Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ SUPERVISI PENDIDIKAN ”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas:


Mata Kuliah Supervisi Pembelajaran Biologi

Dosen Pembimbing:
Dr.Nopriyeni,M.Pd

Disusun Oleh:

Rinia Surya Nita (1984105011)

Semester III

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA


PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Supervisi Pendidikan” ini dengan tepat waktu.

Terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembina mata kuliah Ibu
Dr.Nopriyeni,M.Pd yang telah membimbing kami dalam belajar. Saya selaku
penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kategori
sempurna sehingga saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak untuk perbaikan makalah yang selanjutnya.

Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan makalah ini dapat


memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun
bagi para pembaca.

Bengkulu, 12 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB 1 Pendahuluan...........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2

BAB II Tinjauan Pustaka...................................................................................3

A. Pengertian Konsep Dasar dalam Supervisi Pendidikan..................................3


B. Pengertian Supervisi Pendidikan.....................................................................5
C. Perbedaan Supervisi Pendidikan SD SMP dan SMA......................................7
D. Kapan Supervisi Perlu dilakukan....................................................................9

BAB III Penutup..................................................................................................11

A. Kesimpulan......................................................................................................11

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan


untuk memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa
yang tertuang dalam peraturan menteri tentang kepengawasan. Tuntutan tersebut
salah satunya tentang kompetensi dalam memahami metode dan teknik dalam
supervisi. Seorang supervisor adalah orang yang profesional ketika menjalankan
tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
Guru adalah salah satu komponen sumber daya pendidikan memerlukan
pelayanan supervisi. Pentingnya bantuan supervisi pendidikan terhadap guru
berakar mendalam dalam kehidupan masyarakat. Untuk menjalankan supervisi
diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan
dalam peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk
memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa,
sebab yang diamatinya bukan masalah kongkrit yang tampak, melainkan
memerlukan kepekaan batin.
Seorang supervisor membina peningkatan mutu akademik yang
berhubungan dengan usaha-usaha mennciptakan kondisi belajar yang lebih baik
berupa aspek akademis, bukan masalah fisik material semata. Ketika supervisi
dihadapkan pada kinerja dan pengawasan mutu pendidikan, tentu memiliki misi
yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Hal ini bertujuan untuk
memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dalam mengembangkan mutu
kelembagaan pendidikan dan memfasilitasi kepala sekolah agar dapat melakukan
pengelolaan kelembagaan secara efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Konsep Dasar dalam Supervisi Pendidikan?
2. Apa Pengertian Supervisi Pendidikan?

1
3. Apa Perbedaan Supervisi Pendidikan SD, SMP, dan SMA?
4. Kapan Supervisi itu Perlu Dilakukan?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja konsep dasar supervisi ppendidikan.
2. Mengetahui apa pengertian dari supervisi pendidikan
3. Mengetahui apa saja perbedaan supervisi pendidikan SD, SMP, dan
SMA.
4. Mengetahui kapan supervisi perlu dilakukan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Dasar dalam Supervisi Pendidikan


Secara historis mula-mula diterapkan konsep supervisi yang tradisional,
yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan
menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi yang
tradisional ini disebut snooper vision, yaitu tugas memata-matai untuk
menemukan kesalahan. Konsep seperti ini menyebabkan guru-guru menjadi takut
dan mereka bekerja dengan tidak baik karena takut dipersalahkan. Kemudian
berkembang supervisi yang bersifat ilmiah, ialah:
1. Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinu.
2. Objektif dalam pengertian ada data yang didapat berdasarkan observasi
nyata bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
3. Menggunakan alat mencatat yang dapat memberikan informasi sebagai
umpan balik untuk mengadakan penelitian terhadap proses pembelajaran
di kelas. Makin maju hasil-hasil penelitian di bidang pendidikan telah
membantu berubahnya berbagai pendekatan dalam supervisi pendidikan.
Penemuan-penemuan menyebabkan timbulnya berbagai pemahaman
konsep terhadap apa sebenarnya supervisi pendidikan itu. Berikut ini
disajikan berbagai pendapat para ahli dalam mendefinisikan supervisi itu.
Dalam bukunya : Basic Principle of Supervision, Adams dan Dickey
(1959:2) mendefinisikan supervisi adalah program yang berencana untuk
memperbaiki pengajaran. Program itu pada hakikatnya adalah perbaikan
hal mengajar dan mengajar.

