Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENJAMINAN MUTU SEKOLAH MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DAN


KELEMBAGAAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu Pendidikan


Dosen Pengampu : Dr. Nurhattati Fuad, M. Pd.

Nama Kelompok 6

- Ahmad Farid 1111822078


- Firda Desilia Amallilah 1111822053

PROGRAM MAGISTER
MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Penjaminan Mutu Sekolah Melalui
Supervisi Akademik dan Kelembagaan" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu Pendidikan.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Penjaminan Mutu Sekolah
Melalui Supervisi Akademik dan Kelembagaan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nurhatatti Fuad, M, Pd selaku
dosen Pengampu Mata Kuliah Manajemen Mutu Pendidikan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 01 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2

C. Tujuan .................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3


A. Pengertian Supervisi Akademik ........................................................................................... 3

B. Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik .............................................................................. 4

C. Ruang Lingkup Supervisi Akademik ................................................................................... 5

D. Metode dan Teknik Supervisi Akademik ............................................................................ 6

E. Pengertian Supervisi Kelembagaan ..................................................................................... 9

F. Tujuan dan Fungsi Supervisi Kelembagaan ...................................................................... 10

G. Ruang Lingkup Supervisi Kelembagaan ........................................................................... 13

H. Metode dan Teknik Supervisi Kelembagaan ..................................................................... 14

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 17


A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 17

B. Saran .................................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Supervisi pendidikan adalah hal yang sangat penting dilakukan untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Mutu pendidikan sangat berkaitan erat dengan keprofesionalan guru dalam
menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada pada dunia pendidikan, baik pada masa saat
ini atau masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut pendidikan merupakan faktor yang
penting karena pendidikan salah satu penentu mutu SDM (Sumber Daya Manusia), dimana
manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan potensi- potensi yang
dimiliki sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat.
Pengawasan mutu pendidikan yang diemban oleh seorang pengawas pada satuan
pendidikan harus terus digelorakan sering dengan pesatnya perkembangan teknologi dan mutu
pendidikan yang kian kompetitif. Pengawasan bisa dilakukan dengan pengamatan secara
intensif terhadap kegiatan utama dalam lemabaga pendidikan yang kemudian dapat
ditindaklanjuti dengan pemberian feed back. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumberdaya
pendidkan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan
dikembangkan terus-menerus. Pengembangan profesi guru dilaksanakan melalui program
pendidikan. Potensi sumber daya guru itu perlu di tumbuhkembangkan agar dapat melakukan
fungsinya secara potensial. Selain itu, pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong para
guru untuk terus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta mobilitas masyarakat (Adab, 2017).
Perkembangan supervisi di era kontemporer saat ini lebih menekankan kepada upaya
guru untuk mengembangkan kualitas pembelajarannya melalui pengembangan profesionalitas.
Oleh karena itu, sumber daya guru harus selalu dikembangkan agar kemampuan
profesionalnya lebih meningkat (Alma, 2009). Kegiatan supervisi diperlukan dan harus diatur
sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam menjalankan
tugasnya sebagai seorang pendidik. Supervisor lebih berperan sebagai fasilitator untuk
terjadinya pengembangan keprofesionalan guru secara berkelanjutan. Disamping itu
supervisor harus bisa menumbuhkan motivasi guru yang sangat tinggi untuk selalu
meningkatkan keprofesionalannya (Candra Wesnedi, 2021).

1
Untuk mengembangkan kemampuan profesionalisme guru perlu senantiasa mendapat
bantuan teknis, sebagai upaya peningkatan kapasitas secara terus menerus. Bantuan tersebut
dalam bentuk supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas binaan.
Maksudnya, untuk memberikan bantuan pembinaan dan perbaikan kinerja guru agar dapat
mencapai tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, supervisi akademik merupakan
kegiatan terencana yang ditujukan pada aspek kualitatif sekolah dengan membantu guru
melalui dukungan dan evaluasi pada proses belajar dan pembelajaran yang dapat meningkatkan
hasil belajar (Eva Nofrita, 2020).
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi akademis, dan
supervisi manajerial/kelembagaan. Supervisi akademis menitik beratkan pada pengamatan
supervisor terhadap kegiatan akademis, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar
kelas. Supervisi manajerial menitik beratkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan
dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya
pembelajaran (Abbas, 2018). Oleh karenanya, makalah ini akan membahas tentang
bagaiamana pengertian, tujuan dan fungsi, ruang lingkup, tujuan serta teknik dan metoode
dalam supervise akademik dan kelembagaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikt:
1. Apa pengertian dari supervisi akademik?
2. Apa saja tujuan dan fungsi dari supervisi akademik?
3. Bagaimana dengan ruang lingkup terkait supervisi akademik?
4. Bagaiamana teknik dan metode dalam melaksanakan supervisi akademik?
5. Apa pengertian dari supervisi kelembagaan?
6. Apa saja tujuan dan fungsi dari supervisi kelembagaan?
7. Bagaimana dengan ruang lingkup terkait supervisi kelembagaan?
8. Bagaimana teknik dan metode dalam melaksanan supervisi kelembagaam?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini
adalah mengulas berkaitan dengan supervisi akademik dan supervisi kelembagaan. mulai dari
pengertian, tujuan dan fungsinya, ruang lingkupnya serta teknik dan metodenya dalam proses
supervisi pada dunia pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi Akademik


