Anda di halaman 1dari 13

PROFESIONALISASI PENGAWAS PENDIDIKAN

Rizki Yatul Hanifa

21002080

Dosen mata kuliah :

Drs. Irsyad, M. Pd

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Rendahnya motivasi guru
terkait pengawasan pendidikan menajdi sebab kurangnya keprofesionalan guru” ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada bidangstudi/mata kuliah Pengawasan Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang tata kelola pemerintahan yang bersih,
demokratis dan mengutamakan public.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Irsyad, M.Pd., selaku dosen bidang
studi/mata kuliah Pengawasan Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan danwawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari katasempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat penulis nantikan demikesempurnaan
makalah ini.

Padang, 20 desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar...................................................................................................................i

Daftar isi..............................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang............................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................1
C. Tujuan penulisan........................................................................................................2

Bab II Pembahasan

A. Pengertian pengawasan guru disekolah.....................................................................3


B. Tujuan pengawasan guru disekolah...........................................................................4
C. Kendala pengawas dalam melakukan pengawasan guru disekolah...........................6
D. Kurangnya motivasi guru dalam proses pengawasan guru disekolah.......................6
E. Meningkatkan motivasi guru......................................................................................7

Bab III Penutup

A. Kesimpulan................................................................................................................9
B. saran...........................................................................................................................9

Daftar Pustaka....................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan merupakan sautu sistem yang terdiri dari dari beberapa komponen untuk
mencapai tujuan pendidikan. Salah satu komponennya yaitu pengawasan sekolah/pengawas
pendidikan. Pengawasan pendidikan merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana
memmbina sumber daya manusia yang ada pada pelaksanaan pendidikan (guru) untuk ditata
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sesuai kesepakatan bersama dan dijalankan oleh
pengawas pendidikan dan kepala sekolah.

Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengawas, tim pengawas dan kepala sekolah
mengalami beberapa kendala. Pandangan guru terhadap pengawasan cenderung negatif yang
mengasumsikan bahwa pengawasan guru merupakan model pengawasan yang menekan
kebebasan guru dalam menyampaikan pendapat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh sikap
pengawas yang otoriter, hanya mencari kesalahan guru dan menganggp lebih tinggi daripada
guru karena jabatannya. Dan juga guru senior cenderung menganggap pengawasan guru
merupakan kegiatan yang tidak perlu karena menganggap bahwa telah memiliki kemampuan
dan pengalaman yang lebih. Hal ini menjadi problem bagi pengawas untuk melakukan
pengawasan terhadap guru karena tidak mendapat respon dari gur tersebut.

Seharusnya guru sangat antusias dalam kegiatan pengawasan ini agar guru dapat
meningkatkan keprofesionalannya dan juga dapat meningkatkan proses pembelajaran menjadi
lebih baik lagi sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan pada latar belakang maka dapat
diketahui rumusan masalah yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan pengawasan guru disekolah ?


2. Apa tujuan dari proses pengawasan guru disekolah?

1
3. Apa kendala yang dihadapi pengawas dalam proses pengawasan kinerja guru ?
4. Apa yang menyebabkan kurangnya motivasi guru dalam pengawasan terhadap
kinerja guru ?
5. Bagaimana solusi untuk meningkatkan motivasi guru terhadap pengawasan guru
disekolah

C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa itu pengawasan guru disekolah


2. Untuk mengetahui apa tujuan dari proses pengawasan guru disekolah
3. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi pengawas dalam proses
pengawasan guru disekolah
4. Untuk mengetahui apa penyebab kurangnya motivasi guru dalam pengawasan
disekolah
5. Untuk mengetahui bagaimana solusi untuk meningkatkan motivasi gru terhadap
pengawasan guru disekolah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pengawasan guru disekolah


Pengawas adalah salah satu tenaga kependidikan yang bertugas memberikan
pengawasan agar tenaga kependidikan (guru, staff dan personel lainnya yang ada disekolah)
dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Dalam hal ini pengawasan mempunyai arti yang
sangat luas dan sering orang menyatakan bahwa pengawasan dapat juga diartikan sebagai
pengendalian yaitu proses membandingkan kinerja aktual dengan standar dan tindakan
perbaikan yang perlu dilakukan. Pengawasan diberi tugas tanggung jawab dan wewenang
secara penuh untuk melakukan pengawasan degan memberikan penilaian dan pembinaan dari
segi teknis pendidikan dan administrasi pada suatu pendidikan.

