Anda di halaman 1dari 13

FUNGSI DAN JENIS-JENIS SUPERVISI PENDIDIKAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Supervisi Pendidikan Semester VI Tahun Akademik 2023/2024

Dosen Pengampu:
Moh. Kusno, M.Pd.

Oleh:
Muhammad Maulil Albab Al Asrori
Vannes Chocho Aprilyanto

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM TARBIYATUT THOLABAH
KRANJI PACIRAN LAMONGAN
FEBRUARI 2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu merampungkan salah satu
tugas yang berbentuk makalah sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh
mata kuliah supervisi pendidikan.
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang fungsi dan jenis-jenis
supervisi pendidikan. Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari sumbangsih
para orang-orang terdekat penulis, karena itu dengan tulus penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu Moh. Kusno, M.Pd. mata kuliah supervisi pendidikan IAI
TABAH Kranji Paciran Lamongan yang telah membimbing penulis dalam
menjelaskan gambaran tentang materi makalah yang kami tulis.
2. Para pegawai perpustakaan IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang telah
memberikan penulis kesempatan untuk berkunjung di perpustakaan sebagai
daftar buku rujukan.
3. Teman-teman program Studi Pendidikan Agama Islam yang telah membantu
penulis dalam menjalankan kegiatan diskusi tentang makalah ini.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun
tidak mustahil dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Hal itu
dikarenakan kelemahan dan keterbatasan kemampuan penulis semata. Saran dan
kritik yang konstruktif tetap penulis harapkan dari peserta diskusi yang budiman.
Akhirnya semoga makalah ini membawa manfaat tidak hanya bagi penulis, namun
juga bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Lamongan, 08 Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2

A. Fungsi Supervisi Pendidikan ........................................................................... 2


B. Jenis-Jenis Supervisi Pendidikan .................................................................... 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 9

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Supervisi pendidikan atau yang lebih dikenal dengan pengawasan
pendidikan memiliki konsep dasar yang saling berhubungan. Dalam konsep
dasar supervisi pendidikan dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep
supervisi pendidikan itu sendiri. Supervisi mengandung artian sebagai
kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses
dan hasil pembelajaran. Sedangkan pendidikan merupakan salah satu faktor
terpenting dalam meningkatkan SDM yang akan menopang gerak
pembangunan. Pendidikan sebagai investasi yang akan menghasilkan
manusia-manusia yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu bangsa, maka dari itu
dibutuhkan untuk mengatur agar dapat terstruktur dengan baik.
Supervisi ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi
disekolah atau lingkungan tempat mendidik dan proses pendidikan
berlangsung, Masalah yang timbul akan diteliti dan diberikan penilaian dan
perbaikan sehingga dapat mengembangkan mutu pendidikan dan mengatasi
permasalahan dan kekurangan yang terjadi sehingga terwujudlah proses
belajar mengajar yang efektif sesuai dengan tujuan dan sasaran dari
supervisi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi serta pemberian
penyuluhan dan pengembangan guna meningkatkan kualitas pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa fungsi supervisi pendidikan?
2. Apa saja jenis-jenis supervisi pendidikan?
C. Tujuan
1. Mengetahui fungsi supervisi pendidikan.
2. Mengetahui jenis-jenis supervisi pendidikan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi Supervisi Pendidikan


Mengenai fungsi dari supervisi pendidikan terdapat banyak
pernyataan dari para ahli. Namun dari beberapa pernyataan tersebut dapat
ditarik sebuah kesimpulan umum bahwa peranan utama supervisi
pendidikan adalah untuk perbaikan pengajaran. Kristiawan dalam bukunya
“supervisi pendidikan” yang mengutip pendapatnya Ametembun membagi
fungsi supervisi pendidikan ke dalam empat bagian, yaitu:1
1. Fungsi Penelitian
Penelitian di sini dimaksudkan untuk melihat seluruh situasi
proses belajar mengajar guna menemukan masalah-masalah, kekurangan
baik pada guru, siswa, perlengkapan, kurikulum, tujuan pengajaran,
metode mengajar maupun perangkat lain di sekitar keadaan proses
belajar mengajar. Penelitian tersebut harus bersumber pada data yang
aktual dan bukan pada informasi yang telah kedaluwarsa.
2. Fungsi Penilaian
Kegiatan penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi situasi dan kondisi pendidikan serta
pengajaran yang telah diteliti sebelumnya, kemudian dievaluasi untuk
melihat bagaimana tingkat kualitas pendidikan di sekolah itu, apakah
menggembirakan atau memprihatinkan, mengalami kemajuan atau
kemunduran. Hanya untuk diingat, dalam etika pendidikan, penilaian itu
harus menekankan terlebih dahulu pada aspek-aspek yang positif
(kebaikan dan kemajuan-kemajuan), kemudian pada aspek-aspek
negatif, kekurangan atau kelemahan-kelemahan.
3. Fungsi Perbaikan
Setelah diadakannya suatu penilaian terhadap aspek pengajaran
maka yang selanjutnya dilakukan adalah memperbaiki aspek-aspek

