan implementasi teknik supervisi pendidikan dalam pembinaan personal

guru.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan yang didapatkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

3
1. Memberikan pemahaman kepada para pendidik dan tenaga kependidikan mengenai

pentingnya supervisi pendidikan dalam pembinaan dan pengembangan potensi

sumber daya guru dalam profesi mengajar.

2. Memberikan referensi bagi para pendidik dan tenaga kependidikan dalam

melaksanakan supervisi pendidikan.

3. Memberikan masukan bagi para pengambil kebijakan pendidikan dalam

meningkatkan kualitas supervisi pendidikan.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Implementasi Teknik Supervisi Pendidikan dalam Pembinaan Profesional

Pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang supervisor terhadap guru dalam rangka

melaksanakan, mengoreksi, memperbaiki dan membina proses belajar mengajar bersama

guru, diantaranya adalah pendekatan professional. Kata profesional menunjukkan pada

fungsi utama guru yang melaksanakan pengajaran secara profesional. Mengajar sebagai

profesi menjadikan tugas guru secara langsung menyentuh manusia menyangkut

kepentingan dan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang kearah kedewasaan dan

kemandirian melalui proses pembelajaran, maka sasaran supervisi juga harus

mengarahkan pada hal-hal yang menyangkut tugas mengajar itu, dan bukan tugas guru

yang sifatnya administratif. Dalam lingkup sekolah maka yang dapat dikatakan sebagai

supervisor yaitu kepala sekolah. Karena kepala sekolah sebagai administrator terdepan

dan jelas berkaitan dengan guru khususnya dalam kegiatan proses pembelajaran. Selain

itu wakil kepala sekolah, maupun kepala sumber belajar juga bisa membimbing guru-guru

lain untuk membantu peningkatan kompetensi profesionalnya.

Guru yang profesional amat berarti bagi pembentukan sekolah unggulan. Guru

profesional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral, keimanan,

ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang luas, kemampuan

manajerial, trampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami potensi,

karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana

5
studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan

kurikulum.

Peran seorang supervisor yaitu membantu (Assisting), dorongan (Supporting), dan

mengikutsertakan (Sharing). Berkaitan dengan peran sebagai supervisor maka peran

kepala sekolah yaitu membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan, membantu

guru dalam menggunakan sumber-sumber, metode dan alat pelajaran, membantu guru

dalam memenuhi kebutuhan dan membimbing pengalaman belajar siswa, membantu guru

menilai kemajuan-kemajuan dan hasil pekerjaan siswa, membantu guru untuk lebih bisa

bersosialisasi dengan masyarakat, serta membantu reaksi mental dan moral kerja guru

dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.1

1. Membantu Guru Melihat dengan Jelas Proses Belajar Mengajar sebagai Suatu

Sistem

Superivisi yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai supervisor ialah

membantu guru-guru memperbaiki situasi mengajar dalam arti luas. Salah satu tugas

dalam rangka meningkatkan mutu pelajaran di sekolah yaitu mengembangkan dan

menganalisa kurikulum yang diterapkan disekolah. Dalam rangka menganalisa

kurikulum ini tugas kepala sekolah adalah membantu guru meningkatkan profesi

mengajar.2

Dalam usaha meningkatkan profesi mengajar, berkaitan erat dengan usaha

guru membantu murid-murid dalam memperbaiki proses belajarnya. Proses belajar

mengajar yang dilakukan oleh guru tersebut merupakan suatu sistem, yaitu

separangkat obyek terdiri dari komponen-komponen yang saling bergantung.

1
Ozila, a. l. (2019, May 12). Peranan Supervisi dalam meningkatkan Pengembangan Profesionalisme
dan Kinerja Guru. https://doi.org/10.31219/osf.io/m9kh3
2
Piet A. Sahertian dan Ida Alaeda, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program Inservice Education,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 84.

