Disusun Oleh
Noviani 2320111320018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata supervisi berasal dari bahasa Inggris yaitu supervision yang terdiri dari
dua kata super dan vision, yang mengandung makna pengawasan atau pemantauan
dengan sangat teliti terhadap pekerjaan secara keselurahan. Konsep supervisi
adalah suatu aktivitas yang mengacu kepada sebuah perbaikan dalam sebuah
institusi. Terdapat beberapa istilah yang serupa dengan supervisi, antara lain:
pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi.1 Supervisi pendidikan adalah suatu bentuk
dukungan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan profesional guru
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Supervisi pendidikan secara substansial melibatkan semua bentuk asistensi
yang bertujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan aspek-aspek
pembelajaran dalam konteks yang lebih luas dalam lingkungan pendidikan.2
Supervisi manajerial ini bertujuan untuk mencapai pembelajaran yang efektif
dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya, meningkatkan kompetensi
guru, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Kualitas pengajaran
tidak dapat dicapai tanpa interaksi yang terorganisir, pelaksanaan siklus
pengawasan pelatihan dan penetapan target yang jelas dan tepat sasaran.3
B. Permasalahan
1. Bagaimana sasaran perencanaan kegiatan supervisi manajerial dalam
meningkatkan pengelolaan sekolah yang efektif dapat terpenuhi?
1
Emanuel O. Adu, Gbadegesin M. Akinloye, and Olabisi F. Olaoye, “Internal and External
School Supervision: Issues, Challenges and Wayforward,” International Journal of Educational
Sciences 7, no. 2 (September 25, 2014): 269–78, ttps://doi.org/10.1080/09751122.2014.11890189.
2
Selda Monazir, “Implementasi Supervisi Akademik Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bima,” May 27, 2019.
3
SMK Negeri and Tenggarong Kota, “Laili Komariyah, et Al .” 6, no. December (2021):
126–33.
1
2. Upaya apa yang dilakukan oleh supervisi manajerial dalam pelaksanaan untuk
meningkatkan pengelolaan sekolah yang efektif?
3. Faktor evaluasi apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat supervisi
manajerial dalam meningkatkan pengelolaan sekolah yang efektif?
C. Metode Penulisan
Metode penulisan pada makalah ini bersifat studi pustaka. Informasi yang
dikumulkan dari berbagai literatur dan disusun berdasarkan temuan dari informasi
yang diperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama lain dan sesuai
topik yang dibahas. Beberapa jenis referensi relevan utama yang digunakan adalah
buku pelaksanaan dan dasar-dasar supervisi pendidikan, jurnal ilmiah dan artikel
ilmiah yang bersumber dari internet. Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan
sesuai dengan topik kajian.
D. Tujuan Penulisan
1. Untuk menganalisis sasaran perencanaan kegiatan supervisi manajerial dalam
meningkatkan pengelolaan sekolah yang efektif dapat terpenuhi.
2. Untuk menganalisis upaya apa yang dilakukan oleh supervisi manajerial dalam
pelaksanaan untuk meningkatkan pengelolaan sekolah yang efektif.
3. Untuk menganalisis faktor evaluasi apa saja yang menjadi pendukung dan
penghambat supervisi manajerial dalam meningkatkan pengelolaan sekolah
yang efektif?
E. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat:
1. Memperkaya ilmu pengetahuaan khususnya kajian mengenai teori supervisi
manjerial dalam meningkatkan pengelolaan sekolah yang efektif.
2. Mampu mengkonstruksi bagaimana penerapan dan pelaksanaan supervisi
manajerial dalam meningkatkan pengelolaan sekolah yang efektif.
2
BAB II
KAJIAN TEORITIK
4
Moh. Elman and Mahrus, “Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dan
Madrasah,” Akademika: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 2, no. 1 (June 1, 2020): 117–30,
https://ejournal.iaiskjmalang.ac.id/index.php/akad/article/view/140.
5
Hüsnü Ergün, “The Effect of School Transparency on Attitude towards Supervision.,”
International Journal of Contemporary Educational Research 7, no. 1 (June 2020): 114–26,
https://doi.org/10.33200/ijcer.652497.
3
harus berfokus pada kerjasama dan kolaborasi.
2) Menciptakan Hubungan Kemanusiaan yang Harmonis: Hubungan antara
pengawas, kepala sekolah, dan guru harus bersifat terbuka, saling mendukung,
dan informal.
3) Berkesinambungan: Supervisi harus dilakukan secara berkelanjutan, bukan
hanya dilakukan secara sporadis ketika ada kesempatan.