Istilah supervisi tidak asing dalam dunia pendidikan dan sudah lama dikenal, terutama
bagi pendidik. Secara morfologis, supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super
dan vision. “Super” berarti di atas dan “vision” berarti melihat, secara keseluruhan berarti
melihat dari atas. Supervisi sering diidentikkan dengan pengawasan. Hal ini dapat dikaji dari
sisi etimologis, yang mana istilah supervisi didefinisikan sebagai pengawasan. Oleh karena itu
supervisi mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas
yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan.
Sedangkan orang yang berperan dalam melakukan supervisi adala disebut supervisor
(Mulyasa, 2012).
Supervisi memiliki pengertian yang luas. Supervisi adalah segala bantuan dari
pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel
sekolah lainnya didalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. ia berupa dorongan, bimbingan,
dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan
dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran,
pemeliharan alat-alat pelajaran dan metode-metodemengajar yang lebih baik, cara-cara
penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran dan sebagainya dalam dunia
pendidikan (Rahman, 2021).
Supervisi akademik adalah pembinaan yang menitikberatkan pengamatan pada masa
akademik yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru-guru untuk membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar. Kesimpulannya
supervisi akademik, kegiatan membantu guru secara langsung dalam mengelola prosses
pembelajaran untuk mencapai tujuan akademik. Demikian guru sangat membutuhkan
pengawasan dari seorang supervisor yang akan mengevaluasi dan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran guru (Jumadiyah, 2016).
Supervisi akademik merupakan kegiatan pembimbingan profesional kepada guru agar
mereka mampu melaksanakan tugas mengajarnya dengan baik. Indikator utamanya yaitu guru
mampu mengembangkan pembelajaran siswa yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, efisien, dan

3
menyenangkan. Objek supervisi akademik meliputi materi pembelajaran, silabus, dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), metode pembelajaran, penggunaan media dan teknologi
informasi dalam pembelajaran, penilaian, hasil pembelajaran, serta penelitian tindakan kelas.
Tujuannya yaitu pengembangan profesionalisme guru, pemantauan kualitas pembelajaran, dan
peningkatan motivasi kerja guru (Andriani, 2021).
B. Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik
Tujuan Supervisi Akademik adalah untuk membantu guru melihat tujuan Pendidikan,
membimbing pengalaman belajar mengajar, menggunakan sumber belajar, menggunakan
metode mengajar, memenuhi kebutuhan belajar siswa, membina moral kerja, menyesuaikan
dengan masyarakat. Menurut Segala (2012:236) merumuskan tujuan supervisi adalah: “Untuk
membantu guru meningkatkan kemampuannya agarm menjadi guru yang lebih baik dalam
melaksanakan pengajaran.
Menurut Sergiono dalam Dharma (2008: 11) mengemukakan tentang tujuan supervisi
akademik setidaknya ada tiga tujuan dalam supervisi akademik sebagaiak berikut:
1. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan
kemampuannya profesionalnnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas,
mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui
teknik-teknik tertentu.
2. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala
sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru,
teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya.
3. Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya
dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan
kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-
sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.
Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru
semakin meningkat. Pengembangan kemampuan dalam konteks ini tidaklah hanya ditafsirkan
secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan
mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan

4
(willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan
motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat (Dharma, 2008).
Fungsi utama dalam supervise akademik ditujukan kepada perbaikan dan peningkatan
kualitas pengajaran serta pembinaan pembelajaran sehingga terus dilakukan perbaikan. Setiap
fungsi yang terdapat dalam kegiatan supervisi akademik mempunyai tugas-tugas tersendiri,
namun tetap berada dalam kerangka penyelenggaraan sekolah (Wasmaini, 2015). Menurut
Dharma (2008) supervisi akademik yang baik adalah supervisi akademik yang mampu
berfungsi mencapai multitujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi
akademik jika hanya memerhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan
lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan inilah supervisi akademik akan berfungsi
mengubah perilaku mengajar guru. Pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru ke arah yang
lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar murid yang lebih baik.
C. Ruang Lingkup Supervisi Akademik
Ruang lingkup dalam supervisi akademik menurut Asmani & Makmur (2012)
menguraikan tentang ruang lingkup supervise akademik sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku
2. Persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran oleh guru
3. Pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, dan peraturan
pelaksanaannya
4. Peningkatan mutu pembelajaran, hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan sebagai
berikut:
a) Model pembelajaran yang mengacu pada standar proses
b) Peran peserta didik dalam proses pembelajaran
c) Peserta didik dapat membentuk karakter dan memiliki pola pikir serta kebebasan
berfikir
d) Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yangdilakukan dengan
bersunguh-sungguh
e) Bertanggung jawab terhadap mutu pencernaan kegiatan pembelajaran untuk setiap
mata pelajaran yang diampu, agar peserta didiknya memilikisejumlah kemampuan.

5
D. Metode dan Teknik Supervisi Akademik
Di muka telah dijelaskan bahwa supervisi akademik ditujukan untuk membantu guru
meningkatkan pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan belajar siswa.
Sesuai dengan tujuannya tersebut maka istilah yang sering digunakan adalah supervisi
pengajaran. Ada bermacam-macam teknik supervisi akademik dalam upaya pembinaan
kemampuan guru. Dalam hal ini meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin
profesional, perpustakaan profesional, laboratorium kurikulum, penilaian guru, demonstrasi
pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengambangan petunjuk pembelajaran,
darmawisata, lokakarya, kunjungan. Sedangkan menurut Gwyn dalam naskah laporan tentang
penjaminan mutu pendidikan nasional yang disusun oleh Dharma (2008) menunjukkan teknik-
teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. teknik supervisi
individual, dan teknik supervisi kelompok. Secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan
kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor
di sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu.
Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi:
kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antar kelas, dan menilai
diri sendiri. Secara rinci teknik dalam supervise individual adalah sebagai berikut
a) Kunjungan Kelas, kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala
sekolah, pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses
belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan
guru. Tujuan kunjungan ini adalah semata-mata untuk menolong guru dalam mengatasi
kesulitan atau masalah mereka di dalam kelas.
b) Observasi Kelas, observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan
memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah
teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang
sedang berlangsung.
c) Pertemuan Individual, pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan,
dialog, dan tukar pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru,
mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuannya adalah: (1)

6
memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan
yang dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki
segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan (4) menghilangkan atau
menghindari segala prasangka yang bukan- bukan.
d) Kunjungan antar kelas, Kunjungan antar kelas dapat juga digolongkan sebagai teknik
supervisi secara perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam
lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antarkelas ini, guru akan
memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses
pembelajaran pengelolaan kelas, dan sebagainya.
e) Menilai Diri, menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi
pendidikan. Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional
guru. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang
peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metoda
pengajarannya dalam mempengaruhi murid.
2. Teknik Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang
ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis
kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama
dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka
diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka
hadapi. Abbas (2018) mengemukakan teknik dalam supervisi kelompok sebagai berikut:
a) Pertemuan orientasi, pertemuan orientasi adalah pertemuan supervisor dengan
supervisi (terutama guru latih baru) yang bertujuan menghantar supervisee tersebut
memasuki suasana kerja yang baru. Pada pertemuan orientasi supervisor memberikan
penjelasan hal-hal penting yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas
profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas pengajaran.
b) Rapat guru, rapat guru banyak sekali jenisnya, baik dilihat dari sifatnya, jenis
kegiatannya, tujuannya, jumlah pesertanya dan sebagainya. Rapat guru yang dipimpin
oleh supervisor akan menghasilkan guru yang baik, jika direncanakan dengan baik,
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan ditindak lanjuti sesuai dengan
kesepakatan yang dicapai dalam rapat.