Dalam Dictionary of Education Good Carter (1959) memberi pengertian


bahwa supervisi adalah usaha petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-
guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk
menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru
serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta

3
evaluasi pengajaran. Ada yang melihat supervisi pendidikan dari pandangan yang
demokratis, sehingga rumusan supervisi dijelaskan sebagai berikut:
Supervises adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan
membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara
individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka dapat
menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinu serta
mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokratis modern
(Boardman et al, 1953:5).
Berbeda dengan Mc Nerney (1951:1) yang melihat supervisi itu sebagai
suatu prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap
proses pengajaran. Padahal ada pandangan lain yang melihat supervisi dari segi
perubahan sosial yang berpengaruh terhadap peserta didik seperti yang
dikemukakan Burton dan Bruckner (1951:1).
Menurut mereka: Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan
utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang
mempengaruhi perumbuhan dan perkembangan anak. Lebih luas lagi pendangan
Kimball Wiles yang menjelaskan bahwa supervisi adalah bantuan yang diberikan
untuk memperbaiki situasi belajar-mengajar yang lebih baik. Dijelaskan bahwa
situasi belajar-mengajar di sekolah akan lebih baik tergantung kepada
keterampilan supervisor sebagai pemimpin. Seorang supervisor yang baik
memiliki lima keterampilan dasar, yaitu:
1. Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan.
2. Keterampilan dalam proses kelompok.
3. Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan.
4. Keterampilan dalam mengatur pesonalia sekolah.
5. Keterampilan dalam evaluasi (Kimball Wiles, 1955).
Semua definisi yang diuraikan di depan bersifat umum. Perkembangan
konsep supervisi pendidikan selanjutnya sekolah menuju kepada sasaran yang
khusus. Sudah ada yang membedakan supervisi pendidikan dalam pengertian
yang luas da nada yang melihat supervise dalam batasan yang spesifik, yaitu

4
pengajaran. Dalam bukunya Supervision of Today’s Scools, Peter F. Olivia
menitikberatkan pada supervisi pengajaran (1984:9), mengemukakan beberapa
pandangan seperti berikut ini. Menurut Harris (dalam Olivia 1984). Supervisi
pengajaran ialah sesuatu yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara
atau mengubah apa yang dilakukan sekolah dengan cara yang langsung
mempengaruhi proses belajar-mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar
siswa. Menurut Alfonso R.J. et al (1981); dalam Olivia (1984): Supervisi
pengajaran adalah tindak laku pejabat yang dirancangkan oleh lembaga yang
langsung berpengaruh terhadap perilaku guru dalam berbagai cara untuk
membantu cara belajar siswa dan untuk tujuan yang dilakukan oleh lembaga itu.
Dalam buku Kimball Wiles yang direvisi oleh John T. Lovel, dijelaskan
supervisi pengajaran dianggap sebagai sistem tingkah laku formal, yang
dipersiapkan oleh lembaga untuk mencapai interaksi dengan sistem perilaku
mengajar dengan cara memelihara, mengubah dan memperbaiki rencana serta
aktualisasi kesempatan belajar siswa. Uraian tentang supervisi pengajaran yang
disebutkan di atas berfokus pada:
a. Perilaku supervisor.
b. Dalam membantu guru-guru.
c. Dan tujuan akhirnya untuk mengangkat harapan belajar siswa.
Sehingga dapat dirumuskan supervisi tidak lain dari usaha memberi
layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secra kelompok dalam
usaha memperbaiki pengajaran. Kata kunci dari pemberi supervisi pada akhirnya
ialah memberikan layanan dan bantuan.

