Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGAWASAN PENDIDIKAN
Dosen Pengampu : B. Tomasila, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Kayla Syarkiah Ismail


NIM : 202245006

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
pribadi untuk mata kuliah Pengawasan Pendidikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan kemampuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak demi membangun makalah ini.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dalam dunia pendidikan.

Ambon, 10 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengawasan Pendidikan


B. Proses Pengawasan Pendidikan
C. Pendekatan Pengawasan Pendidikan
D. Metode Pengawasan Pendidikan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi.
Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan.
Suatu pengawasan dikatakan penting karena tanpa adanya pengawasan yang baik
tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi
organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya.
Salah satu penyebab munculnya problematika dalam manajemen pendidikan
adalah praktik mengajar yang lebih memfokuskan pada penguasaan materi
daripada membekali diri siswa dari sudut kompetensi. Padahal, secara teoritis
pendidikan adalah untuk membimbing anak didik lewat pengajaran sehingga
mereka memiliki kompetensi sesuai bakat masing-masing. Untuk meningkatkan
peran guru agar lebih maksimal maka diperlukan pengawasan secara umum
terhadap roda operasional kesehatan organisasi dan kinerja kepala sekolah. Sejauh
ini peran tersebut masih dianggap tidak merupakan faktor yang penting di
masyarakat, dimana kepala sekolah dan pengawasan organisasi adalah faktor
penting dalam pemberdayaan kualitas organisasi atau akuntabilitas sekolah.
Dalam hal ini pengawasan pendidikan dalam pengembangan proses pengajaran
dibutuhkan bagi guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
Di bidang pendidikan dan pengajaran diperlukan pengawas yang dapat berdialog
serta membantu pertumbuhan pribadi dan profesi agar setiap orang mengalami
peningkatan pribadi dan profesi. Dalam hal ini kepala sekolahlah yang memiliki
kewajiban untuk mengatur jalannya sekolah dan juga dapat bekerja sama dan
berhubungan erat dengan masyarakat. Ia berkewajiban membangkitkan semangat
staf guru-guru dan pegawai sekolah untuk bekerja lebih baik, membangun dan
memelihara kekeluargaan, kekompakan dan persatuan antara guru-guru, pegawai
dan murid-muridnya, mengembangkan kurikulum sekolah, mengetahui rencana
sekolah dan tahu bagaimana menjalankannya, memperhatikan dan mengusahakan
kesejahteraan guru-guru dan pegawainya. Semua ini merupakan tugas kepala
sekolah. Tugas-tugas kepala sekolah seperti itu adalah bagian dari fungsi-fungsi
pengawasan yang menjadi kewajiban sebagai pemimpin pendidikan.

Untuk lebih memahami lebih jauh mengenai pengawasan dalam pendidikan


berikut akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya. Makalah ini penting untuk
menjelaskan pengertian pengawasan pendidikan, proses pengawasan pendidikan,
pendekatan pengawasan pendidikan, dan metode pengawasan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengawasan pendidikan?
2. Bagaimana proses pengawasan pendidikan?
3. Pendekatan apa saja yang ada dalam pengawasan pendidikan?
4. Metode apa saja yang ada dalam pengawasan pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengawasan pendidikan
2. Untuk mengetahui proses pengawasan pendidikan
3. Untuk mengetahui pendekatan pengawasan pendidikan
4. Untuk mengetahui metode pengawasan pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengawasan Pendidikan


Kepengawasan berasal dari kata pengawas yang dinyatakan dalam Peraturan
Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan maupun dalam
Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1
ayat (5) dinyatakan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan,

Sedangkan dalam Surat Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara


Nomor 118 Tahun 1996 yang diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 091/KEP/MEN.PAN/10/ 2001 dinyatakan
bahwa Pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung
jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan prasekolah, sekolah dasar, dan
sekolah menengah.”

Untuk mengawasi pelaksanaan program dan proses pendidikan, pemerintah


mengangkat tenaga khusus yang fungsional disebut pengawas sekolah, atau
supervisor. Dijelaskan oleh Hawkins dan Shohet, bahwa: adanya seorang supervisor
adalah memberikan suatu peluang untuk meningkatkan pengembangan keterampilan
dalam membantu orang lain dan mengembangkan pekerjaan para guru. Itu artinya,
tugas kepengawasan pendidikan dilaksanakan oleh pengawas atau supervisor untuk
membantu mengembangkan guru sehingga pembelajaran efektif dan meningkatkan
kualitas pendidikan, khususnya lulusan yang dihasilkan sekolah.

Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka seorang pengawas diharapkan akan mampu
berperan:
1. Sebagai nara sumber bagi para guru dalam merencanakan dan melaksanakan
tugas-tugasnya, serta dalam mendiagnosa keberhasilan, sehingga guru dapat
secara terus menerus meningkatkan kinerjanya.
2. Sebagai fasilitator dan bahkan pembimbing yang membantu guru dalam
mengatasi hambatan yang dihadapi maupun dalam mengatasi kekurangan yang
dialami.
3. Sebagai motivator yang dengan berbagai cara selalu mengupayakan agar mau
bekerja lebih bersungguh-sungguh dan bersemangat. Termasuk di sini
memberikan tekanan (pressure) dan dukungan (support) agar guru mencapai hasil
pengajarannya.
4. Sebagai aparat pengendali mutu pengajaran (quality assurance auditor) yang
secara periodik dan sistematik mengecek, menganalisis, mengevaluasi dan
mengarahkan serta mengambil tindakan agar ketiga strategi dalam peningkatan
efektivitas pengajaran di atas dapat terlaksana dengan baik dan berhasil.
5. Sebagai peran tambahan penyusun berpendapat bahwa sangatlah tepat jika
seorang pengawas akademik adalah juga seorang “assessor” bagi kepentingan
program akreditasi sekolah. Dengan demikian, kegiatan akreditasi dapat
memperoleh data yang akurat mengenai proses pengajaran karena terdapat sumber
informasi untuk mengkonfirmasikan berbagai hal.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan


pendidikan diartikan sebagai proses/kegiatan monitoring untuk meyakinkan
bahwa semua kegiatan sekolah terlaksana seperti yang telah direncanakan
sebelumnya dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan
memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang dianggap akan dapat
mengganggu pencapaian tujuan. Pengawasan juga merupakan fungsi manajemen
yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau unit-unit yang ada
dalam suatu organisasi guna menetapkan kemajuan sesuai dengan arah yang
dikehendaki.
B. Proses Pengawasan Pendidikan
Berdasar pada pemikiran Daft bahwa "pengawasan, pengendalian organisasional
(organizational controlling) adalah suatu proses pengaturan sistematis terhadap
berbagai kegiatan organisasional agar konsisten dengan berbagai harapan dari suatu
rencana pengendalian atas dasar itu Manullang memandang bahwa untuk kegiatan
pengawasan maka diperlukan beberapa tahapan ataupun langkah dari pengawasan
tersebut.
1. Menetapkan alat pengukur (standard)
Dalam mengukur atau menilai pelaksanaan pekerjaan bawahan maka seorang
pimpinan harus mempunyai standard dalam mengukur evaluasi kinerja
bawahan. Alat penilaian itu harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum bawahan
melaksanakan pekerjaanya. Alat penilai standard bagi hasil pekerjaan pada
umumnya terdapat baik rencana keseluruhan maupun pada rencana bagian,
dengan kata lain, dalam rencana itulah pada umumnya terdapat standard bagi
pelaksanaan pekerjaan.

2. Mengadakan penilaian (evaluasi)


Untuk melakukan sebuah proses pengawasan maka penilaian atau evaluasi
sangat penting dalam proses pengawasan, dengan menilai atau mengevaluasi
dimaksud dapat membandingkan hasil pekerjaan bawahan (actual result)
dengan alat pengukur (standard) yang sudah ditentukan sebelumnya.

3. Mengadakan tindakan perbaikan (correctiveation)


Untuk dapat melaksanakan tindakan perbaikan maka pertama-tama harus
dianalisa apa penyebab terjadinya perbedaan, bila pimpinan sudah menetapkan
dengan pasti sebab terjadinya penyimpangan barulah diambil tindakan
perbaikan atau evaluasi.
a. Proses Pengawasan Pendidikan
Mochler alam Krisnandi; memberi penekanan pada elemen esensial
dari langkah-langkah pada suatu proses controlling dalam
mendefinisikan controlling itu sendiri: controlling didefinisikan
sebagai suatu upaya sistematis untuk menstandardisasi prestasi
dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem feedback informasi,
mengkomparasikan prestasi aktual dengan standar yang sudah
ditetapkan, mengidentifikasi ada atau tidaknya penyimpangan untuk
kemudian diukur signifikansinya. Jika terbukti terdapat
penyimpangan, maka dilakukan tindakan korektif yang diperlukan
untuk menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan seluruh sumber
daya perusahaan demi tercapainya sasaran. Lebih spesifik Mochler
dalam Stoner James, A. F. menetapkan empat langkah dalam proses
pengendalian, yaitu sebagai berikut: Berdasarkan batasan tersebut,
controlling dapat dilakukan dengan empat langkah sebagai berikut:
1) Menetapkan standar dan metode pengukuran prestasi (establish
standard and methods for measuring perfomance)
Standar yang dimaksud adalah criteria yang sederhana untuk
prestasi kerja, yakni titik-titik yang terpilih didalam seluruh
program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja tersebut
guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan
yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap
langkah untuk proses pelaksanaan rencana yang telah
ditetapkan.
2) Mengukur prestasi (measure the performance)
Pengukuran prestasi kerja idealnya dilaksanakan atas dasar
pandangan kedepan, sehingga penyimpangan-pennyimpangan
yang mungkin terjadi ari standar dapat diketahui lebih dahulu.
3) Membandingkan prestasi berdasarkan standar (compare the
performance according to standard
Yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan target
atau standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan
standar manajer akan menilai bahwa segala sesuatunya beada
dalam kendali.
4) Mengambil tindakan perbaikan (take corrective action)
Proses pengawasan tidak lengkap bila tidak diambil tindakan
untuk membetulkan penyimpangan yang terjadi. Apabila
prestasi kerja diukur dalam standar, maka pembetulan
penyimpangan yang terjadi dapat dipercepat, karena manajer
sudah mengetahui dengan tepat, terhadap bagian mana dari
pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja, tindakan
koreksi itu harus dikenakan.

b. Prosedur Evaluasi
Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya
sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah
bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Umar
dalam Sadikin dkk. menunjukkan prosedur atau tahapan-tahapan
evaluasi yang umum digunakan:
1) Menentukkan apa yang akan dievaluasi.
Dalam bisnis, apa saja yang dapat dievaluasi, dapat mengacu
pada program kerja perusahaan. Di sana banyak terdapat aspek-
aspek yang kiranya dapat dan perlu dievaluasi.
2) Merancang (desain) kegiatan evaluasi.
Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan terlebih dahulu desain
evaluasinya agar data apa saja yang dibutuhkan, tahapan-
tahapan kerja apa saja yang dilalui, siapa saja yang akan
dilibatkan, serta apa saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.
3) Pengumpulan data.
Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data
dapat dapat dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan.
4) Pengolahan dan analisis data.
Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk
dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan menggunakan
sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat
dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan antara fakta dan
harapan/rencana untuk alat-alat analisis yang mengasilkan gap.
5) Pelaporan hasil evaluasi.
Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan
secara tertulis dan diinformasikan baik secara lisan maupun
tulisan.
6) Tindak lanjut hasil evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen.
Oleh karena itu, hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh
manajemen untuk mengambil keputusan dalam rangka
mengatasi masalah manajemen, baik ditingkat strategi maupun
ditingkat implementasi stretegi.

Pendapat lain mengenai proses pengawasan menurut Tim Pakar Manajemen Pendidikan UPI,
secara umum proses pelaksanaan pengawasan evaluasi/supervisi dilaksanakan melalui tiga
tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan mengacu pada kegiatan identifikasi permasalahan, yakni
mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu diawasi. Identifikasi dilaksanakan dengan
menganalisis kelebihan, kekurangan, peluang, dan ancaman dari aspek kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru agar pengawasan lebih efektif dan tepat
sasaran. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan pengawasan adalah:
a. Mengumpulkan data melalui kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat staf
b. Mengolah data dengan melakukan koreksi kebenaran terhadap data yang
dikumpulkan
c. Mengklasifikasi data sesuai dengan bidang permasalahan
d. Menarik kesimpulan tentang permasalahan sasaran sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya
e. Menetapkan teknik yang tepat digunakan untuk memperbaiki atau
meningkatkan profesionalisme guru.

2. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan nyata yang dilakukan untuk memperbaiki
atau meningkatkan kemampuan guru. Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan
pemberian bantuan dari pengawas kepada guru agar pelaksanaan dapat efektif harus
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Tim Pakar Manajemen Pendidikan
(2004), berpendapat pengawasan tidak berhenti pada selesainya pemberian bantuan
dan terlaksananya teknik pengawasan melainkan ada follow up untuk melihat
keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan pengawasan. Sehingga kegiatan evaluasi
perlu dilaksanakan.
3. Evaluasi Kegiatan
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk menelaah keberhasilan proses dan hasil
pelaksanaan pengawasan. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif. Sasaran
evaluasi pengawasan ditujukan kepada semua orang yang terlibat dalam proses
pelaksanaan pengawasan. Hasil dari evaluasi pengawasan akan dijadikan pedoman
untuk menyusun program perencanaan berikutnya.
Mengacu pada pandangan Louis A. Alen, dalam bukunya” The Professional
Management”, manajemen mempunyai beberpa fungsi salah satunya pengawasan:
Pengawasan, mempunyai dua fungsi yakni: (1) menilai serta melakukan evaluasi
sebuah keberhasilan dalam meraih tujuan perusahaan serta target bisnis yang
disesuaikan dengan tolok ukur yang telah ditentukan, dan (2) melakukan langkah
cepat dalam mengoreksi serta mengklarifikasi dari ketidaksesuain hasil kerja yang
mungkin dapat terjadi. Atas dasar itu secara profesional pengawasan dan evaluasi
dalam manajemen ini penting dilakukan agar kesalahan yang terjadi dapat segera
diperbaiki. Ada 3 langkah dalam melaksanakan hal tersebut:
a. Membuat standar, Standar adalah kriteria yang bisa digunakan untuk mengukur
hasil sebuah pekerjaan. Standar dibuat berdasarkan kemampuan kerja pada
keadaan normal. Bentuk standar ini dibagi menjadi dua standar kuantitatif:
Standar yang dinyatakan dalam satuan-satuan tertentu seperti jam kerja mesin,
jam kerja tenaga langsung, dan satuan barang, investasi, dll; Standar kualitatif:
Standar yang berbentuk pendapat umum, langgangan, buruh, dsb.
b. Membandingkan kegiatan standar, langkah ini dilakukan untuk mengetahui
besarnya penyimpangan yang terjadi. Langkah ini bisa digunakan sebagai alarm
untuk mengetahui gejala-gejala menyimpangan yang mungkin saja terjadi
c. Tindakan perbaikan, tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki aktivitas,
kegiatan, atau kebijakan yang tidak sesuai dengan standarnya. Sebelum
melakukan hal di atas, terlebih dahulu harus mendapatkan informasi mengenai
kemajuan yang telah dicapai serta adanya penyimpangan.

C. Pendekatan Pengawasan Pendidikan


1. Pendekatan langsung (direktif)
Pendekatakan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat
langsung. Pengawas memberikan arahan langsung sudah tentu pengaruh
perilaku pengawas lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pada
pemahaman terhadap psikologis behavioristik. Prinsip behaviorisme ialah
bahwa segala perbuatan yang berasal dari refleks yaitu respon terhadap
rangsangan. Oleh karena itu guru/dosen memiliki kekurangan maka perlu
diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi lebih baik. Pengawas dapat
menggunakan penguatan atau hukuman. Pendekatan seperti ini dapat
dilakukan dengan perilaku pengawas seperti berikut ini:
a. Menjelaskan
b. Menyajikan
c. Mengarahkan
d. Memberi contoh
e. Menerapkan tolak ukur
f. Menguatkan.

2. Pendekatan tidak langsung (non direktif)


Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung adalah cara pendekatan
terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku pengawas tidak
secara langsung menunjukkan permasalahan tapi ia terlebih dahulu
mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh orang yang di awasi
(guru/dosen) . Ia memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada yang
diawasi untuk mengemukakan permasalahan yang meraka alami. Pendekatan
non direktik ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik.
Psikologis humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh
karena itu pribadi orang yang diawasi (guru/dosen) yang dibina begitu
dihormati maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi
oleh guru/dosen. Yang diawasi mengemukakan masalahnya. Pengawas
mencoba untuk mendengarkan dan memahami apa yang dialami. Perilaku
pengawas dalam pendekatan non direktik adalah sebagai berikut:
a. Mendengarkan
b. Memberi penguatan
c. Menjelaskan
d. Menyajikan
e. Memecahkan masalah.

