Disusun Oleh:
Kelompok 7
DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
A. Latar belakang penulisan.................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................4
KAJIAN TEORI.........................................................................................................................4
A. Implementasi Teknik Supervisi Pendidikan dalam Pembinaan Profesional...................4
B. Implementasi Teknik Supervisi Pendidikan dalam Pembinaan Personal......................10
BAB III....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................20
1
BAB I
PENDAHULUAN
Guru merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan proses pembelajaran.
Guru yang berkualitas akan mampu memberikan pembelajaran yang berkualitas pula. Oleh
karena itu, pembinaan dan pengembangan potensi sumber daya guru dalam profesi mengajar
Pembinaan dan pengembangan potensi sumber daya guru dapat dilakukan melalui
berbagai cara, salah satunya adalah dengan supervisi pendidikan. Supervisi pendidikan
merupakan proses pemberian layanan bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan
Supervisi pendidikan dapat dilakukan dalam dua aspek, yaitu pembinaan profesional
kompetensi guru dalam bidang akademik, seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap
Penerapan teknik supervisi pendidikan yang tepat akan dapat membantu guru dalam
meningkatkan kompetensi profesional dan personalnya. Hal ini akan berdampak pada
2
Berdasarkan latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas mengenai
personal guru. Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada para
pembinaan dan pengembangan potensi sumber daya guru dalam profesi mengajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam
guru?
guru?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan dalam makalah ini
guru.
guru.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan yang didapatkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
3
1. Memberikan pemahaman kepada para pendidik dan tenaga kependidikan mengenai
4
BAB II
KAJIAN TEORI
Pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang supervisor terhadap guru dalam rangka
fungsi utama guru yang melaksanakan pengajaran secara profesional. Mengajar sebagai
kepentingan dan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang kearah kedewasaan dan
mengarahkan pada hal-hal yang menyangkut tugas mengajar itu, dan bukan tugas guru
yang sifatnya administratif. Dalam lingkup sekolah maka yang dapat dikatakan sebagai
supervisor yaitu kepala sekolah. Karena kepala sekolah sebagai administrator terdepan
dan jelas berkaitan dengan guru khususnya dalam kegiatan proses pembelajaran. Selain
itu wakil kepala sekolah, maupun kepala sumber belajar juga bisa membimbing guru-guru
Guru yang profesional amat berarti bagi pembentukan sekolah unggulan. Guru
5
studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan
kurikulum.
kepala sekolah yaitu membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan, membantu
guru dalam menggunakan sumber-sumber, metode dan alat pelajaran, membantu guru
dalam memenuhi kebutuhan dan membimbing pengalaman belajar siswa, membantu guru
menilai kemajuan-kemajuan dan hasil pekerjaan siswa, membantu guru untuk lebih bisa
bersosialisasi dengan masyarakat, serta membantu reaksi mental dan moral kerja guru
1. Membantu Guru Melihat dengan Jelas Proses Belajar Mengajar sebagai Suatu
Sistem
membantu guru-guru memperbaiki situasi mengajar dalam arti luas. Salah satu tugas
kurikulum ini tugas kepala sekolah adalah membantu guru meningkatkan profesi
mengajar.2
mengajar yang dilakukan oleh guru tersebut merupakan suatu sistem, yaitu
1
Ozila, a. l. (2019, May 12). Peranan Supervisi dalam meningkatkan Pengembangan Profesionalisme
dan Kinerja Guru. https://doi.org/10.31219/osf.io/m9kh3
2
Piet A. Sahertian dan Ida Alaeda, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program Inservice Education,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 84.
6
Sahertian menganalisa situasi proses belajar mengajar itu atas dasar beberapa
pendidikan.
d. Membantu guru dalam menerapkan metode dan teknik mengajar yang lebih
belajar murid-murid.
f. Membantu guru dalam menilai proses belajar mengajar, dan hasil belajar
Berikut adalah beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh supervisor
untuk membantu guru melihat proses belajar mengajar sebagai suatu sistem:
mencatat elemen-elemen apa saja yang ada dalam proses belajar mengajar,
mempengaruhi.