B. Pengertian Supervisi Pendidikan


Supervisi berasal dari dua kata yaitu “super” dan “vision”. Kata “super
mengandung makna peringkat atau posisi yang lebih tinggi, superior, atasan, lebih
hebat atau lebih baik. Sedangkan kata “vision” berarti mengandung makna
kemampuan untuk menyadari sesuatu tidak benar-benar terlihat (Aedi, 2014).
Berdasarkan penggabungan dua unsur pembentuk kata supervisi dapat
disimpulkan bahwa supervisi adalah pandangan dari orang yang lebih ahli kepada

5
orang yang memiliki keahlian di bawahnya. Supervisor atau istilah bagi orang
yang melakukan supervisi adalah seorang yang profesional ketika menjalankan
tugasnya. Ia bertindak atas dasar kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu
pendidikan, untuk menjalankan supervisi diperlukan kemampuan yang lebih
sehingga dapat melihat dengan tajam permasalahan peningkatan mutu pendidikan,
memiliki kepekaan untuk memahaminya tidak hanya sekedar menggunakan
penglihatan mata biasa, sebab yang diamatinya bukan hanya masalah yang konkrit
yang terlihat, melainkan ada pula yang memerlukan kepekaan mata batin.
Menurut Purwanto (2000) supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
melakukan pekerjaan secara efektif (Somad, 2014). Sedangkan menurut
Manullang (2005) supervisi merupakan suatu proses untuk menerapkan pekerjaan
apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan
maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula (Somad,
2014). Hasil temuan Renata dkk (2018) menyebutkan there was significant
influence of headmasters’ supervision toward effective teachers. The headmaster
should upgrade the supervision of teachers where they would actualized the
effective teachers.

Dari pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa supervisi
hampir sama dengan pengawasan, namun supervisi lebih kepada pembinaan.
Supervisi sangat diperlukan dalam lembaga pendidikan, karena salah satu
kompetensi Kepala Sekolah adalah Supervisi. Supervisi dalam lembaga
pendidikan ada dua aspek yaitu (1) supervisi akademik, yaitu bantuan profesional
kepada guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran atau bimbingan
untuk mempertinggi hasil belajar siswa. Supervisi akademik ini juga ada dua
bagian yaitu (a) supervisi kelas; dan (b) supervisi klinis. Fokus dari supervisi
kelas dan klinis adalah guru; dan (2) supervisi manajerial, yaitu mengawasi orang
yang menjadi manajer atau Kepala Sekolah, yang terdiri dari pengembangan
staf/tenaga kependidikan dan juga mengukur kinerja Kepala Sekolah. Sasaran dari
supervisi yaitu orang dan kegiatannya.

6
C. Perbedaan Supervisi Pendidikan SD, SMP, dan SMA

Pada Pendidikan SD menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik.


Dalam kurikulum ini juga terdapat penyederhanaan dalam jumlah mata pelajaran.
Jika selama ini siswa SD harus mempelajari 11 mata pelajaran, dalam kurikulum
pendidikan yang baru disederhakan hanya tinggal tujuh. Ketujuh mata pelajaran
dalam kurikulum pendidikan baru di SD tersebut adalah Pendidikan Agama,
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), Bahasa Indonesia,
Matematika, Pengetahuan Umum, Kesenian, dan Pendidikan Jasmani dan
Olahraga Kesehatan (PJOK).

Selain perubahan dalam jumlah mata pelajaran, kurikulum ini juga


menyebabkan pembelajaran secara tematik bukan hanya dilakukan pada kelas
rendah saja namun juga pada kelas tinggi. Untuk kurikulum baru, anak-anak SD
tidak lagi mempelajari masing-masing mata pelajaran secara terpisah.
Pembelajaran berbasis tematik integratif yang diterapkan pada tingkatan
pendidikan dasar ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk
kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran yang ada.

Pada tingkat SMP/MTs meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh


dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas VII sampai dengan
IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan
standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan:

1. SMP/MTs memuat 10 mata pelajaran, muatuan lokal dan pengembangan diri.


Muatan lokal merupakan kegiatan kuriuler untu mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran
yang ada. substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
2. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan “IPA
Terpadu” dan “IPS Terpadu”

7
3. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana
tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah
maksimum empa jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
4. Alokasi waktu satu pembelajaran adalah 40 menit.

