Anda di halaman 1dari 7

JURNAL REFLEKSI EDUKATIKA 8 (2) (2018)

p-ISSN: 2087-9385 e-ISSN: 2528-696X


http://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE

PENGEMBANGAN KREATIVITAS-INOVATIF DALAM PENDIDIKAN SENI


MELALUI PEMBELAJARAN MUKIDI

Sunarto

Jurusan Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstract


Art Education is an education that provides materials about artworks, either in appreciation or practice.
Sejarah Artikel: This work of art has a basic element, namely “beauty”. With the beauty of artwork, learners are
Diterima: 31 Mar 2018 expected to capture the meaning of the beauty that is in the artwork. These are three elements;
Direvisi : 7 Mei 2018 appreciation, expression, and creation, remains the main base in art learning. The achievement of this
Dipublikasikan: Jun 2018 sphere is done through a definitive, participative, and explorative approach; with learning that:
________________ Exciting, Unique, Creative, Innovative, Democratic, and Initiative (Menyenangkan, Unik, Kreatif,
Keywords: Inovatif, Demokratis, dan Inisiatif- MUKIDI). The harmony of the learning elements is expected to
Aesthetic, Innovative- increase the creativity-innovative in art education.
Creative, Art Education,
MUKIDI Abstrak
________________
Pendidikan Seni adalah pendidikan yang memberikan materi-materi tentang karya-karya seni, baik
secara apresiasi ataupun praktek. Karya seni ini mempunyai unsur pokok, yaitu: keindahan. Dengan
keindahan karya seni, peserta didik diharapkan dapat menangkap makna keindahan yang ada pada karya
seni. 3 (tiga) elemen: apresiasi, ekspresi, dan kreasi, yang tetap menjadi basis utama dalam pembelajaran
seni. Pencapaian ranah ini dilakukan melalui pendekatan: definitif, partisipatif, dan eksploratif; dengan
pembelajaran yang: Menyenangkan, Unik, Kreatif, Inovatif, Demokratis, dan Inisiatif (MUKIDI).
Keharmonisan dari elemen-elemen pembalajaran tersebut diharapkan mampu meningkatakan kreativitas-
inovatif dalam pendidikan seni.

© 2018 Universitas Muria Kudus



Alamat korespondensi: p-ISSN 2087-9385
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar e-ISSN 2528-696X
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus
Kampus UMK Gondangmanis, Bae Kudus Gd. L. lt I PO. BOX 53
Kudus
Tlp (0291) 438229 ex.147 Fax. (0291) 437198
E-mail: sunartounnes@gmail.com
Sunarto / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)

