Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Konsep Kreativitas, Konsep Inovasi, Kreativitas dan Inovasi dalam Seni


Menggunakan Aplikasi Google Art dan Culture

Dosen Pengampu

Hikmawati Usman, S.Pd., M.Pd

Anggota Kelompok 11

1. Mursida (210407511008)
2. Andi Musdalifah (210407512018)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Kreativitas, Konsep
Inovasi, Kreativitas dan Inovasi dalam Seni menggunakan Aplikasi Google art
dan Culture ini. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan
menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta. Penulis sangat
bersyukur karena telah menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu.
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat
ter realisasikan dengan baik.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami apresiasi guna
menjadikan Laporan ini semakin sempurna kedepannya.

Makassar, 12 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumuan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN …................................................................................ 3

A. Konsep Kreativitas................................................................................... 3
B. Konsep Inovasi ......................................................................................... 7
C. Kreativitas dan Inovasi dalam Seni
Menggunakan Aplikasi Google Art.......................................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................13

A. Kesimpulan ...............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut beberapa ahli, manusia mempunyai 4 dasar eksistensi, yaitu: seni,
agama, filsafat, dan ilmu. Keempatnya berjalan seiring perkembangan
sejarah manusia. Seni sebagai satu bidang yang mendasarkan diri pada
“keindahan” mempunyai peran yang signifikan bagi proses pendidikan
manusia. Di Yunani sejak beberapa abad sebelum Masehi, seni sudah
masuk dalam kegiatan pendidikan. Keindahan sebagai elemen dasar seni
dipakai dalam pendidikan seni sebagai sarana peningkatan intelektul dan
katarsis (penyucian jiwa) (Sunarto 2017: 5). Pendidikan seni pun dari
waktu ke waktu mengalami perkembangan yang cukup signifikan.
Pengembangan kreativitas-inovatif dalam pendidikan seni terus
dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman. Realitas tersebut
menumbuhkan berbagai varian metode dalam pembelajaran seni. Di antara
varian tersebut adalah pembelajaran MUKIDI.
Tiga ranah manusia yang disasari oleh Pendidikan Seni dan Budaya
adalah: raga, rasa, dan cita. Raga seni dikembangkan melalui pelatihan
penciptaan (kreativitas) dan penemuan dan pengembangannya (inovasi)
melalui berkarya seni. Rasa seni yang terdalam adalah estetika dilatih
melalui pemahaman unsur rupa, warna, nada dan irama untuk
mengembangkan sistem yang sudah dipunyai peserta didik. Cita seni
dilatih melalui logika, pemahaman dengan resapan estetika, artistika serta
proses penciptaan seorang seniman. Pencapaian ranah ini dilakukan
melalui pendekatan: definitif, partisipatif, dan eksploratif; dengan
pembelajaran yang: Menyenangkan, Unik, Kreatif, Inovatif, Demokratis,
dan Inisiatif (MUKIDI). Harmonisasi antara pendekatan: definitif,
partisipatif, dan eksploratif; dengan MUKIDI ini diharapkan mampu

iv
memberikan luaran (output): apresisasi, ekspresi, dan kreasi, bagi peserta
didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defensi kreativitas?
2. Bagaimana teori dan kriteria kreativitas?
3. Apa pengertian Inovasi?
4. Apa ciri-ciri inovasi?
5. Bagaimana sejarah dan tujuan google arts & cultural?
6. Apa saja fitur google arts & cultural?
C. Tujuan
1. Mengetahui defensi kreativitas
2. Mengetahui teori dan kriteria kreativitas
3. Mengetahui pengertian Inovasi
4. Mengetahui ciri-ciri inovasi
5. Mengetahui sejarah dan tujuan google arts & cultural
6. Mengetahui fitur google arts & cultural

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kreativitas
1. Definisi Kreativitas
Berdasarkan penekanannya, definisi-definisi kreativitas dapat dibedakan
ke dalam dimensi person, proses, produk, dan press. Rhodes (1961)
menyebut keempat dimensi kreativitas tersebut sebagai "the Four P's of
Creativity". Definisi kreativitas yang menekankan dimensi personal
dikemukakan misalnya oleh Guilford (1950): "Creativity refers to the
abilities that are characteristics of creative people". Definisi yang
menekankan segi proses diajukan oleh Munandar (1977): "Creativity is a
process that manifests itself in fluency,in flexibility as well in originality
of thinking". Barron (1976) menekankan segi produk, yaitu: "the ability to
bring something new into existence"; sementara Amabile (1983)
mengemukakan, "Creativity can be regarded as the quality of products or
responses judged to be creative by appropriate observers".
Berdasarkan analisis faktor, Guilford menemukan bahwa ada lima sifat
yang menjadi ciri kemampuan berfikir kreatif, yaitu:
1) Kelancaran (fluency), Kelancaran adalah kemampuan untuk
menghasilkan banyak gagasan.
2) Keluwesan (flexibility), Keluwesan adalah kemampuan untuk
mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan
terhadap masalah.
3) Keaslian (originality), Orisinalitas adalah kemampuan untuk
mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise
4) Penguraian (elaboration), Elaborasi adalah kemampuan untuk
menguraikan sesuatu secara terinci

vi
5) Perumusan kembali (redefinition), Redefinisi adalah kemampuan
untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda
dengan apa yang swdah diketahui oleh banyak orang.