7
c) Studi kelompok antar guru, Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul
bersama untuk mempelajari suatu masalah atau sejumlah bahan pelajaran. Pokok
bahasan telah ditentukan dan diperinci dalam garis-garis besar atau dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan pokok yang telah disusun secara teratur. Untuk mempelajari
bahan-bahan dapat dipergunakan bermacam-macam teknik berkomunikasi. Misalnya,
seorang yang mengemukakan sesuatu masalah dan dibahas bersama. Sebainya bahan-
bahan itu telah dipelajari lebih dahulu. Untuk dapat memperkaya pembahasan
diperlukan cukup banyak sumber-sumber buku.
d) Diskusi, pertukaran pikiran atau pendapat diskusi adalah pertukaran pikiran atau
pendapat melalui suatu proses percakapan antara 2 atau lebih individu tentang suatu
masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi merupakan salah satu alat
bagi supervisor untuk mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru dalam
mengatasi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara
satu dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk
saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara
bersama-sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah tersebut.
e) Workshop/Lokakarya, workshop dalam kegiatan supervisi pendidikan dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah guru atau pendidik
yang mempunyai masalah yang relatif sama dan ingin dipecahkan bersama melalui
percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat perseorangan.
f) Sharing of experience, Tukar menukar pengalaman suatu teknik perjumpaan dimana
guru saling memberi dan menerima, saling belajar satu dengan lainnya. Guru yang baru
mengikuti program peningkatan kualitas mengajar seperti pelatihan mengenai
penyusunan silabus, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, penggunaan
media pembelajaran, penggunaan model dan strategi pembelajaran.
g) Diskusi panel, diskusi panel adalah diskusi yang dipentaskan dihadapan sejumlah
partisipan atau pendengar. Dalam diskusi tersebut suatu masalah dihadapkan kepada
sejumlah ahli (panelis) yang memiliki keahlian dibidang masalah yang sedang
didiskusikan. Karena itu bentuk diskusi ini sering disebut dengan (percakapan tingkat
tinggi - Glorified Conversation). Pihak-pihak yang harus terlibat dalam diskusi panel
ini, terdiri dari moderator, panelis, expert, partisipan.

8
h) Seminar, Seminar merupakan pertemuan ilmiah untuk menyajikan karya tulis baik
berupa makalah maupun hasil-hasil penelitian. Seminar juga menginformasikan dan
membahas berbagai informasi ide, konsep, temuan penelitian melalui suatu forum
seminar. Dalam seminar ini, kelompok mendengarkan ide-ide salah seorang
anggotanya.
Satu hal yang perlu ditekankan di sini bahwa tidak ada satupun di antara teknik-
teknik supervisi kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan
dan guru di sekolah. Artinya, akan ditemui oleh kepala sekolah adanya satu teknik tertentu
yang cocok diterapkan untuk membina seorang guru tetapi tidak cocok diterapkan pada
guru lain. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik
mana yang sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru.
Menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang
pengawas, selain harus mengetahui aspek atau bidang Keterampilan yang akan dibina, juga
harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru,
sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui
supervisi akademik. Sehubungan dengan kepribadian guru, Lucio dan McNeil dalam
Dharma (2008) menyarankan agar kepala sekolah mempertimbangkan enam faktor
kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen guru, sikap
guru, dan sifat-sifat somatic guru.
E. Pengertian Supervisi Kelembagaan
Supervisi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam
rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan, guna meningkatkan mutu
dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada dua
aspek yakni: manajerial dan akademik. Supervisi kelembagaan/manajerial menitikberatkan
pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi
sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. Sementara supervisi akademik
menitikberatkan pada pengamatan supervisor terhadap kegiatan akademik, berupa
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas (Sudrajat, 2015). Artinya bahwa jika
supervisi akademik dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru maka
supervisi lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah
secara keseluruhan untuk mencapai pendidikan yang bermutu.

