1
Ambrose, B. & Henderson, C. 2007. How can physics education research help me teach more effectively, AAPT, NSTA
Strand day
latihan mir ip penyelesaian
Gur u member ikan tugas Gur u member ikan tugas Mer angkum hal-hal
r umah r umah penting
2 Dew ey, J. 1972. My Pedagogic Cr eed, Ar ticle five, The school and social progr ess,
in The Ear ly Works, Ed: Boydston, Jo Ann, The Ear ly Wor ks, 1882-1898, 5:1895-
1898, Ear ly Essays, Souther n Illinois Univer sity Pr ess, Feffer & Simons, Inc, USA,
halaman 93.
3 Dew ey, J. 1984. Pr ogr essive Education and the Sci ence of Education, dalam The
Later Wor ks, 1925-1953, Volume 3: 1927-1928, Ed: Boydston, Jo Ann, Souther n
Illinois Univer sity Pr ess, USA, halaman 267-268 .
Kisah Empat Lilin
Ada empat lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh
Suasana begitu sunyi sehingga ter dengar lah per cakapan mer eka
Yang per tama ber kata: “Aku adalah Per ubahan, Namun manusia tak mampu
ber ubah, maka lebih baik aku mematikan dir iku saja!”
Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
Yang kedua ber kat a: “Aku adalah Iman, Sayang aku tak ber guna lagi. Manusia
tak mau mengenalku, Untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala”
Begitu selesai bicar a, tiupan angin memadamkannya.
Dengan sedih gilir an Lilin ketiga bicar a: “Aku adalah Cinta, Tak mampu lagi aku
untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku
ber guna. Mer eka saling membenci, bahkan membenci mer eka yang
mencintainya, membenci keluar ganya”
Tanpa menunggu w aktu lama, maka matilah Lilin ketiga.
Tanpa ter duga...
Seor ang anak saat itu masuk ke dalam kamar , dan melihat ketiga Lilin telah
padam. Kar ena t akut akan kegelapan itu, ia ber kata: “ Ehh apa yang ter jadi?!
Kalian har us tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”
Lalu ia menangis ter sedu-sedu.
Lalu dengan ter har u Lilin keempat ber kata:
“Jangan takut, Janganlah menangis, Selama aku masih ada dan menyala, Kita
tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya: Akulah har apan”
Dengan mata ber sinar , sang anak mengambil Lilin Har apan, Kemudian
menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.
Apa yang tidak per nah mati hanyalah har apan yang ada dalam hati kita, dan
masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seper ti sang anak ter sebut, yang
dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Cinta, dan
Per ubahan dengan har apan!
Gur u adalah har apan, di tangan kita ada har apan, di pikir an kita ada impian, di
hati kita ada masa depan. Gur u adalah aset bangsa yang t ak ter nilai kar ena hati
kita selalu menyala dan ter ang. Mar i kita jadi pemenang di tempat ker ja kita,
kar ena kit a mencintai peker jaan kita bukan kar ena ter paksa. Kita tidak dipaksa,
kita beker ja dengan kepala tangan dan hati kita dalam membangun anak
bangsa.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
TEORI BELAJAR
He who loves practice wit hout t heor y is like the sailor who boards ship wit hout a
r udder and compass and never knows wher e he may cast. ( Leonar do da Vinci)
In t heor y, t her e is no differ ence bet ween t heor y and pract ice. But in pr act ice, t her e
is. ( Jan L. A. van de Snepscheut)
1. Pentingnya Teori Belajar
Teor i belajar dapat membantu gur u untuk memahami bagaimana
peser ta didik belajar . Pemahaman t entang car a belajar dapat membantu pr oses
belajar lebih efektif, efi sien dan pr oduktif. Ber dasar kan teor i belajar , gur u dapat
mer ancang dan mer encanakan pr oses pembelajar annya. Teor i belajar juga
dapat menjadi panduan gur u untuk mengelola kelas, membantu gur u untuk
mengevaluasi pr oses, per ilaku gur u sendir i ser ta hasil belajar siswa yang telah
dicapai. Pemahaman akan teor i belajar akan membantu gur u dalam
member ikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai
pr estasi maksimal. Hal yang har us dipahami dalam teor i belajar adalah:
1) Konsep dasar teor i ter sebut beser ta cir i-cir i dan per syar at an yang
melingkupinya
2) Bagaimana sikap dan per an gur u dalam pr oses pembelajar an jika t eor i
ter sebut diter apkan
3) Fakt or -faktor lingkungan (fasilitas, alat , suasana) apa yang per lu
diupayakan untuk mendor ong pr oses pembelajar an
4) Tahapan apa saja yang har us dilakukan gur u untuk melaksanakan pr oses
pembelajar an
5) Apa yang har us dilakukan peser ta didik dalam pr oses belajar nya
Per lu dipahami bahwa tidak ada teor i yang sempur na. Tidak ada satu pun teor i
yang cocok bagi setiap individu dan tidak semua pr aktek pendidikan dilatar
belakangi oleh sebuah teor i khusus. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami
ber bagai teor i, seseor ang per lu belajar tentang bagaimana menggunakan ide
dar i ber bagai pandangan.
