Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Masa depan bangsa terletak pada tangan generasi muda. Mutu bangsa di
kemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak masa
sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah/madrasah.
Pendidikan di sekolah/ madrasah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan
bahwa anak-anak dapat dididik, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat
menerima norma-norma, dapat mengembangkan potensi, dan dapat menguasai
sejumlah keterampilan. Persoalan yang penting adalah mengetahui bagaimana anak itu
belajar. Jika kita sudah mengetahui betul bagaimana proses belajar itu berlangsung,
dalam keadaan yang bagaimana belajar itu akan memberikan hasil yang sebaik-baiknya,
maka kurikulum dapat direncanakan dan dilakukan dengan cara yang efektif.
Dalam setiap proses pembelajaran, selalu akan ada tiga komponen penting yang
kedudukannya saling terkait. Tiga komponen tersebut yaitu kurikulum (materi yang
akan diajarkan), proses (bagaimana materi diajarkan), dan produk (hasil dari proses
pembelajaran)¹. Ketiga aspek ini sama pentingnya karena merupakan satu kesatuan
yang membentuk lingkungan pembelajaran.
Satu kesenjangan yang selama ini kita rasakan dan alami adalah kurangnya
pendekatan yang efektif dalam menjalankan proses pembelajaran. Selama ini kita hanya
terpaku pada materi dan hasil pembelajaran, kita terlalu sibuk dalam menetapkan
tujuan yang ingin dicapai, lalau kita menyusun materi apa saja yang dirasa perlu
diajarkan. Namun seringkali kita lupa bahwa dibutuhkan satu proses tersendiri untuk
bisa menjembatani antara kurikulum dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu sekarang
kita perlu sekali memperbarui pendekatan kita terhadap pembelajaran untuk
mengarahkan anak didik agar bisa berkembang sesuai dengna potensi mereka
seutuhnya. Tapi persoalannya justru terletak pada bagaiman cara mengembangkan
potensi kecerdasan mereka yang beragam itu.
Berdasarkan teori multiple intelligence yang dikemukan oleh howard Gardner,
manusia memiliki delapan jenis kecerdasan, yaitu linguistik, matematika dan logika,
visual dan spasial, music, interpersonal, kinestetik, dan naturalis.
________________________
¹ Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy (Jakarta: Gramedia,2004), hlm. 1.

1
Bila semua kecerdasan ini ditumbuhakan, dikembangkan, diasah, dan dilibatkan
dalam proses pembelajaran maka akan dapat meningkatkan efektivitas dan hasil
pembelajaran.
Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan salah satu mata
pelajaran di sekolah yang memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan
linguistik siswa. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ini diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan.
Salah satu ruang lingkup bahan kajian mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia adalah aspek keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara ini merupakan
salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki oleh para siswa, di
samping keterampilan menulis, membaca, dan menyimak.
Keterampilan berbicara ini sifatnya fungsional bagi perkembangan diri siswa,
baik untuk melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk
peningkatkan wawasan maupun untuk terjun ke masyarakat. Dalam rangka
melanjutkan studi, keterampilan berbicara bagi siswa tak ubahnya semacam
aplikasi dari ilmu pengetahuan. Dengan kemampuan berbicara ini mereka akan
menghayati dunia perkembangan ilmu, dan akan mampu mengambil manfaat dari
berbagai ilmu itu, dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut, sehingga studinya
berjalan lancar, sukses dan bermakna. Untuk kebutuhan terjun ke masyarakat,
keterampilan berbicara bagi siswa tak ubahnya sebagai model yang membantu mereka
menyampaikan berbagai peristiwa kehidupan secara akurat dan teliti.
Keterampilan berbicara juga dapat disamakan dengan semacam mesin waktu
yang mampu memaparkan kembali peristiwa-peristiwa masa lampau untuk diambil
manfaatnya dalam usaha memperbaiki taraf kehidupan masa kini dan masa-masa yang
akan datang. Dengan kata lain, keterampilan berbicara merupakan alat dan media bagi
para siswa untuk menghubungkan diri dengan tahapan-tahapan sejarah kehidupan
manusia.
Permasalahan yang banyak dialami oleh siswa SMP/MTs dalam berbicara,
diantaranya adalah kurangnya kemampuan untuk menyampaikan inti sari setiap
wacana yang telah dibacanya dengan tekanan dan intonasi yang tepat. Jika dari awal
siswa tidak mampu untuk melakukan hal itu, maka akan sulit mengembangkan ke taraf
berikutnya, yaitu keterampilan siswa dalam berbicara.
Keterampilan berbicara, terlebih lagi keterampilan berbicara praktis tidak serta
melekat pada diri siswa, melainkan melalui proses belajar yang intensif. Untuk
membantu siswa agar memiliki keterampilan berbicara yang baik, dalam hal ini
keterampilan berbicara praktis, diperlukan suatu metode pembelajaran atau pendekatan

2
yang tepat dan sesuai. Pendekatan-pendekatan konvensional yang selama ini
diterapkan oleh para guru di sekolah, seperti duduk manis sambil mendengarkan
ceramah guru, cenderung membuat siswa tidak aktif dalam jangka waktu lama.
Menurut keyakinan para guru yang menerapkan pendekatan konvensional, belajar
hanya melibatkan otak sebagai suatu proses rasional dan verbal yang nyaris tidak ada
hubungannya dengan seluruh indera. Akibatnya, pendekatan “duduk manis, jangan
bergerak, dan tutup mulut” dalam belajar dijadikan pendekatan baku pada sekolah di
Indonesia. Jika hal itu terus berlanjut maka bukan tidak mungkin siswa akan mengalami
kelumpuhan otak dan proses belajar pun akan terhambat atau bahkan berhenti sama
sekali².
Untuk itu diperlukan pendekatan baru yang mengajak siswa untuk bangkit dan
bergerak secara berkala saat kegiatan belajar, khususnya pelajaran berbicara yang relatif
statis (duduk diam). Gerakan tersebut tentunya dapat menyegarkan tubuh,
meningkatkan peredaran darah ke otak, dan dapat berpengaruh positif pada
pembelajaran berbicara. Pembelajaran berbicara dengan pendekatan seperti ini secara
umum jauh lebih efektif daripada pembelajaran berbicara dengan menerapkan
pendekatan konvensional.
Alasannya sederhana, cara belajar seperti ini mengajak siswa terlibat
sepenuhnya, dalam arti melibatkan seluruh tubuh dan pikiran dengan segala emosinya,
indera serta sarafnya. Dengan cara belajar seperti itu maka akan dapat meningkatkan
proses mental siswa karena bagian otak manusia yang terlibat dalam gerakan tubuh
(korteks motor) terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan untuk berpikir dan
memecahkan masalah. Oleh karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti
menghalangi pikiran untuk berfungsi secara maksimal. Sebaliknya, melibatkan tubuh
dalam belajar cenderung membangkitkan kecerdasan terpadu pada siswa. Metode
seperti inilah yang terangkum dalam pendekatan SAVI. SAVI ini merupakan akronim
dari somatis, auditoris, visual, dan intelektual. Jika keempat aspek ini diterapkan
secara serempak maka akan memfungsikan hampir seluruh indera dan otak.
Namun sebagai inovasi dalam pembelajaran, pendekatan SAVI ini mempunyai
kendala, terutama mengenai tenaga pengajar (guru) yang profesional dan kreatif dalam
bidang pengajaran. Tetapi sebenarnya hal itu bukanlah hambatan yang berarti jika
dibandingkan dengan kelebihan-kelebihan yang terdapat dalam pendekatan SAVI ini.
_______________________________
² Dave Meier, The Accelerated Learnin Handbook (Bandung:Kaifa), hlm. 92.

2. Identifikasi Masalah

3
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Pendekatan apa yang paling tepat untuk meningkatkan keterampailan berbicara
praktis pada siswa MTs Negeri 2 Jeneponto ?
2. Apakah melalui pendekatan SAVI keterampilan berbicara siswa SMP meningkat
dibandingkan dengan menggunakan pendekatan konvensional ?
3. Apakah pendekatan SAVI sesuai dengan pengajaran bahasa dan sastra
Indonesia?
4. Bagaimana menerapkan pendekatan SAVI sebagai alternatif dalam
meningkatkan keterampilan berbicara siswa MTs Negeri 2 Jeneponto pada
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ?
5. Kelebihan apa saja yang akan diperoleh siswa dan guru jika menerapkan
pendekatan SAVI dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di MTs
Negeri 2 Jeneponto ?
3. Pembatasan Masalah
Pada karya tulis ini, peneliti membatasi masalah pada penerapan pendekatan
SAVI sebagai alternatif dalam meningkatkan keterampilan berbicara praktis siswa MTs
Negeri 2 Jeneponto.
4. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut : Bagaimana menerapkan pendekatan SAVI dalam meningkatkan keterampilan
berbicara praktis siswa MTs Negeri 2 Jeneponto ?
5. Kegunaan Penulisan
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka
karya tulis ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut :
1. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan berpikir,
menambah ilmu pengetahuan, dan mengembangkan daya inovasi terhadap
perkembangan sistem pembelajaran di Indonesia.
2. Bagi guru, hal ini sedikit banyak dapat memberikan gambaran atau ide tentang
penerapan pendekatan SAVI dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara
praktis pada siswa MTs Negeri 2 Jeneponto dan juga dapat memberikan
masukan dalam mengembangkan strategi pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia.
3. Bagi siswa, hal ini dapat dijadikan motivasi untuk mempercepat dan
meningkatkan keterampilan dan hasil belajar siswa dalam berbicara.

4
4. Bagi peneliti, hal ini sangat berguna untuk meningkatkan wawasan mengenai
pendekatan belajar SAVI yang dapat dijadikan bekal dan panduan tambahan
bagi peneliti dalam mengajar.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Pendekatan SAVI untuk Belajar


Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri dan
bergerak ke sana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas
intelektual dan penggunaan semua indera dapat berpengaruh besar pada pembelajaran.
Pendekatan belajar ini dinamakan pendekatan SAVI. Unsur-unsurnya mudah diingat,
yaitu :
a. Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat.
b. Auditori : Belajar dengan berbicara dan mendengar.
c. Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan.
d. Intelektual : Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.

Penemu pendekatan ini adalah Dave Meier, penulis buku The Accelerated
Learning Handbook. Menurut beliau, keempat cara belajar ini harus ada agar belajar
berlangsung optimal. Karena unsur-unsur ini semuanya terpadu, belajar paling baik dan
efektif jika semuanya itu digunakan secara simultan.

a. Belajar Somatis ( S )
Somatis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh – soma (seperti dalam
Psikosomatis). Jadi belajar somatic berarti belajar dengan indera peraba, kinestetis,
praktis dalam arti melibatkan dan menggunakan fisik serta menggerakkan tubuh
sewaktu belajar.

b. Belajar Auditoris ( A )
Auditori berhubungan dengan pendengaran. Jadi selain memanfaatkan kedua
pasang mata, pembelajar juga memanfaatkan kedua pasang telinganya saat berbicara.

c. Belajar Visual ( V )
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang sangat kuat
dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak
perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera lain.
Dr. Owen Caskey, dosen Texas Teach University, mengatakan bahwa orang-
orang yang menggunakan pencitraan (simbol) untuk mempelajari informasi teknis dan
ilmiah rata-rata memperolah 12% lebih baik untuk ingatan jangka pendek dibandingkan

6
dengan mereka yang tidak menggunakan pencitraan, dan 26% lebih baik untuk ingatan
jangka panjang. Data statistik ini berlaku bagi setiap orang tanpa memandang usia,
etnik,
gender, atau gaya belajar yang dipilih.
Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah jika dapat melihat apa
yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku. Pembelajar visual
paling baik jika mereka menciptakan peta gagasan diagram, ikon, dan citra mereka
sendiri dari hal-hal yang sedang mereka pelajari.
Berikut ini ada beberapa hal yang dapat dimanfaatkan untuk membuat
pembelajaran lebih visual :
1. Bahasa yang penuh gambar
2. Grafik presentasi yang hidup
3. Benda tiga dimensi
4. Bahasa tubuh yang dramatis
5. Cerita yang hidup
6. Dekorasi berwarna-warni
Teknik lain yang bisa dilakukan semua orang, terutama orang-orang dengan
keterampilan visual yang kuat adalah meminta mereka mengamati situasi dunia nyata
lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip, atau
makna yang dicontohkannya

d. Belajar Intelektual ( I )
Yang dimaksud intelektual bukanlah yang tanpa emosi, tidak berhubungan,
rasionalistis, dan akademis. Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan
pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan
kecerdasan untuk merenung suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna,
rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah bagian yang merenung,
mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Dave Meier mengatakan
bahwa intelektual adalah menciptakan makna dalam pikiran : sarana yang digunakan
manusia untuk berpikir, menyatukan, pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru,
dan belajar. Beliau menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif
tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Senada dengan pendapat Dave
Meier, Jeannette Vos, seorang praktisi pendidikan asal Amerika Serikat juga
berpendapat bahwa “Semakin luas Anda mengait-ngaitkan berbagai hal, semakin
banyak Anda belajar”.