3
Ibid, h.85
7
b. Supervisor dapat memberikan umpan balik kepada guru. Umpan balik yang
kelemahan proses belajar mengajar di kelasnya. Umpan balik ini dapat berupa
Dengan bantuan supervisor, guru dapat melihat proses belajar mengajar secara
lebih komprehensif dan holistik. Hal ini akan membantu guru untuk meningkatkan
dengan menekan kebebasan guru. Asumsi ini dipengaruhi oleh sikap pengawas
sebagai supervisor seperti bersikap otoriter, hannya mencari kesalahan guru dan
menganggap lebih dari guru karena jabatannya. Kasus guru senior cenderung
bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih. Oleh karena itu, untuk
supervisi pembelajaran harus bersikap lemah lembut sebagai firman Allah dalam Al-
8
ِف ِل ۟ا ِم ِب ِل ِه ِل ٍة ِب
َف َم ا َرَمْح ِّم َن ٱلَّل نَت ُهَلْم ۖ َو َلْو ُك نَت َفًّظا َغ يَظ ٱْلَق ْل َلٱنَف ُّضو ْن َحْو َك ۖ َفٱْعُف َعْنُه ْم َوٱْس َتْغ ْر ُهَلْم
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.
kepada orang lain haruslah dilakukan dengan lemah lembut, agar mereka yang diberi
merasa simpatik dan mau menerima serta melaksanakan sesuai dengan yang
diperintahkannya. Terlebih seorang supervisor, dia adalah orang yang berperan dalam
memberikan bantuan dan penjelasan kepada meraka yang menjadi binaannya. Dan
tentunya berkaitannya dengan tugasnya ini, maka seorang supervisor haruslah seorang
yang bijaksana yang mampu memahami tentang keluh kesah, dan problema yang
dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan guru pada bidang
dilakukan. Bila guru diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat
menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak
puas pada diri mereka. Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja
guru. Menurut Pidarta bahwa moral kerja positif ialah suasana bekerja yang gembira,
9
bekerja bukan dirasakan sebagai sesuatu yang dipaksakan melainkan sebagai sesuatu
yang menyenangkan.4
Moral kerja yang positif adalah mampu mencintai tugas sebagai suatu yang
memiliki nilai keindahan di dalamnya. Jadi, kinerja dapat ditingkatkan dengan cara
dengan bakat merupakan salah satu faktor yang menentukan prestasi individu,
Terhadap Korp.
Istilah “kode etik” itu terdiri dari dua kata, yakni “kode” dan “etik”. Perkataan
“etik” berasal dari bahasa Yunani, “ethos” yang berarti watak, adab atau cara hidup.
Dapat diartikan bahwa etik itu menunjukkan “cara berbuat yang menjadi adat, karena
persetujuan dari kelompok manusia”. Dan etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem
nilai-nilai yang disebut “kode”, sehingga terjelmalah apa yang disebut “kode etik”. Atau
secara harfiah “kode etik” sumber etik. Etika artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang
berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi “kode etik
guru” di artikan sebagai “aturan tata susila keguruan”. Menurut Westby Gibson, kode
etik (guru) dikatakan suatu statemen formal yang merupakan norma (aturan tata susila)
dalam mengatur tingkah laku guru. Karena itu, sebagai tenaga profesional perlu memiliki
“kode etik guru” dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru
selama dalam pengabdian. Kode etik guru ini merupakan ketentuan yang mengikat
semua sikap dan perbuatan guru. Bila guru telah melakukan perbuatan asusila dan
4
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), h. 77
5
Conny Semiawan, A. S. Munandar dan SCU Munandar, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa
Sekolah Menengah; Petunjuk bagi Guru dan Orangtua, (Jakarta: PT. Grasindo, 1984), h. 85
10
amoral berartiguru telah melanggar “kode etik guru”. Sebab kode etik guru ini sebagai
salah satu ciri yang harus ada pada profesi guru itu sendiri.6
Kode etik guru diartikan sebagai suatu aturan tata-susila keguruan yang mengatur
sikap dan perilaku sesorang guru baik sikap terhadap atasan, maupun masyarakat. 7
Maksudnya aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan guru) di lihat dari segi
susila. Kode etik ini merupakan kerangka bagi guru dalam melaksanakan tugas dan
Berbicara mengenai “kode etik guru” berarti membicarakan guru di negara kita.
