Anda di halaman 1dari 6

MANAGEMEN KEBIJAKAN DAN PENGELOLAAN

PENDIDIKAN DASAR

TUGAS 3

Tentang

“Teori – Teori Pengambilan Keputusan”

Oleh :

YULIA MAULANI
21124026

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Prof. Dr. RUSDINAL, M.Pd.
Prof. NURHIZRAH GISTITUATI, M.Ed., Ed.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
Teori – Teori Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat di
pisahkan dalam kehidupan, teori-teori tersebutpun memiliki banyak bagian antara lain :
1. Rational Optimizing Theory
Sasaran yang ingin dicapai dengan model optimasi adalah bahwa dengan
mempertimbangkan keterbatasan yang ada, organisasi memperoleh hasil terbaik yang
paling mungkin dicapai. Sikap pengambil keputusan, norma-norma serta kebijaksanaan
organisasi berperan penting dalam menentukan kriteria apa yang dimaksud dengan hasil
terbaik yang mungkin dicapai itu. Langkah-Langkah Dalam Model Optimasi Setiap
keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah digariskan. Oleh
karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya sama saja dengan
analisis proses kebijakan. Menurut Maulana (2010) Proses pengambilan keputusan
meliputi :
a. Lakukan kebutuhan akan suatu keputusan.
b. Menentukan kriteria yang diputuskan.
c. Menentukan kriteria yang berbobot.
d. Mengembangkan alternatif.
e. Menilai beberapa alternatif.
f. Memilih alternatif Menyusun alternatif dengan memperhitungkan untung rugi untuk
setiap alternatif dengan mempertimbangkan/ memperhitungkan/ memperkirakan
kemungkinan timbulnya macam macam kejadian yang akan datang yang merupakan
dampak dari kejadian terhadap alternatif yang dirumuskan. Akan didapat keputusan
optimal, karena setidaknya telah memperhitungkan semua fakta yang berkaitan
dengan keputusan tersebut (memaksimalkan hasil keputusan)
2. Rational Satisficing Theory
Model satisficing berarti pengambil keputusan memilih alternative solusi pertama yang
memenuhi kriteria keputusan minimal. Dengan tidak berusaha untuk mengejar seluruh
alternative untuk mengidentifikasi solusi tunggal untuk memaksimalkan pengembalian
ekonomi, manajer akan memilih solusi pertama yang muncul untuk memecahkan
masalah, bahkan jika solusi yang lebih baik diperkirakan akan ada kemudian. Pengambil
keputusan tidak dapat menjustifikasi waktu dan pengorbanan untuk mendapatkan
kelengkapan informasi. Masalah kompleks disederhanakan (hanya mengambil inti
masalahnya saja / bounded rationality) sampai pada tingkat dimana pengambil keputusan
siap menyelesaikannya. Model satisficing, para pengambil keputusan merasa cukup
bangga dan puas apabila keputusan yang diambilnya membuahkan hasil yang memadai,
asalkan persyaratan minimal tetap terpenuhi. Ide pokok dari model ini adalah bahwa
usaha ditujukan pada apa yang mungkin dilakukan “sekarang dan disini” dan bukan pada
sesuatu yang mungkin optimal tetapi tidak realistis dan oleh karenanya tidak mungkin
dicapai. Model ini terdapat dua keyakinan: a. Ketidakmampuan pengambil keputusan
untuk menganilisis semua informasi. b. Pada tahap tertentu dalam proses pengambilan
keputusan , timbul berbagai beban yang tidak dapat dipikul dalam bentuk waktu, uang,
tenaga, dan frustasi dalam usaha memperoleh informasi tambahan.
3. Incfremental Theory
Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara menghindari banyak masalah yang
harus dipertimbangkan dan merupakan madel yang sering ditempuh oleh pejabat-pejabat
pemerintah dalam mengambail keputusan. Teori ini memiliki pokok-pokok pikiran
sebagai berikut:
a. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk
mencapanya merupakan hal yang saling terkait.
b. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang
langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-alternatif ini hanya
dipandang berbeda secara inkremental atau marjinal
c. Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenahi sebab dan
akibatnya.
d. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifinisikan secara teratur dan
memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan
sarana sehingga dampak dari masalah lebih dapat ditanggulangi.
e. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap
masalah. Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai analisis yang
mendasari kesepakatan guna mengambil keputusan.
f. Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya dalah memperbaiki atau melengkapi
keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan penyempurnaan.
Karena diambil berdasarkan berbagai analisis maka sangat tepat diterapkan bagi negara-
negara yang memiliki struktur mejemuk. Keputusan dan kebijakan diambil dengan dasar
saling percaya diantara berbagai pihak sehingga secara politis lebih aman. Kondisi yang
realistik diberbagi negara bahwa dalam menagmbil keputusan/kebijakan para pengambil
keputusan dihadapkan pada situasi kurang baik seperti kurang cukup waktu, kurang
pengalaman, dan kurangnya sumber-sumber lain yang dipakai untuk analsis secara
komprehensif. Teori ini dapat dikatakan sebagai model pengambilan keputusan yang
membuahkan hasil terbatas, praktis dan dapat diterima.
4. Mixed Scanning Theory
Beberapa kelemahan tersebut menjadi dasar konsep baru yaitu seperti yang dikemukakan
oleh ahli sosiologi organisasi Aitai Etzioni yaitu pengamatan terpadu (Mixid Scaning)
sebagai suatu pendektan untuk mengambil keputusan baik yang bersifat fundamental
maupun inkremental. Keputusan-keputusan inkremental memberikan arahan dasar dan
melapangkan jalan bagi keputusan-keputusan fundamental sesudah keputusan-keputusan
itu tercapai. Model pengamatan terpadu menurut Etzioni akan memungkinkan para
pembuat keputusan menggunakan teori rasional komprehensif dan teori inkremental
pada situasi yang berbeda-beda. Model pengamatan terpadu ini pada hakikatnya
merupakan pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional
komprehensif dan model inkremental dalam proses pengambilan keputusan.
5. Elite Theory
Model teori elit dilandaskan pada asumsi yang mengatakan bahwa di dalam setiap
masyarakat dapat dipastikan ada 2 kelompok di dalamnya, yakni pemegang kekuasaan
atau elit dan juga yang sama sesali tidak memiliki kekuasaan atau biasa disebut dengan
massa. Teori ini mengatakan bahwa sedemokratis apapun, akan selalu ada bias di dalam
formulasi kebijakan, yang mana pada akhirnya kebijakan yang dilahirkan merupakan
preferensi politik dari para elit.
6. System Theory
Model sistem-politik dipelopori oleh David Easton dalam “The Political System”. Model
ini didasarkan pada konsep-konsep system yang terdiri inputs, withinputs, outputs, dan
feedback dan environment yaitu kekuatankekuatan lingkungan (sosial, politik, ekonomi,
kebudayaan, geografis, dan sebagainya) yang ada disekitarnya. Kebijakan publik
merupakan hasil (output) dari sistem politik. Irfan Islamy selanjutnya menjelaskan
“sistem politik” sebagai sejumlah lembaga-lembaga dan aktivitas-aktivitas politik dalam
masyarakat yang berfungsi mengubah tuntutan-tuntutan (demands), dukungan-dukungan
(support) dan sumber-sumber (resources) yang semuanya ini adalah masukan-masukan
(inputs) dan selanjutnya diubah menjadi keputusankeputusan atau kebijak publik yang