7
Pernyataan yang dikeluarkan oleh Jeanette Vos di atas memiliki ide atau makna
yang sama dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh Dave Meier. Berarti dengan kata
lain, belajar intelektual adalah menggunakan kekuatan berpikir untuk mengait-ngaitkan
seluruh makna yang telah diperoleh. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk
mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan
pemahaman menjadi kearifan.
Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika pembelajar diajak terlibat
dalam aktivitas seperti berikut :
1. Memecahkan masalah
2. Menganalisa masalah
3. Mengerjakan perencanaan strategis
4. Melahirkan gagasan kreatif
5. Mencari dan menyaring informasi
6. Merumuskan pertanyaan
7. Menciptakan gagasan baru pada pekerjaan
8. Meramalkan implikasi suatu gagasan
Beberapa teknik kreatif yang mengajak orang untuk bergerak secara fisik (S),
mempunyai auditori (A), dan masukan visual (V), tetapi tidak memiliki kedalaman
intelektual (I), memang sangat menjanjikan di awal-awal pembelajaran namun
kemudian musnah saat “hujan turun”.
Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa
pembelajaran. Misalnya, orang dapat belajar sedikit dengan menyaksikan presentasi (V)
tetapi mereka dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu
ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang sedang mereka
pelajari (A), dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut
pada pekerjaan (I). Atau, mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka
memecahkan masalah (I), jika mereka secara simultan menggerakkan sesuatu (S) untuk
menghasilkan pictogram atau pajangan tiga dimensi (V) sambil membicarakan apa yang
sedang mereka kerjakan.

2. Pendekatan SAVI untuk meningkatkan keterampilan berbicara praktis


Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa pendekatan SAVI dapat
digunakan dalam kegiatan belajar secara umum. Ternyata jika ditelusuri lebih lanjut,
pendekatan SAVI ini dapat juga diterapkan dalam kegiatan belajar yang lebih khusus,
salah satunya dalam kegiatan belajar berbicara.

8
Seperti diketahui bahwa pembelajaran berbicara termasuk ruang lingkup bahan
kajian mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di semua jenjang pendidikan.
Pembelajaran berbicara ini merupakan salah satu aspek dari pembelajaran berbahasa
lainnya, seperti menyimak, mendengarkan, dan membaca. Tujuan dari pembelajaran ini
adalah agar siswa mampu berbicara dalam berbagai situasi, kondisi, dan konteks
Keterampilan berbicara tidak serta merta dikuasai oleh siswa, melainkan
melalui proses belajar yang intensif

3. Hakikat Kemampuan Berbicara


Kemampuan berpidato merupakan salah satu kemampuan berbicara. Dengan
berbicara, seseorang dapat mengungkapkan segala sesuatu dalam pikiran. Henry
Guntur Tarigan menyatakan :
“ Berbicara adalah kemampuan mengucapakan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran,
gagasan, atau perasaan. Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang
dapat didengar atau diamati. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku
manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neorologis, sematik,
dan sosiolinguistik demikian intensif sehingga dapat dianggap sebagai alat yang
paling penting bagi control sosial.”

Sedangkan kemampuan berbicara menurut Maidar G. Arsyad dan Mukti U.S,


sebagai berikut : “ Kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi dan mengucapkan
kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan,
dan perasaan.
Dengan demikian berbicara itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-
bunyi atau kata-kata. Berbicara merupakan satu alat untuk mengkomunikasikan
gagasan yang disusun untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan
berbicara selain untuk berkomunikasi, guru juga dapat menerapkan kepada siswanya
untuk mahir berbicara dalam acara diskusi, wawancara, bercerita atau mendongeng,
dan permainan.

4. Hakikat Kemampuan Berpidato


Secara umum pidato dapat dikatakan sebagai penyampaian pendapat, pesan,
dan pemikiran kepada orang banyak. Berpidato juga dapat bertujuan penyampaian
gagasan dan ide-ide kepada orang lain. Berpidato dapat didefinisikan sebagai salah satu
bentuk komunikasi yang ditujukan pembicara kepada sekelompok pendengar. Pidato

9
dilakukan dalam situasi tatap muka antara pembicara dengan pendengarnya atau
audiens.
Sebagai usaha penyampaian gagasan atau informasi kepada orang banyak,
pidato haruslah disampaikan dengan pola atau cara yang mudah diterima dan
dimengerti oleh orang banyak. Berpidato bukan hanya pelajaran berbicara semata,
namun diperlukan kesadaran sosial untuk menyampaikan sebuah pidato yang baik.
Maidar dan Mukti mengemukanka, “ Pidato merupakan penyampaian dan
penanaman pikiran, informasi atau gagasan dari pembicara kepada khalayak ramai.
Untuk meningkatkan kemampuan berpidato dapat dilihat berdasarkan dua
faktor, yaitu faktor kebahasaan danfaktor nonkebahasaan, karena kedua faktor itu
adalah penunjang keefektifan berpidato, seperti yang tertulis dalam buku Retotika
Suatu Pendidikan Terpadu, Ernest G. Bormann dan Nancy berpendapat :
“Cara berpidato ialah cara penyampaian bahan pidato dengan menggunakan
faktor para linguistik, dan pra semik sebagai alat untuk berkomunikasi dengan
hadirin, termasuk cara pembicara menggunakan unsur-unsur suara seperti : pola
titik nada, suku kata, kerasnya suara, penekanan kata dan pengucapan kata.
Cara berpidato juga memasukkan unsur gerakkan tubuh seperti : poster, gerak
isyarat,kontak mata dan ekspresi wajah.”

Agar berpidato dapat berlangsung dengan sukses, di samping menguasai massa


masih diperlukan beberapa hal seperti yang dikemukakan Maidar dan Mukti berikut ini
:
“1) Pembicara dituntut seseorang yang bermoral. Jika pembicara bermoral tidak
baik dan diketahui oleh pendengar maka pendengar akan mencemooh.
Pembicara yang bermoral baik dan jujur akan sangat berkesan bagi pendengar. 2)
Pembicara hendaknya sehat jasmani dan rohani, sehingga penampilannya dapat
bersemangat, gagah dan simpatik. Jangan sekali-kali menunjuk fisik yang lemah
dihadapan massa. 3) Sarana yang diperlukan hendaknya cukup menunjang,
misalnya publikasi, jika pidato disampaikan dihadapan massa, pengeras suara
yang memadai, waktu dan tempat yang sesuai. 4) Jika berpidato dihadapan
massa, harus diperhatikan volume, suara, tingkat pengetahuan massa, keadaan
sosial, kebiasaan, adat istiadat, dan agama, waktu berbicara yang tidak begitu
lama, pembicara harus sabar dan menyesuaikan gayanya dengan massa”.

Sebagaimana keterampilan berbicara yang lain, berpidato juga memiliki unsur-


unsur kebahasaan mencakup: vocal, pilihan kata, intonasi, dan kalimat. Unsur-unsur

10
nonkebahasaan mencakup: kenyaringan suara, keberanian, penguasaan materi atau
topik, dan mimik atau gerak-gerik.
Secara garis besar sistematika berpidato yang dikemukakan oleh Maidar dan
Mukti sebagai berikut :
“1) Mengucapkan salam pembuka dan menyapa hadirin: 2) menyampaikan
pendahuluan dan yang biasanya dilahirkan dalam bentuk ucapan terima kasih,
atau ungkapkan kegembiraan, atau rasa syukur; 3) menyampaikan isi pidato,
yang diucapkan dengan jelas dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar dan dengan gaya bahasa yang menarik; 4) menyampaikan kesimpulan
dari pidato, supaya mudah diingat oleh pendengar; 5) menyampaikan harapan
yang berisi anjuran atau ajakan kepada pendengar untuk melaksanakan pidato;
6) menyampaikan salam penutup.

Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa berpidato adalah


merupakan kemampuan seseorang yang ditunjukkan dihadapan masa melalui satu
perilaku. Ciri-ciri pidato dengan keterampilan berbicara yang lain adalah unsur-unsur
kebahasaan dan nonkebahasaan.

Salah satu bagian dari berpidato adalah membacakan pengumuman.


Pengumuman menurut Soedarso dalam “Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan
Efektif adalah : Pesan atau informasi yang disampaikan kepada publik (umum).
Tujuannya menyampaikan pesan atau informasi agar diketahui masyarakat.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

11
1. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk mengevaluasi kemampuan
meneliti, menulis, dan berbicara peneliti melalui penelitian ini diharapkan peneliti dapat
memberikan masukan bagi rekan-rekan guru dalam mengembangkan strategi
pembelajaran bahasa Indonesia. Di samping itu, dengan terwujudnya penelitian/karya
ini, peneliti berharap dapat berbagi dan menyumbangkan pengalaman peneliti dalam
melaksanakan PBM di kelas bersama peserta didik, hasilya juga sangat berguna untuk
meningkatkan wawasan peneliti mengenai pendekatan belajar SAVI yang dapat
dijadikan bekal dan panduan tambahan bagi peneliti dalam meningkatkan mutu proses
pembelajaran di kelas. Tidak kalah pentingnya hasil penelitian ini diharapkan berguna
sebagai pelengkap kinerja dan tambahan angka kredit kepangkatan guru.

2. Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MTs Negeri 2 Jeneponto. Subjeknya siswa kelas IX-1.
Penelitian dilaksanakan dari awal September s.d. akhir November 2020.