1
Muhammad Kristiawan, dkk., Supervisi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2019), 9-10.

2
3

negatif yang timbul. Memperkenalkan cara baru sebagai upaya perbaikan


dan peningkatan. Hal ini dapat berupa loka karya, seminar, simulasi dan
cara lain yang dipandang efektif.
4. Fungsi Peningkatan
Meningkatkan atau mengembangkan aspek-aspek positif agar
lebih baik lagi dan menghilangkan aspek negatif yang ada. Sehingga
aspek negatif yang ditimbulkan diubah menjadi aspek positif dan aspek
positif dikembangkan lagi sehingga menjadi lebih baik. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat
agar guru mau menerapkan cara baru, termasuk dalam hal ini membantu
guru dalam memecahkan kesulitan dalam menggunakan cara-cara baru
tersebut.
Keempat fungsi yang dijelaskan oleh Ametembun di atas
semakin mempertegas bahwa kegiatan supervisi pendidikan berorientasi
pada pemberian bimbingan dan bantuan dalam upaya untuk perbaikan
pengajaran di institusi pendidikan, bukan kegiatan mengawasi yang
cenderung lebih pada mencari kesalahan atas kinerja pengajar, sehingga
justru menjadikan para guru tidak kreatif dalam melaksanakan tugasnya
karena merasa terus diawasi.
Masih mengenai fungsi supervisi pendidikan, Awaluddin Sitorus
dan Siti Kholipah mengutip pendapatnya Anwar dan Sagala bahwa
supervisor yang profesional mempunyai fungsi-fungsi utama, yaitu:2
1. Menetapkan masalah yang betul-betul mendesak untuk ditanggulangi,
yang sebelumnya mengumpulkan informasi tentang masalah tersebut,
dengan menggunakan instrumen tertentu seperti observasi, wawancara,
kuesioner, dan sebagainya. Kemudian mengolah dan menganalisis data
yang dikumpulkan, dari data tersebut disimpulkan keadaan sebenarnya.
2. Menyelenggarakan inspeksi, yaitu sebelum memberikan pelayanan
kepada guru, supervisor lebih dulu perlu mengadakan inspeksi sebagai

2
Awaluddin Sitorus dan Siti Kholipah, Supervisi Pendidikan: Teori dan Pengaplikasian (Lampung:
Swalova Publishing, 2018), 27-29.
4

usaha menyurvei seluruh sistem pendidikan yang ada. Survei ini berguna
untuk menghimpun data yang aktual, bukan informasi yang kedaluwarsa,
sehingga ditemukan masalah-masalah, kekurangan-kekurangan baik
pada guru maupun murid, perlengkapan, kurikulum, tujuan pendidikan,
metode pengajaran, dan perangkat lain sekitar proses pembelajaran. Hasil
inspeksi dan survei itu dijadikan dasar oleh supervisor untuk memberikan
bantuan profesional.
3. Penilaian data dan informasi hasil inspeksi yang telah dihimpun tersebut
diolah sesuai prinsip-prinsip yang berlaku dalam penelitian. Dengan cara
ini dapat ditemukan teknik dan prosedur yang efektif dalam memberi
pertimbangan bantuan mengajar, sampai pada taraf supervisi dipandang
telah memberi solusi pada masalah pembelajaran yang memuaskan bagi
guru.
4. Penilaian, yaitu usaha mengetahui segala yang mempengaruhi
kelangsungan persiapan, perencanaan, dan program, penyelenggaraan,
dan evaluasi hasil pengajaran. Setelah supervisor mengambil kesimpulan
tentang situasi yang sebenarnya terjadi, maka ia pun harus melaksanakan
penilaian terhadap situasi tersebut. Supervisor diharapkan tidak
memfokuskan pada hal yang negatif saja, tetapi juga hal-hal yang
dinyatakan sebagai kemajuan.
5. Latihan yaitu berdasarkan hasil penelitian dan penilaian mungkin
ditemukan hal-hal yang dirasa kurang dilihat dari kemampuan guru
terhadap beberapa aspek yang berkaitan dengan pengajaran. Maka
kekurangan itu diatasi dengan mengadakan pelatihan yang dilakukan
pengawas atau kepala sekolah sebagai supervisor sesuai kebutuhan dan
keperluannya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan cara-
cara baru perbaikan dan atau peningkatan kualitas pembelajaran.
Pelatihan ini juga dapat sebagai pemecahan atas masalah-masalah yang
dihadapi. Pelatihan ini bentuknya dapat berupa seminar, demonstrasi
mengajar, simulasi, observasi, saling mengunjungi, atau cara lain yang
dipandang efektif.
5