9
Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah (Direktorat Tenaga
Kependidikan, 2009: 20) dinyatakan bahwa supervisi kelembagaan/manajerial adalah
supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang berkaitan langsung dengan
peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi,
pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan
dan sumberdaya manusianya dalam lembaga persekolahan.
F. Tujuan dan Fungsi Supervisi Kelembagaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah. Dalam Peraturan tersebut, Pengawas satuan pendidikan dituntut
memiliki kompetensi supervisi manajerial dan supervisi akademik, di samping kompetensi
kepribadian, sosial, dan penelitian dan pengembangan. Esensi dari supervisi manajerial adalah
berupa kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh
elemen sekolah lainnya di dalam mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh
aktivitas sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam rangka mencapai
tujuan sekolah serta memenuhi standar pendidikan nasional.
Dalam rangka melakukan supervisi pada kelembagaan, menurut Rahman, (2021)
supervisi harus dilakukan secara kontinu atau regular, misal dalam jangka bulanan, per
semester, tahunan, dan lain sebagainya. Dalam melakukan supervisi tersebut, harus jelas
indikator-indikator yang harus dipantau. Dan, supervisi dilakukan dengan lima tujuan berikut:
1. Menghasilkan kinerja terbaik dengan cara memperoleh feedback dari semua pihak atau
aspek yang sedang kita kerjakan.
2. Meningkatkan rencana kerja dan melakukan tindakan perbaikan dengan segera terhadap
beberapa penyimpangan (deviasi) yang mungkin terjadi.
3. Menjajaki progress dan perubahan yang terjadi dari sisi input, proses, maupun output
melalui sistem pelaporan dan pencatatan regular.
4. Membantu pengembalian keputusan, seperti manajer program dalam menentukan hal-hal
yang memerlukan fokus perhatian penuh.
5. Kemudian temuan hasil supervise selanjutnya akan menjadi bahan atau bagian dari alat
evaluasi untuk intervensi selanjutnya.
Selain tujuan diatas, supervisor juga difokuskan pada pelaksanaan bidang garapan
manajemen sekolah, yang antara lain meliputi sebagai berikut;

10
1. Manajemen kurikulum dan pembelajaran,
2. kesiswaan,
3. sarana dan prasarana,
4. ketenagaan,
5. keuangan,
6. hubungan sekolah dengan masyarakat, dan
7. layanan khusus.
Dalam melakukan supervisi terhadap hal-hal di atas, pengawas juga dituntut
melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan standar nasional pendidikan yang meliputi
delapan komponen, yaitu:
1. Standar isi,
2. Standar kompetensi lulusan,
3. Standar proses,
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan,
5. Standar sarana dan prasarana,
6. Standar pengelolaan,
7. Standar pembiayaan, dan
8. Standar penilaian.
Tujuan supervisi terhadap kedelapan aspek tersebut adalah agar sekolah terakreditasi
dengan baik dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan (Daharma, 2008). Salah satu
fokus penting lainnya dalam dalam supervisi manajerial oleh pengawas terhadap sekolah,
adalah berkaitan pengelolaan atau manajemen sekolah. Sebagaimana diketahui dalam dasa
warsa terakhir telah dikembangkan wacana manajemen berbasis sekolah (MBS), sebagai
bentuk paradigma baru pengelolaan dari sentralisasi ke desentralisasi yang memberikan
otonomi kepada pihak sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat. (Danim, 2006:).
Pengawas dituntut dapat menjelaskan sekaligus mengintroduksi model inovasi manajemen ini
sesuai dengan konteks sosial budaya serta kondisi internal masing-masing sekolah.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai supervisor manajerial, pengawas
sekolah/madrasah berperan sebagai: (1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan,
koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan

11
dan menganalisis potensi sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan (4)
evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan (Rohmatika, 2016).
Menurut Kimball Wiles dalam Rahman (2021) disebutkan bahwa fungsi dasar
supervisi adalah memperbaiki situasi belajar-mengajar di sekolah dalam artian yang luas,
membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga ada usaha perbaikan. Secara
rinci fungsi daripada supervisi menurut Swearigen adalah sebagai berikut:
1. Mengkoordinasikan berkaitan dengan semua usaha sekolah. Yang dimaksudakan dengan
usaha-usaha sekolah misalnya:
a) Usaha tiap guru; Seperti guru bidang studi yang ingin melakukan peningkatan dengan
cara mengemukakan ide dan uraian baru, maka usaha-usaha tersebut perlu dikoordinasi
dengan cara melakukan supervisi.
b) Usaha-usaha sekolah; Perumusan tujuan-tujuan atas setiap kegiatan untuk melakukan
program tahunan dan atau program semeter di sekolah.
c) Usaha-usaha bagi pertumbahan jabatan; Tiap guru ingin betumbuh pada jabatannya
dengan cara membaca buku-buku, pembelajaran terus menerus, melalui inservice
training, extension course, workshop, seminar guru-guru dengan meningkatkan diri
sekaligus merupakan hiburan. Dalam hal inilah diperlukan koordinasi tugas supervisi.
2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah dengan melatih dan memperlengkapi guru-guru
agar mereka memiliki keterampilan dalam kepemimpinan di sekolah.
3. Memperluas pengalaman guru-guru. Artinya bahwa guru-guru yang mau belajar dapat
memperkaya dirinya dengan pengalaman belajar baru, belajar dari pengalaman, hal inilah
yang ditekankan.
4. Menstimulasi usaha-usaha kreatif. Supervisi disini bertugas untuk menciptakan suasana
yang memungkinkan guru-guru dapat berusaha meningkatkan potensi-potensi kreativitas
dalam dirinya, kemampuan untuk menstimulasi guru-guru agar mereka tidak bergerak
hanya berdasarkan instruksi.
5. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus. Melakukan penilaian dalam
meningkatkan kualitas guru, dengan melakukan penelitian dapat diketahui kelebihan dan
kekurangan hasil dan proses belajar-mengajar, penilaian bersifat menyeluruh dan kontinue,
dilakukan di awal, pertengahan dan diakhiri dengan melakukan sesuatu tugas. Inilah fungsi
supervisi.