6
Sahertian menganalisa situasi proses belajar mengajar itu atas dasar beberapa

komponen-komponen yang perlu ditingkatkan, komponen-komponen tersebut

mencakup beberapa hal yaitu :

a. Membantu guru-guru melihat dengan jelas kaitan antara tujuan-tujuan

pendidikan.

b. Membantu guru-guru agar lebih mempu membimbing pengalaman belajar

(learning experience) dan keaktifan belajar (learning activities) murid-murid.

c. Membantu guru menggunakan sumber dan media belajar.

d. Membantu guru dalam menerapkan metode dan teknik mengajar yang lebih

berdaya guna dan berhasil guna.

e. Membantu guru dalam menganalisa kesulitan-kesulitan belajar dan kebutuhan

belajar murid-murid.

f. Membantu guru dalam menilai proses belajar mengajar, dan hasil belajar

murid (membantu guru dalam menyusun test yang tepat).3

Berikut adalah beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh supervisor

untuk membantu guru melihat proses belajar mengajar sebagai suatu sistem:

a. Supervisor dapat melakukan observasi kelas bersama guru. Observasi kelas

dapat membantu supervisor dan guru memahami secara langsung bagaimana

proses belajar mengajar berlangsung. Supervisor dapat mengamati dan

mencatat elemen-elemen apa saja yang ada dalam proses belajar mengajar,

serta bagaimana elemen-elemen tersebut saling berhubungan dan saling

mempengaruhi.

3
Ibid, h.85

7
b. Supervisor dapat memberikan umpan balik kepada guru. Umpan balik yang

diberikan oleh supervisor dapat membantu guru memahami kekuatan dan

kelemahan proses belajar mengajar di kelasnya. Umpan balik ini dapat berupa

saran atau rekomendasi untuk meningkatkan proses belajar mengajar.

c. Supervisor dapat memfasilitasi kegiatan pelatihan atau workshop bagi

guru. Pelatihan atau workshop dapat membantu guru mempelajari konsep

sistem dan bagaimana menerapkannya dalam proses belajar mengajar.

Dengan bantuan supervisor, guru dapat melihat proses belajar mengajar secara

lebih komprehensif dan holistik. Hal ini akan membantu guru untuk meningkatkan

kualitas proses belajar mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran.

2. Membantu Guru Meningkatkan Moral dan Kenyamanan Bekerja

Pandangan guru terhadap supervisi yang kadang-kadang cenderung negatif

yang mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model pengawasan terhadap guru

dengan menekan kebebasan guru. Asumsi ini dipengaruhi oleh sikap pengawas

sebagai supervisor seperti bersikap otoriter, hannya mencari kesalahan guru dan

menganggap lebih dari guru karena jabatannya. Kasus guru senior cenderung

menganggap supervisi merupakan kegiatan yang tidak perlu karena menganggap

bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih. Oleh karena itu, untuk

menghadapi hal yang demikian pengawas selaku supervisor dalam menjalankan

supervisi pembelajaran harus bersikap lemah lembut sebagai firman Allah dalam Al-

Qur.an surat Ali Imron/3: 159.

8
‫ِف‬ ‫ِل‬ ‫۟ا ِم‬ ‫ِب‬ ‫ِل‬ ‫ِه ِل‬ ‫ٍة‬ ‫ِب‬
‫َف َم ا َرَمْح ِّم َن ٱلَّل نَت ُهَلْم ۖ َو َلْو ُك نَت َفًّظا َغ يَظ ٱْلَق ْل َلٱنَف ُّضو ْن َحْو َك ۖ َفٱْعُف َعْنُه ْم َوٱْس َتْغ ْر ُهَلْم‬

‫ِل‬ ‫ِحُي‬ ‫ِه‬


‫َو َش اِوْرُه ْم ىِف ٱَأْلْم ِر ۖ َفِإَذا َعَزْمَت َفَتَوَّك ْل َعَلى ٱلَّل ۚ ِإَّن ٱلَّلَه ُّب ٱْلُم َتَوِّك َني‬

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.

Ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa orang yang memberikan peringatan

kepada orang lain haruslah dilakukan dengan lemah lembut, agar mereka yang diberi

merasa simpatik dan mau menerima serta melaksanakan sesuai dengan yang

diperintahkannya. Terlebih seorang supervisor, dia adalah orang yang berperan dalam

memberikan bantuan dan penjelasan kepada meraka yang menjadi binaannya. Dan

tentunya berkaitannya dengan tugasnya ini, maka seorang supervisor haruslah seorang

yang bijaksana yang mampu memahami tentang keluh kesah, dan problema yang

dihadapi para guru dengan penuh kesabaran.

Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan

dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan guru pada bidang

tugasnya. Menempatkan guru sesuai dengan keahliannya secara mutlak harus

dilakukan. Bila guru diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat

menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak

puas pada diri mereka. Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja

guru. Menurut Pidarta bahwa moral kerja positif ialah suasana bekerja yang gembira,

9
bekerja bukan dirasakan sebagai sesuatu yang dipaksakan melainkan sebagai sesuatu

yang menyenangkan.4

Moral kerja yang positif adalah mampu mencintai tugas sebagai suatu yang

memiliki nilai keindahan di dalamnya. Jadi, kinerja dapat ditingkatkan dengan cara

memberikan pekerjaan seseorang sesuai dengan bidang kemampuannya. Hal ini

dipertegas oleh Munandar yang mengatakan bahwa kemampuan bersama-sama

dengan bakat merupakan salah satu faktor yang menentukan prestasi individu,

sedangkan prestasi ditentukan oleh banyak faktor diantaranya kecerdasan.5

3. Membantu Guru Memahami Kode Etik Jabatan Guru dan Penghormatan

Terhadap Korp.

Istilah “kode etik” itu terdiri dari dua kata, yakni “kode” dan “etik”. Perkataan

“etik” berasal dari bahasa Yunani, “ethos” yang berarti watak, adab atau cara hidup.

Dapat diartikan bahwa etik itu menunjukkan “cara berbuat yang menjadi adat, karena

persetujuan dari kelompok manusia”. Dan etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem

nilai-nilai yang disebut “kode”, sehingga terjelmalah apa yang disebut “kode etik”. Atau

secara harfiah “kode etik” sumber etik. Etika artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang

berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi “kode etik

guru” di artikan sebagai “aturan tata susila keguruan”. Menurut Westby Gibson, kode

etik (guru) dikatakan suatu statemen formal yang merupakan norma (aturan tata susila)

dalam mengatur tingkah laku guru. Karena itu, sebagai tenaga profesional perlu memiliki

“kode etik guru” dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru

selama dalam pengabdian. Kode etik guru ini merupakan ketentuan yang mengikat

semua sikap dan perbuatan guru. Bila guru telah melakukan perbuatan asusila dan

4
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), h. 77
5
Conny Semiawan, A. S. Munandar dan SCU Munandar, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa
Sekolah Menengah; Petunjuk bagi Guru dan Orangtua, (Jakarta: PT. Grasindo, 1984), h. 85

10
amoral berartiguru telah melanggar “kode etik guru”. Sebab kode etik guru ini sebagai

salah satu ciri yang harus ada pada profesi guru itu sendiri.6

Kode etik guru diartikan sebagai suatu aturan tata-susila keguruan yang mengatur

sikap dan perilaku sesorang guru baik sikap terhadap atasan, maupun masyarakat. 7

Maksudnya aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan guru) di lihat dari segi

susila. Kode etik ini merupakan kerangka bagi guru dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawab yang diembannya.

Berbicara mengenai “kode etik guru” berarti membicarakan guru di negara kita.

Berikut akan dikemukakan kode etik guru Indonesia sebagai hasil rumusan kongres

PGRI XIII pada tanggal 21 November 1973 di Jakarta terdiri dari sembilan item, yaitu:

a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk

manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai

kebutuhan anak didik masing-masing.

c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi

tenatng anak didik, tetapi menghindari diri dari segala bentuk

penyalahgunaan.

d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan

dengan orang tua didik sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.

e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolah

maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

f. Guru sendiri atau bersama-sama berusaha mengembngakan dan

meningkatkan mutu profesinya.

6
Sayiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h.43-48.
7
Kusnadi, Profesi dan Etika Keguruan, (Pekanbaru :Yayasan Pustaka Riau, 2011), h . 94.

11
g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik

berdasarkan lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan.

h. Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina, dan

meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana

pengabdian.

i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang pendidikan.

Kode etik ini merupakan suatu yang harus dilaksanakan sebagai barometer dari

semua sikap dan perbuatan guru dalam berbagai segi kehidupan, baik dalam keluarga,

sekolah, dan masyarakat.8

B. Implementasi Teknik Supervisi Pendidikan dalam Pembinaan Personal

1. Membantu Guru yang belum Berpengalaman

Guru pemula didefinisikan sebagai seorang yang mengajarkan sesuatu untuk

pertama kalinya. Para guru pemula memiliki berbagai latar belakang, motivasi,

pengalaman, dan tingkat persiapan dalam pengalaman mengajar awal mereka. Tidak

ada kesepakatan berapa tahun pengajaran yang diperlukan untuk menjadi guru yang

profesional. Kim & Roth (2011) mendefinisikan guru pemula adalah guru yang

mengajar kurang dari lima tahun pengalaman mengajar. Seorang guru pemula

didefinisikan sebagai guru yang memenuhi syarat yang telah menyelesaikan pelatihan

