Anda di halaman 1dari 6

Meningkatkan Konsentrasi Siswa Melalui Optimalisasi Modalitas Belajar Siswa

Opini

Meningkatkan Konsentrasi Siswa


Melalui Optimalisasi Modalitas Belajar Siswa

Handy Susanto*)

Abstrak
Pencapaian prestasi yang biasanya diukur melalui perolehan nilai di sekolah menjadi satu hal yang dianggap
sangat penting bagi orang tua dan siswa. Tuntutan untuk mendapatkan nilai sesuai dengan kapasitas siswa,
tentu menuntut siswa untuk berkonsentrasi dalam proses belajar agar mereka mampu memahami setiap
informasi yang diberikan. Konsentrasi siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah modalitas
belajar (Visual, Audiotorial, Kinestetik) yang menentukan bagaimana siswa memproses setiap informasi yang
diterimanya. Kejelian memperhatikan modalitas belajar serta kreativitas guru dalam mengembangkan strategi
dan metode pembelajaran di kelas akan meningkatkan konsentrasi belajar siswa sehingga hasil belajarnya
akan meningkat pula.
Kata kunci: Konsentrasi, modalitas belajar
Achievement that measured by reaching good marks in the school become important for the parent and
the student. The demand to reach the achievement in the school that appropiate with students capacity
demanded from the student to concentrate in learning process so they can understand every informations
that they accepted. Students concentration influenced by some factors, on of them is learing modality
(visual, audiotory, kinesthetic) that determine how the student processing each information that they
accepted. The carefulness of observation to learning modality and teachers creativity in developing strategy
and learning method in the class will increase students concentration so they can increasing they achievement
in the school.

Pendahuluan
ernahkah Bapak/Ibu guru mengalami
begitu sulitnya menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa? Apapun usaha
yang dilakukan tidak memberikan hasil
yang baik, materi yang disampaikan tidak dapat
diserap seutuhnya oleh siswa. Sering menjadi
pertanyaan besar bagi guru, siswa, ataupun orang
tua siswa mengapa siswa tidak dapat mencapai
hasil belajar yang optimal yang biasa diukur
melalui nilai ulangan harian ataupun nilai rapor.
Pada kondisi normal, dalam arti tingkat
kecerdasan siswa tersebut berada pada taraf ratarata ataupun yang memiliki kecerdasan superior,
tidak dapat dipungkiri banyak siswa yang tidak
bisa memperoleh hasil belajar (nilai) secara
optimal sesuai dengan tingkat kecerdasannya.
Tentu kita tidak bisa menyalahkan satu pihak saja,
apakah siswa, guru ataupun orang tua. Ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi


keberhasilan siswa dalam belajar. Salah satunya
adalah kemampuan konsentrasi siswa. Dari
kegiatan konseling yang penulis lakukan, cukup
banyak siswa yang mengeluh bahwa mereka tidak
dapat berkonsentrasi dengan baik selama
kegiatan belajar berlangsung sehingga tidak
memahami materi yang disampaikan. Ada yang
mengeluh gurunya membosankan, tidak tertarik
pada materi yang disampaikan, masalah dalam
keluarga, tubuh terlalu lelah dan masih banyak
alasan lainnya sehingga tidak bisa
berkonsentrasi. Kemampuan seseorang untuk
berkonsentrasi penting pada saat belajar, maupun
dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan.
Secara umum yang dimaksud dengan konsentrasi
adalah kemampuan seseorang untuk bisa
mencurahkan perhatian dalam waktu yang relatif
lama. Sedangkan anak dikatakan berkonsentrasi
pada pelajaran jika dia bisa memusatkan
perhatian pada apa yang dipelajari. Dengan