Teor i belajar dikembangkan ber dasar kan ilmu psikologi, yakni ilmu yang
membahas tentang per ilaku dan pr oses mental. Per ilaku adalah aktivitas aksi
dan r easi yang dapat diamati, sedangkan pr oses mental adalah aktivit as yang
tidak dapat diamati secar a langsung seper t i ber pikir , mengingat, mer asa.
Tujuan psikologi adalah mendeskr ipsikan, memahami, mempr ediksi, dan
mengontr ol per ilaku dan pr oses mental. Psikologi pendidikan adalah salah satu
cabang psikologi yang mempelajar i tentang per ilaku dan pr oses mental ter kait
dengan belajar dan pembelajar an manusia. Dua alir an psikologi yang
ber pengar uh dalam teor i belajar dan pembelajar an adalah behavior isme dan
konstr uktivisme. Konstr uktivisme dapat dibagi menjadi kognitivisme dan
humanisme.
3) Penguasaan pola kalimat dan car a pemakaiannya disampaikan secar a
induktif.
4) Sebagian besar w aktu digunakan untuk latihan ber cakap, dan kondisi
kelas diciptakan dalam suasana belajar yang kondusif. Pelajar an yang
diber ikan dihar apkan dapat menumbuhkan motivasi belajar bagi peser ta
didik.
Pembelajar an dilakukan dengan menggunakan bahasa sasar an sebagai
pengantar secar a lisan tanpa har us membaca dan menulis. Pembelajar an
bahasa asing dimulai dengan mengajar kan kat a-kata atau ungkapan-ungkapan
yang menunjukkan pada sesuatu yang dapat diinder a dan per buatan yang dapat
diper agakan. Selanjutnya pembelajar an dialihkan pada situasi penggunaan
bahasa dengan dialog atau ucapan sehar i-har i. Kegiatan dapat memanfaatkan
gambar tanpa ber gantung pada ter jemahan. Gur u memulai ter lebih dahulu
membaca teks, kemudian menyur uh peser ta didik untuk membaca. Selanjutnya
untuk penyempur naan belajar , peser ta didik diminta mengisi bagian yang
kosong dar i susunan kalimat seder hana.
Metode ini efektif untuk meningkatkan kemampuan ber bahasa, ser ta
mudah dan fleksibel untuk diter apkan. Metode ini ber pusat pada kemampuan
komunikasi dan member ikan kesempatan kepada peser ta didik untuk
ber par tisipasi. Kelemahan metode langsung dalam pembelajar an bahasa antar a
lain:
1) Tidak semua kosakata dapat diajar kan dengan car a menghubungkan
secar a langsung dengan benda, situasi, dan peker jaan yang
dideskr ipsikan. Kadang-kadang per lu diber ikan sinonim, antonim,
definisi atau penjelasan untuk pemakaian kosakat a atau ungkapan
ter tentu.
2) Jika semua kosakata diajar kan menggunakan pr insip-pr insip yang telah
dipapar kan, maka kemajuan dalam keter ampilan membaca pada tahap
awal umumnya cender ung lambat.