Berikut akan dikemukakan kode etik guru Indonesia sebagai hasil rumusan kongres
PGRI XIII pada tanggal 21 November 1973 di Jakarta terdiri dari sembilan item, yaitu:
penyalahgunaan.
6
Sayiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h.43-48.
7
Kusnadi, Profesi dan Etika Keguruan, (Pekanbaru :Yayasan Pustaka Riau, 2011), h . 94.
11
g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik
pengabdian.
Kode etik ini merupakan suatu yang harus dilaksanakan sebagai barometer dari
semua sikap dan perbuatan guru dalam berbagai segi kehidupan, baik dalam keluarga,
pertama kalinya. Para guru pemula memiliki berbagai latar belakang, motivasi,
pengalaman, dan tingkat persiapan dalam pengalaman mengajar awal mereka. Tidak
ada kesepakatan berapa tahun pengajaran yang diperlukan untuk menjadi guru yang
profesional. Kim & Roth (2011) mendefinisikan guru pemula adalah guru yang
mengajar kurang dari lima tahun pengalaman mengajar. Seorang guru pemula
didefinisikan sebagai guru yang memenuhi syarat yang telah menyelesaikan pelatihan
prajabatan mereka tetapi memiliki kurang dari lima tahun pengalaman mengajar di
kelas.9 Dalam Permendiknas No. 27 Tahun 2010 yang dimaksud guru pemula adalah
8
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011),
h.152-159.
9
Siti Nafsul Muthmainnah & Marsigit, Gaya Mengajar Guru Pemula Dan Guru Profesional Dalam
Pembelajaran Matematika SMP di Klaten, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor 2, Desember
2018. h. 204-205.
12
pembelajaran/bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
Dalam hal ini mereka perlu pelayanan dan pendekatan dari orang yang lebih
berpengalaman, bantuan yang dapat diberikan kepada guru tersebut antara lain:
diri dengan murid. Identifikasi ini sering keliru. Sering guru baru menyangka
mengidentifikasi dengan murid berarti bergaul seperti teman murid dan murid.
Identifikasi seperti ini mengakibatkan pribadi guru menjadi lebur dan hilanglah
d. Teknik yang paling tepat adalah Program orientasi percakapan pribadi, atau
10
(Permendiknas, Pasal 1 Ayat 2, 2010).
11
Muhniansyah, Beberapa Petunjuk Untuk Membantu Mengatasi Problema Dalam Tugas Guru, Jurnal
STAI Al-Washliyah Barabai Vol.XI No. 22 Juli-Desember 2018. H.37
13
bersifat introvert. Tetapi ada juga yang menutupi kelemahan dirinya dengan
mengadakan manipulasi tingkah laku, misalnya menarik perhatian orang lain dan
bertindak yang menyimpang. Itu terletak pada latihan kebiasaan dan disiplin yang
kurang. Ada juga yang karena ia sendiri kurang pandai waktu belajar di pendidikan
guru, kurang cakap mengajar, acuh tak acuh dalam membuat persiapan dan
perencanaan tugas-tugas. Mungkin juga oleh karena sukar untuk menyesuaikan diri di
rumah atau di masyarakat. Ada pula sebab-sebab yang bersumber pada emosi
misalnya ketakutan akan kegagalan, merasa tidak aman, tertekan dalam pekerjaan
atau terlalu banyak diberi tugas tambahan, terlalu mementingkan diri sendiri.