*) Mantan Guru Bimbingan dan Konseling SMPK BPK PENABUR Tasikmalaya

46

Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006

Meningkatkan Konsentrasi Siswa Melalui Optimalisasi Modalitas Belajar Siswa

berkonsentrasi, anak tidak mudah mengalihkan


Yang menjadi kendala sampai saat ini adalah
perhatian pada masalah lain di luar yang masih banyak guru-guru yang menggunakan pola
dipelajarinya.
mengajar yang tradisional yaitu hanya mengajar
Semakin banyak informasi yang harus dengan menggunakan metoda ceramah dan
diserap oleh siswa maka kemampuan bersifat satu arah (guru berbicara, murid hanya
berkonsentrasi mutlak dimiliki dalam mengikuti mendengar). Padahal dengan diberlakukannya
proses belajar. Banyak cara yang ditawarkan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi, guru bukan lagi
beberapa ahli bagaimana meningkatkan sebagai penguasa kelas melainkan sebagai
konsentrasi siswa dalam belajar. Misalnya fasilitator yang harus mampu memfasilitasi siswa
dengan cara membangkitkan gelombang Alfa agar agar dapat menguasai materi sampai tuntas.
setiap siswa dapat berkonsentrasi dengan santai Metoda ceramah yang sering kali digunakan
(DePorter, dkk, 2000), mengatur posisi tubuh pada (karena mungkin Anda adalah tipe audiotorial
saat belajar, dan mempelajari materi (informasi) atau merasa nyaman dengan menggunakan
sesuai dengan kecenderungan modalitas belajar metoda mengajar ini) mungkin cocok bagi siswa
siswa itu sendiri. Mempelajari materi sesuai dengan modalitas audiotorial. Walaupun ada
dengan modalitas belajar
kemungkinan
juga diungkapkan oleh Nono
siswa akan bosan
Hery Yoenanto (2003) yang
juga jika tidak ada
... bagaimana menggunakan
menyatakan
bahwa
variasi, terutama
modalitas belajar dalam proses
kemampuan konsentrasi
jika
berbicara
pembelajaran di kelas sehingga
siswa dipengaruhi oleh
dengan monoton.
modalitas belajar siswa
dapat meningkatkan
Namun bagaimana
(Jawa Pos, 12 September 2003
konsentrasi belajar siswa yang
dengan siswa yang
dalam
http://
memiliki modalitas
diharapkan dapat meningkat
www.sscbandung.net).
yang
lain?
motivasi dan hasil belajar siswa.
Bagi guru modalitas belajar
Kemungkinan
mungkin bukan hal yang
besar mereka tidak
asing lagi. Modalitas belajar
akan
mampu
merupakan suatu saringan yang digunakan
berkonsentrasi
dan
kemudian
berdampak
pada
seseorang dalam pembelajaran, pemrosesan
kemampuan
mereka
dalam
upaya
memahami
informasi yang diterimanya, dan juga komunikasi
(Bandler & Grinder, 1981 dalam DePorter, dkk, materi tersebut. Bagi siswa yang tidak memiliki
modalitas yang sama dengan anda bisa dianggap
2000).
Sebagaimana halnya kita memiliki bahwa mereka memproses informasi yang Anda
kecenderungan menggunakan salah satu sampaikan dengan bahasa yang berbeda. Tentu
modalitas belajar, kita juga memiliki kita tahu bahwa jika dua orang berkomunikasi
kecenderungan modalitas mengajar yang dengan bahasa yang berbeda maka informasi/
biasanya sama dengan modalitas belajar kita. Jika pesan yang ingin disampaikan tidak dapat
Anda pelajar yang cenderung visual, maka Anda dipahami dengan baik sehingga dapat terjadi
akan menjadi guru yang visual juga. Artinya kesalahpahaman.
setiap metode pengajaran yang digunakan untuk
Perlu diingat bahwa setiap siswa memiliki
menyampaikan materi pelajaran hanya kebutuhannya masing-masing. Setiap siswa
menekankan pada perangsangan indera visual adalah pribadi yang unik memiliki cara masingsaja padahal dalam satu kelas tidak semua siswa masing untuk dapat memproses informasi yang
memiliki kecenderungan menggunakan modalitas diterimanya. Sudah barang tentu menjadi hak
visual. Jika kondisi tersebut terjadi maka bagi siswa untuk mendapatkan pengajaran sesuai
siswa yang memiliki kecenderungan untuk belajar dengan gaya belajar mereka masing-masing.
secara audiotorial ataupun kinestetik menjadi Dengan demikian, yang menjadi permasalahan
tidak terakomodasi. Jika kebutuhan siswa untuk
adalah bagaimana menggunakan modalitas
belajar sesuai dengan modalitasnya tidak
belajar dalam proses pembelajaran di kelas
terakomodasi maka kemampuan siswa untuk
sehingga dapat meningkatkan konsentrasi belajar
berkonsentrasi dalam belajar pun cenderung
siswa yang diharapkan dapat meningkat motivasi
menurun.
dan hasil belajar siswa.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006