PENDAHULUAN kreativitas adalah mampu menemukan kebaruan


Menurut beberapa ahli, manusia dan mampu mengatasi masalah dengan
mempunyai 4 dasar eksistensi, yaitu: seni, gemilang. Dalam kreativitas inilah pribadi
agama, filsafat, dan ilmu. Keempatnya berjalan seseorang selalu berpikiran positif untuk
seiring perkembangan sejarah manusia. Seni menemukan hal yang baru dengan menciptakan
sebagai satu bidang yang mendasarkan diri pada prases (sistem) dan produk. Kesemuanya ini
“keindahan” mempunyai peran yang signifikan nantinya akan menemukan konsep atau cita
bagi proses pendidikan manusia. Di Yunani kreatif pada seseorang (Campbell 2017: 45).
sejak beberapa abad sebelum Masehi, seni Kreativitas dalam pendidikan seni
sudah masuk dalam kegiatan pendidikan. ditandai oleh kemampuan menguasai material,
Keindahan sebagai elemen dasar seni dipakai konsep serta teknik berkarya sehingga
dalam pendidikan seni sebagai sarana menemukan karya yang lain dari pada yang lain.
peningkatan intelektul dan katarsis (penyucian Kreatif sendiri merupakan dasar seseorang
jiwa) (Sunarto 2017: 5). untuk mengolah diri selalu pada posisi dinamis.
Pendidikan seni pun dari waktu ke waktu Oleh karenanya sentuhan-sentuhan untuk
mengalami perkembangan yang cukup menumbuhkan ide dan gagasan baru selalu
signifikan. Pengembangan kreativitas-inovatif dijadikan langkah awal dengan jalan
dalam pendidikan seni terus dikembangkan memotivasi dan menstimulasi. Memotivasi
sesuai dengan perkembangan zaman. Realitas artinya menempatkan peran guru untuk
tersebut menumbuhkan berbagai varian metode memberikan sesuatu agar menemukan yang
dalam pembelajaran seni. Di antara varian ‘baru’ maka harus menolak ‘jawaban tunggal’.
tersebut adalah pembelajaran MUKIDI. Jika ada peserta didik menanyakan jawaban,
Tiga ranah manusia yang disasari oleh maka seorang guru akan memberikan beberapa
Pendidikan Seni dan Budaya adalah: raga, rasa, kemungkinan, sehingga merangsang untuk
dan cita. Raga seni dikembangkan melalui selalu menemukan hal yang baru. Menstimulasi
pelatihan penciptaan (kreativitas) dan penemuan artinya, mendorong ide-ide yang sudah ada
dan pengembangannya (inovasi) melalui untuk selalu disentuh dan diungkapkan dengan
berkarya seni. Rasa seni yang terdalam adalah berbagai bentuk, cara serta ide baru.
estetika dilatih melalui pemahaman unsur rupa, Konsekuensinya adalah seorang guru harus
