Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

SUPERVISI PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah


Teori Administrasi Pendidikan Dosen Prof. Dr. H. Djam’an Satori, MA.
Program Pascasarjana Universitas Galuh

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Cicih Suartika
2. Vitri Nurhandayani
3. Nurmiati
4. Yeni Sovia Hertarini

PROGRAM STUDI PASCASARJANA


FAKULTAS ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik,
serta hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “ Supervisi Pendidikan”. Tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Teori Administrasi Pendidikan”.
Disamping itu penulis berharap semoga isi dari makalah yang dibuat ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya para pembaca serta dapat menambah wawasan
dan pengetahuan dalam bidang yang kami kaji di dalamnya.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan


berbagai pihak yang tidak dapat disebut satu persatu. Untuk itu kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Djam’an Satori, MA. Selaku dosen mata
kuliah ini. Serta pihak-pihak lain yang ikut memberikan kontribusinya dalam
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari masih banyak kontribusinya dalam
penyusunan makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun agar
dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

Ciamis, 12 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i


DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan masalah.....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Pengertian Supervisi Pendidikan..............................................................3
B. Tujuan dan Fungsi Supervisi Pendidikan.................................................4
C. Metode dan Teknik Supervisi Pendidikan................................................6
D. Kajian Masalah Implementasi Supervisi Pendidikan............................17
E. Analisis Diagram Tulang Ikan................................................................20
F. Rekomendasi Peningkatan Mutu Implementasi Supervisi Pendidikan. .21
BAB III PENUTUP...........................................................................................24
A. Simpulan.................................................................................................24
B. Saran.......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengawasan merupakan fungsi yang penting dalam penyelenggaraan
administrasi pendidikan. Fungsi administrasi pada dasarnya mencangkup
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Adapun
penggunaan kata pengawasan dalam kegiatan keseharian sering diartikan sebagai
supervisi. Supervisi memiliki esensi kepatuhan profesional, yaitu kepatuhan
mengikuti konsep dan teori yang melandasi pekerjaan profesional. Maka dari itu
cakupan pengawasan sebagai supervisi diantaranya :
1. Melakukan penelitian dan penilaian
2. Memperbaiki dan meningkatkan
3. Memberikan bimbingan, pembinaan dan penasihatan
4. Memelihara komunikasi profesional ( Kerjasama dan Kolaborasi ) untuk
peningkatan kinerja.
Supervis pendidikan atau lebih di kenal dengan pengawasan pendidikan
memiliki konsep dasar yang saling berhubungan. Dalam konsep dasar supervisi
pendidikan dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep supervisi pendidikan
itu sendiri. Pendidikan berbeda dengan mengajar, pendidikan adalah suatu proses
pendewasaan yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik dengan
memberikan stimulus positif yang mencangkup kognitif, efektif, dan
psikomotorik. Sedangkan pengajaran hanya mencakup kognitif saja artinya
pengajaran adalah suatu proses pentrasferan ilmu pengetahuan tanpa membentuk
sikap dan kreativitas peserta didik. Oleh karena itu pendidikan harus diawasi atau
di supervisi oleh supervisor yang dapat disebut sebagai kepala sekolah dan
pengawas-pengawas lain yang ada di deprtemen pendidikan. Pengawasan disini
adalah pengawasan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja para pendidik dan
ragawi sekolah lainnya dengan cara memberikan pengarahan- pengarahan yang
baik dan bimbingan serta masukan tentang cara atau metode mendidik yang baik
dan profesional. Dalam perkembangannya supervisi pendidikan memberikan

1
pengaruh yang baik pada perkembangan pendidikan saat ini , sehingga para
pendidik memiliki kemampuan mendidik yang kreatif, aktif, efektif dan inovatif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Supervisi pendidikan ?
2. Tujuan dan Fungsi Supervisi Pendidikan ?
3. Metode dan Teknik Supervisi Pendidikan ?
4. Kajian Masalah Implementasi Supervisi Pendidikan ?
5. Analisis Diagram Tulang Ikan ?
6. Rekomendasi Peningkatan Mutu Implementasi Supervisi Pendidikan ?

C. Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang Supervisi pendidikan
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi supervisi pendidikan
3. Untuk mengetahui metode dan tehnik supervisi pendidikan
4. Untuk mengetahui implementasi pendidikan
5. Untuk mengetahui analisis diagram tulang ikan
6. Untuk mengetahui peningkatan mutu implementasi supervisi pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi Pendidikan


Secara etimologis, istilah Supervisi diambil dari perkataan bahasa inggris
supervision artinya pengawasan di bidang pendidikan. Ditinjau sisi
morfologisnya, supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk kata. Supervisi terdiri
dari dua kata, yakni super berarti atas, lebih, visi berarti lihat, titik, awasi.
Supervisor atau pengawas dianggap jabatan yang secara ideal diduduki oleh
seseorang yang mempunyai keahlian di bidangnya.
Seperti yang biasa digunakan, istilah Supervisi berarti membimbing dan
meragsang aktivitas orang lain dengan tujuan untuk perbaikan mereka. Dalam
kaitannya dengan pendidikan, kegiatan ini berupaya megembangkan program-
program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan para pemuda masyarakat
demokratis modern serta menyediakan materi dan metode pengajaran agar anak-
anak dapat belajar dengan mudah dan efektif.
Sehingga secara spesifik supervisi pendidikan itu sendiri bisa diartikan
sebagai upaya seluruh pejabat sekolah yang diarahkan untuk memberikan
kepemimpinan kepada guru dan tenaga kependidikan lainnya demi kemajuan
institusi. Keterkaitan ini melibatkan elemen manusia dan material.
Supervisi Pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau
serangkaian bentuk tuntutan yang yang secara umum mengarah pada perbaikan
situasi pendidikan dan secara khusus untuk meningkatkan mutu proses belajar
mengajar dalam berbagai lembaga pendidikan.
Pengertian Supervisi Pendidikan menurut para ahli.
Adapun pengertian supervise pendidikan menurut para ahli, antara lain :
1. P Adam dan Frank G Dickey, Supervisi pendidikan adalah suatu
program yang terencana dalam upaya memperbaiki mata pelajara
2. Harris dan Benssent, Pengertian supervisi pendidikan adalah bentuk
tindakan soisal terkait dengan administrasi agar dapat dengan mudah
mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan pengajaran sekolah.

3
3. Kimball Wiles, Arti supervisi pendidikan adalah kegiatan supervisor
dalam kaitannya dengan hubungan antar manusia dan manusia lain, yang
bekerja dengan semua orang dalam lingkungan pendidikan yang ada.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa


supervisi merupakan suatu layanan dan bantuan yang diberikan oleh supervisor
kepda guru dalam upaya memperbaiki pembelajaran sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif.

B. Tujuan dan Fungsi Supervisi Pendidikan


1. Tujuan Supervisi Pendidikan
Tujuan supervisi pada umumnya untuk menciptakan peningkatan
pembelajaran yang lebih baik. Berdasarkan artikel dosensosiologi.com
(on-line) 2017, bahwa tujuan supervisi pendidikan adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan pembinaan kepada kepala sekolah dan guru agar lebih
memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah
dalam merealisasikan tujuan tersebut.
b. Meningkatkan kesanggupan kepala sekolah dan guru agar mampu
menyiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang
lebih efektif.
c. Memberikan bantuan kepada kepala sekolah dan guru agar bisa
mendiagnosis aktivitas dan kesulitan belajar mengajar yang dialami
secara kritis, serta memberikan pertolongan kepada mereka dalam
merencanakan perbaikan.
d. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru serta warga
sekolah lainnya terkait cara-cara kerja yang bersifat demokratis dan
komprehensif, serta memperbesar kesediaan mereka agar bersedia
saling tolong menolong.
e. Meningkatkan semangat dan motivasi guru agar bisa berprestasi
untuk mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam profesinya.

4
f. Memberikan bantuan kepala sekolah untuk mempopulerkan
pengembangan program pendidikan di sekolah kepada masyarakat.
g. Memberikan perlindungan kepada orang yang di supervisi terhadap
tuntutan yang tidak wajar dan kritik yang tidak sehat dari
masyarakat.
h. Memberikan bantuan kepada kepala sekolah dan guru dalam
melakukan evaluasi terhadap aktivitas mereka untuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.
i. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan atau kolegialitas di
antara para guru.
2. Fungsi supervisi pendidikan
Selain tujuan supervisi pendidikan juga memiliki fungsi, sebagaimana
menurut Ametembun (1995) yang dibahas oleh Djam’an Satori (2016,
hal 64-65) dalam bukunya Pengawasan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan bahwa fungsi supervisi memiliki empat fungsi utama yang
merupakan tugas pokok seorang supervisor, diantaranya yaitu:
a. Fungsi Penelitian
Fungsi penelitian pada supervisi pendidikan yaitu untuk memperoleh
gambaran yang jelas dan obyektif tentang situasi pendidikan
(khususnya sasaran-sasaran supervisi pendidikan), maka perlu
diadakan penelitian dengan prosedur yang benar. Adapun prosedur
yang dapat dilaksanakan yaitu: perumusan pokok masalah,
pengumpulan data, pengolahan data, dan penarikan kesimpulan.
b. Fungsi Penilaian
Fungsi penilaian suprevisi yaitu untuk mengukur tingkat kemajuan
yang ingin dicapai, seberapa besar tingkat ketercapaiannya. Penilaian
tersebut dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: tes, penetapan
standar, penilaian kemajuan belajar siswa, melihat perkembangan
hasil penilaian sekolah, dan prosedur lain yang berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan.
c. Fungsi Perbaikan