Semua reaksi jiwa yang tersebut di atas bersumber dari kebutuhan yang tak
terpenuhi. Oleh sebab itu harapan untuk memenuhi kebutuhan itu adalah suatu
permulaan yang berhasil dari perjalanan seorang supervisor. Sifat tendensi manusia
percakapan pribadi dapat membantu guru akan mengenal dirinya sendiri adalah suatu
kelemahan guru berdasarkan data obyektif. Berdasarkan data obyektif itu guru dapat
melihat dirinya sendiri dalam konteks relasi dengan orang lain. Hindarkan praktik-
praktik tradisional misalnya seperti memberi rekomendasi agar guru itu dipindahkan,
memberi rekomendasi agar guru tersebut mencari pekerjaan lain, Menghentikan usul-
Menurut Gao dan Liu (2013) terdapat enam hal yang membuat seorang guru
menjadi guru yang efektif yaitu, pengetahuan guru, sikap profesional, performa dalam
14
pendapat dari peneliti di atas dapat kita asumsikan kepribadian merupakan aspek yang
hubungan kemanusiaan yang baik, ada saling percaya, saling mengakui, saling
menghargai dan saling dapat bekerja sama. Dalam percakapan pribadi, supervisor
dapat menimbulkan kepercayaan pada diri sendiri. Orang harus dilatih untuk melihat
self-concept, konsep tentang dirinya sendiri, ide tentang dirinya. Tugas supervisor
adalah memberi kebebasan agar guru dapat menemukan dirinya sendiri, selain itu
saling bekerja sama, saling membantu adalah cara yang diperlukan oleh para guru.
Keberanian untuk menerima kenyataan sebagai adanya, adalah permulaan dari segala
intervicitation juga merupakan salah satu teknik yang dapat dilaksanakan bagi mereka
yang sukar melihat kekurangan dirinya biasanya dapat belajar dari orang lain, orang
bahwa superior bermakna orang yang terbaik, tertinggi, teratas dan sebagainya
dibandingkan orang lain. (Peter Salim dan Yenny Salim, tth; 1486). Biasanya guru
12
Anna Armeini Rangkuti, Hilmi Abdul Azis, GAMBARAN KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN
DAN NILAI GURU EFEKTIF YANG DISUKAI BERDASARKAN PERSPEKTIF SISWA SEKOLAH
NEGERI DI JAKARTA TIMUR, Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 3, No. 2, Oktober 2014. H.
75.
15
b. guru-guru yang menggunakan cara-cara yang bermacam-macam secara baik atau
berhasil. Biasanya guru-guru yang berhasil baik ini dipilih sebagai contoh untuk
tetapi hendaknya jangan secara langsung agar tidak merasa dipuji secara berlebih-
Ada juga cara lain yaitu memberi hadiah atau penghargaan khusus, misalnya
memberi tambahan gaji extra. Untuk menghilangkan rasa iri ada baiknya hal itu
dilakukan secara kooperatif, yaitu guru-guru ikut menilai dan memilih guru mana
prasangka bahwa supervisor hanya mengunjungi guru-guru yang kurang mampu dan
lebih dari itu kunjungan itu sendiri menjadi dorongan bagi mereka untuk lebih maju
lagi. Supervisor sendiri dapat belajar dari guru-guru yang superior itu.
Guru superior adalah guru yang profesional, maka pendekatan yang digunakan
teknik yang diterapkan adalah dialog dan mendengarkan aktif. Jadi kepala Madrasah
Salah satu sebab penting dari kelemahan mengajar adalah kelemahan pada
13
Nurkholis, Problematika Guru Di Madrasah Dalam Perspektif Supervisi Pendidikan, Journal of
Darussalam Islamic Studies Vol. 1, No. 1, December 2020. h.52.