12
6. Menganalisis situasi belajar-mengajar. Supervisi diberikan dengan tujuan tertentu agar
situasi belajar mengajar dapat diperbaiki. Fungsi supervisi ialah menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi perbaikan belajar-mengajar, penganalisisan memberi pengalaman
baru dalam menyusun strategi dan usaha kearah perbaikan.
7. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staff. Dengan
pengetahuan yang baru dan keterampilan baru pula; supervisi memberi dorongan stimulasi
dan membantu guru agar mengembangkan pengetahuan dalam keterampilan hal mengajar,
motivasi untuk membarui itu merupakan fungsi dari supervisi pendidikan.
8. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
9. Memadukan dan menyelaraskan tujuan-tujuan pendidikan dan membentuk kemampuan-
kemampuan: Mengembangkan kemampuan guru, menyelaraskan dengan tujuan-tujuan
pendidikan, itulah fungsi supervisi.
G. Ruang Lingkup Supervisi Kelembagaan
Selanjutnya dalam rangka supporting dalam memberikan arahan kepala sekolah dan
seluruh staff yang ada di sebuah lembaga pendidikan tersebut, ruang lingkup supervisi
manajerial atau pengawasan manajerial kelembagaan meliputi pembinaan, pemantauan, dan
penilaia (Sudjana, 2011). Secara rinci Muktar dan Iskandar dalam Hamzah (2015) menjelaskan
tentang bidang yang menjadi area pengawasan dalam supervisi kelembagaan sebagai berikut;
1. Bidang Kesiswaan. Mencakup kegiatan;
a) Mengatur pelaksanaan kegiatan penerimaan siswa baru berdasarkan peraturan
penerimaan siswa baru,
b) Mengelola layanan bimbingan dan konseling,
c) Mencatat kehadiran dan ketidakhadiran siswa,
d) Mengatur dan mengelola kegiatan ekstrakurikuler.
2. Bidang personalia. Bidang ini mencakup lingkup;
a) Mengatur pembagian tugas guru,
b) Mengajukan kenaikan pangkat, gaji dan atau mutase guru,
c) Mengatur program kesejahteraan guru,
d) Mencatat kehadiran dan ketidakhadiran pada guru,
e) Mencatat masalah atau keluhan-keluhan oleh guru.

13
1. Bidang keungan. Bidang ini mencakup lingkup;
a) Menyiapkan rencana anggaran dan belanja sekolah,
b) Mencari sumber dana untuk kegiatan sekolah,
c) Mengalokasikan dana untuk kegiatan sekolah,
d) Mempertanggungjawabkan keungan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Bidang sarana dan prasarana (SARPRAS). Bidang ini melingkupi;
a) Penyediaan dan seleksi buku pegangan guru,
b) Layanan perpustakaan dan laboratorium,
c) Kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah,
d) Keindahan dan kebersihan kelas, Perbaikan kelengkapan kelas.
3. Bidang hubungan masyarakat, mencakup kegiatan;
a) Kerjasama sekolah dengan orangtua siswa,
b) Kerjasama sekolah, kerjasama sekolah dengan lembaga-lembaga terkait,
c) Kerjasama sekolah dengan masyarakat sekitar.
Jadi dari keseluruhan argumen di atas dapat disimpulkan bahwa esensi dari ruang
lingkup supervisi manajerial adalah berkenaan dengan kegiatan pemantauan, pembinaan dan
pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di dalam mengelola,
mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas sekolah, sehingga dapat berjalan
dengan efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi standar
pendidikan nasional.
H. Metode dan Teknik Supervisi Kelembagaan
Dalam melaksanakan supervisi kelembagaan/manajerial, pengawas dapat
menggunakan berbagai strategi yang dapat dilaksanakan oleh supervisor di antaranya yaitu;
(a) monitoring dan evalusasi, (b) refleksi dan diskusi, (c), metode delphi, (d), workshop dan
(e) pembelajaran dinamis. Secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut;
1. Monitoring dan Evaluasi
a) Monitoring. Monitoring adalah model kegiatan pemantauan penyelenggaraan sekolah,
apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan,
serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program.
Kegiatan monitoring bertujuan untuk; (1) menetapkan standar untuk mengukur
prestasi, (2) mengukur prestasi, (3) menganalisis apakah prestasi memenuhi standar,

