Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS PENGAMBILAN KEPUTUSAN


“ TEORI INCREMENTAL DAN MIXED
SCANNING MODEL ”

DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. Rusdinal, M.Pd
Hade Afriansyah, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH ANGGOTA KELOMPOK 5 :


Andika Jumahendra
( 22002170 )

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
kepada saya untuk dapat membuat makalah ini sehingga saya bisa menyelesaikan tepat pada
waktu dengan judul “Teori Incremental Dan Mixed Scanning Model”. Makalah ini disusun
dengan mengumpulkan materi dari berbagai sumber dan jurnal-jurnal yang saya baca.

Shalawat dan salam tak lupa pula saya hadiahkan buat nabi besar kita yakninya
Muhammad SAW yang telah memberikan contoh teladan serta syafa’atnya untuk kita semua.

Saya sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan sarannya
dari pembaca untuk perbaikan makalah ini di masa mendatang. Kemudian, jika makalah iini
mengandung banyak kesalahan, saya mohon maaf sebesar besarnya. Semoga makalah yang
saya buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, 07 Februari 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan .................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Model Incremental (Muddling Trough Model)...................................................2
B. Model Mixed Scanning (Model Campuran)........................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................9
A. Kesimpulan..........................................................................................................9
B. Saran....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Model incremental ini dikemukakan pertama kali oleh Charles Lindblom tahun 1959
(Hoy & Miskel, 2001). Inti dari model incremental ini adalah menyelesaikan masalah
dengan segera dan hanya menyelesaikan aspek-aspek yang bermasalah. Dengan kata lain,
ketika membuat keputusan untuk organisasi, mereka tidak perlu berpikir terlalu lama
untuk mencari cara alternatif dalam mencapai tujuan; Yang penting lakukan sekarang,
yang memungkinkan dengan opsi yang tersedia, jika masalah terjadi, itu akan
diselesaikan lagi nanti.
Keputusan menurut model mixed-scanning tidak bisa dibuat dengan sembarangan
tanpa adanya informasi, tetapi juga tidak perlu dibuat dengan menggunakan berbagai
macam informasi yang dapat menghabiskan banyak waktu karena mencari dan
memikirkan segala kemungkinan. Dalam pembuatan keputusan diperlukan sejumlah
informasi sehingga bisa membuat keputusan yang memuaskan. Informasi yang diperlukan
sangat tergantung dengan keputusan apa yang akan dibuat. Mixed scanning
menggabungkan antara model satisfcing yang lebih komprehensi dengan model
incremental yang lebih feksibel.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan incremental model ?
2. Apa yang dimaksud dengan model mixed scanning ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu incremental scanning
2. Untuk mengetahui apa itu model mixed scanning

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Incremental (Muddling Through Model)


Asumsi dasar teori inkremental adalah bahwa perubahan kecil tidak akan
mengakibatkan konsekuensi negative dan berisiko besar terhadap organisasi. Teori ini
melihat pemecahan suatu masalah dengan sudut pandang yang lebih realistik terhadap
keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh para pembuat keputusan. Perubahan
tambahan jauh lebih cepat dari perubahan yang bersifat komprehensif atau
menyeluruh. Inkremental berarti keputusan yang berdasar pada perubahan perlahan-
lahan atau sedikit. Hal yang paling mendasar dari paradigma inkramental adalah
adanya keterbatasan-keterbatasan pembuat keputusan. Jadi paradigm aini hanya
memusatkan perhatiannya pada modifikasi terhadap keputusan yang sudah diambil
sebelumnya.
Meskipun strategi yang satisfcing dianggap tepat untuk mengatasi masalah dalam
kepemimpinan atau manajemen pendidikan, dalam beberapa situasi terkadang diperlukan
strategi incremental. Strategi ini digunakan ketika pilihan sulit dikumpulkan atau
konsekuensi dari setiap pilihan sangat kompleks dan sulit diprediksi serta strategi yang
satisfcing tidak dapat diterapkan dengan benar. 
Emitai Etzioni (1967), sebagai penegas pertama model mixed scanning menengahi
pertentangan antara model rasional dengan model incremental dengan mengaplikasikan
kelebihan-kelebihan yang dimiliki keduanya.
Model incremental ini dikemukakan pertama kali oleh Charles Lindblom tahun 1959
(Hoy & Miskel, 2001). Inti dari model incremental ini adalah menyelesaikan masalah
dengan segera dan hanya menyelesaikan aspek-aspek yang bermasalah. Dengan kata lain,
ketika membuat keputusan untuk organisasi, mereka tidak perlu berpikir terlalu lama
untuk mencari cara alternatif dalam mencapai tujuan; Yang penting lakukan sekarang,
yang memungkinkan dengan opsi yang tersedia, jika masalah terjadi, itu akan
diselesaikan lagi nanti.
Model pembuatan keputusan incremental ini dikenal juga dengan istilah "muddling
through", artinya hadapi saja yang ada, kalau ada rintangan atau masalah baru diatasi.