4) Bersifat Demokratis: Supervisi harus bersifat demokratis dan menghindari
dominasi pengawas.
5) Program Integral: Program supervisi harus menyatu dengan sistem perilaku
yang ada dalam organisasi pendidikan.
6) Komprehensif: Program supervisi mencakup semua aspek yang relevan.
7) Konstruktif: Supervisi bersifat konstruktif dan bukan bertujuan mencari
kesalahan guru. Tujuan supervisi adalah memberikan dukungan dan membantu
dalam meningkatkan kinerja.
8) Obyektif: Penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi program supervisi harus
dilakukan secara obyektif.6
Objektivitas dalam penyusunan program berarti program supervisi harus
disesuaikan dengan persoalan dan kebutuhan nyata yang dihadapi oleh sekolah.7
6
Azainil Azainil et al., “The Influence of Principal’s Supervision Competence and School
Culture on Teachers Performance of Public High School in Kutai Kartanegara Regency,” in
Proceedings of the Proceedings of the 1st International Conference of Global Education and Society
Science, ICOGESS 2019,14 March, Medan, North Sumatera, Indonesia (EAI, 2020),
https://doi.org/10.4108/eai.14-3-2019.2291964.
7
Pamela Lear Bachelor, “THE PRINCIPAL SUPERVISOR: REDEFINING A CRITICAL
ROLE TO SUPPORT INSTRUCTIONAL EXCELLENCE,” 2018.
4
melakukan pengukuran terhadap prestasi tersebut, menganalisis apakah
prestasi sudah memenuhi standar yang ditetapkan, serta mengambil tindakan
jika prestasi belum mencapai standar. Evaluasi merupakan proses
pengumpulan informasi tentang proses dan kemajuan dalam penyelenggaraan
sekolah, yang kemudian dibandingkan dengan target yang telah direncanakan.
Evaluasi bertujuan untuk mengevaluasi tingkat keterlaksanaan program,
menilai keberhasilan program, mendapatkan masukan untuk perencanaan
tahun berikutnya, dan memberikan penilaian terhadap sekolah. Dengan
melakukan evaluasi, dapat diketahui sejauh mana program dan kegiatan
sekolah telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam jangka waktu
tertentu.8
2) Refleksi dan Diskusi Kelompok. Prinsip utama dalam manajemen sekolah
adalah penggunaan sumber daya yang efektif dan peningkatan partisipasi dari
semua pihak terkait. Dalam rangka mencapai hal ini, pengawas perlu
berkomunikasi secara terbuka dengan pihak sekolah, termasuk kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, komite sekolah, dan guru, dengan menyampaikan hasil
monitoring yang telah dilakukan.
3) Metode Delphi. Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh atasan dalam
menetapkan visi, misi dan tujuan dalam Rencana Kemajuan Sekolah sesuai
dengan gagasan Administrasi Berbasis Sekolah (MBS).9 Metode Delphi
melibatkan langkah-langkah berikut.
a) Identifikasi Partisipan: Pengawas mengidentifikasi individu atau pihak-
pihak yang dianggap memiliki pemahaman yang baik terhadap persoalan
yang akan dibahas dan dapat memberikan pandangan mereka mengenai
pengembangan sekolah.
b) Penyampaian Pendapat: Setiap partisipan diminta untuk menyampaikan
8
Bambang Budi Wiyono, Ach. Rasyad, and Maisyaroh, “The Effect of Collaborative
Supervision Approaches and Collegial Supervision Techniques on Teacher Intensity Using
Performance-Based Learning,” SAGE Open 11, no. 2 (April 30, 2021): 215824402110137,
https://doi.org/10.1177/21582440211013779.
9
Tan Gusli, Sufyarma Marsidin, and Rifma Rifma, “Implementasi Supervisi Manajerial
Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Madrasah Ibtidaiyah,” EDUKATIF : JURNAL ILMU
PENDIDIKAN 3, no. 5 (July 17, 2021): 2776–87, https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.945.