prajabatan mereka tetapi memiliki kurang dari lima tahun pengalaman mengajar di

kelas.9 Dalam Permendiknas No. 27 Tahun 2010 yang dimaksud guru pemula adalah

guru yang baru pertama kali ditugaskan melaksanakan proses

8
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011),
h.152-159.
9
Siti Nafsul Muthmainnah & Marsigit, Gaya Mengajar Guru Pemula Dan Guru Profesional Dalam
Pembelajaran Matematika SMP di Klaten, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember
2018. h. 204-205.

12
pembelajaran/bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan yang diselenggarakan

oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat.10

Kebanyakan guru pemula belum berpengalaman. Hal ini merupakan tantangan

bagi Supervisor. Ciri-cirinya: Pemalu, canggung dalam pergaulan dengan teman

sejawat, tidak merasa aman dalam melaksanakan tugas.

Dalam hal ini mereka perlu pelayanan dan pendekatan dari orang yang lebih

berpengalaman, bantuan yang dapat diberikan kepada guru tersebut antara lain:

a. Membantu memecahkan problema yang dihadapi dalam mengajar dan

merencanakan tugas-tugasnya mengajar.

b. Membantu mereka untuk mengenal murid-murid dan dapat mengidentifikasikan

diri dengan murid. Identifikasi ini sering keliru. Sering guru baru menyangka

mengidentifikasi dengan murid berarti bergaul seperti teman murid dan murid.

Identifikasi seperti ini mengakibatkan pribadi guru menjadi lebur dan hilanglah

wibawanya. Di lain pihak guru mencoba mengidentifikasikan diri sebagai

pemimpin yang mengakibatkan ia bersikap sombong dan dibuat-buat.

c. Mengantarkan guru baru ke dalam suasana pergaulan antar guru.

d. Teknik yang paling tepat adalah Program orientasi percakapan pribadi, atau

mengikutsertakan dalam panitia kerja atau kelompok diskusi. Bimbingan dan

pengarahan yang tepat akan sangat membantu pertumbuhan guru baru.11

2. Membantu guru-guru yang bekerja kurang efektif

Sebagaimana manusia biasa tentunya guru mempunyai kelemahan-kelemahan

sendiri. Guru yang mempunyai kelemahan biasanya menutup kelemahannya bila ia

10
(Permendiknas, Pasal 1 Ayat 2, 2010).
11
Muhniansyah, Beberapa Petunjuk Untuk Membantu Mengatasi Problema Dalam Tugas Guru, Jurnal
STAI Al-Washliyah Barabai Vol.XI No. 22 Juli-Desember 2018. H.37

13
bersifat introvert. Tetapi ada juga yang menutupi kelemahan dirinya dengan

mengadakan manipulasi tingkah laku, misalnya menarik perhatian orang lain dan

bertindak yang menyimpang. Itu terletak pada latihan kebiasaan dan disiplin yang

kurang. Ada juga yang karena ia sendiri kurang pandai waktu belajar di pendidikan

guru, kurang cakap mengajar, acuh tak acuh dalam membuat persiapan dan

perencanaan tugas-tugas. Mungkin juga oleh karena sukar untuk menyesuaikan diri di

rumah atau di masyarakat. Ada pula sebab-sebab yang bersumber pada emosi

misalnya ketakutan akan kegagalan, merasa tidak aman, tertekan dalam pekerjaan

atau terlalu banyak diberi tugas tambahan, terlalu mementingkan diri sendiri.

Semua reaksi jiwa yang tersebut di atas bersumber dari kebutuhan yang tak

terpenuhi. Oleh sebab itu harapan untuk memenuhi kebutuhan itu adalah suatu

permulaan yang berhasil dari perjalanan seorang supervisor. Sifat tendensi manusia

adalah selalu mengadakan rasionalisasi kelemahan dirinya. Oleh karena itu

percakapan pribadi dapat membantu guru akan mengenal dirinya sendiri adalah suatu

cara yang efektif. Keterampilan supervisor untuk menganalisis kasus-kasus

kelemahan guru berdasarkan data obyektif. Berdasarkan data obyektif itu guru dapat

melihat dirinya sendiri dalam konteks relasi dengan orang lain. Hindarkan praktik-

praktik tradisional misalnya seperti memberi rekomendasi agar guru itu dipindahkan,

memberi rekomendasi untuk mengurangi tugas-tugas pada waktu berikutnya,

memberi rekomendasi agar guru tersebut mencari pekerjaan lain, Menghentikan usul-

usul kenaikan pangkat atau memotong gaji dan sebagainya.