warna, nada dan irama untuk mengembangkan mampu memberikan gambaran-gambar jawaban
sistem yang sudah dipunyai peserta didik. Cita yang ‘tidak tunggal’. Seorang Filsuf Prancis,
seni dilatih melalui logika, pemahaman dengan Jacques Derrida (1932), memberikan garis besar
resapan estetika, artistika serta proses jawaban berdasarkan: 1) jalan pemecahan tidak
penciptaan seorang seniman. Pencapaian ranah satu; 2) ide yang lain dari pada yang lain; dan 3)
ini dilakukan melalui pendekatan: definitif, asal mampu mempertanggungjawabkan
partisipatif, dan eksploratif; dengan gagasannya demi penemuan yang baru tersebut.
pembelajaran yang: Menyenangkan, Unik, Pola ini pernah juga dikatakan oleh Tarrance
Kreatif, Inovatif, Demokratis, dan Inisiatif yang mencoba membuat tes kreativitas. Isi tes
(MUKIDI). Harmonisasi antara pendekatan: ini adalah meneruskan sebuah gambar dengan
definitif, partisipatif, dan eksploratif; dengan dimotivasi melalui cerita, bentuk global dan
MUKIDI ini diharapkan mampu memberikan pemberian tekanan, dan membiarkan sampai
luaran (output): apresisasi, ekspresi, dan kreasi, menemukan-kejenuhan. Permasalahan yang
bagi peserta didik. muncul adalah waktu yang harus disediakan
dalam pembelajaran seperti ini harus longgar,
KREATIVITAS sehingga menemukan sesuatu yang benar-benar
Kreativitas dapat diartikan: 1) bermanfaat (Sunarto 2016).
kemampuan menanggapi, menanggapi dan Dalam hal ini terdapat tiga teori
memberikan jalan keluar segala pemecahan pengembangan kreasi yaitu: 1) teori
yang ada; 2) kemampuan melibatkan diri pada Psikoanalisa dari Sigmund Freud dan Carl Jung;
proses penemuan untuk kemaslahan; 3) 2) teori Humanistik dari Abraham Maslow dan
kemampuan intelegensi, gaya kognitif, dan Carl Rogers; dan 3) Teori Cziksentmihalyi yang
kepribadian/motivasi; 4) kemampuan untuk banyak menekankan pada potensi alami (talent).
menghasilkan atau mencipta sesuatu yang baru. Psikoanalisis menjelaskan bahwa kreativitas
Oleh karenanya kreativitas ini didasari dengan: adalah cara yang menunjukkan kemampuan
kelenturan (fleksibility), kelancaran (fluencely), seseorang dalam mengatasi suatu masalah.
kecakapan (smartly), dan kepandaian Perilaku ini harus dibangun sejak dini agar
(inetellegency) (Campbell 2017: 35). Inti dari sistem akan ditemukan sendiri. Sistem