3. Disain Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan SAVI. Action Research (Penelitian tindakan kelas) memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Permasalahan yang timbul berasal dari masalah yang nyata atau berdasarkan
fakta.
b. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan kualitas
c. Penelitian berorientasi untuk mencari penyelesaian masalah
d. Menggunakan data penelitian
e. Adanya tindakan atau action
Agar memperoleh hasil yang optimal, diperlukan berbagai persiapan dalam
menerapkan pendekatan SAVI ini dalam PBM. Persiapan ini dibagi menjadi tiga tahap :
a. Tahap persiapan (menerapkan tujuan dan membuat rancangan,
pembelajaran)
b. Tahap pelaksanakan (penerapan pendekatan SAVI dalam pembelajaran,
penyampaian, dan pelatihan )
c. Pemantapan (meningkatkan kualitas keterampilan berbicara siswa di depan
publik )

4. Langkah-langkah Tindakan

12
Langkah-langkah tindakan kelas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan atau planning
b. Tindakan / pelaksanaan atau action
c. Pemantapan

a. Perencanaan (Planning)
1. Melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menjaring pemahaman
mereka tentang pengumuman
2. Melakukan teks awal (pretes) kepada siswa yang akan diteliti untuk
menyampaikan pengumuman di depan kelas dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menyampaikan
pengumuman dengan benar.
b. Tindakan (Action)
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan Skenario
Pembelajaran / Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun.
Langkah-langkah proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan pada tahap
ini merupakan tahap dilaksanakan sebagai berikut :
Tahap ini merupakan tahap dilaksanakannya penerapan pendekatan SAVI
dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya pelajaran
berbicara dalam menyampaikan pengumuman. Tahapannya adalah :

1. Persiapan
Tujuan tahap persiapan ini adalah menumbuhkan minat siswa,
mengkondisikan siswa dengan motivasi positif mengenai pengalaman
belajar yang akan datang, dan menempatkan siswa dalam situasi optimal
untuk belajar. Guru dapat melakukan hal-hal berikut :
a. Menyampaikan tujuan sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Memberikan informasi yang bermanfaat kepada siswa berupa sugesti
positif.
c. Mengkondisikan lingkungan fisik, sosial, dan emosional yang positif
bagi siswa
d. Meminimalisir rintangan belajar siswa
e. Mengajukan pertanyaan dan masalah kepada siswa
f. Menggugah rasa ingin tahu dan menumbuhkan minat siswa terhadap
materi pembelajaran.

13
g. Mengkondisikan dan mengajak siswa untuk terlibat penuh sejak awal
pembelajaran.

2. Penyampaian
Tujuan tahap penyampaian ini adalah membantu siswa menemukan
materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan,
relevan, dan melibatkan panca indera. Guru melakukan hal-hal berikut :
a. Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan
b. Mengajak siswa mengamati fenomena dunia nyata
c. Memotivasi siswa agar melibatkan seluruh otak dan tubuh dalam
mengikuti proses belajar (penerapan unsur S )

3. Pelatihan
Tujuan tahap pelatihan adalah membantu siswa mengintegrasikan dan
menyerap pengetahuan serta meningkatkan keterampilan berbicara
siswa. Guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Memberikan sebuah contoh pengumuman
b. Mengajak sebuah mengamati dan membaca pengumuman dengan
bersuara keras.
c. Meminta siswa menghentikan pembacaan, lantas melakukan senam
otak (brain gym) dengan iringan musik.
d. Meminta siswa berpasangan untuk memperbincangkan secara
terperinci apa yang baru saja mereka baca.
e. Meminta siswa menuliskan pokok-pokok / isi dari pengumuman
yang di baca.
f. Memberikan siswa empat jenis ilustrasi sebuah kegiatan di sekolah
untuk dibuat pengumuman
g. Meminta siswa menulis pengumuman sesuai dengan ilustrasi yang
diperoleh.
h. Meminta siswa membacakan pengumuman yang ditulis ke depan
kelas secara bergantian.
i. Melatih aktivitas praktis dalam mengembangkan keterampilan
berbicara siswa, dengan meminta siswa lainnya untuk menilai hasil
pembacaan temannya sesuai format penilaian. Tahap pelatihan ini
merupakan penerapan unsur S,A, dan V dari pendekatan SAVI.

14
4. Penampilan Hasil
Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu siswa untuk berani
tampil berbicara sesuai konsep yang dipikir dan ditulisnya. Akhirnya
siswa akan memiliki keterampilan dan keberanian untuk berbicara di
depan publik dengan baik, sedangkan bagi guru, tahap ini dapat
dijadikan indikator untuk menilai keterampilan dalam berbicara praktis
(menyampaikan pengumuman). Guru dapat melakukan hal-hal berikut :
a. Meminta siswa untuk memberikan opininya mengenai teks
pengumuman yang dibacakan temannya
b. Meminta siswa – siswa untuk menilai pembacaan temannya
berdasarkan format yang disediakan
c. Meminta siswa menyimpulkan isi pengumuman yang didengarnya
d. Menilai pekerjaan siswa berdasarkan penilaian mereka sesuai kriteria
penilaian.
e. Meminta siswa untuk memberikan refleksi tentang proses
pembelajaran dari awal hingga akhir.
Tahap ini merupakan penerapan unsur I dari pendekatan SAVI.

c. Pemantapan
Tahap pemantapan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas keterampilan
berbicara siswa secara bertahap, sehingga tujuan penerapan pendekatan
SAVI akan tercapai. Pemantapan ini dapat berupa pemberian materi dan teks
pengumuman yang lebih bervariasi.

5. Penerapan Pendekatan SAVI dalam Pembelajaran Berbicara Praktis


(Penyampaian Pengumuman )
Pada tahap pendahuluan, siswa diajak untuk melakukan senam otak dengan
melakukan gerakan diiringi musik. Gerakan ini bertujuan untuk mengaktifkan bagian
dalam telinga guna meningkatkan keseimbangan. Selain itu, gerakan ini juga dapat
mengintegrasikan kemampuan mendengar dengan kedua telinga. Gerakan ini mampu
melemaskan otot leher yang kaku. Pada tahap berikutnya siswa diminta untuk
membaca teks pengumuman yang sudah mereka tulis pada pembelajaran sebelumnya.
Setelah itu guru meminta salah seorang siswa untuk membaca teks tersebut. Setelah
siswa selesai membaca guru mengajak mereka senam atau gerak badan. Gerakan-
gerakan tersebut mampu sedikit demi sedikit menghilangkan kepenatan mata saat
menatap jajaran huruf pada teks. Di samping itu dengan melakukan selingan ini, tubuh

15
yang memiliki kemampuan terbatas dapat mengatasi keterbatasannya, artinya tubuh
tidak menjadi cepat lelah dan tidak mengantuk. Hal ini merupakan penerapan unsur S
(somatis) dari pendekatan SAVI.
Setelah itu, siswa diminta kembali untuk membaca teks pengumuman dan
menilai pembacaan temannya sesuai dengan format penilaian secara bergantian,
sementara temannya mendengarkan, begitu seterusnya hingga semua berperan dalam
membaca teks pengumumannya masing-masing. Ini merupakan penerapan unsur A
( Auditori ) dari pendekatan SAVI. Setelah selesai siswa mendengarkan pembacaan teks
pengumuman dari teman-temannya, guru meminta untuk menggunakan kekuatan
imajinasinya dalam membayangkan maksud penulis. Kekuatan membayangkan dalam
membaca dan mendengar teks pengumuman dapat membuat pemahaman atas suatu
makna menjadi lebih mendalam. Hal ini merupakan penerapan unsur V (visual) pada
pendekatan SAVI. Selanjutnya siswa diminta untuk menguraikan dengan kata-kata
sendiri teks pengumuman yang didengarnya.
Langkah berikutnya, guru meminta siswa berpasangan dengan teman
sebangkunya untuk merenung dan membincangkan dengan rinci tentang apa saja yang
mereka alami dalam pembelajaran ini. Kemudian guru memberi tugas pada setiap siswa
untuk menuliskan kesimpulan dan memberikan opini dari teks pengumuman yang
didengarnya. Siswa juga diminta memberikan refleksi dari seluruh rangkaian proses
pembelajaran materi penyampaian pengumuman. Ini merupakan penerapan dari unsur
I (intelektual) dari penderkatan SAVI. Setelah itu, siswa diminta mengumpulkan
tugasnya.
Berikut ini contoh rancangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
menerapkan pendekatan SAVI.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendididian : MTs N 2 jeneponto


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IX / Ganjil
Materi Pokok : Teks Laporan Percobaan

16
Alokasi Waktu : 3 Pertemuan (3 JP)
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
 Menjelaskan Pengertian Teks Laporan percobaan
 Mengertahui struktur dan unsure kebahasaan teks laporan
 Mengtahui dan memahami fungsi teks laporan percobaan
 Memahami Model teks laporan (pengamatan, percobaan/ eksperimen)
 Membuat teks laporan percobaan secara berkelompok
 Membuat teks laporan percobaan secara mandiri
 Menjelaskan Simpulan tujuan, bahan/alat, langkah, dan hasil dalam laporan percobaan
yang didengar dan/ atau dibaca.
B. Media Pembelajaran, Alat dan Sumber Belajar
Media : Worksheet atau lembar kerja (siswa), Lembar penilaian, LCD Proyektor
Alat/Bahan : Penggaris, spidol, papan tulis, Laptop & infocus.
Sumber Belajar : Buku Siswa Bahasa Indonesia IX, Kemendikbud, Tahun 2016
C. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran
peserta didik sebagai sikap disiplin
Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan
materi/tema/kegiatan sebelumnya serta mengajukan pertanyaan untuk mengingat dan menghubungkan dengan
materi selanjutnya.
Menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan & manfaat) dengan mempelajari materi :
Teks Laporan Percobaan dengan mengunjungi laman websiteedukasi.com
Menjelaskan hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode belajar yang akan ditempuh,
Kegiatan Inti ( 90 Menit )
Kegiatan Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati, membaca dan
Literasi menuliskannya kembali. Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan terkait materi Teks Laporan
Percobaan dengan mengunjungi laman websiteedukasi.com
Critical Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin hal yang belum
Thinking dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik.
Pertanyaan ini harus tetap berkaitan dengan materi :
 Pengertian Teks Laporan Percobaan
 Percobaan sederhana untuk mendeteksi zat berbahaya pada makanan,adanya vitamin pada
makanan,dll
 Ciri-ciri kebahasaan teks laporan: Kalimat aktif, kata tugas, kosakata teknis bidang ilmu;
penulisan unsur serapan.
Collaboration Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan, mengumpulkan
informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Teks Laporan
Percobaan.
Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu secara klasikal,
Communication mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh
kelompok atau individu yang mempresentasikan
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait Teks
Creativity Laporan Percobaan Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-
hal yang belum dipahami
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran yang baru dilakukan.
Guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran yang baru dilakukan.

D. Penilaian Hasil Pembelajaran


- Penilaian Pengetahuan berupa tes tertulis pilihan ganda & tertulis uraian, tes lisan /
observasi terhadap diskusi tanya jawab dan percakapan serta penugasan
- Penilaian Keterampilan berupa penilaian unjuk kerja, penilaian proyek, penilaian
produk dan penilaian portofolio

E. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


1. Teknik Penilaian

17
a. Sikap
1) Observasi (Jurnal)
2) Penilaian Diri
3) Penilaian Antar Teman
b. Pengetahuan
1) Tes Tertulis
- Uraian/esai
2) Tes Lisan
 Tes lisan pemaparan materi dari pemahaman siswa.
c. Keterampilan
1) Proyek, pengamatan, wawancara’
 Mempelajari buku teks dan sumber lain tentang materi pokok
 Menyimak tayangan/demo tentang materi pokok
2) Portofolio / unjuk kerja
3) Produk,
2. Instrumen Penilaian
a. Pertemuan Pertama (Terlampir)
b. Pertemuan Kedua (Terlampir)
c. Pertemuan Ketiga (Terlampir)
d. Pertemuan Keempat (Terlampir)
3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
 Remidial dapat diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
maupun kepada peserta didik yang sudah melampui KKM. Remidial terdiri atas
dua bagian : remedial karena belum mencapai KKM dan remedial karena belum
mencapai Kompetensi Dasar
 Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Guru akan memberikan tugas bagi peserta didik
yang belum mencapai KKM (Kriterian Ketuntasan Minimal), misalnya sebagai
berikut.
 Simpulan tujuan, bahan/alat, langkah, dan hasil dalam laporan percobaan yang
didengar dan/ atau dibaca
b. Pengayaan
 Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai materi
pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas
mencapai KKM atau mencapai Kompetensi Dasar.
 Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan dengan
peserta didik.
 Direncanakan berdasarkan IPK atau materi pembelajaran yang membutuhkan
pengembangan lebih luas misalnya
 Laporan percobaan ilmiah

Catatan Kepala Madrasah


.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendididian : MTs N 2 jeneponto


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IX / Ganjil
Materi Pokok : Teks Tantangan
Alokasi Waktu : 3 Pertemuan (3 JP)

18
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
 Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar selama kegiatan pembelajaran teks
tantangan
 Menyajikan hasil teks tantangan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar
 Memberikan sanggahan terhadap sebuah sudut pandang tentang suatu masalah dalam teks
tantangan secara demokratis, kritis, dan santun
 Membedakan teks yang disajikan secara narasi dan ekspositori.
 Membedakan struktur dari kedua bentuk teks tantangan tersebut.
 Membedakan kedua teks tersebut dari segi bahasanya.
 Menjelaskan perbedaan atara teks tantangan yang disajikan secara narasi dan ekspositori
baik dari segi struktur maupun bahasanya
 Menulis pernyataan teks tantangan
 Menyusun sanggahan secara logis dalam teks tantangan
 Menyusun argumen yang memperkuat sanggahan dalam teks tantangan
 Menulis penegasan yang tepat dalam teks tantangan
 Menulis teks tantangan dengan menggunakan kalimat yang efektif
 Memilih kata yang tepat dalam penulisan teks tantangan
 Menggunakan EYD yang tepat dalam penulisan teks tantangan
 Menyusun paragraf yang padu dalam penulisan teks tantangan.