Menurut Gao dan Liu (2013) terdapat enam hal yang membuat seorang guru

menjadi guru yang efektif yaitu, pengetahuan guru, sikap profesional, performa dalam

kelas, kemampuan membangun hubungan, kemampuan memotivasi dan kepribadian.

Selain itu, diperlukan kemampuan pedagogik dan pelatihan didaktik. Berdasarkan

14
pendapat dari peneliti di atas dapat kita asumsikan kepribadian merupakan aspek yang

menentukan keberhasilan guru dalam kelas.12

Metode yang terbaik untuk membantu guru-guru demikian ialah meletakkan

hubungan kemanusiaan yang baik, ada saling percaya, saling mengakui, saling

menghargai dan saling dapat bekerja sama. Dalam percakapan pribadi, supervisor

dapat menimbulkan kepercayaan pada diri sendiri. Orang harus dilatih untuk melihat

self-concept, konsep tentang dirinya sendiri, ide tentang dirinya. Tugas supervisor

adalah memberi kebebasan agar guru dapat menemukan dirinya sendiri, selain itu

saling bekerja sama, saling membantu adalah cara yang diperlukan oleh para guru.

Keberanian untuk menerima kenyataan sebagai adanya, adalah permulaan dari segala

usaha perbaikan, di samping percakapan, pribadi, diskusi bersama, maka

intervicitation juga merupakan salah satu teknik yang dapat dilaksanakan bagi mereka

yang sukar melihat kekurangan dirinya biasanya dapat belajar dari orang lain, orang

yang lebih dari dirinya sendiri.

3. Membantu guru yang superior

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia superior diartikan sebagai orang

atasan, pemimpin. (Depdiknas, 2001; 1107). Sedangkan Peter Salim menyatakan

bahwa superior bermakna orang yang terbaik, tertinggi, teratas dan sebagainya

dibandingkan orang lain. (Peter Salim dan Yenny Salim, tth; 1486). Biasanya guru

yang superior itu adalah guru-guru yang:

a. guru-guru yang sangat berhasil dalam belajarnya karena menggunakan cara-cara

mengajar yang sesuai dengan kepribadiannya.

12
Anna Armeini Rangkuti, Hilmi Abdul Azis, GAMBARAN KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN
DAN NILAI GURU EFEKTIF YANG DISUKAI BERDASARKAN PERSPEKTIF SISWA SEKOLAH
NEGERI DI JAKARTA TIMUR, Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 3, No. 2, Oktober 2014. H.
75.

15
b. guru-guru yang menggunakan cara-cara yang bermacam-macam secara baik atau

berhasil. Biasanya guru-guru yang berhasil baik ini dipilih sebagai contoh untuk

ditiru. Dengan demikian mereka merasa superior.

selayaknya guru-guru superior ini juga perlu untuk mendapatkan penghargaan,

tetapi hendaknya jangan secara langsung agar tidak merasa dipuji secara berlebih-

lebihan atau ditonjolkan, sebagai model dari pekerjaan yang baik.

Ada juga cara lain yaitu memberi hadiah atau penghargaan khusus, misalnya

memberi tambahan gaji extra. Untuk menghilangkan rasa iri ada baiknya hal itu

dilakukan secara kooperatif, yaitu guru-guru ikut menilai dan memilih guru mana

yang layak diberi penghargaan sebagai guru teladan.

Kunjungan kepada guru-guru yang superior akan sangat bernilai.

Keuntungannya ialah mereka merasa diperhatikan, dihargai, menghilangkan

prasangka bahwa supervisor hanya mengunjungi guru-guru yang kurang mampu dan

lebih dari itu kunjungan itu sendiri menjadi dorongan bagi mereka untuk lebih maju

lagi. Supervisor sendiri dapat belajar dari guru-guru yang superior itu.