5
pendapat mereka secara tertulis tanpa mencantumkan nama atau identitas
pribadi. Pendapat ini dapat berupa pandangan, saran, atau rekomendasi
terkait pengembangan sekolah.
c) Pengumpulan dan Pengelompokan Pendapat: Pengawas mengumpulkan
semua pendapat yang masuk dan membuat daftar pendapat.
d) Penyampaian Kembali Daftar Pendapat: Daftar pendapat yang telah
dikelompokkan kemudian disampaikan kembali kepada partisipan.
e) Pengumpulan dan Penyampaian Hasil Akhir: Pengawas mengumpulkan
kembali urutan prioritas pendapat yang telah diberikan oleh partisipan.10
4) Workshop atau lokakarya. Sebagai pengawas memiliki kewajiban dalam
mengarahkan workshop setidaknya 3 kali dalam setahun.11 Dengan
mengadakan workshop secara berkala, pengawas dapat secara aktif terlibat
dalam meningkatkan kualitas manajemen sekolah dan memfasilitasi
pertukaran informasi serta peningkatan pemahaman di antara peserta
workshop.12
10
Tan Gusli, Sufyarma Marsidin, and Rifma Rifma, “Implementasi Supervisi Manajerial
Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Madrasah Ibtidaiyah,” EDUKATIF : JURNAL ILMU
PENDIDIKAN 3, no. 5 (July 17, 2021): 2776–87, https://doi.org/10.31004/EDUKATIF.V3I5.945.
11
Widyatmike Gede Mulawarman, Laili Komariyah, and Suryaningsi, “Women and
Leadership Style in School Management: Study of Gender Perspective.,” Cypriot Journal of
Educational Sciences 16, no. 2 (2021): 594–611, https://doi.org/10.18844/cjes.v16i2.5638.
12
Orsolya Kálmán et al., “Review of Benefits and Challenges of Co-Supervision in Doctoral
Education,” European Journal of Education 57, no. 3 (September 1, 2022): 452–68,
https://doi.org/10.1111/EJED.12518.
13
Andi Adhe Mahatirta, H Syamsu Kamaruddin, and Sumarlin Mus, “SUPERVISI
MANAJERIAL PENGAWAS SEKOLAH DI SMA NEGERI 2 BULUKUMBA,” 2023,
http://eprints.unm.ac.id/27728/.
6
1) Analisis Kurikulum: Pengawas bekerja sama dengan tim manajemen sekolah
untuk menganalisis kurikulum yang digunakan di sekolah. Hal ini meliputi
peninjauan terhadap relevansi, keterpaduan, dan konsistensi kurikulum dengan
standar nasional atau kurikulum yang ditetapkan.
2) Observasi Pembelajaran: Pengawas melakukan observasi langsung terhadap
proses pembelajaran di kelas. Observasi ini bertujuan untuk melihat praktik
pengajaran guru, interaksi antara guru dan siswa, penggunaan metode dan
media pembelajaran, serta efektivitas pembelajaran menggunakan strategi
belajar mengajar yang tepat.14
3) Pemberian Umpan Balik: Setelah melakukan observasi, pengawas memberikan
umpan balik kepada guru terkait kekuatan dan kelemahan dalam pembelajaran
yang diamati. Umpan balik ini dapat berupa saran, rekomendasi, atau perbaikan
yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
4) Pembinaan dan Pelatihan: Pengawas memberikan pembinaan dan pelatihan
kepada guru dalam pengembangan kompetensi dan pemahaman terkait metode,
strategi, dan pendekatan pembelajaran yang efektif. Pembinaan dan pelatihan
ini dapat dilakukan dalam bentuk workshop, lokakarya, atau kegiatan
pengembangan profesional lainnya.
5) Monitoring dan Evaluasi: Pengawas melakukan monitoring secara berkala
terhadap implementasi perbaikan dan pengembangan pembelajaran yang telah
dilakukan dalam proses pembelajaran.
6) Kolaborasi dengan Tim Manajemen Sekolah: Kolaborasi ini melibatkan
pemantauan, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan terhadap pembelajaran di
sekolah.
7) Pembentukan Komunitas Pembelajaran Profesional: Pengawas dapat
memfasilitasi pembentukan komunitas pembelajaran profesional di sekolah.
Komunitas ini menjadi wadah bagi guru untuk saling berbagi pengalaman,
pengetahuan, dan praktik terbaik dalam pembelajaran.15
14
Andi Adhe Mahatirta, H Syamsu Kamaruddin, and Sumarlin Mus, “PINISI JOURNAL
OF EDUCATION Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah Di SMA Negeri 2 Bulukumba
Managerial Supervision of School Supervisor at SMA Negeri 2 Bulukumba,” n.d.
15
Lear Bachelor, “THE PRINCIPAL SUPERVISOR: REDEFINING A CRITICAL ROLE
7
Melalui implementasi supervisi manajerial yang efektif, diharapkan pembelajaran
di sekolah dapat menjadi lebih interaktif, bermakna, dan sesuai dengan kebutuhan
siswa. Hal ini akan berkontribusi pada peningkatan mutu pembelajaran dan prestasi
belajar siswa.16
8
memotivasi staf sekolah.