2
Dengan kata lain, model pembuatan keputusan incremental ini tidak perlu merumuskan
tujuan, tidak perlu susah-susah mencari alternatif yang sebanyak-banyaknya, dan
menganalisisnya satu persatu, serta membuat prediksi ke depan. Menurut Lindblom, tidak
ada orang yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan; jadi tidak perlu susah-susah
memikirkan akan masa depan.
Secara singkat, cara pandang model incremental ini dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1. Analisis cara dan akhir tidak penting karena perumusan tujuan dan alternatif
pemecahan masalah muncul secara bergantian (simultaneously).
2. Solusi yang baik adalah solusi di mana para pembuat keputusan sudah setuju.
3. Perhatian terhadap alternatif dan hasil (outcomes) secara drastis dikurangi dengan
hanya memperhatikan pilihan-pilihan yang sesuai dengan situasi yang ada.
4. Analisis dibatasi dengan hanya melihat perbedaan antara situasi yang ada dan
alternatif yang diajukan.
Adapun beberapa pembagian dalam menerapkan incremental model, antara lain :
1. Keputusan tunggal, yaitu keputusan apa yang pernah dilakukan dimasa lalu dalam
problematik yang sama.
2. Eliminasi segi-segi tertentu, yaitu menyempitkan beberapa pilihan dari berbagai
alternatif yang mungkin dipilih.
3. Inkrementalisme, yaitu membatasi diri pada pelaksanaan berbagai kegiatan yang
mungkin dilaksanakan berdasarkan kemampuan yang ada.

Mitzberg, dkk. (1976) menemukan bahwa keputusan yang diambil oleh kebanyakan
organisasi adalah salah satu dari keputusan- keputusan kecil yang digabungkan sehingga
menghasilkan keputusan yang berkualitas. Namun, hampir dari semua keputusan ini
merupakan keputusan yang tidak terprogram. Organisasi bergerak melalui beberapa titik
keputusan yang di dalamnya bisa menghadapi berbagai tantangan atau hambatan.
Kondisi ini disebut Minzberg sebagai "decision interrupts" (interupsi keputusan). Suatu
interupsi mengandung arti bahwa organisasi harus kembali berputar kepada keputusan
yang sudah dibuat sebelumnya, dan mencoba sesuatu hal yang baru. Cycle keputusan
adalah suatu cara di mana organisasi bisa belajar untuk mengetahui alternatif mana yang
cocok. Solusi akhir yang dipilih bisa saja berbeda dengan apa yang sudah diantisipasikan
di awal.

3
Menurut Mitzbert, dkk. terdapat beberapa langkah utama untuk fase pembuatan
keputusan, yaitu :

1. Fase identifikasi
Terdapat dua tahap dalam fase identifikasi, yaitu :
a. Tahap recognition
Tahap ini adalah tahap di mana para manajer menyadari adanya masalah yang
membutuhkan suatu keputusan. Recognition ini biasanya distimulasi oleh suatu
masalah atau suatu kesempatan (opportunity). Suatu masalah muncul jika elemen
pada lingkungan eksternal berubah atau terjadinya penurunan kinerja di bawah
standar yang telah ditetapkan.