Guru superior adalah guru yang profesional, maka pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan non direktif. Perilaku supervisor adalah mendengarkan,

memberanikan, menjelaskan, menyajikan dan memecahkan masalah. Sedangkan

teknik yang diterapkan adalah dialog dan mendengarkan aktif. Jadi kepala Madrasah

hanya mendengarkan dan bahkan belajar dari guru tersebut.13

4. Membantu Guru dengan Kelemahan Pribadi

Salah satu sebab penting dari kelemahan mengajar adalah kelemahan pada

pribadi guru. Manifestasi kelemahan itu nampak pada:

13
Nurkholis, Problematika Guru Di Madrasah Dalam Perspektif Supervisi Pendidikan, Journal of
Darussalam Islamic Studies Vol. 1, No. 1, December 2020. h.52.

16
a. Gangguan suara pada saat berkata-kata misalnya menelan kata-kata, waktu

bicara kurang jelas, suara yang terlalu lemah, terlalu cepat berbicara,

kurang menguasai perbendaharaan kata-kata yang lancar, suka mengeluh

dan suka marah-marah.

b. Gangguan dalam gaya lahiriah dan inti pribadi misalnya berpakaian

terlalu menyolok dan bersolek berlebih-lebihan atau sebaliknya pakaian

kurang rapi, ekspresi muka tidak pernah berubah-ubah, bau badan yang

kurang enak, terlalu cerewet.

c. Gangguan watak dan pribadi, misalnya lekas tersinggung, terlalu peka, tak

percaya, selalu salah pengertian, ketakutan yang berlebih-lebihan, kurang

tenang secara emosional.

Bagaimana cara menolong guru-guru yang tersebut di atas adalah dengan:

a. jangan sekali-kali membandingkan dengan guru-guru lain. (Derek Wood,

dkk., 2011; 24).

b. Kunjungan ke kelas oleh supervisor dapat menolong melihat kelemahan

dirinya sendiri.

c. Kerap kali berdiskusi secara berterus terang adalah cara pendekatan yang

lebih baik, tapi supervisor harus yakin akan gangguan tersebut.

d. Tape-recorder atau alat bantu lain sangat berguna untuk membantu guru-

guru untuk mengamati kelemahan-kelemahan mereka sendiri.

Tugas supervisor dalam hal ini adalah selalu belajar mengenal pribadi dari

seluruh guru agar dapat memberikan diagnose dan pembinaan tentang pribadi guru-

gurunya dengan cara yang simpatik dan untuk itu supervisor harus banyak

mengadakan observasi kelas, berbicara dengan guru-guru, dengan murid, atau

17
mendengar keluhan-keluhan para orang tua. Oleh karena guru-guru secara individual

berbeda-beda baik mengenai temperamen dan emosinya, maka supervisor selalu

menyesuaikan dirinya dengan kepribadian guru dan waktu mengadakan observasi

terhadap guru terutama mengenai hal menilai dan mendiskusikan kelemahan-

kelemahan mereka.14

Supervisor dapat menerapkan cara-cara misalnya visitation oleh supervisor

agar guru dapat melihat kelemahan dirinya, berdiskusi secara terus terang, atau

mungkin dengan menggunakan gangguan tape recorde, agar guru biasa menghadapi

gangguan. Tugas supervisor dalam hal ini ialah selalu belajar mengenal pribadi dari

seluruh guru agar mampu memberi diagnosa yang tepat dan juga pembinaan kepada

guru-guru.15

5. Membantu Guru yang Kurang Bergairah

Guru-guru yang kurang bergairah/pudar memiliki ciri-ciri antara lain:

a. Jarang terseyum.

b. Kurang humor.

c. Kurang ramah tamah.

d. Kurang bergaul dengan orang lain.

e. Dan seterusnya.

Maka dari itu, supervisor harus selalu membawa mereka dalam suasana

kegiatan yang terus menerus, memberi penjelasan dan informasi terhadap mereka

tentang segala kebijaksanaan dan surat-surat edaran dari Madrasah, dan bila terjadi

diskusi dan didalamnya debat tidak diambil kesimpulan, maka diskusi dapat terjadi

berlarut-larut dan akan menambah ketegangan dan pertentangan saja. Motivasi juga

14
Muhniansyah, Beberapa Petunjuk Untuk Membantu Mengatasi Problema Dalam Tugas Guru, Jurnal STAI Al-
Washliyah Barabai Vol.XI No. 22 Juli-Desember 2018. h.43.
15
Nurkholis, Op, Cit. h.52.