otoritatif bagi seluruh anggota masyarakat (outputs). Dengan singkat dapat dikatakan
bahwa sistem politik berfungsi mengubah inputs menjadi outputs.
7. Neopluralist Advocacy Coalition and Interest Group Theory
Terkait dengan teori koalisi advokasi, sebagaimana dikemukakan oleh Sabatier &
Jenkins-Smith (1993). Dalam sejarah hubungan internasional, salah satunya mengacu
pada sistem bipolar; dalam politik domestik Amerika, orang sering mengamati koalisi
advokasi yang bersaing, seperti persaingan antara pencinta lingkungan dan kepentingan
pembangunan di komunitas Barat. Konsep koalisi advokasi dalam jaringan kebijakan,
seringkali dalam persaingan satu sama lain, telah terbukti berguna dalam sejumlah studi
pembuatan kebijakan (Sabatier & Jenkins-Smith 1999). Neopluralis dengan demikian
mengamati dunia domain politik yang biasanya berisi kelompok-kelompok kepentingan
yang bersaing (McFarland, 2007). Kelompok kepentingan, juga disebut kelompok minat
khusus atau kelompok penekan, setiap asosiasi individu atau organisasi, yang biasanya
diorganisasikan secara formal, yang, atas dasar satu atau lebih keprihatinan bersama,
berupaya mempengaruhi kebijakan publik yang menguntungkannya (Macey & Miller,
1986). Semua kelompok kepentingan memiliki keinginan untuk memengaruhi kebijakan
pemerintah untuk memberi manfaat bagi diri mereka sendiri atau tujuan mereka. Tujuan
mereka dapat berupa kebijakan yang secara eksklusif menguntungkan anggota kelompok
atau satu segmen masyarakat (mis., Subsidi pemerintah untuk petani) atau kebijakan
yang mengedepankan tujuan publik yang lebih luas (mis., Meningkatkan kualitas udara).
8. Neoinstitusional Theory
Model ini merupakan model tradisional dalam proses pembuatan kebijakan di mana fokus
model ini terletak pada struktur organisasi pemerintah. Kegiatan-kegiatan politik berpusat
pada lembaga-lembaga pemerintah yaitu lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif pada
pemerintahan pusat (nasional), regional, dan lokal. Kebijakan publik dirumuskan dan
dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemerintah tersebut. Terdapat hubungan yang kuat
sekali antara kebijakan publik dengan lembaga-lembaga pemerintah. Suatu keputusan
dari pemilihan alternatif pemecahan masalah tidak dapat menjadi kebijakan publik tanpa
keputusan tersebut dirumuskan, disahkan dan dilaksanakan terlebih dahulu oleh lembaga
pemerintahan. Menurut Thomas R. Dye, alasan terjadinya hubungan yang kuat sekali
antara kebijakan publik dengan lembaga-lembaga pemerintah, karena lembaga-lembaga
pemerintahan tersebut mempunyai tiga (3) kewenangan yang tidak dimiliki lembaga-
lembaga lain di luar lembaga pemerintahan, yaitu: 1.Lembaga pemerintah berwenang
memberikan pengesahan (legitimasi) terhadap kebijakan publik, ini berarti kebijakan
publik merupakan kewajiban-kewajiban hukum yang harus ditaati/dilaksanakan oleh
semua warga negara. 2. Lembaga pemerintah mempunyai kewenangan untuk memberi
sifat universal kepada kebijakan publik, artinya kebijakan publik dapat disebarluaskan
dan berlaku pada seluruh warga negara atau kelompok sasaran kebijakan publik tersebut.
3. Hanya pemerintah yang memegang hak monopoli untuk memaksakan secara sah
kebijakan publik pada anggota masyarakat, sehingga ia dapat memberikan sanksi pada
mereka yang tidak menaatinya.
9. Interpretivist Theories: Critical theory, Feminist Theory, Postmodernis
Teori kritis merupakan sebuah metodologi yang berdiri di dalam ketegangan
dialektis antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Teori kritis tidak hanya berhenti pada
fakta-fakta obyektif seperti yang dianut positifisme atau tradisional, akan tetapi