2. Teori Kreativitas

Gowan (1972) mengelompokkan teori-teori kreativitas ke dalam tiga


kategori, yaitu: (1) kognitif, rasional, dan semantik; (2) faktor-faktor
kepribadian dan lingkungan; (3) kesehatan mental dan penyesuaian
diri; (4) psikoanalitik dan neo-psikoanalitik; (dan 5) psikodelik yang
menekankan aspek eksistensial dan non-rasional manusia. Sementara
itu, Mackler & Sontz (1970) menggolongkan teori kreativitas ke dalam
enam kelompok, yaitu: psikoanalitik, asosianistik, Gestalt, eksistensial,
interpersonal, dan ciri atau sifat (traits).
Teori psikoanalitik menganggap bahwa proses ketidaksadaran
melandasi kreativitas. Kreativitas merupakan manifestasi dari
psikopathologi. Teori asosiasi memandang kreativitas sebagai hasil
dari proses asosiasi dan kombinasi antara elemen-elemen yang telah
ada, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru. Teori Gestalt
memandang kreativitas sebagai manifestasi dari proses tilikan individu
terhadap lingkungannya secara holistik.
Teori eksistensial mengemukakan bahwa kreativitas merupakan proses
untuk melahirkan sesuatuyang baru melalui perjumpaan antara
manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Sebagai penganut
teori eksistensial, May (1980), misalnya berpendapat bahwa setiap
perilaku kreatif selalu didahului oleh "perjumpaan" yang intens dan
penuh kesadaran antara manusia dengan dunia sekitarnya.
Teori interpersonal menafsirkan kreativitas dalam konteks lingkungan
sosial. Dengan menempatkan pencipta (kreator) sebagai inovator dan
orang di sekeliling sebagai pihak yang mengakui hasil kreativitas, teori
ini menekankan pentingnya nilai dan makna dari suatu karya kreatif.
Nilai mengimplikasikan adanya pengakuan sosial. Teori sifat atau ciri

vii
memberikan tempat khusus kepada usaha untuk mengidentifikasi ciri-
ciri atau karakteristik-karakteristik utama kreativitas. Guilford,
termasuk ke dalam kelompok ini.

3. Kriteria kreativitas

Penentuan kriteria kreativitas menyangkut tiga dimensi yaitu dimensi


proses, person, dan produk kreatif (Amabile, 1983). Dengan
menggunakan proses kreatif sebagai kriteria kreativitas, maka segala
produk yang dihasilkan dari proses itu dianggap sebagai produK
kreatif, dan orangnya disebut sebagai orang kreatif. Hal ini dilukiskan
oleh Koestler (1964: 119) yang mengartikan kreativitas sebagai suat"
proses bisosiatif, yaitu "the deliberate connecting of two previously
unrelated 'matrices of thought' to produce a new insight or invention”.
Rothenberg (1976) memberikan pengertian bahwa, proses kreatif
identik dengan berpikir Janusian (janusian thinking), yaitu suatu tipe
berpikir divergen yang berusaha melihat berbagai dimensi yang
beragam atau bahkan bertentangan menjadi suatu pemikiran yang baru.
Apabila proses bisosiatif ini dihubungkan dengan tahap-tahap berpikir
kreatif, maka selama proses tersebut merentang dari pengumpulan
informasi (preparasi), inkubasi, iluminasi, dan evaluasi/verifikasi,
dapat dikatakan bahwa hasil proses berpikir itu adalah produk kreatif.
Keberatan yang diajukan terhadap teori ini ialah, sesuatu yang
dihasilkan dari proses berpikir kreatif tidak selalu dengan sendirinya
dapat disebut sebagai produk kreatif. Kriteria ini jarang dipakai dalam
penelitian, karena dianggap kurang menyentuh persoalan inti, yaitu
karya kreatif secara nyata. Dalam berbagai studi (misalnya Ghiselin,
1983; Ghiselin, Rompel, & Taylor, 1964), proses kreatif lebih
ditempatkan sebagai salah satu aspek dari orang kreatif, dan bukan
kriteria yang berdiri sendiri.
Dimensi person sebagai kriteria kreativitas seringkali kurang jelas
rumusannya. Amabile (1983) mengatakan bahwa pengertian person