5
Fungsi perbaikan supervisi yaitu upaya untuk memberikan dorongan
kepada guru, baik secara individu maupun kelompok agar mereka
bersedia melakukan berbagai perbaikan dalam menjalankan tugas
mereka. Perbaikan tersebut dapat dilakukan melalui bimbingan, yaitu
dengan cara: membangkitkan kemauan, memberi motivasi,
mengarahkan dan merangsang untuk melakukan sebuah percobaan,
dan membantu menerapkan sebuah prosedur mengajar yang baru
agar pembelajaran lebih bermakna.
d. Fungsi Peningkatan
Fungsi peningkatan supervisi yaitu salah satu upaya untuk
memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi dengan cara
memberikan pembinaan atau pelatihan kepada guru tentang cara-cara
baru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Upaya perbaikan
merupakan proses yang berkesinambungan yang dilakukan terus
menerus. Supervisi pendidikan menjunjung praktik “continuous
quality improvement” (CQI). Dalam proses ini, diusahakan agar
kondisi yang telas baik supaya dipertahankan bahkan lebih
ditingkatkan lagi. Adapun pembinaan tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya: demonstrasi mengajar, workshop,
seminar, observasi, konferensi individual dan kelompok, serta
kunjungan supervisi.

C. Metode dan Teknik Supervisi Pendidikan


Di muka telah diuraikan bahwa tugas pengawas satuan pendidikan mencakup
pengawasan atau supervisi administrasi dan pengelolaan (manajerial) sekolah
sekaligus supervisi akademik atau pembelajaran. Karena fokus kedua hal tersebut
berbeda, maka metode dan teknik yang dipergunakan tentu berbeda pula. Berikut
ini akan diuraikan tentang metode supervisi manajerial dan supervisi akademik.

6
1. Supervisi Manjerial
1) Monitoring dan Evaluasi
Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan
dalam supervisi manajerial tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.

a. Monitoring/Pengawasan
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai
dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta
menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan
program (Rochiat, 2008: 115). Monitoring lebih berpusat pada
pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis. Melalui
monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang
terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek- aspek yang
dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangan dan
dijalankan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam
melakukan monitoring ini tentunya pengawas harus melengkapi diri dengan
parangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah yang
harus diamati dan dinilai. Secara tradisional pelaksanaan pengawasan
melibatkan tahapan:

(a) menetapkan standar untuk mengukur prestasi,


(b) mengukur prestasi,
(c) Menganalisis apakah prestasi memenuhi standar, dan
(d) Mengambil tindakan apabila prestasi kurang/tidak memenuhi standar
(Nanang Fattah,1996: 102).
Dalam perkembangan terakhir, kecenderungan pengawasan dalam
dunia pendidikan juga mengikuti apa yang dilakukan pada industri, yaitu
dengan menerapakan Total Quality Controll. Pengawasan ini tentu saja
terfokus pada pengendalian mutu dan lebih bersifat internal. Oleh karena
itu pada akhir-akhir ini setiap lembaga pendidikan umumnya memiliki unit
penjaminan mutu.

7
b. Evaluasi
Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana
kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keber-
hasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan evaluasi
utamanya adalah

(a) mengetahui tingkat keterlaksanaan program,


(b) mengetahui keberhasilan program
(c) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun
berikutnya, dan
(d) memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah.
2) Refleksi dan Focused Group Discussion
Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu
pemberdayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau
kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai
standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil monitoring yang
dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak
sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah
dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi
terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat
serta pendukung yang selama ini mereka rasakan. Forum untuk ini dapat
berbentuk Focused Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-
unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini dapat dilakukan
dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan.Tujuan dari FGD adalah
untuk menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi
(kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-langkah
strategis maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan
sekolah. Peran pengawas dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus
menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan masukan
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

8
3) Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu
pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan
konsep MBS, dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)
sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas
dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah,
serta pandangan seluruh stakeholder. Sejauh ini kebanyakan sekolah
merumuskan visi dan misi dalam susunan kalimat “yang bagus”, tanpa
dilandasi oleh filosofi dan pendalaman terhadap potensi yang ada.
Akibatnya visi dan misi tersebut tidak realistis, dan tidak memberikan
inspirasi kepada warga sekolah untuk mencapainya. Metode Delphi
merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder sekolah
tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi kendala dalam
sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan
pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat,
orang murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh
orang-orang tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam forum.
Selebihnya peserta hanya akan menjadi pendengar yang pasif. Metode
Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah ketika
hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Langkah-
langkahnya menurut Gorton (1976: 26-27) adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap


memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai
pengembangan sekolah;
2. Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara
tertulis tanpa disertai nama/identitas;
3. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar
urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama.
4. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai
pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.