Jabatan profesional dalam bidang pendidikan sebagaimana dikemukakan bahwa ada


personil yang menjalankan tugas kepengawasan. Dalam hal ini pengawasan mempunyai arti
yang sangat luas dan sering orang menyatakan bahwa pengawasan dapat juga diartikan
sebagai pengendalian, yaitu proses membandingkan kinerja aktual dengan standar dan
tindakan perbaikan yang perlu dilakukan. Pengawasan diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh untuk melakukan pengawasan dengan memberikan penilaian dan
pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada suatu pendidikan. Pengawasan
merupakan salah satu fungsi manajemen. Fungsi tersebut mutlak harus dilakukan dalam
setiap organisasi dan lembaga. Dengan begitu tujuan organisasi dapat tercapai dengan sebaik-
baiknya dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan dalam
dunia pendidikan lebih populer dikenal dalam istilah supervisi menunjukkan proses,
sedangkan supervisor atau pengawas pendidikan yang menunjukkan pada orang yang
melakukan pengawasan proses pendidikan dan pembelajaran. Supervisi dapat diartikan
sebagai layanan profesional. Proses layanan profesional tersebut berbentuk pemberian
bantuan kepada personil sekolah dalam meningkatkan kemampuannya sehingga lebih mampu
mempertahankan dan melakukan perubahan penyelenggaraan sekolah dalam rangka
meningkatkan.

3
Posisi dan peran guru

Posisi dan Peran Guru Posisi dan peran guru sangat strategis, apalagi dikaitkan dengan
konsep pendidikan berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran, karena itu guru harus
menempakan diri sebagai:

a. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi, pelaksana,


dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik.
b. Fasilitator belajar, dalam arti guru sebagai pengatur arus kegiatan belajar peserta
didik. Guru sebagai moderator tidak hanya mengatur arus kegiatan belajar, tetapi
juga bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau jawaban masalah
sebagai hasil belajar peserta didik, atas dasar semua pendapat yang telah dibahas
dan diajukan peserta didik.
c. Motivator belajar, dalam ari guru sebagai pendorong peserta didik agar mau
melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus dapat menciptakan
kondisi kelas yang merangsang peserta untuk mau melakukan kegiatan belajar, baik
individual maupun kelompok.
d. Evaluator belajar, dalam arti guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif.
Sebagai evaluator, guru berkewajiban mengawasi, memantau proses pembelajaran
peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru juga berkewajiban untuk
melakukan upaya perbaikan proses belajar peserta didik, menunjukkan kelemahan
dan cara memperbaikinya, baik secara individual, kelompok, maupun secara
klasikal.

B. Tujuan pengawasan guru disekolah

Tugas pokok yang dilakukan pengawas bertujuan untuk meningkatkan

prosespembinaan pembelajaran para guru, dan proses pembinaan pengembangan kualitas

sekolah, kinerja guru- guru dan kinerja seluruh staf sekolah, pengawasan kepala sekolah ini

dilakukan agar setiap guru-guru mampu menjaga ritme proses pembelajaran di kelas sehingga

kinerja yang ditampilkan guru-guru sesuai dengan tuntutan pembelajaran dan kurikulum yang

ditetapkan melalui berbagai aktifitas yang dilakukan oleh pengawas. Sedangkan tujuan lain

dari pengawasan adalah mengembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. Usaha

4
kearah perbaikan belajar dan mengajar ditunjukkan kepada pencapaian tujuan akhir dari

pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal.

Berikut tujuan dari proses pengawasan terhadap guru :

1. Membina guru-guru untuk lebih memahami tujuan umum pendidikan.Mereka harus

menghilangkan anggapan tentang adanya mata pelajaran atau bidang studi penting

atau tidak penting, sehingga setiap guru mata pelajaran dapat mengajar dan mencapai

prestasi maksimal bagi siswa-siswanya.

2. Membimbing guru-guru mengatasi problem-problem siswa demi kemajuan prestasi

belajarnya.

3. Membina guru-guru dalam mempersiapkan siswanya untuk menjadi anggota

masyarakat yang produktif, kreatif, etis, dan religius.

4. Membina guru-guru dalam meningkatkan kemampuan mengevaluasi, mengdiagnosa,

kesulitan belajar dan seterusnya.