108
Sunarto / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)

pemecahan yang ada pada pikiran, perasaan kuat dan berminat mengembangkannya akan
anak ini sering juga disebut Habitus (Pamadhi mudah menjadi pelukis. Maka pembinaan
2012). Terdapat keyakinan yang kuat bahwa dilakukan melalui: 1) minat yang kuat akan
dasar kreativitas adalah pribadi seseorang, oleh cepat mahir; 2) bersedia mengakses terus
karenanya dorongan kepada seseorang untuk dengan minat dan kebutuhan maka bakat akan
mampu melakukan tindakan selalu dimotivasi muncul; 3) kemampuan berkomunikasi untuk
oleh seorang guru. Kerangka umum yang sudah mengembangkan diri dengan lingkungan
ditemukan oleh habitus seseorang ini akhirnya (access to a field). Ini merupakan tanda
dapat menemukan daya yang selalu berdasarkan kemampuan menyesuaikan diri untuk mencapai
pada pemerolehan temuan-temuan. Seiring tujuannya (Natawidjaya dan Moesa 1992: 67).
dengan Sigmund Freud adalah Ernest Kris dan Akhirnya dapat diungkapkan pengertian
Carl Jung. Freud menjelaskan bahwa proses kreativitas, menurut Fadelis E. Waruwu
kreatif merupakan upaya tak sadar menuju sadar (Widiasaran 1999: 54), “kreativitas merupakan
bahwa ide-ide yang tidak menyenangkan orang kemampuan seseorang untuk melahirkan
lain segera dapat diubahnya menjadi sesuatu yang baru berupa gagasan maupun
produktivitas kreatif dengan melepaskan karya nyata, baik dalam karya baru maupun
‘pertahanan’ ide yang lama. Misalnya: sesuatu kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada.
yang sudah dianggap mapan dan mempunyai Sedangkan Munandar (1997: 49-50),
untuk besar selalu disadari merupakan mengatakan:
pertahanan yang salah, semestinya tetap …. secara operasional, pengertian
berjuang untuk menemukan hal yang baru kreativitas dapat dirumuskan sebagai
(lsmail 2006: 97). Meskipun kebanyakan kemampuan yang mencerminkan
mekanisme pertahanan menghambat tindakan kelancaran, keluwesan (flesibilitas),
kreatif, namun justru mekanisme sublimasi orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan
justru merupakan penyebab utama dari untuk mengelaborasi (mengembangkan,
kreativitas. Demikian pula pendapat Ernest Kris, memperkaca, memperinci) suatu gagasan.
bahwa mekanisme sebuah perkembangan yang
beruntun (regresi) merupakan peralihan ke Sedangkan Piaget mengatakan, bahwa:
perilaku selalu tidak puas. Kepuasan yang the principal goal of education is to create men
ditemukan tidak saja berupa produk melainkan who are capabe of doing new things, not simply
proses, sehingga haus akan penemuan yang of repeating what other generations have done-
baru. Dalam hal ini Carl Jung menekankan men who are create, inventive, and discoverers
bahwa ketidaksadaran dapat memainkan peran (Mulyasa 2006: 126). Dalam tulisan ini
kreativitas. Alam pikiran seseorang yang tidak pembahasan utama mengenai kreativitas
disadari dibentuk oleh habitus (pada masa lalu difokuskan pada penciptaan karya seni rupa,
yang selalu mendapatkan tekanan) menjadi dengan mendasarkan pada: 1) kelancaran; 2)
suatu ketidaksadaran kolektif ini akhirnya akan keluwesan (fleksibilitas); 3) orisinilitas dalam
menemukan teori, ide, dalam berkarya seni berpikir; dan 4) kemampuan untuk
Teori Humanistik yang dikemukakan mengelaborasi (mengembangkan, memperkaca,
oleh Maslow lebih menekankan kreativitas memperinci) suatu gagasan karya seni dimulai
sebagai hasil kerja kejiwaan manusia; manusia dengan: meresapi keindahan bentuk, mencerna
yang sehat kreativitas selalu dapat hadir dalam objek untuk dijadikan subjek karya seni, dan
posisi manapun dan tidak terbatas. kemampuan mengekspresikan ide dan gagasan.
Perkembangan jiwa manusia pada usia lima Proses representasi ini adalah: menciptakan
tahun pertama akan memberikan tataran simbol bentuk, warna dan garis menjadi karya
pertama dan berkembang secara hierarkhi yang dapat berbicara tentang diri dan
berdasarkan kebutuhan manusia. Hal ini hampir lingkungannya (Widiasaran 1999: 75).
sama dengan Carl Rogers, dijelaskan 3 kondisi Kemampuan mengutarakan pendapat ini sering
dari pribadi yang kreatif dengan keterbukaan pula dikatakan sebagai kemampuan berekspresi.
dimana pengalaman memberikan kemampuan Harapan yang terbanyak penampakan gagasan
bereksperiman atau untuk ‘bermain’ dengan terletak pada ekspresi kreatif. Pembinaan
konsep. Cziksentmihalyi memberikan kreativitas dilanjutkan dengan kegiatan yang
keyakinan, jika seseorang mempunyai minat lebih teknis, yaitu mengembangkan daya pikir
yang kuat (genetic predispotition) dan disertai untuk mengubah objek menjadi subjek dan
usaha yang serius, maka kreativitas akan mengembangkan menjadi pola-pola ideologinya
muncul dan berkembang terus. Misalnya; dalam berkarya seni (Pamadhi 2012 :54).
seseorang mempunyai potensi sensori warna