9
5. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan
menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta
yang dimintai pendapatnya.
4) Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat
ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini
tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah,
wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah.
Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau
urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja
Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas
dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang
pengembangan KTSP, sistem administrasi, peran serta masyarakat, sistem
penilaian dan sebagainya.

2. Supervisi Akademik
Di muka telah dijelaskan bahwa supervisi akademik ditujukan untuk
membantu guru meningkatkan pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan belajar siswa. Sesuai dengan tujuannya tersebut maka istilah yang
sering digunakan adalah supervisi pengajaran (instructional supervision). Terdapat
beberapa metode dan teknik supervisi yang dapat dilakukan pengawas. Metode-
metode tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok. Pada
setiap metode supervisi tentunya terdapat kekuatan dan kelamahan. Ada
bermacam-macam teknik supervisi akademik dalam upaya pembinaan
kemampuan guru. Dalam hal ini meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi,
buletin profesional, perpustakaan profesional, laboratorium kurikulum, penilaian
guru, demonstrasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengambangan
petunjuk pembelajaran, darmawisata, lokakarya kunjunganantarkelas, bacaan
profesional, dan survei masyarakat-sekolah. Sedangkan menurut Gwyn, teknik-
teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :

10
a) Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang
diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat
perorangan. Supervisor atau pengawas hanya berhadapan seorang guru yang
dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang
dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi:
1. Kunjungan Kelas (classroom observation)
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala
sekolah, pengawas, dan Pembina lainnya dalam rangka mengamati
pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga memperoleh data yang
diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan kelas ini
adalah untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah guru
di dalam kelas. Melalui kunjungan kelas, pengawas akan membantu
permasalahan yang dialaminya.kunjungan kelas dapat dilakukan dengan
pemberitahuan atau tanpa oemberitahuan terlebih dahulu, dan bias juga
atas dasar undangan dari guru itu sendiri. Dalam melaksanakan kunjungan
kelas, terdapat empat tahap, yaitu

1) Tahap persiapan, Pada tahap ini, pengawas merencanakan


waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan
kelas.
2) Tahap pengamatan, yaitu mengamati jalannya proses
pembelajaran berlangsung.
3) Tahap akhir kunjungan, pada tahap akhir ini pengawas bersama
guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil
observasi, setelah itu dilakukan tindak lanjut.
2. Ada beberapa kriteria kunjungan kelas yang baik, yaitu;
1. Memiliki tujuan-tujuan tertentu.
2. Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki
kemampuan guru.

11
3. Menggunakan instrument observasi tertentu untuk mendapatkan
daya yang obyektif.
4. Terjadi interaksi antara Pembina dan yang dibina sehingga
menimbulkan sikap saling pengertian.
5. Pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar
mengajar.
6. Pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.
3. Observasi Kelas (classroom observation)
Observasi kelas secara sederhana dapat diartikan melihat dan
memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang tampak. Observasi
kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap
proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah
untuk memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek
dalam situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar. Secara umum
yang diamati selama proses pembelajaran adalah:
1. Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran.
2. Cara penggunaan media pengajaran.
3. Reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.
4. Keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.
Dalam pelaksanaan observasi kelas dilakukan beberapa tahap, yaitu:
1. Persiapan observasi kelas.
2. Pelaksanaan observasi kelas.
3. Penutupan pelaksanaan observasi kelas.
4. Penilaian hasil observasi.
5. Tindak lanjut.
Ketika supervisor/pengawas melaksanakan observasi kelas, sebaiknya
menggunakan instrument observasi tertentu, antara lain
1. Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog,
dan tukar pikiran antara Pembina atau supervisor guru, guru dengan

12
guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan professional
guru. Tujuannya adalah:
1. memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui
pemecahan masalah.
2. mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;
3. memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri
sendiri; dan
4. menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-
bukan.
b) Kunjungan Antar Kelas ( class room visitation)
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik
supervisi secara perorangan. Kegiatan ini dilakukan guru yang satu
berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu
sendiri. Melalui kunjungan antarkelas ini diharapkan guru akan
memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai
pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas, dan
sebagainya. Agar kunjungan antarkelas ini dapat berhasil dengan
baik dan bermanfaat, maka harus ada beberapa hal yang
diperhatikan antara lain:
1. Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan
sebaik-baiknya. Diupayakan agar mencari guru yang
berpengalaman sehingga mampu memberikan pengalaman
baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi.
2. Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
3. Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan
kelas.
4. Supervisor/pengawas hendaknya mengikuti acara ini
denbgan cermat. Amatilah apa-apa yang ditampilakn secara
cermat, dan mencatatnya pada format-format tertentu.