6. Pembinaan atau pengembangan, yaitu lanjutan dan kegiatan


memperkenalkan cara-cara baru. Kegiatan ini dimaksud untuk
menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar guru-guru mau
menerapkan cara-cara baru yang diperkenalkan sebagai hasil penemuan
penelitian, termasuk dalam hal ini membantu guru-guru memecahkan
kesulitan dalam menggunakan cara-cara baru teknik-teknik pengajaran.
B. Jenis-Jenis Supervisi Pendidikan
Berdasarkan banyaknya tugas dan jenis pekerjaan yang dilakukan
oleh guru maupun para karyawan pendidikan, supervisi dalam dunia
pendidikan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu supervisi umum dan
supervisi pengajaran. Di samping kedua jenis supervisi tersebut kita
mengenal pula istilah supervisi klinis, pengawasan melekat dan pengawasan
fungsional. Untuk memperjelas pengertian dan perbedaan jenis-jenis
supervisi tersebut, akan diuraikan sebagai berikut:
1. Supervisi Umum dan Supervisi Pengajaran
Supervisi umum di sini adalah supervisi yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung
berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran seperti supervisi
terhadap kegiatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah atau
kantor- kantor pendidikan, supervisi terhadap kegiatan pengelolaan
administrasi kantor, supervisi pengelolaan keuangan sekolah atau kantor
pendidikan, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan supervisi
pengajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi baik personal maupun material yang
memungkinkan terciptanya situasi belajar-mengajar yang lebih baik
demi tercapainya tujuan pendidikan.3
2. Supervisi Klinis
Yuniwati dkk mengutip pendapat Jhon J. Bolla mengatakan
supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk

3
Yuniawati, Dkk., Supervisi Pendidikan: Supervisi Dalam Kurikulum MBKM (Lombok Tengah:
P4I, 2023), 27.
6

membantu pengembangan profesional guru/calon guru, khususnya dalam


penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara
teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku
mengajar tersebut.4
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran.
Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih
ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di
dalam proses belajar-mengajar, dan kemudian secara langsung pula
diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan
tersebut. Ibarat seorang dokter yang akan mengobati pasiennya, mula-
mula dicari dulu sebab-sebab dan jenis penyakitnya dengan jalan
menanyakan kepada pasien, apa yang dirasakannya, di bagian mana dan
bagaimana rasanya, dan sebagainya. Setelah diketahui dengan jelas apa
penyakitnya, kemudian sang dokter memberikan saran atau pendapat
bagaimana sebaiknya agar penyakit itu tidak semakin parah, dan pada
waktu itu juga dokter mencoba memberikan resep obatnya. Tentu saja
prosedur supervisi klinis tidak persis sama dengan prosedur pengobatan
yang dilakukan oleh dokter. Di dalam supervisi klinis cara "memberikan
obatnya" dilakukan setelah supervisor mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap cara guru mengajar, dengan mengadakan "diskusi
balikan" antara supervisor dan guru yang bersangkutan. Yang dimaksud
dengan "diskusi balikan" di sini ialah diskusi yang dilakukan segera
setelah guru selesai mengajar, dan bertujuan untuk memperoleh balikan
tentang kebaikan maupun kelemahan yang terdapat selama guru
mengajar serta bagaimana usaha untuk memperbaikinya.5
Ciri-ciri supervisi klinis ditinjau dari segi pelaksanaannya sebagai
berikut:6

4
Yuniawati, Dkk., Supervisi Pendidikan: Supervisi Dalam Kurikulum MBKM, 29.
5
Yuniawati, Dkk., Supervisi Pendidikan: Supervisi Dalam Kurikulum MBKM, 28.
6
Yuniawati, Dkk., Supervisi Pendidikan: Supervisi Dalam Kurikulum MBKM, 29-30.
7