18
harus diberikan oleh kepala Madrasah kepada guru yang berada dalam keadaan

demikian ini. Di samping itu, guru tersebut hendaknya diberi tugas atau beban untuk

melakukan suatu pekerjaan yang agak menantang dan apabila berhasil diberi reward .16

6. Membantu Guru yang Kurang Rajin

Seringkali guru-guru menunjukkan tanda-tanda kemalasan. Ada bermacam-

macam sebab yang mempengaruhi, yaitu:

a. Karena sikap Kepala Sekolah:

1) Tidak ada penghargaan dari kepala sekolah terhadap pekerjaannya.

2) Tidak diikutsertakan dalam segala kegiatan di sekolah.

3) Tidak ada kepercayaan dari pimpinan sekolah.

4) Tidak mendapat perlakuan yang layak dalam hal promosi.

b. Karena sikap dari guru itu sendiri.

Sikap ini dipengaruhi oleh karena berbagai masalah pribadi atau masalah

keluarga yang memberikan beban berat, biasanya masalah ekonomi rumah tangga

yang turut mempengaruhinya. Ciri-cirinya adalah:

1) Tidak tertarik pada hal-hal yang baru dalam bidang pendidikan.

2) Mudah sekali mengeluh.

3) Tidak pernah membuat catatan persiapan mengajar.

4) Tidak pernah mengoreksi pekerjaan murid.

5) Menghindari bekerja sama dengan orang lain.

6) Cepat-cepat pulang setelah pelajaran.

Bantuan yang diberikan adalah dengan:

a. Memberi tanggung jawab kepada guru-guru.

b. Memberi kesempatan untuk menghayati motivasi dan stimulasi.


16
Ibid., h.53.

19
c. Mengikut-sertakan dalam panitia-panitia kerja. 17

7. Membantu Guru yang Kurang Demokratis

Guru-guru yang kurang demokratis (undemocratic teacher) memiliki beberapa

ciri, diantaranya adalah:

a. Menolak tanggung jawab bersama.

b. Kurang senang pada orang yang bebas mengeluarkan pendapat.

c. Mengajar hanya bersifat memberitahukan dan rutin.

d. Terhadap pimpinan hanya meminta untuk menyetujui pendapatnya saja.

Apa yang harus dilakukan kepala sekolah untuk membantu guru-guru dengan

ciri tersebut adalah dengan:

a. Mengikut-sertakan dalam penyusunan program kerja sekolah.

b. Menghargai pendapat para guru dan staf.

c. Mengajak mereka memecahkan masalah-masalah di sekolah.18

8. Membantu Guru yang Selalu Menentang

Ada guru-guru yang selalu tidak setuju dan menentang ide dan kebijakan

kepala sekolah, baik secara langsung atau tidak langsung. Pertentangan semacam ini

disebabkan banyak hal. Kadang ada benarnya bila seorang guru tidak setuju dengan

ide dan kebijakan kepala sekolah, hanya cara menyampaikan pendapatnya yang

kadang salah dan tidak wajar. Oleh karena itu seorang kepala sekolah yang berfungsi

sebagai supervisor harus bertanya kepada dirinya, apakah guru-guru selalu tidak

setuju dengan ide dan kebijakannya baik secara langsung atau tidak langsung.

Menyadari akan dirinya sendiri kepala sekolah berusaha untuk mengatasi masalah

tersebut di atas:

17
Muhniansyah, Op,Cit, h. 44.
18
Ibid., h.45.

20
a. Menciptakan hubungan kerjasama dengan guru-guru tersebut dalam segala

kegiatan sekolah.

b. Menciptakan suasana kerja sehingga orang merasa bahwa ia ikut menyumbangkan

usaha ke arah perbaikan.

c. Mengakui bahwa di luar diri ada orang lain yang ingin bekerja dan mau

membantu.19

9. Membantu Guru yang Terlalu Lama Bekerja Secara Rutin

Kebanyakan guru yang sudah lama bekerja sudah merasa puas dengan

pengalaman yang diperolehnya dan ini dianggap sebagai kelebihan. Manifestasi dari

sikap ini ialah merasa dan selalu merasa “sudah cukup” dengan apa yang dikerjakan

setiap hari walaupun cara itu sudah tidak sesuai lagi dengan zamannya. Tidak ada

usaha ke arah perbaikan, ia berpendapat bahwa masa kerjanya sudah mendekati

selesai/akan pensiun. Selain itu mereka sering bersikap sinis terhadap suatu

perubahan, kurang terbuka dan sensitif terhadap perubahan-perubahan yang ada di

sekolah.