13
5. Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai.
Missal, dengan percakapan pribadi, penegasan, dan
pemberian tugas-tugas tertentu.
6. Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru
bersangkutan, yaitu dengan menyesuaikan pada situasi dan
kondisi yang dihadapi.
7. Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan
antar kelas berikutnya.
b. Teknik Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga
sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau
kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi
satu/bersama-sama. Kemudian pada kelompok ini diberikan layanan supervisi
sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang dihadapi.

Teknik supervisi kelompok ada beberapa diantaranya adalah:

(e) Kepanitiaan-kepanitiaan
(f) Kerja kelompok
(g) Laboratorium kurikulum
(h) Baca terpimpin
(i) Demonstrasi pembelajaran
(j) Darmawisata
(k) Kuliah/studi
(l) Diskusi panel
(m) Perpustakaan jabatan
(n) Organisasi professional
(o) Bulletin supervisi
(p) Pertemuan guru.
(q) Lokakarya atau konferensi kelompok.

14
1. Langkah-langkah pembinaan kemampuan Guru
Ada beberapa langkah pembinaan kemampuan guru melalui supervisi
akademik, yaitu: (1) menciptakan hubungan-hubungan yang
harmonis; (2) analisis kebutuhan; (3) mengembangkan strategi dan
media; (4) menilai, dan (5) revisi.
2. Menciptakan Hubungan yang Harmonis
Langkah pertama dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru
adalah menciptakan hubungan yang harmonis antara pengawas dan
guru, serta semua pihak yang terkait dengan program pembinaan
keterampilan pembelajaran guru. Dalam upaya melaksanakan
supervisi akademik diperlukan kejelasan informasi antar personil yang
terkait. Tanpa adanya kejelasan, maka guru akan bingung, tidak tahu
apa yang diharapkan oleh kepala sekolah, dan meyakini bahwa tujuan
pokok dalam pengukuran kemampuan guru, sebagai langkah awal
setiap pembinaan keterampilan pembelajaran melalui supervisi
akademik. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi guru yang baik
dan kurang terampil dala mengajar.
Untuk mewujudkan penciptaan hubungan yang harmonis diperlukan
komunikasi yang efektif. Dalam komunikasi yang efektif memiliki
sejumlah prinsip yang harus diterapkan oleh kepala sekolah, yaitu:
1) Berbicara sebijaksana dan sebaik mungkin.
2) Ikutilah pembicaraan orang lain secara seksama.
3) Ciptakan hubungan interpersonal antar personil.
4) Berpikirlah sebelum berbicara.
5) Ikutilah norma-norma yang berlaku pada latar sekolah.
6) Usahakanlah untuk memahami pendapat orang lain.
7) Konsentrasikan pada pesanmu, bukan pada dirimu sendiri.
8) Kumpulkan materi untuk mengadakan diskusi bila perlu.
9) Persingkat pembicaraan.
10) Ciptakan ketindaksanggupan
11) Bersemangatlah.

15
12) Raihlah sikap orang lain untuk membantu program.
13) Berkomunikasilah dengan “eye communication”.
14) Selalu mencoba.
15) Jadilah pendengar yang baik.
16) Ketahuilah kapan sebaiknya berhenti berkomunikasi.
1) Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan sebagai langkah kedua dalam pembinaan
keterampilan pengajaran guru. Secara hakiki, analisis kebutuhan
merupakan upaya menentukan perbedaan antara pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan dan secara nyata dimiliki.
Dalam rangka memenuhi prinsip ini diperlukan analisis kebutuhan
tentang keterampilan pengajaran guru yang harus dikembangkan
melalui supervisi pengajaran. Untuk melaksanakan kegiatan ini
menggunakan langkah-langkah menganalisis kebutuhan sebagai
berikut:
1) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah
pendidikan-perbedaan (gap) apa saja yang ada antara
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang nyata dimiliki guru
dan yang seharusnya dimiliki guru? Perbedaan di kelompok,
disintesiskan dan diklarifikasi.
2) Mengidentifikasi lingkungan dan hambatan-hambatannya.
3) Menetapkan tujuan umum jangka pangjang.
4) Mengidentifikasi tugas-tugas manajemen yang dibutuhkan fase
ini, seperti keuangan, sumber-sumber, perlengkapan dan media.
5) Mencatat prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi
tambahan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dimiliki guru. Pergunakanlah teknik-teknik tertentu, seperti;
mengundang konsultan dari luar sekolah, wawancara, dan
kuesioner.

16
6) Mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan-kebutuhan khusu
pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Pergunakanlah
kata-kata perilau atau performasi.
7) Menetapkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan
pembelajaran guru yang bias dibina melalui teknik dan media
selain pendidikan.
8) Mencatat dan member kode kebutuhan-kebutuhan pembinaan
keterampilan pembelajaran guru yang akan dibina melalui cara-
cara lainnya.