b. Tahap diagnosis
Yaitu, tahapan mengumpulkan informasi, jika diperlukan untuk
mendefinisikan masalah. Diagnosis ini bisa dilakukan secara sistematis dan
informal, tergantung pada berat ringannya masalah.
2. Fase pengembangan
Fase pengembangan adalah fase mempertajam solusi untuk memecahkan
masalah yang sudah didefinisikan pada fase identifikasi. Pada fase kita bisa memilih
solusi dari beberapa arah, yaitu :
a. Arah pertama adalah mencari prosedur yang mungkin bisa digunakan untuk
mendapatkan alternatif dari kumpulan alternatif yang ada di dalam organisasi.
b. Arah yang kedua dari pengembangan adalah mendesain suatu solusi diinginkan.
Hal ini dilakukan jika masalah yang yang dihadapi adalah masalah yang sangat
baru, dan pengalaman yang ada tidak memberikan arti apa-apa.
3. Fase seleksi
Fase seleksi adalah fase memilih solusi. Fase ini tidak selalu berarti membuat
pilihan yang tepat dari alternatif yang ada. Di dalam kasus membuat solusi pesanan
(custom-made solution), pilihan adalah penilaian terhadap satu alternatif yang
kelihatannya mungkin.
Terdapat tiga cara dalam penilaian serta pilihan, yaitu :
a. Melalui judgment (pertimbangan)

4
Cara ini digunakan jika pilihan akhir ada hanya pada seorang pembuat
keputusan, dan pilihan melibatkan pertimbangan yang didasarkan pada
pengalaman.
b. Melalui bargaining (tawar menawar)
Cara tawar menawar ini muncul ketika pemilihan melibatkan sejumlah
pembuat keputusan (decision makers). Setiap pembuat keputusan mungkin
memiliki pendapat yang berbeda tentang tujuan yang ingin dicapai, sehingga
berbeda cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Masing-masing
individu teguh dengan pendapatnya sehingga menimbulkan konflik. Diskusi dan
tawar menawar muncul sampai suatu koalisi dibentuk.
c. Melalui formal authorization (otorisasi formal)
Otoritas formal digunakan di dalam pembuatan keputusan jika suatu
keputusan bisa diterima secara formal oleh organisasi. Keputusan diserahkan oleh
pimpinan kepada orang-orang yang menduduki posisi atau memiliki jabatan sesuai
dengan tanggung jawab yang dimiliki berdasarkan jenjang hierarkinya.

B. Model Mixed-Scanning (Model Campuran)


Model ini merupakan model yang menggabungkan antara model rasional dengan
model inkremental. Model rasional dan model incremental mempunyai berbagai
kelemahan. Model rasional sulit di praktikkan, sementara model incremental terlalu
memudahkan permasalahan dan tidak mempunyai tujuan yang pasti. Untuk mengatasi
kelemahan kedua model tersebut, Amitai Etzioni (1967) menawarkan sebuah model
pembuatan keputusan yang dia sebut dengan mixed-scanning model. Menurut dia, model
ini sangat efektif dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
kompleks dan tidak menentu. Model ini bisa dikatakan campuran antara model satisfcing
dan incremental.
Keputusan menurut model mixed-scanning tidak bisa dibuat dengan sembarangan
tanpa adanya informasi, tetapi juga tidak perlu dibuat dengan menggunakan berbagai
macam informasi yang dapat menghabiskan banyak waktu karena mencari dan
memikirkan segala kemungkinan. Dalam pembuatan keputusan diperlukan sejumlah
informasi sehingga bisa membuat keputusan yang memuaskan. Informasi yang diperlukan
sangat tergantung dengan keputusan apa yang akan dibuat. Mixed scanning
menggabungkan antara model satisfcing yang lebih komprehensi dengan model
incremental yang lebih feksibel.