3) Peser ta didik memper oleh pengetahuan kosakata secar a ber lebihan,
namun kur ang dalam penguasaan dalam pemakaiannya.
4) Peser ta didik dapat menghadapi kesulitan dalam memahami bentuk-
bentuk kalimat. Kesulitan ter sebut hanya dapat diatasi oleh peser ta didik
pada kelas tinggi, yang sudah mampu ber pikir menggunakan bahasa
yang dipelajar inya.
5) Metode ini tidak mengembangkan kemampuan menulis.
e. Metode Membaca
Metode ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
peser ta didik dalam membaca dan memahami bahasa asing secar a lebih
mudah. Peser ta didik dapat dilatih menulis kalimat-kalimat dengan benar
dan dapat mengucapkannya dengan baik. Tujuan pembelajar an dapat
dicapai dengan membiasakan membaca tanpa menganalisa atau
menter jemahkan teks. Selanjutnya dapat dilakukan focus belajar pada
kemampuan membaca cepat dalam hati yang dibuat ber tahap dar i yang
mudah sampai yang sulit. Pr osedur pembelajar an membaca adalah sebagai
ber ikut:
1) Pada tahap awal kegiatan (minggu per tama) belajar dimulai dengan
latihan ucapan yang dikhususkan untuk menyimak sebagai upaya
membiasakan peser ta didik ber bicar a dan memahami kalimat.
2) Kemudian peser ta didik mulai fokus pada membaca dengan tujuan
memahami bacaan dengan car a memper banyak per t anyaan-per tanyaan
pemahaman. Aktifitas per tama dar i kegiat an membaca adalah membaca
intensif dan membaca ekstensif. Aktifit as ini dilakukan secar a ber tahap
melalui teks dan buku-buku untuk membuat peser ta didik memiliki
kekayaan bahasa.
Kelebihan metode ini adalah member ikan kesempatan kepada
peser ta didik untuk memper oleh sendir i kompetensi ber bahasa sesuai
dengan kemampuan mer eka. Metode ini dapat digunakan untuk
membiasakan peser ta didik menelaah per adaban dan kebudayaan dar i
penutur bahasa. Metode ini cocok bagi peser ta didik yang ber t ujuan
memper oleh infor masi dan ilmu pengetahuan yang ditulis dengan bahasa
Asing. Namun, metode ini mengakibatkan kur angnya keter ampilan peser ta
didik dalam menyimak dan ber bicar a.
Latihan pola ucap kalimat (patt er n pr actice) dilakukan dengan memper hatikan
pr insip-pr insip sebagai ber ikut:
1) Latihan pola kalimat dilakukan dalam tempo yang sesuai dengan
keadaan.
2) Latihan dilakukan secepat mungkin untuk membiasakan dan
memantapkan peser ta didik mengucapkan kalimat
3) Gur u ber bicar a dengan kecepatan yang wajar atau alami sesuai dengan
situasi/ kondisi komunikasi yang sebenar nya.
4) Kosakata bar u diajar kan melalui pemakaian pola kalimat yang telah
diajar kan sebelumnya.
5) Pemakai an pola kalimat di luar yang telah diajar kan bukan mer upakan
hal yang salah. Kat a-kata bar u har us diajar kan penger tiannya.
6) Latihan sebaiknya mengikuti pola sebagai ber ikut:
a) Fokus: misalnya dengan menulis di papan tulis
b) Member ikan contoh: dengan mengucapkan kalimat yang
dicontohkan/ dimodelkan
c) Penjelasan, jika dibutuhkan penjelasan seder hana tentang tata
bahasa
d) Latihan
27
Asher , J.J. 1979. Lear ning Anot her Language Thr ough Actions. San Jose,
Califor nia: AccuPr int.
dan per caya dir i dalam memahami dan membuat per nyataan atau kalimat.