a. Bimbingan supervisor kepada guru/calon guru bersifat bantuan, bukan


perintah atau instruksi.
b. Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau
calon guru yang akan disupervisi, dan disepakati melalui pengkajian
bersama antara guru dan supervisor.
c. Meskipun guru atau calon guru memper anakan berbagai
keterampilan mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya
pada beberapa keterampilan tertentu saja.
d. Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara
supervisor dan guru berdasarkan kontrak.
e. Balikan diberikan dengan segera dan secara obyektif (sesuai dengan
data yang direkam oleh instrumen observasi).
f. Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data
yang direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi atau
pertemuan balikan guru/calon guru diminta terlebih dahulu
menganalisis penampilannya.
g. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada
memerintah atau mengarahkan.
h. Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka.
i. Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan,
observasi, dan diskusi/pertemuan balikan.
j. Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan atau
peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar; di pihak lain
dipakai dalam konteks pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan.
3. Pengamat Melekat dan Pengawas Fungsional
Istilah pengawasan melekat diturunkan dari bahasa asing built in
controle yang berarti suatu pengawasan yang memang sudah sendirinya
melekat menjadi tugas dan tanggung jawab dari pimpinan, baik pimpinan
tingkat atas hingga yang paling bawah pada semua organisasi atau
lembaga. Di dalam buku penjelasan mengenai pengawasan melekat yang
dikeluarkan oleh inspektorat jenderal pendidikan dan kebudayaan pada
8

bab 1 sebagai berikut: Pengawasan melekat adalah suatu kegiatan


administrasi dan manajemen yang dilakukan oleh pimpinan suatu kerja
untuk mencegah terjadinya salah urus dan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas yang sesuai dengan kebijakan menteri P dan K peraturan
perundang-undangan dan rencana yang telah ditetapkan.7 Dengan kata
lain semua pimpinan baik kepala sekolah harus bertanggung jawab atas
pengawasan dan pelaksanaan semua tugas dan kewajiban yang masing-
masing dibebankan kepada pimpinan di lingkungan unit kerja.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengawasan fungsional adalah
kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang yang fungsi
jabatannya sebagai pengawas. Sebagai contoh konkret tentang
pengawasan fungsional dapat dilihat di delapan inspektor yang masing-
masing dipimpin oleh seorang inspektur: Inspektur kepegawaian,
Inspektur keuangan, Inspektur perlengkapan, Inspektur pendidikan dasar
dan menengah, Inspektur pendidikan tinggi, Inspektur PLS, Pemuda dan
Olahraga, Inspektur kebudayaan, Inspektur proyek pembangunan.8
Mengingat luasnya bidang garapan masing-masing inspektorat
dan luasnya cakupan masing-masing maka setiap inspektur dibantu oleh
beberapa inspektur pembantu menurut bidang dan wilayahnya masing-
masing. Hal demikian inilah yang disebut sebagai pengawasan
fungsional. Maka pengawasan yang dilakukan oleh para pembantu
inspektur termasuk supervisi umum. Supervisi fungsional yang termasuk
pengajaran pada umumnya dilakukan oleh Kanwil departemen P dan K
yang ada di setiap provinsi. Seperti bidang pendidikan umum, bidang
menengah kejuruan, bidang pendidikan guru dan tenaga teknis.
Sedangkan pendidikan dasar, PLS, Olah raga, pendidikan masyarakat
dan kebudayaan, pengawasan fungsional dilakukan menurut bidang
masing-masing di tingkat kecamatan.9

7
Rosmiyaty Aziz, Supervisi Pendidikan (Yogyakarta: SIBUKU, 2016), 23.
8
Rosmiyaty Aziz, Supervisi Pendidikan, 23-24.
9
Rosmiyaty Aziz, Supervisi Pendidikan, 24.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Fungsi supervisi pendidikan berorientasi pada pemberian bimbingan
dan bantuan dalam upaya untuk perbaikan pengajaran di institusi
pendidikan, bukan kegiatan mengawasi yang cenderung lebih pada
mencari kesalahan atas kinerja pengajar, sehingga justru menjadikan
para guru tidak kreatif dalam melaksanakan tugasnya karena merasa
terus diawasi.
2. Supervisi dalam dunia pendidikan dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu supervisi umum dan supervisi pengajaran. Di samping kedua jenis
supervisi tersebut kita mengenal pula istilah supervisi klinis, pengawasan
melekat dan pengawasan fungsional.
B. Saran
Setitik harapan dari penulis sebagai penyusun kepada semua pihak
baik pengoreksi maupun pembaca untuk memberikan kritik dan saran
kepada penulis. Karena makalah yang penulis susun ini masih terlihat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis butuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam
makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, R. 2016. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: SIBUKU.

Kristiawan, M. dkk. 2019. Supervisi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sitorus, A. dan Kholipah, S. 2018. Supervisi Pendidikan: Teori dan Pengaplikasian.


Lampung: Swalova Publishing.

Yuniawati, dkk. 2023. Supervisi Pendidikan: Supervisi Dalam Kurikulum MBKM.


Lombok Tengah: P4I.

10

Anda mungkin juga menyukai