109
Sunarto / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)

K.13 (KURIKULUM 13) YANG sikap, ketuntasan belajar, mekanisme dan


DISEMPURNAKAN prosedur, pengolahan laporan hasil belajar.
Kebijakan Menteri Anies dengan Dalam K 13 dimasukkan ke dalam cakupan
mengembangkan dan meletakkan dasar kompetensi (K 1 dan K 2) dimana kompetensi
‘pendidikan’ sebagai kerangka pengembangan individual dan sosial sekaligus dikembangkan
kurikulum ternyata ditindaklanjuti oleh menjadi kerangka besar mendasari perilaku
penggantinya Menteri Pendidikan dan anak. Disini pula pendidikan karakter
Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendi dimasukkan sebagai dasar pengembangannya.
dengan menitikberatkan memastikan Di samping faktor endogeen juga
keterlibatan publik secara maksimal. Dengan dikembangkan faktor eksogeen yaitu
konsekuensi memperkuat tata kelola pengetahuan dan keterampilan. Harapannya
pembangunan pendidikan dan kebudayaan dan faktor eksogeen untuk mengembangkan potensi
terakhir pelaksanaan anggaran secara transparan yang ada sehingga perjalanan simultan faktor
serta akuntabel. Kemudian meningkatkan tersebut semakin kuat menjadikan totalitas
pendidikan seni dan budaya sejak usia dini, pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan anak
menyediakan sarana dan prasarana kesenian selalu berkembang sesuai dengan desain yang
baik untuk keperluan produksi maupun dirancang. Maka penilaian yang dilakukan
apresiasi, mengembangkan sistem registrasi dan berupa formatif bertujuan membentuk karakter
pengelolaan warisan budaya yang efektif. Juga dan perilaku, menjadikan peserta didik sebagai
membuka pusat-pusat kegiatan seni dan budaya pembelajar sepanjang hayat); diagnostik
(rumah budaya) di daerah pinggiran, (melihat perkembangan peserta didik dan
meningkatkan promosi budaya antar daerah feedback-koreksi pembelajaran), dan mengukur
(http://www.jpnn.com/read/ achievement/capaian agar dapat dilakukan
2016/09/02/464839/Ini-7-Arah-Kebijakan- evaluasi hasil pembelajaran (Browne & Keeley
Sektor-Pendidikan-Tahun-2017). 1990: 78).
Bertolak dari kebijakan tahun 2017 inilah Proses penilaian: lebih sederhana,
pendidikan seni dan budaya akan menjadi garis terjangkau untuk dilakukan, tidak menjadi
depan dalam membangun karakter dan sekaligus beban bagi guru/siswa, tetapi tetap
sebagai pendorong pengembangan industri mengutamakan prinsip dan kaidah penilaian.
kreatif siswa. Beberapa Perubahan Kurikulum Penilaian yang dilakukan tidak hanya penilaian
13 adalah pendasarannya pada pengembangan atas pembelajaran (assessment of learning),
pribadi secara naluriah. Artinya, sebuah melainkan juga penilaian untuk pembelajaran
kurikulum itu hendaknya mampu diselesaikan (assessmet for learning) dan penilaian sebagai
siswanya sendiri dengan bantuan guru atau pembelajaran (assessment as learning).
pendidik. Posisi sebagai anak menjadi sentral Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang
pengembangan kurikulum menjadi silabus; menghendaki peserta didik menampilkan sikap,
materi dan pembelajaran disesuaikan dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
kondisi yang ada terutama potensi alami dan yang diperoleh dari pembelajaran dalam
potensi lokal. Potensi alami berada pada anak melakukan tugas pada situasi yang
itu sendiri sedangkan potensi lokal yang sesungguhnya (Widiasaran 1999: 67).
dimaksudkan adalah kemampuan sekolah dalam Dalam pelaksanaan pembelajaran
memfasilitasi pembelajaran. Keduanya diasumsikan setiap peserta didik memiliki
merupakan faktor penting dalam merancang perilaku yang mampu berkembang berdasarkan
kegiatan pembelajarannya. Penekanan pada potensi alami dan sentuhan emosional artistik
upaya peningkatan kualitas pembelajaran di oleh guru. Hal ini dilandasi sebuah pameo
semua jenjang dan jalur pendidikan, baik negeri bahwa berkesenian merupakan industri kreatif.
maupun swasta, dengan kesenjangan kualitas Pengertian ini mendasarkan setiap penciptaan
yang semakin kecil (http:// karya seni berisikan pelatihan, pengembangan
www.jpnn.com/read/2016/09/02/464833/Ini-7- dan mengeksplorasi kreativitas siswa. Untuk itu
Arah-Kebijakan-Sektor-PendidikanTahun- selalu diperhatikan model-model pembelajaran
2017). yang cocok untuk siswa karena setiap siswa
Maka unsur utama yang dikembangkan mempunyai pikiran, gaya belajar dan tangkapan
adalah faktor endogeen yang diharapkan mampu estetika yang berbeda-beda. Pemahaman ini
menstimulasi tumbuhnya self esteem maupun menghasilkan model yang dapat menyeluruh
personality yang diangkat dari kearifan mendasari semua perilaku siswa dan dapat
lokalnya. Penilaian dalam K13 yang akan mencakup gaya perilakunya.
diterapkan dalam tahun ini antara lain: penilaian