D. Kajian Masalah Implementasi Supervisi Pendidikan


Dalam bagian ini akan dibahas kajian pelaksanaan supervisi pendidikan,
dimana dalam implementasinya supervisi pendidikan di sekolah mengalami
beberapa problematika, sebagaimana dipaparkan pada arikel hermananis (on-
line) 2021, permasalahan pada implementasi supervisi pendidikan
diantaranya:
1. Sebaran supervisor (pengawas) tidak merata
Pengawas sekolah merupakan salah satu supervisor yang bertugas untuk
melaksanakan supervisi. Jumlah pengawas sekolah sangat terbatas. Oleh
karena itu, di beberapa daerah pengawas sekolah memiliki jangkauan
kerja yang sangat luas terkait sekolah binaan, sehingga proporsi kerja
yang besar, dapat menjadi permasalahan dalam melakukan tugas
supervisi.
2. Kompetensi supervisor (pengawas) tidak merata
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa masalah sumber daya manusia
(SDM) khususunya dalam bidang pendidikan adalah masalah klasik
yang masih belum teratasi sampai saat ini. Hal ini juga berlaku pada
pengawas, bisa jadi ada pengawas yang memiliki kompetensi namun
belum komprehensif dalam memahami tupoksi sebagai pengawas.
3. Kompeksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah

17
Berdasarkan Permendikbudristek Nomor 40 Tahun 2021 tentang
Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah maka salah satu tugas pokok
dan fungsi kepala sekolah yaitu melaksanakan supervisi kepada guru dan
tenaga kependidikan. Dengan adanya kompleksitas tugas manajerial
kepala sekolah, maka mengakibatkan tugas supervisi tersebut tidak dapat
dilaksanakan secara maksimal. Dengan demikian maka hal tersebut
merupakan salah satu permasalahan dalam implementasi supervisi
pendidikan di sekolah.
4. Budaya mutu belum terwujud
Terciptanya budaya mutu pada setiap lembaga pendidikan merupakan
harapan setiap insan pendidikan. Seiring dengan adanya perubahan
kurikulum paradigma baru diharapkan para pendidik dapat
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Hal ini dapat dipantau melalui educational
supervision. Tetapi pada kenyataannya dilapangan masih ada guru yang
beranggapan bahwa educational supervision semata-mata hanyalah
untuk mencari-cari kesalahan. Meskipun pelaksanaan supervisi
dilakukan dengan pemberitahuan terlebih daulu kepada guru yang akan
di supervisi, masih saja para guru belum mempersiapkan diri secara
maksimal. Maka hal tersebut juga merupakan salah satu permasalahan
dalam pelaksanaan educational supervision.
5. Masih adanya unsur subjektifitas dari supervisor
Unsur subjektifitas dari supervisor sulit untuk dihilangkan. Maksudnya
adalah ada kesan bahwa bentuk supervisi yang dilakukan dapat
dipengaruhi oleh guru yang di supervisi, sehingga penilaian tidak
objektif. Misalnya akan ada perlakuan yang khusus atau berbeda kepada
guru-guru yang dianggap telah senior dilihat dari pangkat dan
jabatannya serta masa kerjanya.
6. Sering terjadi pergantian kepala sekolah
Dengan adanya mutasi dan rotasi atau pergantian kepala sekolah
mengakibatkan jalannya pelaksanaan educational supervision menjadi

18
terhambat dan kurang maksimal sehingga dinilai tidak kontinu
sebagaimana yang seharusnya dilaksanakan, khususnya pada program
pengembangan berkelanjutan atau rekomendasi untuk perbaikan.
7. Sarana dan prasarana terbatas dan belum merata
Dalam proses belajar mengajar seyogyanya ditunjang dengan sarana
dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana menjadi faktor
pendukung kelancaran proses pembelajaran sehingga guru mudah
mengajar dan siswa juga mudah dalam belajar. Namun, pada
kenyataannya masih terdapat di beberapa satuan pendidikan yang belum
mempunyai sarana dan prasarana yang cukup sehingga guru merasa
kurang nyaman dalam menyampaikan materi pelajaran. Karena sarana
dan prasarana merupakan salah satu faktor utama lancarnya
pelaksanaan supervisi pendidikan dalam meningkatkan profesionalisme
guru.
8. Rencana tindak lanjut belum optimal
Rencana tindak lanjut setelah dilakukan supervisi masih belum optimal.
Hal ini belum ada konsistensi yang baik pada pribadi pendidik. Guru
yang di supervisi sudah melakukan perbaikan berdasarkan rekomendasi
saran dari supervisor, namun itu terjadi hanya pada saat itu. Bahkan
setelah supervisi guru merasa sudah bebas dan berada pada zona
nyaman.