B. Media Pembelajaran, Alat dan Sumber Belajar


Media : Worksheet atau lembar kerja (siswa), Lembar penilaian, LCD Proyektor
Alat/Bahan : Penggaris, spidol, papan tulis, Laptop & infocus.
Sumber Belajar : Buku Siswa Bahasa Indonesia IX, Kemendikbud, Tahun 2016
C. Langkah-Langkah Pembelajaran

Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)


Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran, memeriksa
kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik
dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya serta mengajukan pertanyaan untuk mengingat dan
menghubungkan dengan materi selanjutnya.
Menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan & manfaat) dengan mempelajari materi :
Teks tantangan dengan mengunjungi laman websiteedukasi.com
Menjelaskan hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode belajar yang akan
ditempuh,
Kegiatan Inti ( 90 Menit )
Kegiatan Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati, membaca dan
Literasi menuliskannya kembali. Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan terkait materi Teks
tantangan dengan mengunjungi laman websiteedukasi.com
Critical Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin hal yang
Thinking belum dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik. Pertanyaan ini harus tetap berkaitan dengan materi :
 Membedakan Teks Tantangan
 Perbedaan Struktur Teks Tantangan
 Perbedaan Ciri Bahasa Teks Tantangan
 Cara membedakan teks tantangan yang berbentuk narasi dan ekspositori.
Collaboration Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan, mengumpulkan
informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Teks
tantangan.
Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu secara klasikal,
Communicatio
mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali
n
oleh kelompok atau individu yang mempresentasikan
Creativity Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait
Teks tantangan Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali

19
hal-hal yang belum dipahami
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.
Guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran yang baru dilakukan.

D. Penilaian Hasil Pembelajaran


- Penilaian Pengetahuan berupa tes tertulis pilihan ganda & tertulis uraian, tes lisan /
observasi terhadap diskusi tanya jawab dan percakapan serta penugasan
- Penilaian Keterampilan berupa penilaian unjuk kerja, penilaian proyek, penilaian
produk dan penilaian portofolio

Lampiran
Lembar Pengamatan

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP


Mata Pelajaran :......................................................................
Kelas/Semester :......................................................................
Tahun Ajaran :.....................................................................
Waktu Pengamatan : .....................................................................
Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah sikap yang ditunjukkan indikator
yang terdapat pada KI 1 dan 2
1. SB sudah konsisten (selalu berperilaku) sesuai yang diharapkan.
2. B mulai konsisten (sering berperilaku) sesuai yang diharapkan.
3. C belum konsisten (kadang-kadang berperilaku) sesuai yang diharapkan.
4. K Tidak konsisten (tidak pernah berperilaku) sesuai yang diharapkan.

Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.


Nama KD 1 KD 2 KD KD 4
No.
Siswa SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K
1.
2.
3.
4.
..

Penilaian membedakan tekst antangan


Skor
Aspek Indikator Bobot
1 2 3 4 5
A. Strukturtekstantantanganek
spositori
a. Pernyataanumum/ isu a. Ketepatanmenyebutkanstruktur 1
- Kesalahpahaman tekstantanganekspositori
- Sanggahan b. Ketepatanmenentukanbagian-
b. Argumen bagianstrukturteksekspositori 2
c. Penegasan

B. Setrukturtekstantangannara 1
si a. Ketepatanmenyebutkanstruktur
a. Pernyataanumum/ tekstantanganekspositori
isuCerita b. Ketepatanmenentukanbagian- 2
b. Sanggahan bagianstrukturteksekspositor
c. Argumen
d. Penegasan
A. Ciribahasatekstantanganek a.Ketepatanmenyebutkanciribahasa
spositori tekstantanganekspositori

20
a. Bersifatmemaparkan b.Ketepatanmenuliskancontohkali 2
b. Bahasanyainformatif matdarimasing-
c. Menyampaikanfakta masingciribahasatekstantangane
kspositori 3
B. Ciribahasatekstantangannar
asi a. Ketepatanmenyebutkanciribaha
a. Menunjukkanadanyalat satekstantanganekspositori
ar b. Ketepatanmenuliskancontohkal
b. Menunjukkanadanyape imatdarimasing- 2
laku masingciribahasatekstantangan
c. Berisifakta ekspositori
d. Menggunkaansudutpan 3
dangtertentu
C. Perbedaanstrukturdanbaha a. ketepatanmenjelaskanperbedaa 4
satekstantangan nstrukturdanbahasatekstantang
an

1. Penilaian penyusunan teks tantangan


Skor
Aspek Indikator Bobot
1 2 3 4 5
A. Struktur
1. Pernyataan/isu Kejelasan pernyataan/isu 2
2. Sanggahan Kelogisan sanggahan 2
3. Argumen Kekuatan/kecukupan argumen 6
4. Penegasan Ketepatan penegasan 2
B. Penggunaan bahasa
1. Penggunaan kalimat Keefektifan kalimat 2
2. Pemilihan kata Ketepatan kata 2
3. Penggunaan EYD Ketepatan ejaan 2
4. Penyusunan paragraf Kepaduan paragraf 2
Keterangan:
5 = sangat tepat
4 = tepat
3 = cukup
2 = kurang tepat
1 = tidak tepat

Catatan Kepala Sekolah


.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................

A. Prospek Penerapan Pendekatan SAVI


Berdasarkan teori Multiple Intelligence yang dikemukan oleh Howard
Gardner, manusia memiliki delapan jenis kecerdasan, yaitu linguistik, matematika
dan logika, visual dan spasial, musik, interpersonal, intrapersonal, kinestetik, dan
naturalis. Bila semua kecerdasan ini ditumbuhkembangkan dan dilibatkan dalam
proses pembelajaran, maka akan dapat meningkatkan efektivitas dan hasil
pembelajaran.

21
Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan salah satu mata
pelajaran di sekolah yang memusatkan perhatiannya pada pengembangan
kecerdasan linguistik siswa. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ini
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik lisan
maupun tulisan. Dalam hal ini pelajaran berbicara menjadi suatu hal yang penting
dalam pembelajaran.
Pada pembelajaran berbicara siswa diarahkan untuk dapat
menyampaikan pesan yang terkandung dalam sebuah teks, baik tersurat maupun
tersirat, dan pada akhirnya siswa akan memiliki keterampilan memahami teks
dengan baik. Namun, untuk mencapai hal itu tidaklah mudah, karena sangat
bergantung pada komponen-komponen dalam proses pembelajaran, yaitu siswa,
guru, dan materi pembelajaran. Selain itu, metode atau pun pendekatan yang
digunakan juga turut berpengaruh, karena hal itulah yang menjadi jembatan dalam
proses penyampaian materi kepada siswa.
Pendekatan konvensional yang selama ini diterapkan oleh para guru di
sekolah cenderung membuat siswa tidak aktif dalam waktu lama, sehingga jika hal
itu terus berlanjut maka bukan tidak mungkin siswa akan mengalami kelumpuhan
otak dan proses belajar pun akan terhambat atau bahkan berhenti sama sekali.
Penerapan pendekatan SAVI sepertinya dapat dijadikan pembaharuan terhadap
pendekatan konvensional, karena dalam pendekatan SAVI siswa diajak aktif untuk
menyelaraskan dan memadukan antara gerakan fisik (indera) dengan fungsi otak
dalam proses pembelajaran.
Pendekatan SAVI ini juga diharapkan menjadi alternative dalam
meningkatkan keterampilan berbicara siswa, karena keterampilan berbicara terlebih
lagi keterampilan menyampaikan pengumuman bagi siswa tak ubahnya semacam
saran / kunci pengembangan diri. Dengan kunci ini siswa akan menghayati dunia
komunikasi, dan akan mampu mengambil manfaat dari berbagai ilmu itu, sehingga
studinya berjalan lancar dan sukses.
Adanya pendekatan SAVI ini juga dapat membantu guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran secara tepat dan dipahami oleh siswa. Guru
hanya tinggal memadukan keempat unsur dalam pendekatan SAVI secara simultan,
dan tentunya dikombinasikan dengan kreativitas mengajar yang dimiliki. Dengan
begitu sasaran atau kompetensi yang diharapkan dari siswa akan dengan mudah
terpenuhi.

B. Kelebihan dan Hambatan Pendekatan SAVI

22
Setelah pendekatan SAVI diterapkan dalam pembelajaran berbicara
praktis pada siswa SMP, maka dapat terlibat beberapa kelebihan dari pendekatan
ini, antara lain :
1. Membantu proses pembelajaran karena gerakan tubuh merangsang
keluarnya zat-zat kimia yang penting bagi konstruksi jaringan saraf di otak
( Penerapan unsur S )
2. Menghilangkan kepenatan mata saat menatap jajaran huruf-huruf pada teks.
Selain itu, tubuh tidak cepat lelah dan tidak mengantuk ( Penerapan unsur
S).
3. Dapat menggerakkan saraf-saraf di otak agar lebih berkonsentrasi dalam
memecahkan makna sederetan teks ( Penerapan unsur V )
4. Melalui kekuatan membayangkan dan menggambarkan dapat membantu
proses pemahaman atas suatu makna menjadi lebih berarti
5. Meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah atau menarik
kesimpulan (Penerapan unsur I)
6. Dapat memacu kreativitas guru dalam mengajar
7. Membangun suasana belajar menjadi lebih menyenangkan
8. Menambah khasanah pendekatan pembelajaran di Indonesia

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pendekatan SAVI juga memiliki


hambatan sebagai berikut :
1. Belum adanya keputusan dari Depdiknas untuk mengesahkan pendekatan
SAVI dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah di Indonesia
2. Adanya biaya tambahan untuk menunjang penerapan pendekatan SAVI,
seperti alat pengeras suara, dan media gambar.
3. Menuntut kreativitas lebih dari guru
4. Dibutuhkan kesiapan dari semua pihak dalam melaksanakannya.

C. Istrumen dan Teknik Analisis Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti mencakup :
a. Teks pengumuman
b. Catatan peneliti
c. Catatan kolaborator
Pengamatan awal dilakukan adalah saat siswa menyampaikan
pengumuman. Selanjutnya, peneliti mencatat seluruh kejadian selama proses
pembelajaran.