16
a. Gangguan suara pada saat berkata-kata misalnya menelan kata-kata, waktu
bicara kurang jelas, suara yang terlalu lemah, terlalu cepat berbicara,
kurang rapi, ekspresi muka tidak pernah berubah-ubah, bau badan yang
c. Gangguan watak dan pribadi, misalnya lekas tersinggung, terlalu peka, tak
dirinya sendiri.
c. Kerap kali berdiskusi secara berterus terang adalah cara pendekatan yang
d. Tape-recorder atau alat bantu lain sangat berguna untuk membantu guru-
Tugas supervisor dalam hal ini adalah selalu belajar mengenal pribadi dari
seluruh guru agar dapat memberikan diagnose dan pembinaan tentang pribadi guru-
gurunya dengan cara yang simpatik dan untuk itu supervisor harus banyak
17
mendengar keluhan-keluhan para orang tua. Oleh karena guru-guru secara individual
kelemahan mereka.14
agar guru dapat melihat kelemahan dirinya, berdiskusi secara terus terang, atau
mungkin dengan menggunakan gangguan tape recorde, agar guru biasa menghadapi
gangguan. Tugas supervisor dalam hal ini ialah selalu belajar mengenal pribadi dari
seluruh guru agar mampu memberi diagnosa yang tepat dan juga pembinaan kepada
guru-guru.15
a. Jarang terseyum.
b. Kurang humor.
e. Dan seterusnya.
Maka dari itu, supervisor harus selalu membawa mereka dalam suasana
kegiatan yang terus menerus, memberi penjelasan dan informasi terhadap mereka
tentang segala kebijaksanaan dan surat-surat edaran dari Madrasah, dan bila terjadi
diskusi dan didalamnya debat tidak diambil kesimpulan, maka diskusi dapat terjadi
berlarut-larut dan akan menambah ketegangan dan pertentangan saja. Motivasi juga
14
Muhniansyah, Beberapa Petunjuk Untuk Membantu Mengatasi Problema Dalam Tugas Guru, Jurnal STAI Al-
Washliyah Barabai Vol.XI No. 22 Juli-Desember 2018. h.43.
15
Nurkholis, Op, Cit. h.52.
18
harus diberikan oleh kepala Madrasah kepada guru yang berada dalam keadaan
demikian ini. Di samping itu, guru tersebut hendaknya diberi tugas atau beban untuk
melakukan suatu pekerjaan yang agak menantang dan apabila berhasil diberi reward .16
Sikap ini dipengaruhi oleh karena berbagai masalah pribadi atau masalah
keluarga yang memberikan beban berat, biasanya masalah ekonomi rumah tangga
19
c. Mengikut-sertakan dalam panitia-panitia kerja. 17
Apa yang harus dilakukan kepala sekolah untuk membantu guru-guru dengan
Ada guru-guru yang selalu tidak setuju dan menentang ide dan kebijakan
kepala sekolah, baik secara langsung atau tidak langsung. Pertentangan semacam ini
disebabkan banyak hal. Kadang ada benarnya bila seorang guru tidak setuju dengan
ide dan kebijakan kepala sekolah, hanya cara menyampaikan pendapatnya yang
kadang salah dan tidak wajar. Oleh karena itu seorang kepala sekolah yang berfungsi
sebagai supervisor harus bertanya kepada dirinya, apakah guru-guru selalu tidak
setuju dengan ide dan kebijakannya baik secara langsung atau tidak langsung.
Menyadari akan dirinya sendiri kepala sekolah berusaha untuk mengatasi masalah
tersebut di atas:
17
Muhniansyah, Op,Cit, h. 44.
18
Ibid., h.45.