6) Kualitas Evaluasi dan Penilaian: Memastikan pelaksanaan evaluasi dan
penilaian yang objektif dan akurat terhadap prestasi siswa dan kinerja guru.
Sasaran ini mencakup peninjauan terhadap kebijakan evaluasi, instrumen
penilaian, dan proses penilaian yang dilakukan di sekolah.
7) Peningkatan Kualitas Mutu: Mendorong upaya peningkatan mutu secara
berkelanjutan di semua aspek kegiatan sekolah. Sasaran ini mencakup
pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi program perbaikan mutu,
tindak lanjut terhadap temuan evaluasi, serta pengembangan budaya sekolah
yang berorientasi pada peningkatan kualitas.17
17
Agi Maehesa Putri and Uung Runalan Soedarmo, “Peningkatan Mutu Hasil Belajar
Peserta Didik Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah,” Indonesian Journal of Education
Management & Administration Review 2, no. 2 (February 27, 2019): 253–58,
https://doi.org/10.4321/IJEMAR.V2I2.1919.
9
BAB III
METODOLOGI
Jenis penulisan ini adalah jenis penulisan pustaka yang menggunakan data
pustaka dengan bahan penulisan yang diambil dari berbagai buku, artikel dan jurnal
yang berkaitan dengan supervisi manajerial, yang akan dikaji dan dianalisis
seperlunya berdasarkan atas pertimbangan sebagai sumber data. Penulisan ini
dilakukan dengan membaca, menelaah, mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, serta
pemikiran berbagai literatur. Bahan penulisan ini diambil dari berbagai buku,
artikel dan jurnal yang berkaitan dengan fokus kajian, yang akan dikaji dan
dianalisis seperlunya.
10
BAB IV
PEMBAHASAN
11
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Keharuusan adanya supervisi di setiap sekolah dan dijalankan secara benar,
etis dan tegas sangat penting untuk memastikan perkembangan yang optimal dalam
lingkungan sekolah serta pencapaian tujuan pendidikan.
12
DAFTAR REFERENSI
13
———. “Implementasi Supervisi Manajerial Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Di Madrasah Ibtidaiyah.” EDUKATIF : JURNAL ILMU
PENDIDIKAN 3, no. 5 (July 17, 2021): 2776–87.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.945.
Kálmán, Orsolya, László Horváth, Dorottya Kardos, Borbála Kozma, Mebrate
Bekele Feyisa, and Zoltán Rónay. “Review of Benefits and Challenges of Co-
Supervision in Doctoral Education.” European Journal of Education 57, no. 3
(September 1, 2022): 452–68. https://doi.org/10.1111/EJED.12518.
Lear Bachelor, Pamela. “THE PRINCIPAL SUPERVISOR: REDEFINING A
CRITICAL ROLE TO SUPPORT INSTRUCTIONAL EXCELLENCE,”
2018.
Monazir, Selda. “Implementasi Supervisi Akademik Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bima,” May 27,
2019.
Mulawarman, Widyatmike Gede, Laili Komariyah, and Suryaningsi. “Women and
Leadership Style in School Management: Study of Gender Perspective.”
Cypriot Journal of Educational Sciences 16, no. 2 (2021): 594–611.
https://doi.org/10.18844/cjes.v16i2.5638.
Negeri, S M K, and Tenggarong Kota. “Laili Komariyah, et Al .” 6, no. December
(2021): 126–33.
Ngulube, Patrick. “Postgraduate Supervision Practices in Education Research and
the Creation of Opportunities for Knowledge Sharing.” Problems of Education
in the 21st Century 79, no. 2 (2021): 255–72.
https://doi.org/10.33225/pec/21.79.255.
Nurlaili, Nurlaili, Warman Warman, and Raolah Raolah. “Improvement of
Principals’ Supervision Competence through Accompaniment in Principal
Working Groups.” Cypriot Journal of Educational Sciences 16, no. 4 (2021):
1704–20. https://doi.org/10.18844/cjes.v16i4.6033.
Putri, Agi Maehesa, and Uung Runalan Soedarmo. “Peningkatan Mutu Hasil
Belajar Peserta Didik Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah.”
Indonesian Journal of Education Management & Administration Review 2, no.
14
2 (February 27, 2019): 253–58. https://doi.org/10.4321/IJEMAR.V2I2.1919.
Wiyono, Bambang Budi, Ach. Rasyad, and Maisyaroh. “The Effect of
Collaborative Supervision Approaches and Collegial Supervision Techniques
on Teacher Intensity Using Performance-Based Learning.” SAGE Open 11,
no. 2 (April 30, 2021): 215824402110137.
https://doi.org/10.1177/21582440211013779.
15