47

Meningkatkan Konsentrasi Siswa Melalui Optimalisasi Modalitas Belajar Siswa

Konsentrasi Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam proses belajar
dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal antara lain kondisi fisik
seperti keterbatasan fisik (cacat tubuh), kondisi
psikologis seperti kemampuan konsentrasi, faktor
kelelahan, sedangkan faktor eksternal meliputi
kondisi keluarga seperti kondisi rumah, faktor
sekolah seperti metoda pengajaran, dan faktor
masyarakat.
Seorang anak bisa berkonsentrasi dengan baik
atau tidak, dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
internal dan eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang muncul dalam diri anak itu.
Sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh
yang berasal dari luar individu. Faktor internal
misalnya ketidaksiapan mereka dalam menerima
pelajaran, kondisi fisik, kondisi psikologis,
modalitas belajar, sedangkan faktor eksternal
misalnya adanya suara-suara berisik dari TV,
radio, atau suara-suara yang mengganggu
lainnya. (http://www.sscbandung.net)

Modalitas Belajar
Dari berbagai cara untuk meningkatkan
konsentrasi siswa, modalitas belajar merupakan
salah satu aspek yang perlu diperhatikan guru
dalam mengelola pembelajaran. Modalitas belajar
yang dimaksudkan disini ialah jaringan yang
digunakan seseorang dalam proses pembelajaran,
pemrosesan informasi yang diterimanya serta
komunikasi.
Terdapat tiga macam modalitas belajar yang
digunakan oleh seseorang dalam pembelajaran,
pemrosesan informrasi, dan komunikasi (DePorter,
dkk, 2000). Senada dengan yang diungkapkan
oleh Tim Power Brain Indonesia dalam situsnya
menyatakan bahwa secara ilmiah sudah
diketahui bahwa dalam hal penyerapan
informasi tersebut manusia dibagi menjadi 3
bagian; manusia visual, yang mana ia akan secara
optimal menyerap informasi yang dibacanya/
dilihatnya; manusia auditorik, di mana informasi
yang masuk melalui apa yang didengarnya akan
diserap secara optimal; dan manusia kinestetik,
di mana ia akan sangat senang dan cepat mengerti
bila informasi yang harus diserapnya terlebih
dahulu dicontohkan atau ia membayangkan
orang lain tersebut melakukan hal tadi (http://
www.medikaholistik.com).
48

Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006

Meskipun kebanyakan orang mampu untuk


mengakses / menggunakan ketiga modalitas
tersebut, namun orang memiliki kecenderungan
hanya menggunakan satu modalitas tertentu
didalam pembelajaran, pemrosesan informasi,
ataupun komunikasi (Bandler & Grinder, 1981
dalam DePorter, dkk, 2000). Hal ini sejalan dengan
yang diungkapkan oleh Dunn yang mengatakan
bahwa setiap orang biasanya memiliki sebuah
kekuatan (Modalitas belajar) yang dominan, dan
juga sebuah kekuatan sekunder (Dunn dalam
Gordon Dryden & Jeannette Vos, 1999).
Adapun yang menjadi ciri-ciri ketiga
modalitas belajar tersebut adalah sebagai berikut:
Visual : Modalitas ini mengakses citra visual, yang
diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan
antar ruang, gambaran mental (mental imagery),
dan gambar menonjol dalam modalitas ini.
Seseorang yang memiliki kecenderungan
menggunakan modalitas ini memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Teratur, memperhatikan segala sesuatu,
menjaga penampilan.
2. Mengingat dengan gambar, lebih suka
membaca dari pada dibacakan.
3. Membutuhkan gambaran dan tujuan
menyeluruh dan menangkap detail-detail,
mengingat apa yang dilihat.
Audiotorial: Modalitas ini mengakses segala jenis
kata dan bunyi, yang diciptakan maupun diingat.
Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan
suara menonjol dalam modalitas ini. Seseorang
yang memiliki kecenderung menggunakan
modalitas ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perhatiannya mudah terpecah.
2. Berbicara dengan pola berirama.
3. Belajar dengan cara mendengarkan,
menggerakkan bibir / berbicara pada saat
membaca.
4. Berdialog baik secara internal (dalam hati)
maupun eksternal (bersuara).
Kinestetik: Modalitas ini mengakses segala jenis
gerak dan emosi, yang diciptakan maupun
diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan
emosional, dan kenyamanan fisik menonjol disini.
Seseorang yang memiliki kecenderung
menggunakan modalitas ini memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Menyentuh orang lain dan berdiri berdekatan,
banyak bergerak.
2. Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan
saat membaca, menanggapi secara fisik.
3. Mengingat sambil berjalan dan melihat.

Meningkatkan Konsentrasi Siswa Melalui Optimalisasi Modalitas Belajar Siswa

Sampai saat ini kita telah mengenal tiga jenis


modalitas belajar yaitu visual (penglihatan),
audiotorial (pendengaran), dan kinestetik (gerak).
siswa yang memiliki kecenderungan
menggunakan modalitas visual dikatakan sebagai
pelajar visual, yang menggunakan modalitas
audiotorial disebut sebagai pelajar audiotorial,
dan yang menggunakan modalitas kinestetik
disebut sebagai pelajar kinestetik.

saraf yang dapat memperkuat belajar siswa kita


(dalam DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie,
Sarah Singer, 2000).
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk merangsang ketiga modalitas tersebut
yaitu:
Visual
1. Menggunakan kertas tulis dengan tulisan
berwarna.
2. Menggantungkan grafik di dinding sekeliling
ruang kelas yang berisi tentang informasi
Saran Aplikasi
penting dalam materi.
3. Mendorong siswa untuk menggambarkan
Sebagai seorang guru, kita harus dapat
informasi yang diterimanya dengan
mengakomodasi setiap kebutuhan siswa untuk
menggunakan peta pikiran, diagram, tulisan
dapat memproses informasi yang diterimanya
berwarna.
sesuai dengan modalitas belajarnya. Memang 4. Membagikan frase-frase atau garis besar setiap
terlihat sangat merepotkan dan mungkin
materi pelajaran yang disampaikan dengan
melelahkan jika kita harus memenuhi semua
memberikan ruang yang kosong untuk
kebutuhan siswa, namun hal tersebut sudah
menambahkan catatan.
menjadi tugas kita agar setiap informasi (materi 5. Memberikan kode warna untuk tiap-tiap
pelajaran) yang kita sampaikan dapat diterima
materi yang hendak disampaikan.
dan dipahami dengan baik
6. Menggunakan bahasa
oleh setiap siswa. Di dalam
yang dapat menciptakan
Hasil penelitian
kelas kita tidak hanya
visualisasi pada diri anak.
menggunakan
satu
Misalnya: bayangkanlah
menunjukkan semakin
modalitas yang sesuai
bola dunia yang sedang
banyak modalitas yang kita
dengan kecenderungan
berputar mengelilingi
libatkan secara bersamamodalitas belajar kita. Kita
matahari (jika kita sedang
harus mencoba untuk
mempelajari
tentang
sama, maka belajar akan
menggunakan
ketiga
revolusi bumi), dan
semakin hidup, berarti, dan
modalitas tersebut dalam
sebaginya.
bisa melekat.
metoda
pengajaran.
Audiotorial
Modalitas seperti jalan tol
1. Menggunakan variasi
utama untuk memproses rangsangan yang
vokal (ritme, volume suara, intonasi) yang
datang kepada diri kita dari dunia luar. Yang
digunakan pada saat menyampaikan materi
perlu diingat bahwa setiap orang memiliki ketiga
pelajaran.
modalitas belajar tersebut, namun kita cenderung
2. Menggunakan penggulangan dengan cara
hanya menggunakan satu modalitas.
meminta siswa mengulang kembali konsepMeskipun kita hanya menggunakan satu
konsep kunci yang telah dipelajari.
modalitas, namun kedua modalitas yang lainnya
3. Mengembangkan dan mendorong setiap
tetap ada di dalam diri kita. Jika kita mencoba
siswa untuk membuat jembatan keledai
untuk merangsang penggunaan kedua modalitas
untuk menghapal konsep kunci. Misalnya:
yang lainnya, maka kita dapat menggunakan
warna pelangi adalah MEJIKUHIBINIU
seluruh modalitas yang kita miliki. Dari hasil
(merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila,
penelitian menunjukkan semakin banyak
Ungu).
modalitas yang kita libatkan secara bersama4. Menggunakan musik sebagai aba-aba untuk
sama, maka belajar akan semakin hidup, berarti,
memulai suatu kegiatan (misal musik barok
dan bisa melekat. Menurut Richard Restak (1995),
untuk mulai menfokuskan perhatian).
setiap kali suatu pola saraf tertentu menembak,
5. Mendorong siswa terutama untuk pelajar
maka jalur yang sama akan semudah itu pula
audiotorial untuk merekam informasidiaktifkan kembali. Dalam kasus ini, dengan cara
informasi penting untuk kemudian
melibatkan lebih banyak modalitas dalam
didengarkan ulang karena pelajar audiotorial
pengajaran, kita memicu lebih banyak lagi jalur
tidak terlalu senang mencatat.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006

49

Meningkatkan Konsentrasi Siswa Melalui Optimalisasi Modalitas Belajar Siswa

6.

Mengijinkan siswa untuk berbicara secara


perlahan pada saat sedang mempelajari
konsep yang harus dipahaminya.
Kinestetik
1. Menggunakan alat bantu pada saat mengajar
untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan
menekankan konsep-konsep kunci.
2. Menggunakan simulasi konsep agar setiap
siswa dapat mengalaminya sendiri.
3. Mencoba berbicara dengan siswa secara
pribadi setiap hari, misalkan: ibu senang
kamu sudah terlibat aktif di kelas hari ini.
4. Memperagakan setiap konsep yang diajarkan
dan memberikan kesempatan kepada setiap
siswa untuk mencoba mempelajarinya
langkah demi langkah.
5. Melakukan lakon pendek dapat membantu
siswa untuk memahami materi yang
dipelajarinya. Setiap siswa didorong untuk
membuat lakon pendek tentang materi yang
dipelajari. Misalnya: pada pelajaran biologi
yang mempelajari tentang rantai makanan,
bagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang
berbeda jumlah anggotanya, jelaskan bahwa
yang lebih banyak adalah yang jadi mangsa
sedangkan yang lebih kecil menjadi
pemangsa kelompok yang lebih besar.
Langkah awal yang harus kita lakukan
adalah dengan cara mengenali setiap modalitas
belajar yang digunakan oleh setiap siswa. Dengan
mengenali cara mereka memproses informasi,
maka akan turut mempengaruhi strategi
pembelajaran yang diterapkan oleh kita di dalam
kelas. Namun bukan berarti bahwa kita hanya
merangsang satu modalitas belajar pada siswa,
tapi doronglah setiap siswa untuk melibatkan
seluruh modalitas belajar yang dimilikinya,
karena dengan melibatkan seluruh modalitas
tersebut akan dapat membantu siswa untuk
memahami materi pelajaran yang diterimanya.
Memang terlihat repot dalam menerapkan
metoda belajar ini, namun jika kita mampu untuk
merangsang setiap siswa untuk mengaktifkan
seluruh modalitas belajar yang dimilikinya maka
proses belajar akan dapat dijalaninya dengan lebih
mudah. Dengan pengaktifan ketiga modalitas ini,
akan meningkatkan konsentrasi siswa. Jika siswa
mampu menfokuskan perhatian dalam proses
belajar tersebut sudah pasti kita tidak perlu lagi
berteriak kepada siswa yang malas dan ribut
karena tidak bisa berkonsentrasi sehingga energi
kita bisa lebih terfokus untuk menyampaikan
materi pelajaran.

50

Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006

Bukan hanya siswa yang dituntut untuk


melibatkan ketiga modalitas belajar tersebut, tapi
guru pun harus melibatkan ketiga modalitas
tersebut dalam menyampaikan materi pelajaran.
Pada awal kita mencoba mungkin akan merasa
repot karena cukup banyak persiapan yang harus
dilakukan, namun jika hal ini telah dilakukan
terus menerus maka kita akan terbiasa dan beban
untuk menyiapkan bahan-bahan pengajaran pun
mungkin akan berkurang.
Sebagai contoh yang mungkin bisa
diaplikasikan dalam merangsang ketiga modalitas
belajar, misal dalam pelajaran ekonomi, guru yang
membahas tentang pasar dapat membuat bagan
atau grafik yang berwarna-warni tentang jalur
distribusi dan langkah-langkah yang tercakup
dalam proses penjualan dan pembelian dan
kemudian diletakkan/digantungkan di dinding
kelas selama pelajaran berlangsung (untuk
merangsang modalitas visual), kemudian guru
menerangkan setiap langkah-langkah yang
tercakup dalam proses penjualan dan pembelian
dengan menggunakan variasi suara seperti
intonasi, ritme, dan volume suara sehingga tidak
terkesan monoton yang dapat menimbulkan
kejenuhan terhadap siswa (untuk merangsang
modalitas audiotorial). Setelah diberikan penjelasan
tentang proses penjualan dan pembelian, guru
dapat meminta setiap siswa untuk membentuk
kelompok-kelompok kecil dan kemudian meminta
setiap kelompok untuk membuat suatu lakon
(drama) kecil yang menggambarkan atau
mensimulasikan tentang proses jual beli yang
terjadi di pasar (untuk merangsang modalitas
kinestetik).
Jikalau memang guru terlalu sibuk untuk
menyiapkan bahan-bahan tersebut, maka guru
pun dapat menugaskan setiap siswa, misalnya
bagi pelajar visual dapat diberikan tugas untuk
membuat bagan atau grafik yang menarik (meriah)
tentang materi yang akan dipelajari. Bagi pelajar
audiotorial dapat ditugaskan untuk membuat
jembatan keledai (jika memungkinkan) yang
dirasakan dapat membantu siswa untuk
mempelajari materi dengan lebih mudah. Bagi
pelajar kinestetik, guru dapat menugaskan kepada
mereka untuk menyusun skenario lakon (drama)
yang akan diperankan mengenai materi yang
akan dipelajari oleh siswa.
Dengan penugasan ini bukan berarti
membebani mereka karena jika siswa diberikan
tugas sesuai dengan modalitas belajarnya, maka
siswa tersebut akan merasa senang. Selain itu