14
dan (4) mengambil tindakan apabila prestasi kurang/tidak memenuhi standar
(Depdiknas, 2008).
b) Evaluasi. Evaluasi adalah proses untuk menghimpun informasi mengenai peta proses
dan progress penyelenggaraan sekolah dibandingkan dengan target yang direncanakan
sehinga dapat diketahui peta keberhasilan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan evaluasi
utamanya adalah untuk;
1) Mengetahui tingkat keterlaksanaan program,
2) Mengetahui keberhasilan program,
3) Mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan
4) Memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah (Fattah, 2009)
2. Refleksi dan Diskusi Kelompok. Prinsip utama manajemen sekolah adalah mengerahkan
sumber daya dan meningkatkan partisipasi. Dalam strategi ini pengawas perlu
menyampaikan hasil monitoring secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Sekolah selanjutnya merefleksi
data yang pengawas sampaikan sehingga pihak sekolah menemukan sendiri faktor-faktor
penghambat serta pendukung mereka hadapi. Diskusi kelompok ini merupakan bagian dari
usaha menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan
kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional
untuk melakukan perbaikan mutu berkelanjutan.
3. Metode Delphi. Metode ini dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak
sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam
merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah. Metode Delphi menurut Gorton dalam
Rahmatika (2016) adalah sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan
hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah;
b) Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai
nama/identitas;
c) Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan
jumlah orang yang berpendapat sama.
d) Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk
diberikan urutan prioritasnya;

15
e) Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil
akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya.
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder
sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi kendala dalam sebuah
diskusi atau musyawarah dengan target agar semua yang hadir dalam musyawarah
mengungkapkan gagasan. Hal ini merupakan solusi dari masalah seringnya pertemuan
didominasi oleh orang-orang tertentu (Rohmatika, 2016).
4. Workshop. Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat pengawas
lakukan dalam melaksankan supervisi manajerial. Strategi ini untuk mendorong dinamika
kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau
perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai. Yang penting seorang pengawas memiliki kewajiban untuk
mengarahkan workshop sekurang-kurangnya 3 kali dalam setahun (Rohmatika, 2016).
5. Pembelajaran Dinamis. Peningkatan mutu pendidikan bergantung tingkat penguasaan
ilmu pengetahuan, keterampilan, dan penguasaan teknologi sebagai media pembelajaran.
Berkat kemajuan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi saat ini sekolah atau
sistem sekolah dapat mengintegrasikan diri dalam jejaring internet untuk melaksanakan
peningkatan mutu diri melalui proses pembelajaran. Model ini telah dilakukan pada
beberapa sekolah. Penyediaan informasi untuk bahan belajar tidak hanya disediakan untuk
siswa namun juga untuk stakeholders sekolah yang lain. Apabila dalam jejaring internet
software khusus belum tersedia, sekolah dapat memanfaatkan media publik seperti e-mail,
forum, facebook, atau web sekolah untuk mengintegrasikan orang-orang dalam dinamika
belajar sehingga sekolah menjadi learning organization (Rohmatika, 2016).
Dengan berbagai metode dan teknik dalam supervise kelembagaan diatas diharapkan
kepada supervisor dapat memberikan stimulus atau motivasi serta penguatan dalam rangka
mengelola lembaga sekolah yang bermutu seusai dengan tujuan pendidikan nasonal serta
sesuai dengan standart pendidikan nasional yang ada. Dengan demikian pula dihapkan juga
kepada lembaga sekolah dapat mengadopsi ide-ide dan gagasan oleh supervisor untuk terus
menumbuh kembangkan lembaga pendidikan sekolah sesuai dengan tujuan serta standart
pendidikan nasional.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Supervisi adalah serangkaian proses kegiatan membantu guru dalam mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Supervisi ranah akademik maupun kelembagaan ini sangat penting untuk terus dilakukan
karena manaiemen merupakan mesin organisasi yang menggerakkan seluruh program sekolah,
mulai dari aspek kepemimpinan, kurikulum, kesiswaan, sarana-prasarana, anggaran,
kompetensi guru, model dan metode pengajaran yang dilakukan guru, pengelolaan kelas,
kesesuaian materi ajar dan proses pembelajarannya serta hubungan lembaga dengan
masyarakat dan atau antar lembaga yang semuanya harus dilakukan sesuai dengan standart
pendidikan nasional dalam rangka peningkatan komitmen, kemauan dan motivasi kepada guru,
sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, staf dan seluruh stakeholder
yang ada dalam lembaga pendidikan. Dengan demikian, akan tercapainya suatu organisasi
yang terencana, terarah dan terukur sehingga tercapainya pendidikan yang bermutu.
B. Saran
Tentunya pemakalah menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya pemakalah akan segera melakukan
perbaikan sesuai dengan masukan kritik dan saran berbagai sumber yang bisa membangun dari
para pembaca. Kritik dan saran yang membangun tentunya sangat diharapkan sebagai bahan
evaluasi. Sehingga pemakalah dapat menyempurnakan tulisian ini agar bisa lebih bermanfaat
bagi banyak orang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abbas. (2018). Implementasi Supervisi Akademik Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.