23
Berdasarkan teknik pengumpulan data, maka instrument penelitian ini
adalah teks penyampaian pengumuman, catatan teman sejawat siswa, catatan
peneliti, dan catatan kolaborator. Tes penyampaian pengumuman yang dinilai
adalah unsur kebahasaan dan unsur nonkebahasaan. Unsur kebahasaan
mencakup : a. vokal, b. intonasi, c. pilihan kata, dan lafal. Unsur nonkebahasaan
mencakup : a. keberanian, b. kenyaringan suara, mimik, dan penampilan.
Tes penyampaian pengumuman digunakan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam menyampaikan pengumuman. Tes ini untuk mengetahui
kemampuan belajar siswa dalam penyampaian pengumuman. Perbedaan nilai
antara pengamatan awal dan teks akhir dijadikan alat untuk mengukur
peningkatan kemampuan siswa dalam penyampaian pengumuman.
Catatan harian guru dibuat setelah selesai proses pembelajaran agar apa
yang dilakukan mudah diingat. Catatan kolaborator digunakan untuk mencatat
hal-hal yang terjadi pada saat interaksi belajar mengajar berlangsung.
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa untuk menunjang keberhasilan
penyampaian pengumuman terdapat pada unsur kebahasaan dan unsur
nonkebahasaan. Seorang pembicara harus mampu mengucapkan bunyi-bunyi
vokal yang jelas dan tepat, pengucapan bunyi vokal yang kurang tepat dan
kurang jelas akan mengalihkan perhatian pendengar.
Intonasi juga dapat sebagai faktor penentu dalam berbicara. Penyampaian
akan menarik kalau penempatan tekanan sesuai. Jika penyampaian datar akan
menimbulkan kejenuhan pada diri pendengar.
Pilihan kata atau diksi yang digunakan pembicara hendaknya mudah
dipahami pendengar. Pendengar akan lebih tergugah oleh pendengar. Oleh
karena itu, seorang pembicara harus memiliki perbendaharaan kata yang banyak
adar dapat memvariasikan kata yang digunakan.
Lafal yang digunakan pembicara harus tepat, sesuai dengan lafal yang ideal.
Pembicara yang lafalnya masih terpengaruh oleh cirri kedaerahan, akan terasa
kurang nyaman pada pendengar.

D. Pedoman Penilaian Penyampaian Pengumuman


Secara garis besar, pelaksanaan penilaian penyampaian pengumuman ini
terdapat pada tabel penilaian. Penilaian penyampaian pengumuman ditekankan
pada unsur kebahasaan dan nonkebahasaan. Unsur kebahasaan mencakup :
vokal, lafal, intonasi, dan pilihan kata. Unsur nonkebahasaan mencakup :
kenyaringan suara, keberanian, mimik dan penampilan

24
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

Dalam bab IV ini, peneliti menguraikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
dengan penelitian tindak kelas atau action research. Proses penelitian ini dilakukan
secara bertahap, yaitu : (1)perencanaan tindakan, (2)pelaksanaan tindakan dari
pengamatan, (3)refleksi dan revisi perencanaan untuk pengembangan tindakan pada
siklus berikutnya. Tahap-tahap tersebut dilaksanakan sebanyak 2 siklus, sehingga
masalah yang menjadi fokus penelitian dapat diatasi dan tujuan penelitian tercapai.
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dulu diidentifikasi masalah dan ditetapkan
masalah yang menjadi fokus penelitian.

25
4.1. Deskripsi Data
Data penelitian meliputi kegiatan peneliti dalam mengidentifikasi masalah,
menetapkan fokus utama penelitian, deskripsi data siklus I, dan deskripsi data siklus II.
Deskripsi pada masing-masing siklus mencakup tahap perencanaan, tindakan,
pelaksanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi kegiatan. Dalam penelitian ini ada 3
unsur yang terlibat, yaitu : peneliti, guru kolaborator, dan kelas.
Peneliti melaksanakan beberapa kegiatan agar masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran berbicara dapat diidentifikasikan. Pertama melakukan pengamatan untuk
mengetahui kelas yang memiliki masalah dalam berbicara praktis; kedua melakukan
diskusi dengan sejawat sesama guru bahasa Indonesia kelas VIII, dan mewancarai
siswa kelas VIII. Penelitian dilaksanakan di kelas IX-1 MTs Negeri 2 Jeneponto karena
peneliti adalah guru bahasa Indonesia di kelas tersebut. Dalam pengamatan peneliti
selama mengajar kelas IX-1. Siswa belum begitu berani, belum bertarik, dan masih
rendah motivasinya dalam aspek berbicara. Merujuk pada pengalaman peneliti selama
mengajar kelas IX-1, pembelajaran berbicara (kompetensi dasar menyampaikan
pengumuman) belum menunjukkan hasil yang maksimal. Dalam pembelajaran
berbicara, selama ini peneliti hanya menggunakan metode yang belum bervariasi,
sehingga siswa cepat bosan dan kurang menikmati kegiatan berbicara.
Berdasarkan hasil evaluasi, observasi, dan wawncara pada siswa tersebut dapat
diketahui bahwa masalah pembelajaran berbicara belum maksimal, karena kurang
merangsang siswa untuk bersemangat tampil dengan performance yang tepat.
Penerapan pendekatan SAVI merupakan salah satu alternatif yang ditawarkan
melalui penelitian ini dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas
IX-1 MTs Negeri 2 Jeneponto . Merujuk pada hal tersebut maka dilakukanlah penelitian
tindakan kelas ini untuk meningkatkan keterampilan berbicara kelas IX-1 MTs Negeri 2
Jeneponto dengan prosedur : (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan dan
pengamatan, dan (3) refleksi dalam setiap siklus. Pada siklus I menggunakan
pendekatan yang standar (CTL) dan pada siklus II menggunakan pendekatan SAVI.

4.2. Deskripsi Data Siklus I


Data siklus I pada penelitian ini mencakup perencanaan tindakan pelaksanaan
tindakan, dan pengamatan, catatan peneliti, jurnal kolaborator, hasil penelitian
penyampaian pengumuman siswa dan rekapitulasi nilainya dengan menerapkan
metode yang umum (yang biasa digunakan guru dalam pembelajaran.

26
Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan dengan durasi 3 x 40 menit.
Pertemuan tersebut dilakukuan, pada selasa 30 oktober, Rabu 31 Oktober, dan selasa 6
November 2020. Pada jam ke-5 dan 6 (pukul 10.00 s.d. 11.20). Pada siklus ini peneliti
menggunakan satu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk 3 kali pertemuan.
Kompetensi yang akan dicapai adalah menyampaikan pengumuman dengan
intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat yang lugas dan sederhana. Untuk
mencapai kompetensi ini, peneliti belum menerapakan pendekatan SAVI tetapi masih
pendekatan CTL dengan metode tanya jawab, inquiri, dan permodelan.

4.2.1. Perencanaan Tindakan


Pada tahap perencanaan tindakan ini, peneliti menyiapkan segala sesuatu
yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran penyampaian pengumuman di
depan kelas antara lain :
1. Menentukan kompetensi yang akan dicapai
2. Menyiapkan RPP sesuai Kompetensi Dasar dan tujuan pembelajaran
3. Menyiapkan contoh model teks pengumuman
4. Menyiapkan format penilaian
5. Menyiapkan format / jurnal kolaborator

4.2.2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan


Setelah selesai merencanakan tindakan, tahap berikutnya melaksanakan
tindakan penelitian kelas. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti selaku
guru, sedangkan pengamatan dilakukan peneliti dan kolaborator dibantu alat
dokumentasi.
Berikut ini disajikan data pelaksanaan tindakan dan pengamatan pada
siklus I dengan langkah-langkah pembelajaran sesuai tujuan dan indicator pada
RPP, catatan peneliti, jurnal kolaborator, dan rekapitulasi nilai keterampilan siswa
dalam menyampaikan pengumuman.

4.2.2.1. Deskripsi Langkah-Langkah Meningkatkan Keterampilan Berbicara


Siswa Melalui Pendekatan Biasa dan Pendekatan SAVI.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam meningkatkan keterampilan


berbicara siswa dilakukan dalam empat tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
penyampaian, tahap inti, dan tahap penampilan hasil.

27
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini guru mengondisikan siswa dengan baik agar
memiliki kesan positif dan empati pada pembelajaran yang akan
dilakukan dan menyampaikan siswa dalam situasi optimal untuk
belajar. Di awal pembelajaran guru memberikan sugesti yang positif,
umumnya siswa terlihat antusias dan setiap untuk belajar. Berikutnya
guru bertanya jawab dengan siswa tentang kompetensi / materi yang
dibahas pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru bertanya
jawab dengna siswa tentang pengumuman baik dalam menulis
maupun dalam menyampaikannya. Pada siklus I guru belum
memberikan pretest tentang pengumuman, namun dalam siklus II,
guru memberikan pretest tentang pemahaman siswa terhadap
pengumuman. Dari hasil tes tersebut tergambarlah bahwa siswa

b. Tahap Penyampaian
Tujuan dari tahap ini adalah membantu siswa menemukan cara
belajar yang menarik tidak membosankan. Baik pada siklus I maupun
siklus II guru menginformasikan pada siswa tentang kompetensi
yang akan dicapai dan manfaat yang akan diperoleh siswa dari
pembelajaran tersebut. Pada siklus II pada siswa diinformasikan cara
belajar yang menyenangkan, menarik, relevan, dan melibatkan semua
indera. Dalam tahap ini guru, guru memotivasi siswa agar melibatkan
seluruh otak, tubuh dalam belajar dan mengaitkannya dengan
pendekatan SAVI. Dengan cara itu siswa dilibatkan secara penuh
sejak awal. Pada siklus I pertemuan pertama guru memberikan
contoh pengumuman, siswa mencermati, lalu guru dan siswa
bertanya jawab tentang pokok-pokok pengumuman.

c. Tahap Inti
Tahap ini tujuannya membantu siswa mengintegrasikan dan
menyerap pengetahuan serta meningkatkan keterampilan berbicara
khususnya penyampaian pengumuman siswa melalui pendekatan
biasa dan pendekatan SAVI. Tahap ini adalah tahap substansinya
pembelajaran. Sebelum menyampaikan pengumuman, siswa diminati
untuk membuat teks pengumuman.

