Sunarto
Jurusan Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
108
Sunarto / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)
pemecahan yang ada pada pikiran, perasaan kuat dan berminat mengembangkannya akan
anak ini sering juga disebut Habitus (Pamadhi mudah menjadi pelukis. Maka pembinaan
2012). Terdapat keyakinan yang kuat bahwa dilakukan melalui: 1) minat yang kuat akan
dasar kreativitas adalah pribadi seseorang, oleh cepat mahir; 2) bersedia mengakses terus
karenanya dorongan kepada seseorang untuk dengan minat dan kebutuhan maka bakat akan
mampu melakukan tindakan selalu dimotivasi muncul; 3) kemampuan berkomunikasi untuk
oleh seorang guru. Kerangka umum yang sudah mengembangkan diri dengan lingkungan
ditemukan oleh habitus seseorang ini akhirnya (access to a field). Ini merupakan tanda
dapat menemukan daya yang selalu berdasarkan kemampuan menyesuaikan diri untuk mencapai
pada pemerolehan temuan-temuan. Seiring tujuannya (Natawidjaya dan Moesa 1992: 67).
dengan Sigmund Freud adalah Ernest Kris dan Akhirnya dapat diungkapkan pengertian
Carl Jung. Freud menjelaskan bahwa proses kreativitas, menurut Fadelis E. Waruwu
kreatif merupakan upaya tak sadar menuju sadar (Widiasaran 1999: 54), “kreativitas merupakan
bahwa ide-ide yang tidak menyenangkan orang kemampuan seseorang untuk melahirkan
lain segera dapat diubahnya menjadi sesuatu yang baru berupa gagasan maupun
produktivitas kreatif dengan melepaskan karya nyata, baik dalam karya baru maupun
‘pertahanan’ ide yang lama. Misalnya: sesuatu kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada.
yang sudah dianggap mapan dan mempunyai Sedangkan Munandar (1997: 49-50),
untuk besar selalu disadari merupakan mengatakan:
pertahanan yang salah, semestinya tetap …. secara operasional, pengertian
berjuang untuk menemukan hal yang baru kreativitas dapat dirumuskan sebagai
(lsmail 2006: 97). Meskipun kebanyakan kemampuan yang mencerminkan
mekanisme pertahanan menghambat tindakan kelancaran, keluwesan (flesibilitas),
kreatif, namun justru mekanisme sublimasi orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan
justru merupakan penyebab utama dari untuk mengelaborasi (mengembangkan,
kreativitas. Demikian pula pendapat Ernest Kris, memperkaca, memperinci) suatu gagasan.
bahwa mekanisme sebuah perkembangan yang
beruntun (regresi) merupakan peralihan ke Sedangkan Piaget mengatakan, bahwa:
perilaku selalu tidak puas. Kepuasan yang the principal goal of education is to create men
ditemukan tidak saja berupa produk melainkan who are capabe of doing new things, not simply
proses, sehingga haus akan penemuan yang of repeating what other generations have done-
baru. Dalam hal ini Carl Jung menekankan men who are create, inventive, and discoverers
bahwa ketidaksadaran dapat memainkan peran (Mulyasa 2006: 126). Dalam tulisan ini
kreativitas. Alam pikiran seseorang yang tidak pembahasan utama mengenai kreativitas
disadari dibentuk oleh habitus (pada masa lalu difokuskan pada penciptaan karya seni rupa,
yang selalu mendapatkan tekanan) menjadi dengan mendasarkan pada: 1) kelancaran; 2)
suatu ketidaksadaran kolektif ini akhirnya akan keluwesan (fleksibilitas); 3) orisinilitas dalam
menemukan teori, ide, dalam berkarya seni berpikir; dan 4) kemampuan untuk
Teori Humanistik yang dikemukakan mengelaborasi (mengembangkan, memperkaca,
oleh Maslow lebih menekankan kreativitas memperinci) suatu gagasan karya seni dimulai
sebagai hasil kerja kejiwaan manusia; manusia dengan: meresapi keindahan bentuk, mencerna
yang sehat kreativitas selalu dapat hadir dalam objek untuk dijadikan subjek karya seni, dan
posisi manapun dan tidak terbatas. kemampuan mengekspresikan ide dan gagasan.