5. Membina guru-guru dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja yang demokrat.

6. Memperbaiki ambisi guru-guru dan karyawan dalam meningkatkan mutu profesinya.

7. Membina guru-guru dan karyawan dalam meningkatkan populasi sekolahnya,

8. Melindungi guru-guru dan karyawan pendidikan terhadap tuntutan serta kritik-kritik

tidak wajar dari masyarakat.

9. Mengembangkan sikap kesetiakawanan dan ketemansejawatan dan seluruh tenaga

pendidikan.

Seorang pengawas juga harus mampu melihat dan menyadari hal-hal yang

berhubungan dengan tugasnya sebagai pengawas. Kesadaran inilah yang dapat digunakan

sebagai bekal bagi pengawas untuk menolong guru.

5
C. Kendala pengawas dalam melakukan pengawasan terhadap guru
Pengawasan guru dalam hal ini tidak bisa terlepas dari penilaian terhadap unjuk kerja
Kepala Sekolah dan Guru dalam kegiatan mengelola pembelajarannya sehingga menjadikan
Kepala Sekolah dan Guru yang professiona profesionalisme guru dapat dilihat dari
kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi
kemampuan merencanakan, melakukan, melaksanakan evaluasi pembelajaran dan memiliki
rasa tanggung jawab pada komitmen pendidikan.

Dalam kenyataan di lapangan, dari 3,9 juta guru yang ada saat ini, masih terdapat 25%
guru yang belum memenuhi syarat kualifikasi akademik, dan 52% guru belum memiliki
sertifikat profesi. Di sisi lain, seorang guru dalam menjalankan tugasnya harus memiliki
standar kompetensi yang mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Uraian diatas menyatakan bahwa tuntutan Kepala Sekolah dan Guru yang
profesional di lembaga pendidikan kini tidak dapat dihindari, karena kerja penyelenggaraan
pendidikan semakin kompleks dan tidak hanya aspek administrasi tetapi juga aspek
manajerial.

Oleh karena itu, diperlukan adanya supervisi akademik yang berfungsi untuk mengurai
problematika kompetensi kepala sekolah dan profesionalisme guru. Seperti yang tertera pada
Permendikbud No 15 Tahun 2018 yang menyebutkan supervisi pendidikan berfungsi untuk
memberikan pengawasan, pembimbingan, dan pelatihan profesional terhadap Guru ekuivalen
dengan pelaksanaan pembelajaran atau pembimbingan dan juga merencanakan,
mengevaluasi, dan melaporkan hasil pelaksanaan pembinaan, pemantauan, penilaian, dan
pembimbingan terhadap Guru dan Kepala Sekolah di sekolah binaannya dalam pemenuhan
beban kerja.

D. Kurangnya motivasi guru dalam proses pengawasan kinerja guru


Perkembangan supervisi dewasa ini lebih menekankan kepada upaya guru untuk
mengembangkan kualitas pembelajarannya melalui pengembangan keprofesionalan
berkelanjutan. Sehubungan perkembangan pengetahuan dan teknologi yang berkembang
pesat dalam waktu yang sangat singkat, supervisi dengan jumlah yang sangar terbatas dan
dengan kemampuan yang variatif sehingga tidak mampu melayani kebutuhan supervisi guru
dalam jumlah yang besar. Guru perlu berinisiatif menganalisis kualitas pembelajaran dan

6
menemukan permasalahan untuk diupayakan peningkatan kualitasnya secara berkelanjutan.
Supervisor lebih berperan sebagai fasilitator untuk terjadinya pengembangan keprofesionalan
guru secara berkelanjutan tersebut.

Disamping itu menumbuhkan motivasi guru yang sangat tinggi untuk selalu
meningkatkan keprofesionalannya (Sabandi, 2013) Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai
supervisor, pengawas dan kepala sekolah mengalami beberapa kendala. pandangan guru
terhadap supervisi cenderung negatif yang mengasumsikan bahwa supervisi merupakan
model pengawasan terhadap guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan
pendapat. Hal ini dapat dipengaruhi sikap supervisor seperti sikap otoriter, hanya mencari
kesalahan guru dan menganggap lebih dari guru karena jabatannya. Dan juga guru senior
cenderung menganggap supervisi merupakan kegiatan yang tidak perlu karena menganggap
bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih.(Gunawan Imam, n.d.). Hal
inimenjadi problem bagi supervisor untuk melakukan pengawasan kepada guru karena tidak
mendapat respon dari guru tersebut. Seharusnya guru sangat antusias dalam untuk di
supervisi agar guru dapat meningkatkan keprofesionalannya dan juga dapat meningkatkan
proses pembelajaran menjadi lebih baik lagi sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai
secaramaksimal. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menyampaikan bagaimana
alternatif dalam memecahkan masalah dalam pelaksanaan supervisi pendidikan terkait
dengan sumber daya guru tersebut.