28
Pada siklus I, pertemuan pertama hal berikutnya yang dilakukan
guru adalah mencontohkan cara menyampaikan pengumuman, lalu
berdiskusi dengan siswa tentang cara menyampaikan pengumuman,
dan criteria penilaian penyampaian pengumuman. Selanjutnya guru
meminta siswa untuk menentukan topik pengumuman dari
lingkungan sekitar, kemudian siswa diminta untuk merangkai pokok-
pokok pengumuman menjadi sebuah pengumuman yang telah
dirangkai siswa berlatih untuk menyampaikan pengumuman
bergantian dengan teman sebangkunya, sementara temannya
mencermati dan mengomentari penyampaian pengumuman yang
dilakukan temannya. Pada akhir pembelajaran siklus I pertemuan I
ini, guru dan siswa merangkum dan menyimpulkan teknik
penyampaian pengumuman yang tepat, lalu melakukan refleksi dari
pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama tersebut. (RPP
terlampir)
Dalam pertemuan kedua dan ketiga pada siklus I, diawali dengan
bertanya jawab tentang kegiatan penyampaian pengumuman dengan
teman sebangku. Selanjutnya guru meminta siswa untuk merevisi
pengumuman yang akan disampaikan dan memindahkan pada cara
baca. Setelah teks pengumuman yang ditulis telah tepat dan benar,
lalu siswa maju ke depan kelas secara bergantian untuk
menyampaikan pengumuman. Guru dan siswa menilai penampilan
temannya sesuai dengan format penilaian yang sudah disepakati.
Secara bergantian siswa mengomentari penyampaian pengumuman
yang telah dilakukan siswa. Proses berikutnya, guru dan siswa
menentukan 3 orang siswa yang terbaik penyampaian
pengumumannya. Terakhir guru dan siswa melakukan refleksi
terhadap proses belajar pada hari tersebut.
Pada siklus I ini, format penilaian yang digunakan hanya menilai
satu aspek saja yaitu aspek kebahasaan, yang meliputi intonasi; vokal;
pilihan kata; dan bahasa dengan rentang nilai 1 – 5. Untuk
menjelaskan tentang rentang nilai dan bobotnya, guru hanya
memberikan penjelasan secara lisan (Rekap hasil penilaian guru dan
contoh penilaian siswa, terlampir)
Tahap berikutnya pada siklus II, pembelajaran dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan SAVI, tujuannya untuk membantu

29
siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan, serta
meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Pada pertemuan I dalam
siklus II ini, tahap awal yang dilakukan guru adalah penerapan unsur
visual dari pendekatan SAVI. Guru meminta siswa untuk mengamati
situasi di lingkungannya terutama tentang hal yang berhubungan
dengan pengumuman, kemudian mendiskusikannya. Sebelumnya
guru dan siswa bertanya jawab dengan siswa tentang pengalaman
mereka pada siklus I. Berikutnya guru memberikan 4 jenis ilustrasi
pada siswa, lalu mereka diminta untuk menulis teks pengumuman
berdasarkan ilustrasi yang diperoleh. Kemudian siswa berpasangan
dengan teman sebangku dan membacakan teks pengumuman
masing-masing sejawatnya mengoreksi, mengevaluasi, dan
mengomentari pembacaan temannya. Setelah itu siswa memperbaiki
dan menyempurnakan teks pengumuman mereka dan menuliskan
hasilnya pada kartu baca.
Pada pertemuan ke-2 dan ke-3, siswa diarahkan untuk praktik
penyampaian pengumuman, sebelum memulai praktik penyampaian
pengumuman guru menginformasikan format dan mekanisme
penilaian penyampaian pengumuman. Pada siklus II ini, format
penilaian sudah disempurnakan dengna dua unsur penilaian : unsur
kebahasaan dan unsur non kebahasaan. Berbeda dengan penilaian
pada siklus I dimana setiap siswa memberikan penilaian pada setiap
siswa yang tampil, pada siklus II ini ditunjuk 5 orang penilai / juri
yang berbeda untuk 5 orng pembaca yang berbeda pul, demikian
seterusnya hingga setiap siswa berkesempatan untuk menilai.
(Format penilaian dari rekap hasil penilaian terlampir ). Sebelum
dimulai penampilan pembacaan, hal pertama yang dilakukan guru
adalah mengajak siswa untuk melakukan gerakan / senam otak
dengan diiringi music. Guru memberikan 5 contoh gerakan tubuh
( kaki, tangan, dan kepala). Di sela-sela penampilan siswa dalam
penyampaian pengumuman, siswa selalu diajak untuk melakukan
gerakan ini. Gerakan ini brain gym merupakan penerapan unsur
somatic dari pendekatan SAVI.
Langkah berikutnya, setelah kelompok siswa ( 5 orang ) selesai
tampil menyampaikan pengumuman, guru meminta siswa untuk
mengingat dan menyampaikan kembali isi / pokok-pokok

30
pengumuman yang disampaikan temannya. Tujuannya untuk
mengevaluasi pikiran, pendengaran, dan menguatkan pemahaman
mereka terhadap ke-4 jenis pengumuman yang disampaikan.
Kegiatan ini merupakan penerapan unsur auditoris dan visual dalam
pendekatan SAVI.

d. Tahap Penampilan Hasil


Setelah melaksanakan tiga tahap pembelajaran dalam siklus I,
guru perlu menginformasikan nilai / kemampuan nyata yang
diperoleh siswa dalam penyampaian pengumuman.
Tujuan dari tahap penampilan hasil ini adalah membantu siswa
untuk berani tampil dengan performance yang tepat dalam
menyampaikan pengumuman. Untuk mengukur kemampuan siswa
dalam menyampaian pengumuman, setiap siswa berkesempatan
untuk menilai penampilan temannya dalam menyampaikan
pengumuman, sesuai format penilaian yang dibagikan. Hasil
penilaian guru dan siswa (setelah diakumulasikan) untuk setiap
siswa adalah sebagai berikut : - dari 37 orang siswa kelas VII B yang
memperoleh nilai sesuai dengan standar (KKM) 7.00 sebanyak 23
orang (62,16 % ) – sebanyak 13 orang (37,83 %) masih di bawah KKM.
Rata-rata keterampilan kompetensi siswa di kelas tersebut 60,56.
Setelah menerapkan pendekatan SAVI, pada siklus II, maka
perolehan nilai siswa dalam penyampaian pengumuman sebagai
berikut : - siswa yang memperoleh nilai sesuai KKM sebanyak 30
orang (81,08%), - siswa yang belum tuntas sebanyak 7 orang (18,91%).
Rata-rata ketercapaian kompetensi siswa meningkat menjadi 73,48,
naik sebesar 1,21%. Waktu disediakan untuk kegiatan inti pada siklus
I dan II disediakan waktu 50 menit.
Pada tahap akhir pembelajaran di siklus II ini guru dari siswa
bertanya jawab secara lisan, dan memberikan lembar observasi /
angket pada siswa tentang pembelajaran dengan pendekatan SAVI
ini. Secara lisan pada umumnya jawaban siswa menyatakan bahwa
mereka senang dan terkesan dengan model pembelajaran
pendekatan SAVI ini. Menurut mereka pembelajaran menyenangkan
dan tidak membosankan. Data jawaban siswa secara riil tertuang
dalam lembar observasi siswa (terlampir)

31
Selanjutnya, guru bersama siswa mengadakan refleksi
pembelajaran. Dalam kegiatan ini, guru menanyakan kesulitan yang
dialami siswa dalam menyampaikan pengumuman di depan publik.
Seluruh pelaksanaan kegiatan penelitian pada siklus I dan Siklus
II tertuang dalam RPP. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
peneliti memonitor dan mencatat semua perkembangan yang terjadi
di dalam kelas. Siswa mengikuti pembelajaran dengan senang dan
antusias, walaupun ada beberapa kekurangan dalam proses
penyampaian pengumuman. Semua tindakan penelitian mulai dari
tahap persiapan hingga tahap penampilan hasil diamati oleh peneliti
dan kolaborator. Peneliti selain bertugas sebagai guru pengajar dan
melaksanakan penelitian tindakan kelas, juga mengamati hal-hal
yang terjadi di kelas. Proses perjalanan KBM dan respon siswa
terhadap kompetensi dasar / materi yang dibahas dan tugas dicatat
peneliti dalam jurnal peneliti, sedangkan sejawat guru kolaborator
mencatat pada jurnal kolaborator. Berikut ini diuraikan catatan
peneliti dan kolaborator pada siklus I dan Siklus II.

1. Tabel Hasil / Rekapitulasi Nilai Penyampaian Pengumuman Siklus I (KKM 70


No Nama KKM 70 Nilai Ket
1 Egi Saputra 70 60 Tidak tuntas
2 Haikal Novadra 70 65 Tidak tuntas
3 Hasni 70 80 Tuntas
4 Irsan 70 70 Tuntas
5 Ikwal 70 55 Tidak tuntas
6 Inka Monika Pratami 70 75 Tuntas
7 Juwita 70 80 Tuntas
8 Muh. Zulfacjri Askar 70 55 Tidak tuntas
9 M. Zulhidayat 70 75 Tuntas
10 M. Irsyad 70 70 Tuntas
11 Nensi 70 50 Tidak tuntas
12 Nur Asizah Yusuf 70 70 Tuntas
13 Nurjannah Ainun. R 70 50 Tidak tuntas
14 Resky Dwi Abdi Negara 70 65 Tidak tuntas
15 Rendi Saputra Jaya 70 60 Tidak tuntas
16 Resky Awal Ramadan 70 60 Tidak tuntas
17 Rindi Aulia 70 70 Tuntas
18 Surahmat 70 50 Tidak tuntas
19 Suci Rahmadani 70 75 Tuntas

32
20 Seli Arianti 70 65 Tidak tuntas
21 Suparmi 70 70 Tuntas
22 Saskia Triani 70 70 Tuntas
23 Siti Maghfira Ramadhani 70 60 Tuntas
24 St. Fatimah Azzahra 70 75 Tuntas
25 Wanda 70 75 Tuntas
26 Riska Dewi Dinata 70 70 Tuntas
27 Inggryd adhela Hamsah 70 55 Tuntas
28 Muh. Rifki Al Hidayat 70 70 Tuntas
29 Arman 70 50 Tidak tuntas
30 Aldes Fharoq 70 70 Tuntas
31 Adelia 70 75 Tuntas
32 Egi Saputra 70 70 Tuntas
33 Haikal Novadra 70 55 Tidak tuntas
34 Hasni 70 80 Tuntas
35 Irsan 70 60 Tidak tuntas
36 Ikwal 70 70 Tuntas
37 Inka Monika Pratami 70 75 Tuntas
Rata-rata nilai 60,56

2. Hasil Akumulasi Nilai Penyampaian Pengumuman Siklus II (KKM 70)


No Nama KKM 70 Nilai Ket
1 Egi Saputra 70 70 Tuntas
2 Haikal Novadra 70 70 Tuntas
3 Hasni 70 85 Tuntas
4 Irsan 70 75 Tuntas
5 Ikwal 70 70 Tuntas
6 Inka Monika Pratami 70 75 Tuntas
7 Juwita 70 85 Tuntas
8 Muh. Zulfacjri Askar 70 70 Tuntas
9 M. Zulhidayat 70 75 Tuntas
10 M. Irsyad 70 75 Tuntas
11 Nensi 70 65 Tidak Tuntas
12 Nur Asizah Yusuf 70 70 Tuntas
13 Nurjannah Ainun. R 70 60 Tidak Tuntas
14 Resky Dwi Abdi Negara 70 70 Tuntas
15 Rendi Saputra Jaya 70 65 Tidak Tuntas
16 Resky Awal Ramadan 70 75 Tuntas
17 Rindi Aulia 70 80 Tuntas
18 Surahmat 70 65 Tidak Tuntas
19 Suci Rahmadani 70 80 Tuntas

33
20 Seli Arianti 70 70 Tuntas
21 Suparmi 70 75 Tuntas
22 Saskia Triani 70 75 Tuntas
23 Siti Maghfira Ramadhani 70 65 Tidak Tuntas
24 St. Fatimah Azzahra 70 80 Tuntas
25 Wanda 70 82 Tuntas
26 Riska Dewi Dinata 70 75 Tuntas
27 Inggryd adhela Hamsah 70 70 Tuntas
28 Muh. Rifki Al Hidayat 70 75 Tuntas
29 Arman 70 65 Tidak Tuntas
30 Aldes Fharoq 70 75 Tuntas
31 Adelia 70 78 Tuntas
32 Egi Saputra 70 76 Tuntas
33 Haikal Novadra 70 65 Tidak Tuntas
34 Hasni 70 85 Tuntas
35 Irsan 70 70 Tuntas
36 Ikwal 70 78 Tuntas
37 Inka Monika Pratami 70 80 Tuntas
Rata-rata nilai 73, 48