5
Di dalam situasi di mana masalah tidak bisa diidentifikasi dengan jelas, tetapi hasil
yang diinginkan cukup jelas, maka keputusan dibuat dengan menggunakan pendekatan
satisfcing yang lebih komprehensif. Artinya bahwa, di dalam memecahkan masalah yang
tidak bisa diidentifikasikan dengan jelas, maka diperlukan informasi yang memadai
sampai para pembuat keputusan merasa puas dengan informasi yang ada.
Namun, jika situasi di mana alternatif pemecahan masalah tidak jelas, dan
konsekuensinya sulit untuk diprediksi, para manajer cenderung menggunakan model
incremental atau muddling through. Keputusan incremental sifatnya tentatif atau
remedial. Masalah besar dipecahkan sedikit demi sedikit secara bertahap ke arah yang
tidak jauh dengan situasi yang ada. Inti dari pendekatan mixed-scanning adalah "maju ke
depan" (straight forward).
Strategi penyelidikan campuran (mixed scanning strategy) menggunakan elemen-
elemen dari dua pendekatan dengan menggunakan dua kamera, yakni sebuah
kamera dengan sudut pandang lebar yang mencakup semua bagian luar angkasa,
tetapi tidak sangat terperinci dan kamera yang kedua membidik dengan tepat
daerah-daerah yang diambil oleh kamera pertama untuk mendapatkan penyelidikan
yang mendalam. Menurut Etzioni, daerah-daerah tertentu mungkin luput dari
penyelidikan campuran ini, namun pendekatan ini masih lebih baik dibandingkan dengan
inkrementalisme yang mungkin tidak dapat mengamati tempat-tempat yang kacau di
daerah-daerah yang tidak dikenal. Dalam penyelidikan campuran para pembuat
keputusan dapat memanfaatkan teori-teori rasional komprehensif dan inkremental dalam
situasi-situasi yang berbeda. Dalam beberapa hal, mungkin pendekatan inkrementalisme
mungkin telah cukup memadai namun dalam situasi yang lain dimana masalah yang
dihadapi berbeda, maka pendekatan yang lebih cermat dengan menggunakan rasional
komprehensif mungkin jauh lebih memadai. Dengan demikian, model penyelidikan
campuran ini merupakan model yang bisa diterapkan dalam dunia pendidikan yang
berusaha untuk menetapkan berbagai keputusan secara rasional dan inkremental.
Ada tujuh prinsip pendekatan mixed- scanning seperti yang telah disimpulkan oleh
Hoy & Tarter (2003) Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Fokus pada trial and error (coba-coba salah), Pertama dicari alternatif-alternatif yang
masuk akal, lalu dipilih, diimplementasikan, diuji, disesuaikan, dan dimodifikasi
sejalan dengan makin jelasnya outcomes. Jadi, berdasarkan prinsip ini, keputusan
dibuat dengan sebagian informasi, kemudian dengan hati-hati dimonitor dan
dimodifikasi berdasarkan data baru yang telah diperoleh.

6
b. Bersifat sementara (be tentative), Alternatif yang dipilih sifatnya sementara,
dilaksanakan dengan waspada, serta siap untuk dimodifikasi jika diperlukan. Suatu
hal yang penting bagi para manajer atau administrator adalah memandang setiap
keputusan sebagai sesuatu yang sifatnya uji coba, dan diharapkan akan adanya revisi.
c. Jika tidak pasti, tangguhkan. Menunggu tidak selalu jelek. Jika situasi ambigu, tunda
sebisa mungkin sampai mendapatkan informasi yang lebih banyak dan dianalisis
sebelum melakukan tindakan. Kompleksitas dan ketidakpastian dapat dijadikan
alasan untuk menunda. Atur keputusan secara bergilir atau bertahap.
d. Atur keputusan secara bergilir atau bertahap Komit terhadap keputusan yang sudah
diambil pada satu tahapan, dievaluasi hasilnya untuk setiap fase sebelum melanjutkan
pada fase berikutnya.
e. Hindari bertaruh. Implementasikan beberapa alternatif yang saling bersaing, fasilitasi
setiap keputusan agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Lakukan penyesuaian
berdasarkan hasil yang dicapai.
f. Siap untuk mengganti arah keputusan. Usahakan untuk memelihara keputusan dalam
kondisi sementara, dan bersifat uji coba. Keputusan yang bisa diubah arahnya dapat
menghilangkan komitmen yang berlebihan terhadap suatu tindakan di mana
informasi yang tersedia hanya sebagian saja.

Manajer atau administrator pendidikan dapat secara terampil melaksanakan atau


menggunakan model mixed-scanning ini; karena semuanya menggambarkan tentang
fleksibilitas, kehati-hatian, dan kemampuan untuk melaksanakan dengan hanya memiliki
sebagian informasi.

Dari penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwa mixed- scanning model mempunyai
karakteristik sebagai berikut:

a. Luas, kebijakan organisasi memberikan arah pada keputusan incremental yang


sifatnya tentatif.
b. Keputusan yang baik adalah keputusan yang memberikan hasil yang memuaskan,
yang konsisten dengan kebijakan dan misi organisasi.
c. Pencarian alternatif dibatasi pada alternatif-alternatif yang dekat dengan
permasalahan.
d. Analisis didasarkan pada asumsi bahwa informasi penting hilang atau tidak ada,
tetapi tindakan penting sekali untuk dilakukan.
e. Teori, pengalaman, dan perbandingan yang terus- menerus dilakukan secara bersama.