Didaktika; Jurnal Kependidikan, Vol. 12, No. 1, 15-30.
Adab, M. H. (2017). Impelementasi Supervisi Kelembagaan Di MI Najatus Salikin Kedungsari
Tarokan Kabupaten Kediri. Intelektual; Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7, No. 1, 63-71.
Alma, B. (2009). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung:
Alfabeta.
Andriani, P. I. (2021). Pelaksanaan Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah Menengat Pertama
Negeri di Klaten Jawa Tengah. Jurnal Manajemen Pendidikan; Jurnal Ilmiah
Administrasi, Manajemen Mutu, dan Kepemimpinan Pendidikan, Vo. 3 No. 1, 75-85.
Asamani, J. M. (2012). Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.
Candra Wesnedi, L. H. (2021). Supervisi Pendidikan Dalam Pendidikan Islam Era Kontemporer.
Al-Riwayah; Jurnal Kependidikan, Vol. 13, No. 2, 225-412.
Danim, S. (2006). Visi Baru Manajemen Sekolah . Jakarta: Bumi Aksara.
Dharma, S. (2008). Pengawas Sekolah Pendidikan Dasar dan Menengah; Metode dan Teknik
Supervisi. Jakarta: Direktur Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK.
Eva Nofrita, R. N. (2020). Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Luar
Biasa. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan, 217-229.
Fattah, N. (2009). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hamzah, S. N. (2015). Mengevaluasi Supervisi Manajerial Dalam Lembaga Pendidikan. Jurnal
Kependidikan Islam, Vol 6, No. 2, 80-81.
Jumadiyah, N. (2016). Implementasi Supervisi Akademik Kepala Sekolah MIS Batusangkar.
JMKSP; Jurnal Manajemen, Kepemimpinan dan Supervisi Akademik, Vol. 1, No. 2, 12-25.
Mulyasa. (2012). Manajemen dan Kepemimpunan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahman, A. (2021). Supervisi dan Pengawasan dalam Pendidikan. Jurnal Pilar; Jurnal Kajian
Islam Kontemporer, Vol. 12, No. 2, 50-65.
Rohmatika, R. V. (2016). Urgensi Supervisi Manajerial Untuk Meningkatkan Kinerja Sekolah.
Jurnal Pengembangan Masyarakat, Vol. 9, No. 1.
Sudjana, N. (2011). Buku Kerja Pengawas Sekolah. Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga
Pendidik dan Kependidikan.
Sudrajat, A. (2015). Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial. Jakarta: Musyawarah Kerja
Pengawas.

18
Wasmaini, B. Y. (2015). Pelaksanaan Supervisi Akademik Dalam Rnagka Peningkatakan Kinerja
Guru Kimia di SMAN 1 Teunom Aceh Jaya. Jurnal Administrasi Pendidikan, Vo. 3 No. 2,
22-30.

19

Anda mungkin juga menyukai