1.2.2.2 Catatan Peneliti


Siklus I ini dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan dengan durasi 6 x 40 menit. Di
awal pembelajaran, peneliti mengajukan pertanyaan yang bermakna kepada siswa
berupa pertanyaan yang berisi motivasi dan sugesti positif, walaupun ada beberapa
siswa yang kurang perhatian namun sebagian besar siap dan antusias untuk belajar.
Berikutnya peneliti melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan yang
mengarah pada kompetensi dasar yang akan dibahas, kemudian peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini disampaikan dengan
maksud agar siswa memahami secara jelas kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran tersebut.
Pertama peneliti memberikan contoh teks pengumuman, lalu siswa membaca
dan mencermati contoh teks pengumuman tersebut. Selanjutnya guru dan siswa
bertanya jawab tentang pokok-pokok pengumuman kemudian menyimpulkannya.
Langkah-langkah ini dilakukan pada kegiatan awal pada pertemuan pertama.
Memasuki kegiatan inti, guru mengarahkan siswa agar mengamati lingkungan
sekitarnya, berdasarkan situasi dan kondisi lingkungan sekitar, siswa menentukan topik
sebuah pengumuman. Setelah menentukan topiknya masing-masing, lalu siswa

34
merangkai pokok-pokok pengumuman. Teks pengumuman yang telah selesai,
dibacakan siswa secara bergantian dengan teman sebangkunya. Siswa dengan temannya
saling mencermati dan mengomentari pengumuman yang dibacakan temannya. Pada
kegiatan akhir guru bersama siswa merangkum dan menyimpulkan teknik
penyampaian pengumuman yang tepat. Pada penutup pembelajaran dalam pertemuan
pertama tersebut siswa dan guru melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran hari
itu.
Pada pertemuan kedua dan ketiga, dalam kegiatan awal siswa dan guru
bertanya jawab tentang kegiatan penyampaian pengumuman yang dipraktikkan dengan
teman sebangkunya. Berikutnya siswa merevisi pengumuman yang akan disampaikan
sesuai sarana dan komentar temannya. Memasuki kegiatan inti dalam pertemuan ini
siswa bergantian maju ke depan kelas untuk menyampaikan pengumuman. Sementara
itu guru dan siswa lainnya menilai penampilan temannya dalam penyampaian
pengumuman berdasarkan format yang sepakati. Setelah penampilan terakhir, selesai
tampil, siswa dan guru menentukan 3 orang siswa terbaik dalam penyampaian
pengumuman. Dalam kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulkan cara dan teknik
penyampaian pengumuman yang tepat, kemudian siswa dan guru melakukan refleksi
terhadap proses pembelajaran hari tersebut.
Siklus II juga dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan dengan durasi 6 x 40 menit.
Dalam kegiatan awal pada pertemuan pertama guru dan siswa bertanya jawab tentang
pembelajaran pada siklus I sebelumnya. Selanjutnya guru memberikan soal untuk pretes
(data hasilnya terlampir). Dari hasil jawaban siswa dalam pretes yang pertanyaan
seputar pengetahuan dan pemahaman siswa tentang pengumuman dapat disimpulkan
bahwa pada umumnya siswa sudah paham apa itu pengumuman dan sudah sering
membaca dan mendengarkan pengumuman. Langkah-langkah berikutnya pertemuan
pertama pada siklus II hampir sama dengan pada siklus I.
Inti guru menyampaikan 4 jenis ilustrasi pada siswa tentang kegiatan sekolah,
lalu siswa menentukan topik pengumuman sesuai ilustrasi yang peroleh. Dalam
pertemuan ke-2 dan ke-3 pada siklus II ini, guru mengawali dengan bertanya jawab
dengan siswa tentang kegiatan sebelumnya, kemudian siswa merevisi pengumumannya
dan menulisnya kembali pada kartu baca. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk
melakukan gerakan anggota tubuh (senam otak). Guru menjelaskan tentang tujuan dan
manfaat dari gerakan tersebut. Siswa diminta untuk bersiap menyampaikan
pengumuman dan menyiapkan teks pengumumannya masing-masing.
Memasuki langkah berikutnya pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk
membaca pengumumannya dalam hati, lalu guru menunjuk beberapa orang untuk

35
menyampaikan pengumuman ke depan kelas. Lima orang siswa diminta untuk menjadi
tim penilai, setelah selesai beberapa orang membacakan, guru menghentikan
pembacaan sejenak, lalu mengajak siswa kembali melakukan brain gym. Kegiatan
selang-seling ini dilakukan hingga seluruh siswa selesai membacakan pengumuman.
Diselingi gerakan brain gym (penerapan pendekatan somatis), guru bertanya
jawab dengan siswa tentang isi / topik pengumuman yang disampaikan temannya, ini
sebagai latihan penerapan pendekatan auditori dan intelektual. Kegiatan menilai dan
mengamati penampilan teman dalam menyampaikan pengumuman merupakan
aplikasi dari pendekatan visual.
Pada pertemuan ketiga guru meminta siswa untuk menyimpulkan teks
pengumumannya masing-masing. Berikutnya guru meminta siswa untuk menggunakan
imajinasinya dalam membayangkan gagasan yang disampaikan temannya. Pada akhir
kegiatan dalam pembelajaran ini guru meminta siswa untuk merenung dan menuliskan
kesimpulan dari 4 jenis teks pengumuman yang dibacakan. Siswa juga diminta untuk
memberikan opini tentang pembelajaran tersebut. Sebelum pembelajaran ditutup guru
meminta siswa untuk mengisi format / angket observasi dan komentar / refleksi
terhadap pembelajaran. Dari jawaban / isian siswa disimpulkanlah bahwa siswa sudah
paham tentang hal-hal yang perlu diperhatikan waktu menyampaikan pengumuman.
Siswa menyatakan bahwa mereka nyaris tidak menemui kesulitan dalam pembelajaran
ini, dan hampir seluruh warga kelas IX-1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada
siklus II yang menguraikan pendekatan SAVI, lebih menarik / menyenangkan

1.2.2.3 Jurnal Kolaborator


Jurnal kolaborator pada siklus I dan II berisi pengamatan kolaborator terhadap
kegiatan peneliti yang meliputi pengelolaan KBM, penjelasan materi, strategi
pembelajaran, dan kegiatan siswa yang meliputi respon, pemahaman materi, dan
kemajuan siswa. Kolaborator juga memberikan saran-saran kepada peneliti demi
peningkatan kualitas proses pembelajaran (format isi jurnal kolaborator terlampir)

1.2.2.4 Hasil / Nilai Keterampilan Berbicara ( Penyampaian Pengumuman)


Hasil objektif nilai penyampaian pengumuman sudah diuraikan pada tahap
penampilan hasil sudah dituangkan pada halaman 27 siklus I dan halaman 34 siklus II

1.2.3 Refleksi I dan Revisi Perencanaan Untuk Pengembangan Tindakan Siklus


Berikutnya

36
Proses seluruh kegiatan pada siklus I, diamati, dicatat, dan dievaluasi oleh peneliti
dan kolaborator untuk disimpulkan sebagai refleksi dan bahan perbaikan pada siklus II.
Refleksi dilakukan dengan mengamati rekapitulasi nilai penyampaian pengumuman
dengan pendekatan biasa / konvensional dan dengan mengamati respon dan kesulitan
siswa dalam penyampaian pengumuman. Berdasarkan hasil nilai dan pengamatan
tersebt dapat direfleksikan bahwa siswa masih kurang perhatian, kurang respon
terhadap pembelajaran. Jika siswa ada agak tenang dan serius memperhatikan
penampilan temannya itu hanya karena setiap siswa dilibatkan dalam menilai
penampilan temannya. Dari hasil penampilan dan pengamatan tersebutlah maka
peneliti mengembangkan RPP dan menggunakan pendekatan SAVI pada siklus II

1.2.4 Perencanaan Tindak Lanjut


Siklus II dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan (RPP terlampir). Dlaam siklus II ini
peneliti sudah menggunakan pendekatan SAVI dalam usaha meningkatkan
keterampilan berbicara siswa khususnya dalam kegiatan penyampaian pengumuman.
Kegiatan dalam siklus untuk pertemuan kedua dilaksanakan di ruang audio visual, agar
representatif untuk bergerak dalam brain gym dan juga dapat menggunakan media
microphone / pengerang suara sebelumnya sudah diuraikan bahwa hasil perolehan
siswa pada siklus II ini mengalami kenaikan 1, 21 %.

1.3 Temuan-Temuan
Berdasarkan hasil pengamatan guru dan kolaborator juga dari hasil angket siswa
dapat dikemukakan temuan sebagai berikut :
1. Keterampilan berbicara siswa khususnya dalam penyampaian pengumuman
dapat ditingkatkan melalui pendekatan SAVI. Ini dapat dibuktikan dari
meningkatnya hasil / nilai siswa .
2. Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI, sangat disenangi
dan menarik bagi siswa. Ini dapat dibuktikan dengan hasil angket siswa .
3. Melakukan gerakan brain gym sebelum belajar dan selanjutnya waktu proses
pembelajaran dapat meminimalkan rasa kantuk dan mengurangi kelelahan
tubuh
4. Pendekatan SAVI ini dapat membantu peneliti dengan mudah menyampaikan
materi pembelajaran dan mencapai kompetensi yang diharapkan.
5. Penerapan pendekatan SAVI dalam pembelajaran berbicara dalam hal
penyampaian pengumuman cenderung ramai, tetapi pembelajaran ini

37
mengarahkan siswa untuk memadukan fungsi otak dan indera sehingga proses
penyerapan materi menjadi optimal.

1.4 Keterbatasan Peneliti


Penelitian sudah dilaksanakan dengan maksimal namun masih memiliki
keterbatasan dan kelemahan sebagai berikut :
1. Peneliti belum maksimal menangani individu siswa yang bermasalah dalam
penyampaian pengumuman karena keterbatasan waktu dan tenaga.
2. Kurang maksimal pengamatan kolaborator karena keterbatasan waktu
3. Penelitian ini belum mengakomodir multiple inteligence secara keseluruhan,
melainkan hanya mencakup beberapa tipe kecerdasan saja.
4. Penyusunan strategi pembelajaran masih belum sempurna karena tidak melatih
siswa untuk bekerja sama dalam tim (team work) secara maksimal.
5. Penelitian ini dapat disempurnakan lagi dengan menambahkan strategi seperti
metode permainan dan simulasi untuk mengantisipasi siswa yang tidak fokus
atau belum respon.

1.5 Teknik Analisis Data


Analisis data menggunakan pendekatan kualitatif. Data dianalisis adalah data
yang berhubungan dengan KBM yang berlangsung di kelas, yaitu mencakup deskripsi,
observasi, refleksi pembelajaran yang sedang atau telah berlangsung dan juga nilai
penyampaian pengumuman oleh guru peneliti dan teman siswa sebagai juri. Paparan
data disajikan dalam bentuk paparan naratif, tabel nilai dan perwujudan lainnya pada
laporan yang dapat menggambarkan tentang proses dan hasil tindakan yang
dilaksanakan.

38
BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Pada bab V ini diuraikan tentang kesimpulan, implikasi, dan saran-saran yang
bermakna dan bermanfaat sebagai semua pihak yang terkait dengan penelitian ini
A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan guna
meningkatkan keterampilan berbicara khususnya dalam penyampaian pengumuman
siswa kelas IX MTs Negeri 2 Jeneponto melalui pendekatan biasa / konvensional dan
penerapan pendekatan SAVI ( Somatis, Auditoris, Visual, dan Intelektual ) adalah
sebagai berikut :
1. Keterampilan berbicara siswa pada siklus I (belum menerapkan pendekatan
SAVI) masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria
Ketuntasan Minimal nilai bahasa Indonesia kelas VII adalah 70. Pada siklus I ini
siswa kelas IX-1 yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 23 orang (62,16).