19
E. Analisis Diagram Tulang Ikan
Berdasarkan kajian masalah supervisi pendidikan dapat dilihat melalui analisis diagram tulang ikan berikut ini:

Methode Man

Budaya mutu Sebaran pengawas


belum terwujud tidak merata

Asumsi supervisi utk Pengawas


mencari kesalahan guru purnabakti

Unsur subjektifitas Kompetensi supervisor


dari supervisor tdk merata

Pelaksanaan
Kompleksitas tugas
Supervisi kurang
manajerial KS
optimal
Sarpras terbatas
Rotasi/mutasi

Sering terjadinya
Sarpras rusak
pergantian Kepsek

Policy and regulation


Material

20
F. Rekomendasi Peningkatan Mutu Implementasi Supervisi Pendidikan
Berdasarkan analisis tulang ikan tentang implementasi supervisi yang
kurang optimal, hal ini perlu adanya solusi untuk mengatasi masalah
tersebut. Untuk meningkatkan mutu implementasi supervisi pendidikan
diantaranya:
Pemetaan pengawas.
1. Pemerintah setempat dalam hal ini dinas pendidikan seharusnya
mengadakan pemetaan pengawas, melihat daerah mana yang jumlah
pengawasnya sedikit sedangkan jumlah sekolah binaannya banyak.
Sehingga pelaksanaan pengawasan terkait supervisi dapat berjalan secara
optimal.
2. Bimtek tentang peningkatan kompetensi pengawas.
Dalam ketentuan umum PermenPAN dan RB nomor 21 tahun 2010 Pasal
5 dinyatakan bahwa tugas pokok pengawas sekolah adalah melaksanakan
tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.
Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya pengawas sekolah minimal
harus mempunyai kompetensi sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah yang menegaskan bahwa seorang pengawas harus
memiliki 6 dimensi kompetensi, yaitu: kompetensi kepribadian, supervisi
manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan
pengembangan serta kompetensi sosial. Salah satu tugas penting dari
pengawas sekolah adalah melakukan supervisi. Penguasaan kompetensi
supervisi merupakan bekal utama dalam melaksanakan tugas
kepengawasan. Untuk mencapai hal itu, pengawas harus mendapatakan
bimbingan teknis pelatihan.
3. Sosialisasi guru senior tentang supervisi pendidikan.
Kondisi sekarang ini, banyak sekolah yang tidak ada kepala sekolahnya
sehingga kedudukan kepala sekolah dijabat oleh kepala sekolah yang
menjabat sebagai Plt. Selain itu kompleksitas tugas manajerial seorang
kepala sekolah sangat banyak sebab kepala sekolah adalah guru yang

21
diberi tugas sebagai kepala sekolah. Bukan lagi guru yang diberi tugas
tamabahan sebagai kepala sekolah. Jadi, seorang kepala sekolah mutlak
sebagai manager untuk mengelola pendidikan di satuan pendidikan
masing-masing. Terkadang pelaksanaan supervisi kurang optimal karena
terkadang ada gangguan waktu ketika kepala sekolah harus mengikuti
kegiatan lain. Sehingga pelaksanaan supervisi yang sudah terjadwal tidak
dapat dilaksanakan. Untuk mengatasi masalah tersebut, kepala sekolah
dapat dibantu oleh guru senior yang ada di sekolah tersebut. Maka dari itu,
perlu adanya bimbingan dan pembinaan kepada guru senior oleh kepala
sekolah tentang supervisi.
4. Pembinaan tentang peningkatan kompetensi guru.
Pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam supervisi
diharapkan dapat memerikan motivasi dan pelayanan supervisi secara
optimal kepada pendidik di sekolah. Hal ini diharapkan dapat terjadi
perubahan perilaku pendidik ke arah yang lebih berkualitas dan akan
menimbulkan perilaku belajar peserta didik menjadi lebih baik.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang standar
kualifikasi akademis dan kompetensi guru, bahwa kompetensi guru terdiri
atas kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
5. Supervisi dilaksanakan dengan prosedur yang benar
Supervisi hendaknya dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang benar.
Maka untuk mewujudkan tujuan supervisi di sekolah, supervisor harus
memiliki kemampuan untuk menyusun rencana dan program, menilai dan
menindaklanjuti seluruh kegiatan-kegiatan supervisi yang dilaksanakan.
Supervisi yang efektif dapat menciptakan kondisi yang layak bagi
pertumbuhan profesional guru.
6. Supervisi dilaksanakan secara kontinu dan komprehensip.
Untuk mencapai hasil yang optimal, supervisi hendaknya dilakukan secara
kontinu, berkala dan berkesinambungan yakni dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan. Selain itu supervisi juga dilakukan secara komprehensip