Meningkatkan Konsentrasi Siswa Melalui Optimalisasi Modalitas Belajar Siswa

seorang guru bukan hanya bertanggung jawab


menyampaikan materi, tapi juga mengorkestrasi
kelas tersebut sehingga setiap komponen yang ada
di dalam kelas dapat bersinergi untuk mencapai
satu tujuan yaitu meningkatkan konsentrasi
belajar dalam upaya untuk memperoleh
pemahaman terhadap materi yang sedang
dipelajari sehingga dapat memberikan hasil (nilai)
yang baik pula.

Kesimpulan
Setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda
dan memiliki gaya belajar yang berbeda dalam
memproses informasi guna memahami
pemahaman dalam rangka memperoleh hasil
belajar yang optimal. Kemampuan untuk dapat
memproses informasi tersebut dibutuhkan
kemampuan konsentrasi pada siswa tersebut.
Namun, pada kenyataannya cukup banyak siswa
yang tidak mampu berkonsentrasi karena salah
satu faktornya adalah tidak sesuainya gaya
pengajaran yang diterapkan oleh guru dengan
modalitas belajar setiap siswa.
Oleh karena setiap siswa memiliki kecenderungan
untuk menggunakan modalitas belajar yang
berbeda, maka gaya pengajaran yang dilakukan
harus dapat berkesesuaian dengan ketiga
modalitas belajar yaitu visual, audiotorial,
kinestetik. Dengan mencoba menggunakan ketiga
modalitas
belajar, maka guru dapat
mengakomodir setiap gaya belajar yang kerap kali
digunakan oleh siswa. Selain itu guru dapat
merangsang dan melatih siswa untuk
menggunakan ketiga modalitas belajar secara
bersama-sama dalam rangka meningkatkan
efektivitas proses belajar yang dilakukan dalam

rangka memperoleh hasil belajar yang optimal.


Perangsangan ketiga modalitas tersebut yaitu
dengan cara membuat bagan atau grafik berwarnawarni untuk merangsang modalitas visual,
memberikan penjelasan dengan menggunakan
variasi suara seperti intonasi, ritme, dan volume
suara untuk merangsang modalitas visual, serta
mengajak setiap siswa untuk membuat lakon
(drama) kecil yang mensimulasikan materi yang
sedang dipelajarinya.
Dengan mengoptimalkan penggunaan modalitas
belajar siswa melalui metode belajar dan
pembelajaran yang bervariasi diharapkan dapat
meningkatkan konsentrasi siswa. Dilain pihak,
siswa juga dapat memperoleh pengalaman belajar
yang menarik sehingga dapat meningkatkan
peranan, motivasi, dan hasil belajarnya.

Daftar Pustaka
DePorter, dkk. (2000). Quantum teaching:
Mempraktikkan quantum learning di ruangruang kelas. PT. Mizan Pustaka: Bandung.
Gordon Dryden & Jeannette Vos. (1999). Revolusi
belajar: The learning revolution. Bandung:
Kafia
http://www.medikaholistik.com/ Pengaruh modalitas
belajar dan musik saat bekerja.
http://www.minggupagi.com/Melatih konsentrasi
belajar anak/24 Agustus 2004
http://www.sscbandung.net/Kosentrasi kunci
keberhasilan belajar anak didik/19 September
2003
http://www.irckesehatan.net/Keringat yang
terbuang
Slameto. (1988). Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara

Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006

51

Anda mungkin juga menyukai