39
Sedangkan 14 siswa (37,83%) lagi nilainya masih di bawah KKM atau belum
tuntas.
2. Setelah menerapkan pendekatan SAVI, pada siklus II maka perolehan nilai
siswa dalam penyampaian pengumuman mengalami peningkatan. Siswa yang
memperoleh nilai sesuai dengan standar KKM mencapai 30 orang (81,08%)
disebut juga sudah tuntas. Siswa yang belum tuntas sebanyak 7 orang (18,91%),
jadi mengalami kenaikan 1,21%.
3. Pada siklus II dengan menerapkan pendekatan SAVI, kegairahan, antusias, dan
respon siswa dalam proses pembelajaran sangat tinggi.
4. Dalam pendekatan SAVI pada pembelajaran berbicara khusus penyampaian
pengumuman, guru perlu memadukan keempat unsur pendekatan secara
simultan dan dipadukan dengan kreativitas yang dimiliki.
5. Penerapan pendekatan SAVI sangat membantu proses pembelajaran untuk
mencapai sasaran atau kompetensi yang diharapkan akan terpenuhi
6. Dalam pengelolaan kelas, waktu menerapkan pendekatan SAVI, perlu
diperhatikan beberapa hal, yaitu perencanaan sistematis, efektivitas
penggunaan waktu, kesabaran, dan kegigihan dalam membimbing siswa.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka implikasi penelitian ini adalah
bahwa pendekatan SAVI dapat direkomendasikan sebagai salah satu pendekatan
pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara praktis siswa.
Dalam pembelajaran berbicara khususnya penyampaian pengumuman, penerapan
pendekatan SAVI dapat mengarahkan siswa untuk memadukan fungsi otak dan indera,
sehingga proses penyerapan materi lebih optimal. Selain itu, penerapan pendekatan
SAVI ini dapat membangun suasana belajar lebih menyenangkan dan tidak
membosankan. Karena ketika membaca siswa tidak hanya berdiri membaca dan duduk
mendengarkan, melainkan melakukan aktivitas fisik dan mental dengan diselingi
gerakan brain gym
Berdasarkan hal tersebut, pendekatan SAVI dapat membantu guru dalam
meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Guru dapat memadukan keempat unsure
dalam pendekatan SAVI secara simultan dan dikombinasikan dengan kreativitas dan
inovasi guru dalam mengajar.
Dalam keterkaitannya dengan ilmu lain, pendekatan SAVI tidak hanya dapat
diterapkan dalam kegiatan berbicara dalam pembelajaran Bahasa Indonesia saja, tetapi

40
dapat juga diterapkan dalam suatu kegiatan berbicara dalam mata pelajaran lain.
Pendekatan SAVI ini dapat diterapkan dalam kegiatan belajar secara umum.

C. Saran-Saran

Merujuk pada kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan tersebut, maka saran-
saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Untuk menerapkan pendekatan SAVI di kelas, terlebih dulu guru hendaknya
memahami dengan baik mengenai konsep dan prinsip pendekatan SAVI agar
pembelajaran berjalan optimal sehingga tujuan pembelajaran dapt tercapai.
2. Penerapan pedekatan SAVI bisa dikembangkan lagi dengan metode permainan
dan simulasi, ini untuk mengantisipasi dan meminimalisasi ketidakpedulian
siswa dalam pembelajaran.
3. Dalam menerapakan gerakan brain gym, guru dapat menyampaikan pada siswa
tentang manfaat dari gerakan tersebut, dan memadukan dengan iringan musik
yang disenangi siswa.
4. Guru harus pandai mengelola penggunaan waktu dalam penerapan pendekatan
SAVI ini di samping itu sangat perlu kesabaran dalam membimbing siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. 1998 Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia, Jakarta: Erlangga,

Carnegie, Dale. 2001. Cara Cepat dan Mudah Berbicara Efektif. Jakarta : Pustaka
Delapratista

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990 Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka

Campbell, Linda, Bruce Campbell dan De Diekinson. 2004. Metode Praktis


Pembelajaran : Berbasis Multiple Intelligance. Depok: Intuisi Press

DePotter, Bobbi and Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning. Kaifa : Bandung.

DePotter, Bobbi, Mark Reardon and Sarah Singer-Nourie. 2000. Quantum


Teaching. Bandung : Kaifa

Dunckel, Jacqueline. 1995. Menjadi Pembicara Ulung dalam Bisnis. Jakarta : Arcan.

41
Effendy, Onong Uchajana. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosda Karya

Fidhiah, Isa. 1996. Contoh MC (Master of Ceremony) dan Pidato. Tuban: Amanah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, Tentang


Standarisasi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja


Rosda Karya

Wiyanto, Asul. 2001. Terampil Pidato. Jakarta: Grasindo

LAMPIRAN - LAMPIRAN

42
Catatan Peneliti
Siklus I

Hari / Tanggal : Selasa, 30 Oktober 2020


Tempat : MTs Negeri 2 Jeneponto
Kelas : IX-1
Waktu : 10.00 s.d. 11.20 WITA
Guru : Peneliti
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
No Kegiatan Keterangan
1. Peneliti membuka pelajaran dengan Sebagian besar siswa terlihat antusias
memberikan pernyataan yang berupa mendengarkan pernyataan peneliti. Hal
motivasi positif kepada siswa itu dapat dilihat dari wajah mereka yang
bersemangat.
2. Peneliti melakukan apersepsi dengan Siswa berebutan menjawab pertanyaan
mengajukan beberapa pertanyaan guru sehingga kelas terdengar gaduh
kepada siswa mengenai kompetensi / kemudian peneliti menunjuk salah satu di
materi pada pertemuan sebelumnya antara mereka untuk menjawab
pertanyaan itu.
3. Peneliti mengitari kelas, lalu meminta Siswa tersebut berpendapat bahwa
seorang siswa untuk berbagi kesulitan yang dialami ketika maju
pengalaman mengenai kegiatan seringkali malu dan grogi.
berbicara tentang pengumuman
4 Peneliti memberi sugesti positif Sebagian besar siswa menyimak
dengan memaparkan beberapa penjelasan peneliti
manfaat yang akan diperoleh siswa

43
dari aktivitas berbicara
5 Peneliti menulis kompetensi yang Sebagian besar perhatian siswa tertuju
akan dicapai dalam pelajaran di papan pada tujuan kompetensi dasar yang
tulis dan menyampaikan tujuan peneliti tulis.
pembelajaran pada hari itu.
6 Untuk mengarahkan siswa, peneliti Siswa berebut menyampaikan
mengajak siswa untuk melakukan pengalaman mereka dalam membaca dan
diskusi tentang pengalaman mereka mendengarkan pengumuman
terhadap pengumuman

7 Siswa diberi contoh teks pengumuman Siswa membaca dan mencermati teks
pengumuman

8 Siswa dan guru berdiskusi mengenai Siswa bertanya jawab mengenai


kesulitan mereka dalam memahami pengumuman
teks pengumuman
9 Siswa diminta untuk bertanya jawab Siswa menyimpulkan pokok-pokok
tentang pokok-pokok pengumuman pengumuman
10 Siswa diminta untuk menentukan Siswa menentukan topik pengumuman
topik pengumuman dari lingkungan sekitar
11 Siswa diminta merangkai topik Siswa merangkai topik pengumuman
pengumuman menjadi teks pengumuman
12 Siswa diminta untuk berlatih Siswa bergantian dengan teman sebangku
menyampaikan pengumuman menyampaikan topik pengumuman
13 Siswa diperlihatkan format penilaian Beberapa siswa mengajukan pertanyaan
penyampaian pengumuman seputar format penilaian
14 Masing-masing siswa diminta untuk Waktu temannya maju, terlihat beberapa
maju ke depan kelas menyampaikan siswa yang mengobrol, tetapi sebagian
pengumuman, dan temannya besar siswa terlihat cukup serius
memberikan penilaian pada format mengamati dan menilai penampilan
penilaian temannya
15 Peneliti meminta siswa untuk Siswa mengumpulkan hasil penilaian
mengumpulkan hasil penilaian
16 Siswa bersama peneliti mengadakan Siswa bersama guru megadakan refleksi
refleksi pembelajaran pembelajaran

Catatan Peneliti
Siklus II

Hari / Tanggal : Selasa, 27 November 2020


Tempat : MTs Negeri 2 Jeneponto
Kelas : VII B
Waktu : 10.00 s.d. 11.20 WITA
Guru : Peneliti
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
No Kegiatan Keterangan
1 Peneliti memasuki ruangan kelas Ketua kelas memimpin membaca doa,
kemudian member salam dan kemudian memberi salam kepada guru.
menanyakan kabar siswa, serta Siswa menjawab pertanyaan guru
memeriksa kesiapan siswa dengan baik. Perlengkapan untuk
belajar Bahasa Indonesia telah disiapkan
oleh masing-masing siswa di atas meja
2 Siswa diajak untuk melakukan Siswa aktif bergerak dan terlihat
permainan otak dan dijelaskan tujuan menikmati dengan apa yang mereka
dari permainan tersebut lakukan. Dalam kegiatan ini pula
suasana kelas menjadi ramai dan
“hidup karena diiringi masuk”

44
3 Peneliti melakukan apersepsi terhadap Siswa yang menjawab pertanyaan dapat
hal-hal yang pada pertemuan menjawab pertanyaan peneliti dengan
sebelumnya telah dijelaskan baik
4 Siswa dan peneliti membahas Siswa terlihat serius memperhatikan
kekurangan-kekurangan dalam penjelasan guru. Sepertinya mereka
penyampaian pengumuman dilakukan tidak ingin sukses dalam
siswa pada siklus I. penampilannya
5 Peneliti melakukan tanya jawab untuk Siswa kelihatan sudah paham tentang
memastikan pemahaman siswa cara / teknik penyampaian
mengenai kompetensi yang telah pengumuman. Setelah itu siswa
dijelaskan. Kemudian siswa diberikan menjawab soal pretest
soal untuk pretest
6 Siswa dibagikan 4 jenis ilustrasi yang Siswa mulai membaca dan memahami
berbeda untuk menulis teks ilustrasi yang diperoleh
pengumuman
7 Siswa diminta untuk merangkai Siswa mulai merangkai pokok-pokok
pokok-pokok pengumuman sesuai pengumuman
ilustrasi
8 Siswa diarahkan untuk berlatih Siswa bergantian dengan temannya
membacakan teks pengumuman berlatih menyampaikan pengumuman
9 Siswa diajak peneliti untuk belajar Siswa memperbaiki pekerjaannya sesuai
mengoreksi dan menilai pembacaan komentar temannya
pengumuman
10 Siswa diminta untuk menyiapkan teks Siswa bersiap untuk tampil
pengumumannya.
11 Guru membagi format penilaian yang Siswa mencermati format penilaian dan
lebih lengkap dari siklus I” menanyakan hal-hal yang kurang
dipahami
12 Siswa diminta siap maju ke depan Siswa serius berkonsentrasi untuk maju
untuk tampil tampil menyampaikan pengumuman.
Siswa yang ditunjuk menjadi juri /
penilai siap pada kursi yang telah
disiapkan
13 Siswa menikmati brain gym disela-sela Siswa semangat dan antusias
pembacaan pengumuman mengikuti / mengamati penampilan
temannya dan menjawab pertanyaan
guru tentang isi / topik pengumuman
yang disampaikan temannya
14 Siswa bersama peneliti mengadakan Beberapa siswa mengatakan bahwa
refleksi pembelajaran. Peneliti dalam belajar hari ini ia merasa lebih
menyarankan agar belajar dengan cara percaya diri, tenang badan terasa segar
seperti ini tidak hanya dapat dan semakin berani untuk tampil ke
diterapkan dalam pembelajaran depan kelas di depan publik
berbicara saja, tetapi juga dapat
diterapkan dalam pembelajaran
lainnya seperti menulis karangan,
membaca, memahami peristiwa,
memahami rumus, dan sebagainya

45

Anda mungkin juga menyukai