Perkembangan jiwa manusia pada usia lima Proses representasi ini adalah: menciptakan
tahun pertama akan memberikan tataran simbol bentuk, warna dan garis menjadi karya
pertama dan berkembang secara hierarkhi yang dapat berbicara tentang diri dan
berdasarkan kebutuhan manusia. Hal ini hampir lingkungannya (Widiasaran 1999: 75).
sama dengan Carl Rogers, dijelaskan 3 kondisi Kemampuan mengutarakan pendapat ini sering
dari pribadi yang kreatif dengan keterbukaan pula dikatakan sebagai kemampuan berekspresi.
dimana pengalaman memberikan kemampuan Harapan yang terbanyak penampakan gagasan
bereksperiman atau untuk ‘bermain’ dengan terletak pada ekspresi kreatif. Pembinaan
konsep. Cziksentmihalyi memberikan kreativitas dilanjutkan dengan kegiatan yang
keyakinan, jika seseorang mempunyai minat lebih teknis, yaitu mengembangkan daya pikir
yang kuat (genetic predispotition) dan disertai untuk mengubah objek menjadi subjek dan
usaha yang serius, maka kreativitas akan mengembangkan menjadi pola-pola ideologinya
muncul dan berkembang terus. Misalnya; dalam berkarya seni (Pamadhi 2012 :54).
seseorang mempunyai potensi sensori warna
109
Sunarto / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)
110
Sunarto / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)
Bertolak dari pengertian ini selanjutnya merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan model yang sistematis, dimulai memayungi model-model pembelajaran yang
dengan pendekatan: definitif, partisipatif, dan lainnya (Aunurahman 2009: 23).
eksploratif. Definitif adalah kerangka dasar Langkah selanjutnya adalah memberikan
pengembangan pembelajaran dengan motivasi kepada siswa agar selalu tumbuh untuk
mengutamakan pengertian atau definisi. melakukan penciptaan yang lain dari pada yang
Model pendekatan yang kedua adalah lain. Mc. Donald mengatakan: Motivation is an
partisipatif, yaitu dengan melakukan berkarya energy change within the person characterized
bersama diharapkan mampu menemukan ide by affactive arousal and anticipatory goal
dan gagagsan baru. Berkarya merupakan reaction. Motivasi adalah perubahan energi
pelatihan menemukan sesuatu yang baru dan dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
memperoleh nilai kreatif yang akan dilanjutkan dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
dengan berkarya secara inovatif. mencapai tujaun. Menurut Mc. Donald:
Model pendekatan selanjutnya adalah “motivasi adalah perubahan energi dalam diri
eksploratif, melalui penugasan: misalnya seseorang yang ditandai dengan munculnya
mengamati, merekonstruksi, menemukan feeling dan didahului dengan tanggapan
kembali estetika sebuah objek serta yang lain terhadap adanya tujuan” (Sugiyanto 2008: 10).
akan melahirkan ide kreatif yang baru. Maka, motivasi diperlukan ketika pelajaran
Konsekuensinya percobaan-percobaan media berlangsung (Widiasaran 1999: 29).
maupun alat selalu dilakukan. Proses ini sering
juga disebut research based learning, project PEMBELAJARANMUKIDI
based learning. Research based learning Setelah memahami pokok-pokok
merupakan kerangka tugas yang diberikan siswa pelaksanaan K-13, maka dilanjutkan
untuk mampu mengamati sebagai bagian dari menciptakan suasana belajar. Suasana belajar ini
meneliti sebuah objek. Maka pendekatan ini setidaknya akan memberikan dukungan ide dan
research based learning maupun project based kreativitas mencipta sebuah karya seni akan
learning ini bersifat kontekstual. Selanjutnya lancar. Empat sasaran kreativitas berseni,
dikembangkan dengan pendekatan kontekstual. adalah: 1) kelancaran; 2) keluwesan
Winataputra (dalam Sugiyanto 2008: 7) (fleksibilitas); 3) orisinilitas dalam berpikir; dan
mengatakan bahwa, model pembelajaran 4) kemampuan untuk mengelaborasi
kontekstual adalah model pembelajaran yang (mengembangkan, memperkaca, memperinci)
menghubungkan dengan situasi dunia nyata suatu gagasan karya seni. Dalam hal ini
siswa, selain itu juga mendorong siswa untuk perlunya penekanan pembelajaran MUKIDI
membuat hubungan antara pengetahuan yang (Menyenangkan, Unik, Kreatif, Inovatif,
dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan Demokratis, Inisiatif).
mereka sendiri-sendiri. Model kontekstual
111
Sunarto / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)
Andang, lsmail. 2006. Educations Games; Rochman Natawidjaya dan Moein Moesa. 1992.
Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Psikologi Pendidikan. Jakarta;
Permaian Edukatif. Yogyakarta: Pilar Depdikbud.
Media-Anggota IKPI.
112
Sunarto / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)
113