7
Yang mana yang lebih baik dan yang mana sebaiknya digunakan? Pertanyaan mana yang
lebih baik dan mana yang sebaiknya digunakan, pada dasarnya ketiga model pengambilan
kebijakan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Yang mana yang lebih
baik dan yang mana yang sebaiknya digunakan tergantung pada permasalahan itu sendiri. Hal
ini dapat dianalogikan dengan sebuah baju, jika baju tersebut hanya robek sedikit dan dapat
diatasi hanya dengan menambalnya, mengecilkan atau menambah sedikit bagian untuk
membuatnya dapat menjadi lebih berguna dan bermanfaat, maka sebaiknya diperbaiki dengan
cara tambal sulam. Tapi jika baju tersebut sudah tidak dapat lagi ditambal, memang harus
dirombak atau dibeli yang baru, maka sebaiknya dirombak atau dibeli yang baru.

Jika permasalahan hanya masalah kecil, hanya masalah rutin dan tidak membawa efek
besar, akan lebih baik menggunakan model kebijakan inkremental karena kebijakan itu lebih
efisien dan tentunya cukup efektif menyelesaikan permasalahan yang ada. Tapi jika
permasalahan merupakan permasalahan yang kompleks, yang saling melibatkan berbagai
bidang, akan lebih baik dilakukan dengan cara rasional komprehensif atau dengan mixed
scanning yang mencoba meneropong permasalahan secara keseluruhan secara sekilas
kemudian mengambil beberapa sampel permasalahan dan memfokuskan perhatian pada
beberapa sampel tersebut. Walau mungkin saja resikonya akan ada beberapa permasalahan
yang terlewat tetapi setidaknya lebih baik dibanding inkremental yang mungkin akan lebih
banyak melewatkan bagian-bagian penting dan lebih realistis untuk dilaksanakan
dibandingan rasional komprehensif.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Model pembuatan keputusan incremental ini dikenal juga dengan istilah "muddling
through", artinya hadapi saja yang ada, kalau ada rintangan atau masalah baru diatasi.
Dengan kata lain, model pembuatan keputusan incremental ini tidak perlu merumuskan
tujuan, tidak perlu susah-susah mencari alternatif yang sebanyak-banyaknya, dan
menganalisisnya satu persatu, serta membuat prediksi ke depan. Menurut Lindblom,
tidak ada orang yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan; jadi tidak perlu susah-
susah memikirkan akan masa depan.

Adapun beberapa pembagian dalam menerapkan incremental model, antara lain :

1. Keputusan tunggal

2. Eliminasi segi-segi tertentu

3. Inkrementalisme

Keputusan menurut model mixed-scanning tidak bisa dibuat dengan sembarangan


tanpa adanya informasi, tetapi juga tidak perlu dibuat dengan menggunakan berbagai
macam informasi yang dapat menghabiskan banyak waktu karena mencari dan
memikirkan segala kemungkinan. Dalam pembuatan keputusan diperlukan sejumlah
informasi sehingga bisa membuat keputusan yang memuaskan. Informasi yang
diperlukan sangat tergantung dengan keputusan apa yang akan dibuat. Mixed scanning
menggabungkan antara model satisfcing yang lebih komprehensi dengan model
incremental yang lebih feksibel.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan untuk
pembaca agar memahami apa saja yang telah penulis tulis dan menggunakan informasi

9
yang telah kami berikan jika sesuai dengan apa yang pembaca harapkan. Untuk itu kami
sebagai penulis mengharapkan kritik dan pesan yang membangun terhadap materi yang
telah kami paparkan, jika ada terdapat beberapa kesalahan, sehingga hal tersebut dapat
menjadi pembelajaran bagi kami kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Etzioni, Amitai. 1964. Modern Organizional. New Jersey : Prentice-Hall. Inc.

Engkoswara, H. & Komariah, A. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung : ALFABETA

Gistituati, N. 2009. Manajemen Pendidikan : Budaya dan kepemimpinan organisasi. Padang :


UNP Press.

Sinaga, D. M. (2023). Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi Pendidikan. Jurnal


Pendidikan dan Konseling (JPDK), 5(1), 2899

Warlina, L. (2021). Dasar-dasar Analisis Kebijakan dan Teori Kebijakan.

Aziz, A. A., Nurfarida, R., Budiyanti, N., & Zakiah, Q. Y. (2020). Model Analisis Kebijakan
Pendidikan. Tapis: Jurnal Penelitian Ilmiah, 4(2), 192-201.

11

Anda mungkin juga menyukai