22
yakni memenuhi tujuan supervisi pendidikan sesuai dengan prinsip
supervisi.
7. Pengadaan sarpras yang memadai dan memanfaatkan lingkungan sekolah
untuk sarana pembelajaran.
Untuk memenuhi sarana dan prasarana yang memadai pihak sekolah
hendaknya mengajukan kepada pemerintah melalui laman dapodik untuk
mendapatkan bantuan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) ataupun dana
aspirasi.
8. Melakukan monitoring dan evaluasi tindak lanjut supervisi.
Kegiatan akhir pengawasan proses adalah tindak lanjut yakni melakukan
analisis hasil pelaporan supervisi yang memuat peta mutu guru hasil
supervisi untuk memberikan rekomendasi terkait peningkatan mutu.
Tindak lanjut pelaksanaan supervisi merupakan langkah nyata atau
rekomendasi terkait perbaikan dan peningkatan mutu guru berdasarkan
hasil analisis pelaksanaan supervisi yang memuat peta mutu guru hasil
supervisi guna memberikan masukan yang tepat bagi guru yang di
supervisi. Selain itu, tindak lanjt hasil supervisi merupakan pemanfaatan
hasil supervisi untuk pembinaan atau pembimbingan kepala sekolah dan
guru binaan.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Supervisi yaitu sebagai upaya yang dilakukan oleh para pengawas untuk
melihat kinerja personalia dan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap
salah satu bagian kerja yang tidak masksimal dalam menunjukkan
kinerjanya. Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil sebuah kesimpulan
bahwa supervisi merupakan suatu layanan dan bantuan yang diberikan
oleh supervisor kepda guru dalam upaya memperbaiki pembelajaran
sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
2. Tujuan supervisi pendidikan adalah Membantu guru agar dapat lebih
mengerti/ menyadari tujuan-tujuan pendidikan di sekolah, dan fungsi
sekolah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan itu.Tujuan utama
supervisi adalah memperbaiki pengajaran. Tujuan umum supervisi adalah
memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar
personil tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam
melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar.
3. Seorang supervisor dapat menggunakan berbagai alat bantu. Alat-alat
bantu itu dipergunakan dengan maksud untuk memungkinkan
pertumbuhan kecakapan dan perkembangan penguasaan pengetahuan oleh
guru/ orang yang disupervisi sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya.
4. Manfaat akhir dari proses supervisi adalah suatu hal yang tidak mudah
dalam sistem manajemen personalia di Indonesia, seperti untuk melakukan
mutasi, demosi, apalagi pemecatan petugas sekolah yang tidak bisa
menjalankan tugasnya. Begitu pula halnya dengan perubahan kurikulum
yang sangat bersifat sentralisasi yang kurang memperlihatkan perbedaan
masing-masing sekolah. Namun demikian apapun halangannya kegiatan

24
supervisi harus tetap dilaksanakan, walaupun hanya sampai pada batas
yang sangat bersahaja.

B. Saran
Supervisi haruslah ada pada setiap sekolah dan diberlakukan secara
benar dan baik serta tegas agar sekolah dapat berkembang dengan baik dan
tujuan sekolah dapat tercapai dengan baik pula.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anis, Herman (2021). Artikel Permasalahan Supervisi Pendidikan (On-Line)


https://hermananis.com/permasalahan-supervisi-pendidikan/
Anis, Herman (2021). Artikel Supervisi Akademik – Definisi, Tujuan dan Prinsip,
Permasalahan dan Alternatif Solusinya. (On-Line).
https://hermananis.com/supervisi-akademik-permasalahan-dan-
alternatif-solusinya/
Dosen Sosiologi (2021). Artikel Pengertian Supervisi Pendidikan, Jenis, Tujuan,
Fungsi, dan Contohnya. https://dosensosiologi.com/supervisi-
pendidikan/

Kemdikbud. (2021) Modul Calon Pengawas Sekolah. Kementrian Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Ngalim Purwanto (2010), Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung :


Remaja Rosdakarya H. 76

Peraturan Mendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar kualifikasi Akademik


dan Kompetensi Guru.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar
yang harus Pengawas Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional
Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Jakarta: KemenegPAN dan
RB.
Permendikbudristek Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penugasan Guru sebagai
Kepala Sekolah.

26
Pidarta, Made. (1992). Pemikiran Tentang Supervisi pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Purwanto, Ngalim. (2003). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:


Rosdakarya.

Satori, Djam’an (2016). Pengawasan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.


Bandung: Alfabeta.
Sergiovanni, T.j. (1982). Editor. Supervision of teaching. Alexandria: Association
for Supervition and curriculum development.

Sriana, Winda (2016). Makalah Permasalahan dan Pemecahan Pelaksanaan


Supervisi di Sekolah.
https://windasriana7.blogspot.com/2016/03/makalah-permasalahan-
dan-pemecahan/html

27
28

Anda mungkin juga menyukai