110
Sunarto / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)

Bertolak dari pengertian ini selanjutnya merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan model yang sistematis, dimulai memayungi model-model pembelajaran yang
dengan pendekatan: definitif, partisipatif, dan lainnya (Aunurahman 2009: 23).
eksploratif. Definitif adalah kerangka dasar Langkah selanjutnya adalah memberikan
pengembangan pembelajaran dengan motivasi kepada siswa agar selalu tumbuh untuk
mengutamakan pengertian atau definisi. melakukan penciptaan yang lain dari pada yang
Model pendekatan yang kedua adalah lain. Mc. Donald mengatakan: Motivation is an
partisipatif, yaitu dengan melakukan berkarya energy change within the person characterized
bersama diharapkan mampu menemukan ide by affactive arousal and anticipatory goal
dan gagagsan baru. Berkarya merupakan reaction. Motivasi adalah perubahan energi
pelatihan menemukan sesuatu yang baru dan dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
memperoleh nilai kreatif yang akan dilanjutkan dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
dengan berkarya secara inovatif. mencapai tujaun. Menurut Mc. Donald:
Model pendekatan selanjutnya adalah “motivasi adalah perubahan energi dalam diri
eksploratif, melalui penugasan: misalnya seseorang yang ditandai dengan munculnya
mengamati, merekonstruksi, menemukan feeling dan didahului dengan tanggapan
kembali estetika sebuah objek serta yang lain terhadap adanya tujuan” (Sugiyanto 2008: 10).
akan melahirkan ide kreatif yang baru. Maka, motivasi diperlukan ketika pelajaran
Konsekuensinya percobaan-percobaan media berlangsung (Widiasaran 1999: 29).
maupun alat selalu dilakukan. Proses ini sering
juga disebut research based learning, project PEMBELAJARANMUKIDI
based learning. Research based learning Setelah memahami pokok-pokok
merupakan kerangka tugas yang diberikan siswa pelaksanaan K-13, maka dilanjutkan
untuk mampu mengamati sebagai bagian dari menciptakan suasana belajar. Suasana belajar ini
meneliti sebuah objek. Maka pendekatan ini setidaknya akan memberikan dukungan ide dan
research based learning maupun project based kreativitas mencipta sebuah karya seni akan
learning ini bersifat kontekstual. Selanjutnya lancar. Empat sasaran kreativitas berseni,
dikembangkan dengan pendekatan kontekstual. adalah: 1) kelancaran; 2) keluwesan
Winataputra (dalam Sugiyanto 2008: 7) (fleksibilitas); 3) orisinilitas dalam berpikir; dan
mengatakan bahwa, model pembelajaran 4) kemampuan untuk mengelaborasi
kontekstual adalah model pembelajaran yang (mengembangkan, memperkaca, memperinci)
menghubungkan dengan situasi dunia nyata suatu gagasan karya seni. Dalam hal ini
siswa, selain itu juga mendorong siswa untuk perlunya penekanan pembelajaran MUKIDI
membuat hubungan antara pengetahuan yang (Menyenangkan, Unik, Kreatif, Inovatif,
dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan Demokratis, Inisiatif).
mereka sendiri-sendiri. Model kontekstual

Menyenangkan: Ciptakan suasana yang tidak membosankan bagi siswa, misalnya


permainan, mengambil studio luar, objek yang selalu dinamis serta
gaul bagi anak.
Unik: Menciptakan kegiatan mengajar yang lain daripada yang lain,
misalnya: jika belajar sama dengan bermain, jadi dengan
menginspirasi permainan salah satu objek dikembangkan secara
berkelompok dan kemudian diselesaikan secara perorangan lagi
menyebabkan siswa ingin tahu dan ingin menyelesaikan sendiri.
Percobaan media dan perccbaan teknik melukis (misalnya) akan
membuat lukisan baju akan membuat siswa selalu ingin mencoba.
Kreatif: Kreatif yang dituntutkan siswa ternyata juga menuntut guru kreatif
dalam memberi tugas dan mengajarnya. Kreativitas guru dituntut agar
suasana kelas tumbuh minat dan motivasi internal maupun eksternal
tetap dilakukan. Motivasi internal diberikan ketika seorang siswa
akan, sedang mengalami kemacetan. Sentuhan cerita, sentuhan
apresiasi dengan melihat lukisan seniman tenar akan memberikan
gambaran ide dan gagasan. Sedangkan motivasi eksternal
dikembangkan dengan menyentuh gambar siswa namun jangan
sampai seluruhnya memacetkan ide penciptaan. Sentuhan warna