3. Pendekatan Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara
pendekatan direktif dan non direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada
pendekatan ini baik pengawas maupun yang diawasi bersama-sama bersepakat
untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses
percakapan terhadap masalah yang dihadapi. Pendekatan ini didasarkan pada
psikologis kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah
perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya
akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian
pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah yakni dari atas ke
bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku pengawas dalam pendekatan ini
adalah sebagai berikut:
a. Menyajikan
b. Menjelaskan
c. Mendengarkan
d. Memecahkan masalah
e. Negoisasi

Pendekatan itu dilakukan dengan melalui tahap-tahap kegiatan


pemberian supervisi sebagai berikut:

a. Percakapan awal
b. Observasi
c. Analisis
d. Percakapan akhir
e. Analisis akhir
f. Diskusi

D. Metode-Metode Pengawasan Pendidikan


Dalam pelaksanaannya, pengawasan dilakukan dengan metode-metode tertentu.
Metode-metode untuk menjalankan pengawasan/pengontrolan antara lain adalah:
1. Laporan dari pelaksanaan kegiatan yang diberikan secara lisan atau tertulis
dan secara berkala atau sewaktu-waktu atas permintaan. Manajer yang
berwenang dan bertanggungjawab menjalankan pengontrolan itu wajib
mengikuti dan mempelajari laporan itu.
2. Penelaahan terhadap buku catatan tugas atau hasil kerja, jadwal kegiatan,
bahan kemajuan, pekerjaan, ataupun grafik lainnya.
3. Survey atau inspeksi setempat dimana kegiatan-kegiatan dijalankan.
4. Wawancara dengan pelaksana-pelaksana tugas yang bersangkutan (The Liang
Gie, 2000: 64-65).

BAB III
PENUTUP

A Kesimpulan

Pengawasan pendidikan diartikan sebagai proses monitoring untuk memastikan kegiatan


sekolah terlaksana sesuai dengan apa yang di rencanakan dan juga untuk mengoreksi dan
memperbaiki apabila terdapat penyimpangan dalam proses pelaksanaan kegiatan sekolah.
Proses pengawasan menurut Manullang terdiri dari menetapkan alat pengukur (standar),
mengadakan penilaian (evaluasi), dan mengadakan tindakan perbaikan (correctiveation).
Sedangkan menurut Tim Pakar Manajemen Pendidikan UPI, proses pengawasan terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ada tiga pendekatan pengawasan pendidikan, yaitu
pendekatan langsung (direktif), pendekatan tidak langsung (non direktif), dan pendekatan
kolaboratif. Metode pengawasan pendidikan terdiri dari empat metode, yaitu laporan
pelaksanaan, penelaahan, survey, dan wawancara.

B. Saran

Dari penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari
segi penulisan maupun isi makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesemapurnaa makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Syafaruddin dan Asrul. Manajemen Kepengawasan Pendidikan. Medan: Citapustaka Media,


2014

Rusdiana, Ahmad. Pengawasan dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Tresna Bakti,
2023

Aziz, Rosmiaty. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Sibuku, 2016


Meriza, Lin. (2018). Pengawasan (Controling) dalam Institusi Pendidikan. Diakses dari
https://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/tadib/article/download/113/75

Tinah, Dessy. (2023). Pentingnya Pengawasan Pendidikan. Diakses dari


https://www.studocu.com/id/document/universitas-jenderal-achmad-yani/pengawasan-
pendidikan/pengawasan-pendidikan/68353086

INSTRUMEN WAWANCARA

Contoh wawancara kepada guru

a. Apa yang dimaksud motivasi menurut bapak/ibu?


b. Bagaimana gambaran motivasi siswa?
c. Apa yang membuat bapak/ibu ingin memotivasi para siswa?
d. Apakah bapak/ibu selalu memberi motivasi belajar siswa saat pembelajaran
berlangsung?
e. Apakah bapak/ibu mempunyai upaya dalam pemberian motivasi belajar
siswa?
f. Upaya apa saja yang dilakukan bapak/ibu dalam pemberian motivasi belajar
siswa? Mengapa demikian?
g. Seberapa pentingkah motivasi belajar untuk siswa menurut bapak/ibu?
h. Apa faktor yang mempengaruhi dalam pemberian motivasi belajar siswa?
i. Apa dampaknya saat bapak/ibu tidak memberikan motivasi belajar siswa?
j. Adakah kesulitan yang dihadapi bapak/ibu saat memberikan motivasi belajar?

Sumber :

Etheses.iainmadura.ac.id pertama kali diindeks oleh Google pada Januari 2021. Diakses pada
Oktober 2023 dari http://etheses.iainmadura.ac.id/590/14/14%20LAMPIRAN-ULFATUL
%20HASANAH%2020160701050103.pdf

Anda mungkin juga menyukai