5. Minggu fektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38
minggu.

Struktur ini menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam


bentuk mata pelajaran, posisi konten atau mata pelajaran dala kurikulum,
dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk
mata pelajaran dan beban belajar per minggu untu setiap siswa. Struktur
kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam
system belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam system pembelajaran/
pengorganisasian konten dalam system belajar yang digunakan untuk kurikulum
yang akan dating adalah system semester sedangkan pengorganisasian beban
belajar dalam system pembelajara berdasarkan jam pelajaran per semester.
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum
mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu
satauan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide
kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus
menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah
kurikulum member kesempatan kepada siswa untuk berbagai pilihan.

Pengajar yang diharapkan yang mampu membimbing, mengarahkan,


mengajar, menilai, mendidik, melatih, dan mengevaluasi peserta didik dengan
ikhlas dari hati karena keprofesionalannya, dan mampu mengetahui apa yang
dibutuhkan peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, serta dapat
memberikan solusi bagi peserta didiknya yang sedang memiliki masalah.

1. Pengelolaan/ Manajemen Pendidiknya

8
2. Perencanaan Program sekolah, yang meliputi : Visi, misi, tujuan, rencana
kerja,
3. Pelaksanaan Rencana Kerja

Pedoman, Struktur Organisasi, Pelaksanaan Kegiatan, Bidang kesiswaan,


Bidang kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran, Bidang Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, bidang Sarana dan Prasarana, Bidang keuangan dan Pembiayaan,
Budaya Lingkungan, Peran Serta masyarkat dan Kemitraan.

D. Kapan Supervisi itu Perlu Dilakukan

Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada guru-guru. Secara


rutin dan terjadwal Kepala Sekolah melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru-
guru dengan harapan agar guru mampu memperbaiki proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Dalam prosesnya, kepala sekolah memantau secara langsung ketika
guru sedang mengajar. Guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk
rencana pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses pembelajaran
yang dilakukan guru. Fungsi Supervisi Pendidikan

1. Penelitian (research) : untuk memperoleh gambaran yang jelas dan objektif


tentang suatu situasi pendidikan, yang meliputi :
 Perumusan topic
 Pengumpulan data
 Pengolahan data
 Konklusi hasil penelitian
2. Penilaian (evaluation) : lebih menekankan pada aspek positif daripada negatif.
3. Perbaikan (improvement) : dapat mengatahui bagaimana situasi pendidikan
atau pengajaran pada umumnya dan situasi belajar mengajarnya.
4. Pembinaan :berupa bimbingan (guidance) ke arah pembinaan diri yang
disupervisi.

Jenis-jenis Supervisi Pendidikan Berdasarkan Prosesnya

 Koraktif : lebih mencari kesalahan.

9
 Preventif : mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
 Konstruktif: membangun (dapat memperbiki jika terjadi kesalahan).
 Kreatif : menekankan inisiatif dan kebebasan berfikir.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Secara historis mula-mula diterapkan konsep supervisi yang tradisional,


yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan
menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Supervisi berasal dari dua
kata yaitu “super” dan “vision”. Kata “super mengandung makna peringkat atau
posisi yang lebih tinggi, superior, atasan, lebih hebat atau lebih baik. Sedangkan
kata “vision” berarti mengandung makna kemampuan untuk menyadari sesuatu
tidak benar-benar terlihat. Perbedaan supervisi tergantung pada jenjang
pendidikan yang paling menonjol pada kurikulumnya. Supervisi yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah kepada guru-guru. Secara rutin dan terjadwal Kepala
Sekolah melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru-guru dengan harapan agar
guru mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aedi, N. (2014). Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik. Jakarta:


PT.Raja Grafindo Persada.
Alfonso, R. J. (1981). Instructional Supervision a Behavioral System. Boston:
Allyn Bacon.
Manullang, & Marihot A, M. H. (2005). Manajemen Pesonalia. Yogyakarta:
UGM Press.
Purwanto, N. (2000). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Renata, R., Wardiah, D., & Kristiawan, M. (2018, June). The Influence of
Headmaster''s Supervision and Achievement Motivation on Effective
Teachers. International Journal of Scientific & Technology, 7(06).
Somad, R., & Priansa, D. J. (2012). Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.
Sugiyanto. Karakteristik Anak Usia SD. Staff.uny.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai