Anda di halaman 1dari 10

Penggunaan Prefiks Bahasa Indonesia dalam Percakapan Informal (Sunaryo) 119

PENGGUNAAN PREFIKS BAHASA INDONESIA


DALAM PERCAKAPAN INFORMAL SISWA

Sunaryo
Alumni Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Islam Darul Umum (Unisda) Lamongan
No. HP. 085732190085
Pos-el sunaryompd@ymail.com

Abstrak : The data of reseach were gathered from the students’ writing products
from 6th graders of SDN Mojorejo, Kedungadem, Bojonegoro by using the
instruments and agregation of data, data reduction, data display, and conclusion
drawing/verification. The aim of study was to discribe the prefiks of Indonesian
language from the students elementary’s informal conservation. The data of
research show presence prefiks informal conservation from the 6th graders of
SDN Mojorejo, Kedungadem, Bojonegoro. The teacher to expect teaching the
meaning of grammatical and annexation the afiks with base word.

Keywords: prefiks, conservation, reseach

Abstrak: Data penelitian ini bersumber dari wacana tulis siswa kelas VI SDN
Mojorejo Balongcabe Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro dengan
menggunakan Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data, Reduksi Data,
Penyajian Data, dan Penarikan kesimpulan/Verifikasi. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mendeskripsikan penggunaan prefiks bahasa Indonesia
dalam percakapan informal siswa. Data penelitian memperlihatkan adanya
prefiks dalam percakapan informal siswa kelas VI SDN Mojorejo Kecamatan
Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Guru diharapkan mengajarkan makna-
makna gramatikal dan penggabungan afiks dengan kata dasar.

Kata-kata kunci: prefiks, percakapan, penelitian

PENDAHULUAN dalam budaya Indonesia berarti setuju.


Alat komunikasi yang paling penting Menggeleng berarti tidak setuju; diam
dan kerapkali digunakan oleh manusia berarti setuju (tetapi tidak selalu).
dalam berkomunikasi adalah bahasa. Hal Para pakar bahasa telah membagi
ini bukan berarti bahwa alat-alat yang fungsi bahasa menjadi bermacam-
lain tidak dapat dimanfaatkan oleh macam. Halliday (dalam Penalosa,
manusia untuk berkomunikasi. Manusia 1981:63) membagi fungsi bahasa ke
dapat menggunakan siulan, tepukan, dalam tujuh fungsi, yang meliputi: (1)
lambaian, isyarat, dan lain-lain lagi untuk fungsi instrumental, (2)fungsi regulatoris,
berkomunikasi. Tentu saja, alat-alat lain (3) fungsi interaksional, (4) fungsi
berupa lambaian, tepukan, isyarat personal, (5) fungsi heuristik, (6) fungsi
mempunyai makna juga yang juga imajinatif, dan (7) fungsi
merupakan konvensi dalam sebuah representasional.
masyarakat tutur. Misalnya, anggukan
120 EDU-KATA, Vol. 1, No. 2, Agustus 2014: 119—130

Leech (1983:40) membagi fungsi (terutama kata-kata). Makna menurut


bahasa menjadi lima, yaitu: (1) fungsi Palmer (1976:30) hanya menyangkut
informasional, (2) fungsi ekspresif, (3) intrabahasa. Sejalan dengan pendapat
fungsi direktif, (4) fungsi estetis, dan (5) tersebut, Lyons (1977:204) menyebutkan
fungsi fatik. bahwa mengkaji atau memberikan makna
Fungsi informasional berarti bahwa suatu kata ialah memahami kajian kata
bahasa digunakan untuk menyampaikan tersebut yang berkenaan dengan
informasi;Fungsi ekspresif berarti bahwa hubungan-hubungan makna yang
bahasa dapat digunakan untuk membuat kata tersebut berbeda dari kata-
mengungkapkan perasaan dan sikap kata lain. Arti dalam hal ini menyangkut
penutur atau pembicara; fungsi direktif makna leksikal yang cenderung terdapat
berarti bahwa bahasa digunakan untuk di dalam kamus sebagai leksikon.
mempengaruhi perilaku atau sikap orang Makna sebagai penghubung bahasa
lain; fungsi estetis adalah bahasa untuk dengan dunia luar sesuai dengan
kepentingan artefak linguistik itu sendiri; kesepakatan para pemakainya sehingga
dan fungsi fatik adalah fungsi bahasa dapat saling mengerti. Makna
sebagai alat untuk menjaga saluran mempunyai tiga tingkat keberadaan,
komunikasi tetap terbuka. yakni(1) pada tingkatan pertama, makna
Kata makna sebagai istilah mengacu menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan,
pada pengertian yang sangat luas. Sebab (2) pada tingkat kedua, makna menjadi isi
itu, tidak mengherankan bila Ogden & dari suatu kebahasaan, dan (3) pada
Richards dalam bukunya, The Meaning tingkat ketiga, makna menjadi isi
of Meaning, mendaftarkan enam belas komunikasi yang mampu membuahkan
rumusan pengertian makna yang berbeda- informasi tertentu.(Djajasudarma,
beda antara yang satu dengan yang 2009:8)
lainnya. Makna dapat didefinisikan Pada tingkat pertama dan kedua
sebagai hubungan antara bahasa dengan makna dilihat dari segi hubungannya
dunia luar yang telah disepakati bersama dengan penutur, sedangkan pada tingkat
oleh para pemakai bahasa sehingga dapat ketiga makna lebih ditekankan pada
saling dimengerti. Dari batasan makna dalam komunikasi.
pengertian itu dapat diketahui adanya tiga Dalam penelitian ini peneliti
unsure pokok yang tercakup di dalamnya, membatasi masalah penelitiannya hanya
yakni (1) makna adalah hasil hubungan pada jenis-jenis prefiks, kata yang yang
antara bahasa dengan dunia luar, (2) dapat bergabung dengan prefiks-prefiks
penentuan hubungan terjadi karena tersebut, dan makna gramatikal prefiks
kesepakatan para pemakai, serta (3) bahasa Indonesia yang terdapat dalam
perwujudan makna itu dapat digunakan percakapan informal bahasa Indonesia
untuk menyampaikan informasi sehingga siswa kelas VI SDN Mojorejo Kecamatan
dapat saling dimengerti. Kedungadem Kabupaten Bojonegoro.
Djajasudarma (2009:7) mengatakan Sesuai dengan permasalahan
bahwa pemahaman makna (bahasa penelitian atau pertanyaan penelitian
Inggris:sense) dibedakan dari arti (bahasa yang telah dirumuskan di atas, penelitian
Inggris: meaning) di dalam semantik. ini bertujuan sebagai berikut: Untuk
Makna adalah pertautan yang ada di mendeskripsikan prefiks-prefiks yang
antara unsure-unsur bahasa itu sendiri terdapat dalam percakapan informal
Penggunaan Prefiks Bahasa Indonesia dalam Percakapan Informal (Sunaryo) 121

bahasa Indonesia siswa kelas VI SDN teknik sadap, , teknik simak bebas libat
Mojorejo Kecamatan Kedungadem cakap, dan teknik catat.
Kabupaten Bojonegoro, untuk Analisis data dalam penelitian ini
mendeskripsikan kelas kata yang menggunakan model analisis interaktif
bergabung dengan prefiks-prefiks yang yang disarankan Miles dan Huberman
ada dalam bahasa Indonesia,untuk (1984). Miles dan Huberman (1984)
mendeskripsikan makna gramatikal yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam
dihasilkan akibat afiksasi tersebut. analisis data kualitatif dilakukan secara
Di sini akan didefinisikan dua istilah interaktif dan berlangsung scara terus
yang digunakan dalam penelitian, yakni menerus sampai tuntas, sehingga
prefiks dan percakapan informal. datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
1. Prefiks adalah afiks yang diletakkan analisis data, yaitu data reduction, data
di muka dasar. display, dan conclusion
2. Percakapan informal adalah drawing/verification. Langkah-langkah
percakapan yang tidak resmi yang analisis ditunjukkan pada. (a)Reduksi
biasanya ditandai dengan pemakaian Data , data yang diperoleh dari lapangan
bahasa yang tidak baku jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan
METODE PENELITIAN rinci. Semakin lama peneliti ke
Penelitian ini adalah penelitian lapangan, maka jumlah data akan
deskriptif-kualitatif dengan jangkauan semakin banyak, kompleks dan rumit.
waktu bersifat sinkronis. Penggunaan Untuk itu perlu segera dilakukan
metode ini dipertimbangkan dari pusat analisis data melalui reduksi data.
perhatian pada ciri-ciri dan sifat-sifat Mereduksi data berarti merangkum,
data bahasa secara apa adanya. memilih hal-hal yang pokok,
Pertimbangan ini sesuai dengan salah memfokuskan pada hal-hal yang
satu ciri metode penelitian kualitatif, penting. Dengan demikian data yang
yaitu latar alami. Hal tersebut sejalan telah direduksi akan memberikan
dengan pendapat bahwa penelitian gambaran yang lebih jelas, dan
dengan metode deskriptif harus mempermudah peneliti untuk
menghasilkan data kebahasaan yang melakukan pengumpulan data
actual (Djajasudarma, 1993:7). selanjutnya, dan mencarina bila
Data dalam penelitian ini adalah diperlukan. (b) Penyajian Data , Setelah
data tentang prefiks yang ada dalam data direduksi, maka langkah
karangan siswa SDN Mojorejo selanjutnya ialah mendisplaykan data.
Kecamatan Kedungadem beserta Dalam penelitian kualitatif, penyajian
makna gramatikal yang dihasilkan oleh data bisa dilakukan dalam uraian
akibat penggabungan prefiks dengan singkat, bagan, hubungan antar
kata dasar. kategori, flowchart dan sejenisnya.
Subjek penelitian ini adalah siswa- Miles dan Huberman (1984)
siswi kelas VI SDN Mojorejo menyatakan bahwa yang paling sering
Kecamatan Kedungadem Kabupaten digunakan untuk menyajikan data dalam
Bojonegoro yang menggunakan bahasa penelitian kualitatif adalah dengan teks
Indonesia dalam percakapan, informal. yang bersifat naratif. Dalam penelitian
Dalam penelitian ini pengumpulan ini sajian data berupa karangan
data dilakukan dengan menggunakan deskriptif siswa yang mengandung
122 EDU-KATA, Vol. 1, No. 2, Agustus 2014: 119—130

konjungsi. (c) Penarikan kesimpulan/ bagian metode penelitian, penelitian ini


verifikasi langkah ketiga dalam analisis menjadikan percakapan siswa SDN
data kualitatif menurut Miles dan Mojorejo sebagai sumber data. Ada 25
Huberman adalah penarikan kesimpulan percakapan yang berhasil dikumpulkan.
dan verifikasi. Percakapan tersebut dlakukan secara
berpasangan. Setiap pasangan melakukan
HASIL PENELITIAN dua pembicaraan (dua percakapan).
Sesuai dengan apa yang telah
dikemukan dalam sumber data dalam

Data-data penelitian dapat diringkaskan dalam tabel berikut ini.

No. Data prefiks + kata dasar Kelas Kata Baru Makna Gramatikal
1. mengarang me- + karang (v) verba melakukan
2. merumput me- + rumput (n) verba mencari
3. beranak ber- + anak (n) verba memperoleh atau
menghasilkan
4. mempersuami memper- + suami (n) verba menjadikan
5. terkenal ter- + kenal (v) verba sudah di, perfektif
6. berdandan ber- + dandan (v) verba refleksif
7. tertendang ter- + tending (v) verba tidak disengaja
8. menyabit me- + sabit (n) verba menggunakan atau
memakai
9. memahat me- + pahat (n) verba menggunakan atau
memakai
10. merotan me- + rotan (n) verba mencari
11. berketurunan ber- + keturunan (n) verba menghasilkan atau
mempunyai
12. mengeong me- + ngeong (v) verba mengeluarkan suara
13. menggonggong me- + gonggong (v) verba mengeluarkan suara
14. beternak ber- + ternak (n) verba mengusahakan
sebagai mata
pencaharian
15. bertelur ber- + telur (n) verba memperoleh,
menghasilkan
16. terbaca ter- + baca (v) verba dapat di, mampu
17. bersatu ber- + satu (num) verba menjadi
18. bersepeda ber- + sepeda verba mengendarai (naik)
19. bertanam ber- + tanam (v) verba sedang mengerjakan
20. memucat me- + pucat (adj) verba menjadi
21. melamun me- + lamun (n) verba keadaan
22. mendua men- + dua (num) verba menjadi
23. bernafsu ber- + nafsu (n) verba mempunyai (posesif)
24. sekantor se- + kantor (n) Nomina satu dan bersama-
sama
25. pembesar pe- + besar (adj.) nomina orang yang
mempunyai profesi
26. mengudara me- + udara (n) verba menujuke…
27. mendarat me- + darat (n) verba menuju ke…
28. berpakaian ber- + pakaian (n) verba Memakai
Penggunaan Prefiks Bahasa Indonesia dalam Percakapan Informal (Sunaryo) 123

PEMBAHASAN Morfem bebasnya adalah ‘suami’ dan


Dalam percakapan 1 terdapat verba morfem terikatnya ‘memper-‘. Morfem
‘mengarang’. Verba tersebut terdiri atas bebas dari verba tersebut berasal dari
morfem bebas dan morfem terikat. kategori nomina. Jadi, verba
Morfem bebasnya adalah ‘karang’ dan ‘mempersuami’ terdiri atas morfem
morfem terikatnya ‘me-‘. Morfem bebas bebas dan morfem terikat. Gabungan
dari verba tersebut berasal dari kategori prefiks memper-- dengan nomina
verba juga. Jadi, verba ‘mengarang’ ‘suami’ menyebabkan nomina berubah
terdiri atas morfem bebas dan morfem kategorinya menjadi ‘verba’. Dalam
terikat. Penggabungan prefiks me- percakapan di atas makna gramatikal
dengan verba dasar ‘karang’ melahirkan prefiks ber- adalah ‘menjadikan’.
makna gramatikal. Makna gramatikal Dalam percakapan 5 terdapat verba
tersebut adalah ‘melakukan’. ‘terkenal’. Verba tersebut terdiri atas
Dalam percakapan 2 terdapat verba morfem bebas dan morfem terikat.
‘merumput’. Verba tersebut terdiri atas Morfem bebasnya adalah ‘kenal’ dan
morfem bebas dan morfem terikat. morfem terikatnya ‘ter-‘. Morfem bebas
Morfem bebasnya adalah ‘rumput’ dan dari verba tersebut berasal dari kategori
morfem terikatnya ‘me-‘. Morfem bebas verba. Jadi, verba ‘terkenal’ terdiri atas
dari verba tersebut berasal dari kategori morfem bebas dan morfem terikat.
nomina. Jadi, verba ‘merumput’ terdiri Gabungan prefiks ter--- dengan verba
atas morfem bebas dan morfem terikat. ‘kenal’ menyebabkan nomina berubah
Gabungan prefiks me- dengan nomina kategorinya menjadi ‘verba’. Dalam
‘rumput’ menyebabkan nomina berubah percakapan di atas makna gramatikal
kategorinya menjadi ‘verba’. Dalam prefiks ter- adalah ‘sudah di, perfektif’.
percakapan di atas verba makna Dalam percakapan 6 terdapat verba
gramatikal prefiks me- adalah ‘berdandan’. Verba tersebut terdiri atas
‘mencari’. morfem bebas dan morfem terikat.
Dalam percakapan 3 terdapat verba Morfem bebasnya adalah ‘dandan’ dan
‘beranak’. Verba tersebut terdiri atas morfem terikatnya ‘ber-‘. Morfem
morfem bebas dan morfem terikat. bebas dari verba tersebut berasal dari
Morfem bebasnya adalah ‘anak’ dan kategori verba. Jadi, verba ‘berdandan’
morfem terikatnya ‘ber-‘. Morfem terdiri atas morfem bebas dan morfem
bebas dari verba tersebut berasal dari terikat. Gabungan prefiks ber--- dengan
kategori nomina. Jadi, verba ‘beranak’ verba ‘dandan’ tidak menyebabkan
terdiri atas morfem bebas dan morfem perubahan kelas kata. Dalam
terikat. Gabungan prefiks ber- dengan percakapan di atas makna gramatikal
nomina ‘anak’ menyebabkan nomina prefiks ber- adalah ‘refleksif’.
berubah kategorinya menjadi ‘verba’. Dalam percakapan 7 terdapat verba
Dalam percakapan di atas makna ‘tertendang’. Verba tersebut terdiri atas
gramatikal prefiks ber- adalah morfem bebas dan morfem terikat.
‘memperoleh atau menghasilkan’. Morfem bebasnya adalah ‘tendang’ dan
Dalam percakapan 4 terdapat verba morfem terikatnya ‘ter-‘. Morfem bebas
‘mempersuami’. Verba tersebut terdiri dari verba tersebut berasal dari kategori
atas morfem bebas dan morfem terikat. verba. Jadi, verba ‘tertendang’ terdiri
124 EDU-KATA, Vol. 1, No. 1, Februari 2014: 119—128

atas morfem bebas dan morfem terikat. Dalam percakapan 11 terdapat


Gabungan prefiks ter--- dengan verba verba ‘mengeong’. Verba tersebut
‘tendang’ tidak menyebabkan terdiri atas morfem bebas dan morfem
perubahan kelas kata. Dalam terikat. Morfem bebasnya adalah
percakapan di atas makna gramatikal ‘ngeong’ dan morfem terikatnya ‘me-‘.
prefiks ter- adalah ‘tidak disengaja’. Morfem bebas dari verba tersebut
Dalam percakapan 8 terdapat verba berasal dari kategori verba juga. Jadi,
‘menyabit’. Verba tersebut terdiri atas verba ‘mengeong’ terdiri atas morfem
morfem bebas dan morfem terikat. bebas dan morfem terikat. Gabungan
Morfem bebasnya adalah ‘sabit’ dan prefiks me- dengan nomina ‘ngeong’
morfem terikatnya ‘me-‘. Morfem bebas tidak menyebabkan perubahan kelas
dari verba tersebut berasal dari kategori kata. Dalam percakapan di atas makna
nomina. Jadi, verba ‘menyabit’ terdiri gramatikal prefiks me- adalah
atas morfem bebas dan morfem terikat. ‘mengeluarkan suara’.
Gabungan prefiks me- dengan nomina Dalam percakapan 12 terdapat
‘sabit’ menyebabkan perubahan kelas verba ‘beternak’. Verba tersebut terdiri
kata. Dalam percakapan di atas makna atas morfem bebas dan morfem terikat.
gramatikal prefiks me- adalah Morfem bebasnya adalah ‘ternak’ dan
‘menggunakan atau memakai’. morfem terikatnya ‘ber-‘. Morfem
Dalam percakapan 9 terdapat verba bebas dari verba tersebut berasal dari
‘memahat’. Verba tersebut terdiri atas kategori nomina. Jadi, verba ‘beternak’
morfem bebas dan morfem terikat. terdiri atas morfem bebas dan morfem
Morfem bebasnya adalah ‘pahat’ dan terikat. Gabungan prefiks ber- dengan
morfem terikatnya ‘me-‘. Morfem bebas nomina ‘ternak’ menyebabkan
dari verba tersebut berasal dari kategori perubahan kelas kata. Dalam
nomina. Jadi, verba ‘memahat’ terdiri percakapan di atas makna gramatikal
atas morfem bebas dan morfem terikat. prefiks ber- adalah ‘mengusahakan
Gabungan prefiks me- dengan nomina sebagai mata pencaharian’.
‘pahat’ menyebabkan perubahan kelas Dalam percakapan 13 terdapat
kata. Dalam percakapan di atas makna verba ‘terbaca’. Verba tersebut terdiri
gramatikal prefiks me- adalah atas morfem bebas dan morfem terikat.
‘menggunakan atau memakai’. Morfem bebasnya adalah ‘baca’ dan
Dalam percakapan 10 terdapat morfem terikatnya ‘ter-‘. Morfem bebas
verba ‘merotan’. Verba tersebut terdiri dari verba tersebut berasal dari kategori
atas morfem bebas dan morfem terikat. verba. Jadi, verba ‘terbaca’ terdiri atas
Morfem bebasnya adalah ‘rotan’ dan morfem bebas dan morfem terikat.
morfem terikatnya ‘me-‘. Morfem bebas Gabungan prefiks ter- dengan verba
dari verba tersebut berasal dari kategori ‘baca’ tidak menyebabkan perubahan
nomina. Jadi, verba ‘memahat’ terdiri kelas kata. Dalam percakapan di atas
atas morfem bebas dan morfem terikat. makna gramatikal prefiks ter- adalah
Gabungan prefiks me- dengan nomina ‘dapat di, mampu’.
‘rotan’ menyebabkan perubahan kelas Dalam percakapan 14 terdapat
kata. Dalam percakapan di atas makna verba ‘bersatu’. Verba tersebut terdiri
gramatikal prefiks me- adalah atas morfem bebas dan morfem terikat.
‘mencari’. Morfem bebasnya adalah ‘satu’ dan
morfem terikatnya ‘ber-‘. Morfem
Penggunaan Prefiks Bahasa Indonesia dalam Percakapan Informal (Sunaryo) 125

bebas dari verba tersebut berasal dari ‘pucat’ menyebabkan perubahan kelas
kategori numeralia. Jadi, verba ‘bersatu’ kata. Dalam percakapan di atas makna
terdiri atas morfem bebas dan morfem gramatikal prefiks me- adalah
terikat. Gabungan prefiks ber- dengan ‘menjadi’.
numeralia ‘satu’ menyebabkan Dalam percakapan 18 terdapat
perubahan kelas kata. Dalam verba ‘melamun’. Verba tersebut terdiri
percakapan di atas makna gramatikal atas morfem bebas dan morfem terikat.
prefiks ber- adalah ‘menjadi’. Morfem bebasnya adalah ‘lamun’ dan
Dalam percakapan 15 terdapat morfem terikatnya ‘me-‘. Morfem bebas
verba ‘bersepeda’. Verba tersebut terdiri dari verba tersebut berasal dari kategori
atas morfem bebas dan morfem terikat. nomina. Jadi, verba ‘melamun’ terdiri
Morfem bebasnya adalah ‘sepeda’ dan atas morfem bebas dan morfem terikat.
morfem terikatnya ‘ber-‘. Morfem Gabungan prefiks me- dengan nomina
bebas dari verba tersebut berasal dari ‘lamun’ menyebabkan perubahan kelas
kategori nomina. Jadi, verba kata. Dalam percakapan di atas makna
‘bersepeda’ terdiri atas morfem bebas gramatikal prefiks me- adalah
dan morfem terikat. Gabungan prefiks ‘keadaan’.
ber- dengan nomina ‘sepeda’ Dalam percakapan 19 terdapat
menyebabkan perubahan kelas kata. verba ‘mendua’. Verba tersebut terdiri
Dalam percakapan di atas makna atas morfem bebas dan morfem terikat.
gramatikal prefiks ber- adalah Morfem bebasnya adalah ‘dua’ dan
‘mengendarai (naik)’. morfem terikatnya ‘me-‘. Morfem bebas
Dalam percakapan 16 terdapat dari verba tersebut berasal dari kategori
verba ‘bertanam’. Verba tersebut terdiri numeralia. Jadi, verba ‘melndua’ terdiri
atas morfem bebas dan morfem terikat. atas morfem bebas dan morfem terikat.
Morfem bebasnya adalah ‘tanam’ dan Gabungan prefiks me- dengan
morfem terikatnya ‘ber-‘. Morfem numeralia ‘dua’ menyebabkan
bebas dari verba tersebut berasal dari perubahan kelas kata. Dalam
kategori verba. Jadi, verba ‘bertanam’ percakapan di atas makna gramatikal
terdiri atas morfem bebas dan morfem prefiks me- adalah ‘menjadi’
terikat. Gabungan prefiks ber- dengan Dalam percakapan 20 terdapat
verba ‘tanam’ menyebabkan verba ‘diperindah’. Verba tersebut
perubahan kelas kata. Dalam terdiri atas morfem bebas dan morfem
percakapan di atas makna gramatikal terikat. Morfem bebasnya adalah
prefiks ber- adalah ‘sedang ‘indah’ dan morfem terikatnya ‘diper--‘.
mengerjakan’. Morfem bebas dari verba tersebut
Dalam percakapan 17 terdapat berasal dari kategori adjektiva. Jadi,
verba ‘memucat’. Verba tersebut terdiri verba ‘diperindah’ terdiri atas morfem
atas morfem bebas dan morfem terikat. bebas dan morfem terikat. Gabungan
Morfem bebasnya adalah ‘pucat’ dan prefiks diper- dengan adjektiva ‘indah’
morfem terikatnya ‘me-‘. Morfem bebas menyebabkan perubahan kelas kata.
dari verba tersebut berasal dari kategori Dalam percakapan di atas makna
adjektiva. Jadi, verba ‘memucat’ terdiri gramatikal prefiks diper- adalah
atas morfem bebas dan morfem terikat. ‘dijadikan’
Gabungan prefiks me- dengan verba
126 EDU-KATA, Vol. 1, No. 1, Februari 2014: 119—128

Dalam percakapan 21 terdapat ‘udara’ dan morfem terikatnya ‘me-‘.


verba ‘bernafsu’. Verba tersebut terdiri Morfem bebas dari verba tersebut
atas morfem bebas dan morfem terikat. berasal dari kategori nomina. Jadi,
Morfem bebasnya adalah ‘nafsu’ dan verba ‘mengudara’ terdiri atas morfem
morfem terikatnya ‘ber-‘. Morfem bebas dan morfem terikat. Gabungan
bebas dari verba tersebut berasal dari prefiks me- dengan nomina ‘udara’
kategori nomina. Jadi, verba ‘bernafsu’ menyebabkan perubahan kelas kata.
terdiri atas morfem bebas dan morfem Dalam percakapan di atas makna
terikat. Gabungan prefiks ber- dengan gramatikal prefiks me- adalah ‘menuju
adjektiva ‘nafsu’ menyebabkan ke
perubahan kelas kata. Dalam Dalam percakapan 25 terdapat
percakapan di atas makna gramatikal verba ‘berpakaian’. Verba tersebut
prefiks ber- adalah ‘mempunyai terdiri atas morfem bebas dan morfem
(posesif)’ terikat. Morfem bebasnya adalah
Dalam percakapan 22 terdapat ‘pakaian’ dan morfem terikatnya ‘ber-‘.
nomina ‘sekantor’. Nomina tersebut Morfem bebas dari verba tersebut
terdiri atas morfem bebas dan morfem berasal dari kategori nomina. Jadi,
terikat. Morfem bebasnya adalah verba ‘berpakaian’ terdiri atas morfem
‘kantor’ dan morfem terikatnya ‘se-‘. bebas dan morfem terikat. Gabungan
Morfem bebas dari nomina tersebut prefiks ber- dengan nomina ‘pakaian’
berasal dari kategori nomina. Jadi, menyebabkan perubahan kelas kata.
nomina ‘sekantor’ terdiri atas morfem Dalam percakapan di atas makna
bebas dan morfem terikat. Gabungan gramatikal prefiks ber- adalah
prefiks se- dengan nomina ‘kantor’ ‘memakai’.
menyebabkan perubahan kelas kata.
Dalam percakapan di atas makna SIMPULAN DAN SARAN
gramatikal prefiks se- adalah ‘satu dan Penelitian ini berjudul “Penggunaan
bersama-sama Prefiks Bahasa Indonesia dalam
Dalam percakapan 23 terdapat Percakapan Informal Siswa Kelas VI
nomina ‘pembesar’. Nomina tersebut SDN Mojorejo Kecamatan Kedungadem
terdiri atas morfem bebas dan morfem Kabupaten Bojonegoro.” Penelitian ini
terikat. Morfem bebasnya adalah ‘besar’ bertujuan (1) untuk mendeskripsikan
dan morfem terikatnya ‘pe-‘. Morfem prefiks-prefiks yang terdapat dalam
bebas dari nomina tersebut berasal dari percakapan informal bahasa Indonesia
kategori adjektiva. Jadi, nomina siswa kelas VI SDN Mojorejo Kecamatan
‘pembesar’ terdiri atas morfem bebas Kedungadem Kabupaten Bojonegoro; (2)
dan morfem terikat. Gabungan prefiks untuk mendeskripsikan kelas kata yang
pe- dengan adjektiva ‘besar’ dapat bergabung dengan prefiks-prefiks
menyebabkan perubahan kelas kata. yang ada dalam bahasa Indonesia; (3)
Dalam percakapan di atas makna untuk mendeskripsikan makna gramatikal
gramatikal prefiks pe- adalah ‘orang yang dihasilkan akibat afiksasi.
yang mempunyai kedudukan,profesi.’ Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Dalam percakapan 24 terdapat dalam percakapan informal siswa kelas
verba ‘mengudara’. Verba tersebut VI SDN Mojorejo Kecamatan
terdiri atas morfem bebas dan morfem Kedungadem terdapat beberapa prefiks.
terikat. Morfem bebasnya adalah
Penggunaan Prefiks Bahasa Indonesia dalam Percakapan Informal (Sunaryo) 127

Prefiks-prefiks tersebut meliputi : me-, Chaer, Abdul.2009. Pengantar


ber-, memper-, ter-, se-, dan pe-. Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta:
Kelas kata yang dapat bergabung Penerbit Rineka Cipta.
dengan prefiks-prefiks tersebut meliputi
nomina, verba, adjektiva,dan numeralia. Djajasudarma, T. Fatimah.1993. Metode
Makna gramatikal yang dihasilkan Linguistik: Ancangan Metode
akibat afiksasi meliputi: melakukan, Penelitian dan Kajian. Bandung: PT.
mencari, memperoleh atau menghasilkan, Eresco.
menjadikan, sudah di, refleksif, tidak
disengaja, menggunakan atau memakai, Djajasudarma.2009. Semantik 1 Makna
mengeluarkan suara, mengusahakan Leksikal dan Gramatikal. Bandung:
sebagai mata pencaharian, dapat di atau Refika Aditama.
mampu, mengendarai, keadaan,
mempunyai, satu dan bersama-sama, Ekadjati, Edi.S. et al.(1995. Nusa ,
orang yang mempunyai kedudukan atau Bangsa dan Bahasa. Bandung:
profesi, menuju ke, dan memakai. Yayasan Pustaka Wina.
Peneliti menyarankan kepada para
guru bahasa Indonesia di sekolah dasar Elson, Benjamin & Picket ,Velma
untuk memberikan sedikit perhatian pada B.1989. Morphology and Syntax:
materi makna gramatikal afiks yang ada Beginning.Texas: Summer Institute
dalam bahasa Indonesia. Siswa perlu of Linguistics.
diajarkan makna-makna gramatikal yang
ada dikarenakan penggabungan afiks Kridalaksana, Harimurti (ed).1986.
dengan kata dasar. Dengan demikian, Pengembangan Ilmu Bahasa dan
siswa akan mengetahui makna-makna Pembinaan Bangsa. Ende Flores:
gramatikal tersebut. Penerbit Nusa Indah.

DAFTARRUJUKAN Kridalaksana, Harimurti.1994. Kelas


Alwasilah, Chaedar. 1993. Linguistik Kata dalam Bahasa Indonesia.
Suatu Pengantar. Bandung: Jakarta: Penerbit PT.Gramedia
Angkasa. Pustaka Utama.

Moeliono, Anton.M. 1993. Tata Bahasa Kridalaksana, Harimurti.1996.


Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pembentukan Kata dalam Bahasa
Balai Pustaka. Indonesia. Jakarta: Penerbit
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Aminuddin.1985. Semantik Pengantar
Studi tentang Makna.Bandung: Sinar Leech, Geoffrey
Baru Algensido. 1983.Semantics.Harmondsworth
Penguin.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Matthews,P.H. 1974. Morphology: An
Introduction To the Theory of World
Structure. Melbourne: Cambridge
University Press.
128 EDU-KATA, Vol. 1, No. 1, Februari 2014: 119—128

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian


Penalosa, Fernando. 1981. Introduction Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
to the Sociology of Language. Bandung: Penerbi Alfabeta.
Cambridge: Newbury House
Publishers. Tarigan, Henry Guntur.1992.
Pengajaran Analisis Kontrastif
Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Bahasa. Bandung: penerbit Angkasa.
Morfologi: Bentuk Derivasional dan
Infleksional. Bandung: Refika Tarigan,Henry Guntur. 1985.
Aditama. Pengajaran Morfologi. Bandung:
Penerbit Angkasa.
Samsuri. 1994. Analisis Bahasa.
Jakarta: Penerbit Erlangga. Tarigan, Henry Guntur. 1987.
Berbicara sebagai suatu
Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Ketrampilan Berbahasa. Bandung :
Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Penerbit Angkasa.
Wacana University Press.
Yasin, Sulchan. 1987.Tinjauan
Soeparno.2002. Dasar-Dasar Linguistik Deskriptif Seputar
Umum. Yagyakarta: PT Tiara Morfologi.Surabaya: penerbit Usaha
Wacana Yogya. Nasional.

Anda mungkin juga menyukai