menembus di balik realitas sosial untuk menemukan kondisi-kondisi yang timpang.
Sedangkan teori feminis ialah teori yang mengatakan bahwa mayoritas masyarakat
manusia di dunia sesungguhnya secara gender tidak egaliter dan menindas perempuan
sehingga perlu dilakukan adanya transformasi ke arah yang lebih adil. Wardah Hafidz
mengkategorikan feminisme sebagai satu budaya tandingan (counterculture) karena
feminisme secara tajam menggugat dan menentang nilai-nilai baku dalam
masyarakatnya, dan sesungguhnya budaya tandingan tersebut merupakan seruan
peringatan bahwa pranata sosial yang berlaku sedang goyah, sistem pendukung
kultural, mitos, simbol, sudah tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya dan
kepercayaan atas semua itu telah mati. Serta Postmodern membuang metode dan teori
yang dominant mengenai modernitas dan mengantikannya dengan metode post
structuralist. Oleh sebab itu, postmodern menempuh jalan yang berbeda dengan
paradigma sebelumnya. Logika yang biasa dipakai pada paradigma sebelumnya tidak
akan mampu untuk menunjukkan kebenaran yang semakin kompleks yang tidak dapat
ditolak. Menurut paradigma postmo, kebenaran itu tidak bisa dibayangkan, oleh sebab
itu setiap manusia harus aktif untuk membangun kebenaran itu sendiri. Jalan
kebenaran tersebut perlu untuk dicari secara aktif dan kreatif untuk memberi makna
oleh sebab itu yang ada perlu didekonstruksi karena tidak mampu lagi menemukan
kebenaran. Jean Francois Lyotard seorang pencetus istilah “postmodernisme” secara
khas menyebutkan bahwa dalam postmodernisme, segala grand narrative (narasi
besar) yang merupakan jalur strategi intelektual yang mengklaim bahwa ada prinsip
kebenaran, kesejahteraan, makna kehidupan dan moral yang bersifat universal, ditolak
kemudian diganti dengan narasi-narasi kecil dengan segala nilai mitos, spiritual dan
ideology yang lebih spesifik (Heber, 1994 dalam Wora, 2006).
10. Framework for understanding policy making in education
suatu tahap dalam proses kebijakan yang dapat diterima dan relevan dengan tindakan
untuk menangani masalah publik tertentu yang diidentifikasi dan ditetapkan menjadi
undang-undang. Formulasi sendiri merupakan turunan dari formula/rumus yang
secara ringkas berarti mengembangkan rencana, metode, resep, dalam upaya
mengurangi kebutuhan, sebagai tindakan untuk mengatasi masalah (Jones, 1984).
Formulasi kebijakan mengisyaratkan diperlukannya tindakan yang lebih teknis dengan
cara menerapkan metode penelitian guna mengumpulkan informasi yang diperlukan
untuk merumuskan permasalahan kebijakan dan mencari berbagai alternatif solusi
kebijakan. Masalah utama yang dihadapi dalam formulasi kebijakan adalah
merumuskan apa sebenarnya masalah kebijakan yang harus dipecahkan. Sering
terjadi, analisis kebijakan tidak diawali dengan rumusan permasalahan yang jelas.
DAFTAR RUJUKAN

Amelia, Mira (2017) PROSES PEMBAHASAN RENCANA RATIFIKASI PERJANJIAN PERDAGANGAN


INTERNASIONAL DI SEKTOR JASA OLEH KOMISI VI DPR RI. thesis, University of
Muhammadiyah Malang.
Easton, David. 1988. Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik. Terjemahan Sahat Simamora. Jakarta: Bina
Aksara.
Edmondson, Jacqueline. 2005. Policymaking in Education: Understanding Influences on the Reading
Excellence Act. Education Policy Analysis Archives, Volume 13 Number 11, 1-20
Siagian, Sondang. 1990. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta: Haji Masagung.
Turpin, S., Marais, M., 2004. Decision-making: Theory and practice. ORiON 20.
https://doi.org/10.5784/20-2-12

Anda mungkin juga menyukai