111
Sunarto / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)

ketika menggambar bentuk, atau memberikan solusi software


mencipta ruang kelas, ini merupakan wawasan teknik dan bentuk
serta ide yang diharapkan mampu menemukan hal yang baru.
Inovatif: Prinsip pembelajaran inovaif adalah metode yang digunakan tidak
satu dan selalu mengikuti perubahan siswa. Perubahan yang
dimaksudkan adalah usaha memberikan sesuatu kepada siswa agar
tumbuh gagasan. Mungkin menggunakan media dan peralatan
berkarya yang dirasakan siswa hal yang baru. Atau menemukan
langkah pengembangan yang selalu dianggap baru oleh siswa.
Demokratis: Prinsip pembelajaran demokratis bukan diartikan sama rata dan sama
rasa, melainkan demokratis dapat ditafsirkan pemberian bantuan
(insentif) berdasarkan kebutuhan siswa. Jika seorang siswa
membutuhkan bantuan motivasi ekspternal, maka guru dapat
memberikannya. Demikian pula ketika hanya sentuhan cerita untuk
menumbuhkan tema dalam berkarya seni, sebaiknya disentuhan
dengan menunjukkan ide seseorang yang ada dalam lukisan, karya
desain ataupun patung. Selanjutnya prinsip demokratis juga dapat
diartikan sebagai usaha memberikan pertolongan (insentif) dengan
mengikuti pola atau gaya belajar siswa. Hal ini ditujukan agar
kreativitas dan inovasi yang dilakukan siswa selalu berkembang.
Inisiatif: Guru penuh dengan inisiatif memberikan tugas dan model pengajaran
yang dilakukan. Inisitaif juga diberikan ketika seorang anak
mengalami hambatan teknis maupun ide penciptaan.

SIMPULAN Aunurahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran.


Jika model pembelajaran hanya satu dan Bandung: Alfabeta.
itu dilakukan oleh guru relatif statis tidak
berubah pada masing-masing materi pelajaran, Browne, M.N, & Keeley, S.M. 1990. Asking the
maka akan mendapatkan karya siswa yang tidak Right Quations: A Guide to Critical
inovatif dan bahkan kreativitas siswa tidak Thinking. Englewoof Cliffs: Prentice
berkembang. Pendidikan seni yang Hall.
mendasarkan pada teori kreativitas ini
sebenarnya juga merupakan industri kreatif, Campbell, David. 2017. Mengembangkan
yaitu sebuah usaha menciptakan kreativitas ide, Kreativitas diterjemahkan oleh A.M.
sistem dan produk karya seni. Mangunhardjana. Yogyakarta: PT.
Kreativitas berkarya diharapkan Kanisius.
menumbuhkan jiwa kreatif dan selalu mencari
hal yang baru (novelty). Pembelajaran model Hajar, Pamadhi. 2012. Pendidikan Seni:
MUKIDI diharapkan menumbuhkan jiwa dan Kansep, Habitus, dan Kurikulum
perilaku kreatif yang positif. Bentuk ini yang Pendidikan Seni di Sekolah. Yogyakarta:
akhirnya harus dipertahankan demi kreativitas UNY Press.
produk karya seni melalui percobaan (research
based learning) ataupun project based learning Mulyasa. E. 2006. Kurikulum Berbasis
senantiasa akan menggali ide dan Kompetensi. Bandung: PT Remaja
mengembangkan potensi peserta didik. Rosdakarya.
Terutama pada project based learning,
diharapkan menemukan kerja kolaboratif dan Munandar, U. 1992. Mengembangkan Bakat
menumbuhkan sikap toleransi diantara siswa. dan Kreativitas Anak Sekolah: Petunjuk
Bagi Para Guru dan Orang tua. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA PT Gramedia.

Andang, lsmail. 2006. Educations Games; Rochman Natawidjaya dan Moein Moesa. 1992.
Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Psikologi Pendidikan. Jakarta;
Permaian Edukatif. Yogyakarta: Pilar Depdikbud.
Media-Anggota IKPI.

112
Sunarto / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Widiasaran. 1999. Pengembangan Kreativitas


Inovatif. Surakarta: UNS Press. Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Sunarto. 2016. Konsep Seni dalam Estetika
Ekspresivisme. Yogyakarta: PT. http://www.jpnn.com/read/2016/09/02/464833/I
Kanisius. ni-7-Arah-Kebijakan-Sektor-Pendidikan-
______. 2017. “Estetika dalam Konteks Tahun-2017-
Pendidikan Seni”. Jurnal Refleksi
Edukatika, 7 (2): 102-110.

113

Anda mungkin juga menyukai