Hal-hal semacam inilah yang akan menghalangi kemajuan dan peningkatan

mutu pelajaran di sekolah-sekolah. Oleh karena itu cara menatar guru-guru harus

diubah agar dalam penataran itu guru merasa bahwa ia mengalami perubahan tingkah

laku atau ia merasa bahwa ia mendapatkan sesuatu untuk pertumbuhan profesinya.

10. Membantu Guru dengan Masalah Disiplin.

Ada guru-guru yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan disiplin kelas,

sehingga sebagian besar dari waktunya digunakan untuk memikirkan masalah disiplin

murid. Akhirnya anak-anak menjadi jemu dengan keadaan itu dan mereka menentang.

Guru-guru dalam mengatasi keadaan ini biasanya memarahi atau mengata-ngatai


19
Nurkholis, Op, Cit. h.54

21
tidak sopan, kurang tahu aturan atau dengan membanding-bandingkan dengan kelas-

kelas sebelumnya. Pelajaran dimulai dengan pidato marah-marah dan kerap kali

diakhiri dengan marah-marah pula. Keadaan semacam ini hanya bisa diatasi dengan

mencari akar sebabnya. Umumnya hal semacam ini karena guru kurang memiliki

keterampilan dalam berkomunikasi dan mengkomunikasikan pengalaman belajar

murid. Atau guru sendiri mempunyai masalah pribadi. Disiplin dalam arti ini berarti

taat. Dan ketaatan adalah akar dari hubungan pengaruh guru atau kewibawaan. Jadi

guru yang mengalami kesulitan dalam masalah disiplin adalah guru yang mengalami

kehilangan kepercayaan dan kewibawaan.

Dalam hal ini guru perlu dibantu dengan cara mengembalikan kepercayaan

dan kewibawaan pada dirinya sendiri. Caranya ialah memberi tugas dan tanggung

jawab untuk melaksanakan sesuatu dengan bimbingan dan pembinaan yang bijaksana.

Bilamana kita bermaksud untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran,

melalui kurikulum yang sedang dikembangkan maka orientasi kita adalah anak yang

menjadi tujuan. Karena orientasinya tujuan manusia maka bahan pelajaran harus

dilihat sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Guru memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaran maka lebih

penting lagi ialah bagaimana meningkatkan reaksi mental guru terhadap setiap

pembaharuan yang dihadapi sikap terbuka terhadap pembaharuan adalah suatu

condition sine qua non. Oleh karena itu penataran yang hanya sekedar memberi

informasi adalah usaha yang kurang berhasil. Penataran harus dilaksanakan dengan

metode dan teknik mengubah tingkah laku atau reaksi mental guru-guru. Agar guru

terbuka menerima pembaharuan maka kalau orang mau diajak bekerja jadi gunakan

metode latihan kerja sebagai cara belajar (training workshop), atau dinamika

22
kelompok, sehingga ia (guru) mau berinteraksi dengan orang lain dan akhirnya bisa

belajar berkarya.20

20
Muhniansyah, Op, Cit.,h.48.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Implementasi supervisi dilapangan banyak terjadi keragaman dalam memahami dan

melaksanakan supervisi. Hal ini terjadi karena diakibatkan oleh perbedaan latar belakang

pendidikan dan tingkat jabatan, perbedaan dalam orientasi profesional, perbedaan dalam

tujuan dan keterampilan menganalisa, perbedaan dalam kesangupan jasmani dan vitalitas

hidup, perbedaan dalam kualifikasi kemampuan untuk memimpin dan berdiri untuk dipimpin,

perbedaan dalam kondisi psikologis, perbedaan dalam pengalaman belajar mengajar, serta

perbedaan dalam kesanggupan dan sikap profesional. Perbedaan tersebut seharusnya tidak

menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan supervisi profesional. Sikap supervisor yang

memaksakan kehendak, menekan guru, yang melumpuhkan kreatifitas anggota staf perlu

diubah. Sikap korektif yang mencari-cari kesalahan harus diganti dengan sikap kreatif dimana

setiap orang mau dan mampu menumbuh kembangkan kreatifitasnya untuk perbaikan

pengajaran. Penilaian pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan

salah satu cara untuk mengetahui kelemahan pelaksanaan pembinaan maupun faktor yang

memberinya harapan dalam kemudahan pelaksanan supervisi.

B. Saran

24
DAFTAR PUSTAKA

25

Anda mungkin juga menyukai