Tahapan pelaksanaan metode TPR adalah sebagai ber ikut:
1) Gur u menyatakan sebuah per intah dan melaksanakan apa yang
diucapkannya
2) Gur u menyatakan sebuah per intah dan ber sama dengan peser ta didik
melaksanakan apa yang diper intahkan
3) Gur u menyatakan sebuah per intah dan peser ta didik melaksanakan apa
yang diper intahkan
4) Gur u meminta seor ang peser ta didik untuk melaksanakan sebuah
per intah
5) Gur u dan peser ta didik ber ganti per an. Peser ta didik member ikan
per intah yang har us dilakukan oleh gur u dan peser ta didik yang lain.
6) Gur u dan peser ta didik mengembangkan per intah atau menghasilkan
kalimat bar u.
Daftar Refer ensi
Adler , M. J, 1982 . The Paideia Pr oposal. An Educational Manifesto, New Yor k:
Collier Books, Macmillan Publishing Company.
Ander son, L. W. and David R. Kr athw ohl, D. R., et al. 2000. A Taxonomy for
Lear ning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of
Educational Objectives. Allyn & Bacon
Anthony, E. M. 1963. Appr oach, method and technique of English Language
Teaching 17
Ar ends, R. I. 2007. Lear ning to Teach, Seventh Edition, New Yor k: McGr aw Hill
Asher , J.J. 1979. Lear ning Anot her Language Thr ough Act ions. San Jose,
Califor nia: AccuPr int.
Bur bules, N.C. & Br uce, B.C. 2001. Theor y and r esear ch on teaching as dialogue,
in Richar dson (ed.), Handbook of r esear ch on teaching (4 th ed.), Washington
DC: Amer ican Education Resear ch Association.
Car in, A. A. dan Sund, R.B. 1975. Teaching science thr ough discover y, thir d
edition, Ohio: Char les E. Mer r ill Publishing Company.
Cazden, C.B. 1988. Classr oom discour se. Por tsmouth: Heinemann
Dale, E. 1946. Audiovisual methods in t eaching, New Yor k: Dr yden Pr ess
DfES. 2004. Pedagogy and Pr actice: Teaching and Lear ning in Secondar y Schools
Unit 2; Teaching Models.
Efendy, A. F. 2004. Metodologi Pengajar an Bahasa Ar ab. Malang: Misykat .
Eggen, P.D. & Kauchak, D.P. 1996. Str ategies for teacher s, 3 r d Ed., Singapor e:
Allyn and Bacon
Gagne, RM. 1970. The Condition of Lear ning, 2 nd edition, New Yor k: Holt,
Rinehar t, and Winston
Good, T. L. 1981. Teacher expectations and st udent per ceptions: a decade of
r esear ch. Educational Leader ship, 38
Gultom, S. 2013. Per an gur u pada implementasi kur ikulum 2013, Bahan
pr esentasi sosialisasi kur ikulum 2013 di Nusa Tenggar a Bar at, Kemdikbud
Joice, B. & Weil, M. 2003. Model of Teaching, 5 th Ed., New Delhi: Pr entice-Hall
Inc.
Lott, K. 2011. Fir e up the Inquir y, Science and Children, Mar ch 2011
Mar tin, R.E., Sexton, C., Wagner , K., Ger lovich, J. 1994. Teaching Science for All
Childr en, Singapor e: Allyn and Bsacon
Molenda, M. 2005. A new typology of Instr uctional Methods. 18 th Annual
Confer ence on Distance Teaching and Lear ning, http:/ www .uwex.edu/
disted/ confer ence/
Moseley, D. et.al. 2005. Fr amew or k for Thinking, Cambr idge: Cambr idge
Univer sity Pr ess.
Moust, J. H. C., Bouhuijs, P. A. J., Schmidt, H. G. 2001. Pr oblem-based Lear ning: A
Student Guide, Wolter s-Noordhoff
Par er a, J.D. 1997. Linguistik Edukasional , Jakar t a: Pener bit Er langga.
Reigeluth, C.R. 1999. Instr uctional Design Theor ies and Models (vol II), NJ:
Law r ence Er lbaum
Sund, R.B. & Tr ow br idge, L.W. 1973. Teaching science by inquir y in the
secondar y school, Ohio: Char les e Mer r il Publishing Company
Sekilas tentang penulis