20
a. Menciptakan hubungan kerjasama dengan guru-guru tersebut dalam segala
kegiatan sekolah.
c. Mengakui bahwa di luar diri ada orang lain yang ingin bekerja dan mau
membantu.19
Kebanyakan guru yang sudah lama bekerja sudah merasa puas dengan
pengalaman yang diperolehnya dan ini dianggap sebagai kelebihan. Manifestasi dari
sikap ini ialah merasa dan selalu merasa “sudah cukup” dengan apa yang dikerjakan
setiap hari walaupun cara itu sudah tidak sesuai lagi dengan zamannya. Tidak ada
selesai/akan pensiun. Selain itu mereka sering bersikap sinis terhadap suatu
sekolah.
mutu pelajaran di sekolah-sekolah. Oleh karena itu cara menatar guru-guru harus
diubah agar dalam penataran itu guru merasa bahwa ia mengalami perubahan tingkah
sehingga sebagian besar dari waktunya digunakan untuk memikirkan masalah disiplin
murid. Akhirnya anak-anak menjadi jemu dengan keadaan itu dan mereka menentang.
21
tidak sopan, kurang tahu aturan atau dengan membanding-bandingkan dengan kelas-
kelas sebelumnya. Pelajaran dimulai dengan pidato marah-marah dan kerap kali
diakhiri dengan marah-marah pula. Keadaan semacam ini hanya bisa diatasi dengan
mencari akar sebabnya. Umumnya hal semacam ini karena guru kurang memiliki
murid. Atau guru sendiri mempunyai masalah pribadi. Disiplin dalam arti ini berarti
taat. Dan ketaatan adalah akar dari hubungan pengaruh guru atau kewibawaan. Jadi
guru yang mengalami kesulitan dalam masalah disiplin adalah guru yang mengalami
Dalam hal ini guru perlu dibantu dengan cara mengembalikan kepercayaan
dan kewibawaan pada dirinya sendiri. Caranya ialah memberi tugas dan tanggung
jawab untuk melaksanakan sesuatu dengan bimbingan dan pembinaan yang bijaksana.
melalui kurikulum yang sedang dikembangkan maka orientasi kita adalah anak yang
menjadi tujuan. Karena orientasinya tujuan manusia maka bahan pelajaran harus
penting lagi ialah bagaimana meningkatkan reaksi mental guru terhadap setiap
condition sine qua non. Oleh karena itu penataran yang hanya sekedar memberi
informasi adalah usaha yang kurang berhasil. Penataran harus dilaksanakan dengan
metode dan teknik mengubah tingkah laku atau reaksi mental guru-guru. Agar guru
terbuka menerima pembaharuan maka kalau orang mau diajak bekerja jadi gunakan
metode latihan kerja sebagai cara belajar (training workshop), atau dinamika
22
kelompok, sehingga ia (guru) mau berinteraksi dengan orang lain dan akhirnya bisa
belajar berkarya.20
20
Muhniansyah, Op, Cit.,h.48.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
melaksanakan supervisi. Hal ini terjadi karena diakibatkan oleh perbedaan latar belakang
pendidikan dan tingkat jabatan, perbedaan dalam orientasi profesional, perbedaan dalam
tujuan dan keterampilan menganalisa, perbedaan dalam kesangupan jasmani dan vitalitas
hidup, perbedaan dalam kualifikasi kemampuan untuk memimpin dan berdiri untuk dipimpin,
perbedaan dalam kondisi psikologis, perbedaan dalam pengalaman belajar mengajar, serta
perbedaan dalam kesanggupan dan sikap profesional. Perbedaan tersebut seharusnya tidak
menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan supervisi profesional. Sikap supervisor yang
memaksakan kehendak, menekan guru, yang melumpuhkan kreatifitas anggota staf perlu
diubah. Sikap korektif yang mencari-cari kesalahan harus diganti dengan sikap kreatif dimana
setiap orang mau dan mampu menumbuh kembangkan kreatifitasnya untuk perbaikan
pengajaran. Penilaian pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan
salah satu cara untuk mengetahui kelemahan pelaksanaan pembinaan maupun faktor yang
B. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25