E. Meningkatkan motivasi guru


Kepala sekolah hendaknya dapat melaksanakan supervisi secara efektif. Sementara ini
pelaksanaan supervisi di sekolah seringkali masih bersifat umum. Aspek-aspek yang menjadi
perhatian kurang jelas, sehingga pemberian umpan balik terlalu umum dan kurang mengarah
ke aspek yang dibutuhkan guru. Sementara guru sendiri pun kadang kurang memahami
manfaat supervisi. Hal ini disebabkan tidak dilibatkannya guru dalam perencanaan
pelaksanaan supervisi. Padahal proses pelaksanaan supervisi yang melibatkan guru sejak
tahap perencanaan memungkinkan guru mengetahui manfaat supervisi bagi dirinya. Supervisi
merupakan pendekatan yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan. Supervisi merupakan
jawaban yang tepat untuk mengatasi kekurangtepatan permasalahan yang berhubungan
dengan guru pada umumnya.

7
Kepala sekolah diharapkan memahami dan mampu melaksanakan supervisi karena
keterlibatan guru sangat besar mulai dari tahap perencanaan sampai dengan analisis
keberhasilannya. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas guru ialah melalui proses
pembelajaran dan guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan
dikembangkan secara terus menerus agar dapat melaksanakan fungsinya secara profesional.
Pelaksanaan supervisi yang diasumsikan merupakan pelayanan pembinaan guru diharapkan
dapat memajukan dan mengembangkan pengajaran agar guru dapat mengajar dengan baik
dan berdampak pada belajar siswa, serta guru pada dasarnya tidak membenci supervisi, tetapi
tidak suka terhadap gaya supervisor. (Gunawan Imam, n.d.).

Jadi agar pelaksanaan supervisi dan pendidikan dapat berjalan dengan baik maka kepala
sekolah dan juga supervisor harus melibatkan guru dalam perencanaan pelaksanaan supervisi
agar guru dapat mengetahui manfaat supervisi baginya, dan juga gaya supervisor yang tidak
otoriter sehingga dengan begitu guru tidak memandang negatif supervisi dan semakin
termotivasi dalam meningkatkan keprofesionalannya, dengan begitu dapat berkembangnya
pembelajaran tercapainya tujuan pendidikan.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Permasalahan dalam pelaksanaan supervisi pendidikan terkait sumber daya guru di
sekolah adalah rendahnya motivasi guru untuk di supervisi karena guru cenderung
memandang negatif supervisi yang mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model
pengawasan terhadap guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat
dan juga guru senior cenderung menganggap supervisi merupakan kegiatan yang tidak perlu
karena menganggap bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih, jadi
disini di 4 perlukan peran kepala sekolah dalam memahami dan melaksanakan supervisi
pendidikan secara efektif.

B. Saran
Kepala sekolah dan supervisi harus melibatkan guru dalam perencanaan pelaksanaan
supervisi pendidikan sehingga guru tidak memandang negatif supervisi dan termotivasi dalam
mengembangkan keprofesionalannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Pengertian, Tujuan pengawasan. Artikel : https://www.juragandesa.net/2019/09/pengertian-


tujuan-pengawasan.html diakses pada 14 desember 2022

Permasalahan yang dihadapi pengawas sekolah. Artikel :


https://jurnalpost.com/permasalahan-yang-dihadapi-pengawas-sekolah/39891/ diakses
pada 14 desember 2022

Rahmat, S. (2013). Supervisi pendidikan. Tadris Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Islam,
1(1), 1–18. Retrieved from
http://stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/TD1.3- Supervisi-Pendidikan-H.-
Sutrisno-Rahmat.pdf

Sabandi, A. (2013). Supervisi Pendidikan Untuk Pengembangan Profesionalitas Guru


Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, XIII(2), 1–9.

Syarafuddin & Asrul. 2014. Manajemen Kepengawasan Pendidikan. Citapustaka media :


Bandung

10

Anda mungkin juga menyukai