viii
sebagai kriteria kreativitas identik dengan apa yang oleh Guilford
(1950) disebut kepribadian kreatif (creative personality), yaitu "those
patterns of traits that are characteristics of creative persons”.
Kepribadian kreatif menurut Guilford meliputi dimensi kognitif (yaitu
bakat) dan dimensi non-kognitif (yaitu minat, sikap, dan kualitas
temperamental). Menurut teori ini, orang-orang kreatif memiliki ciri-
ciri kepribadianyang secara signifikan berbeda dengan orang-orang
yang kurang kreatif.
Karakteristik-karakteristik kepribadian ini menjadi kriteria untuk
mengidentifikasi orang-orang kreatif. Orang-orang yang memiliki ciri-
ciri seperti yang dimiliki oleh orang-orang kreatif dengan sendirinya
adalah orang kreatif. Kriteria ini banyak digunakan dalam penelitian
kreativitas. Prosedur identifikasi orang-orang kreatif berdasarkan ciri-
ciri kepribadian yang dimilikinya, biasanya dilakukan melalui teknik
self-report, nominasi dan penilaian oleh teman sebaya, rekan sejawat
atau atasan dengan menggunakan pertimbangan subyektif. Keberatan
terhadap kriteria ini, jika digunakan sebagai satu-satunya kriteria untuk
menentukan kreativitas seorang, ialah karena ia belum menyentuh
esensi dari kreativitas, yakni kemampuan untuk melahirkan sesuatu
yang baru, yang nyata iialam hasil karyanya. Karena itu, dimensi
kepribadian dari kreativitas biasanya diteliti dalam kaitan dengan
kriteria lain yang lebih eksplisit, yaitu produk kreatif.
Beberapa asumsi tentang kreativitas, yang diangkat dari teori dan
berbagai studi tentang kreativitas.
Pertama, setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat
yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki
kreativitas, dan yang diperlukan adalah bagaimanakah
mengembangkan kreativitas tersebut. Dikemukakan oleh Devito
(1971:213-216) bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan yang
dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat yang berbeda-beda. Setiap
orang lahir dengan potensi kreatif, dan potensi ini dapat dikembangkan

ix
dan dipupuk. Dalam nada yang sama, Piers (1976: 268)
mengemukakan, "All individuals are creative in diverse ways and
different degrees".
Kedua, kreativitas dinyatakan dalam bentuk produk-produk kreatif,
baik berupa benda maupun gagasan (creative ideas). Produk kreatif
merupakan 'kriteria puncak' untuk menilai tinggi-rendahnya kreativitas
seseorang. Tinggi atau rendahnya kualitas karya kreatif seseorang
dapat dinilai berdasarkan orisinalitas atau kebaruan karya itu dan
sumbangannya secara konstruktif bagi perkembangan kebudayaan dan
peradaban.

B. Konsep Inovasi

1. Pengertian Inovasi

Istilah inovasi dalam organisasi pertama kali diperkenalkan oleh


Schumpeter pada tahun 1934. Inovasi dipandang sebagai kreasi dan
implementasi "kombinasi baru. Istilah kombinasi baru ini dapat merujuk
pada produk, jasa, proses kerja, pasar. kebijakan dan sistem baru. Dalam
inovasi dapat diciptakan nilai tambah, baik pada organisasi, pemegang
saham, maupun masyarakat luas. Oleh karenanya sebagian besar definisi
dari inovasi meliputi pengembangan dan implementasi sesuatu yang baru
(dalam de Jong & den Hartog, 2003) sedangkan istilah "baru' dijelaskan
Adair (1996) bukan berarti original tetapi lebih ke newness (kebaruan).
Arti kebaruan ini, diperjelas oleh pendapat Schumpeter bahwa inovasi
adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu
kombinasi. Dengan inovasi maka seseorang dapat menambahkan nilai dari
produk, pelayanan, proses kerja, pemasaran, sistem pengiriman, dan
kebijakan, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga stakeholder dan
masyarakat (dalam de Jong & Den Hartog, 2003).
Ruang lingkup inovasi dalam organisasi (Axtell dkk dalam Janssen, 2003).
bergerak mulai dari pengembangan dan implementasi ide baru yang
mempunyai dampak pada teori, praktek, produk, atau skala yang lebih

x
rendah yaitu perbaikan proses kerja sehari-hari dan desain kerja. Oleh
karenanya, penelitian inovasi dalam organisasi dapat dilakukan dalam 3
level yaitu inovasi level individu, kelompok, dan organisasi (Adair, 1996;
de Jong & Den Hartog, 2003).
Jika dilihat dari kecepatan perubahan dalam proses inovasi ada dua macam
inovasi yaitu inovasi radikal dan inovasi inkremental (Scot & Brucce,
1994). Inovasi radikal dilakukan dengan skala besar, dilakukan oleh para
ahli dibidangnya dan biasanya dikelola oleh departemen penelitian dan
pengembangan. Inovasi radikal ini sering kali dilakukan di bidang
manufaktur dan lembaga jasa keuangan. Sedangkan inovasi inkremental
merupakan proses penyesuaian dan mengimplementasikan perbaikan yang
berskala kecil. Yang melakukan inovasi ini adalah semua pihak yang
terkait sehingga pendekatan pemberdayaan sesuai dengan model inovasi
inkremental ini (Bryd & Brown, 2003; Jones, 2004).

2. Ciri Inovasi

1. Khas
Ciri utama dari sebuah inovasi adalah khas. Inovasi harus memiliki ciri
khas sendiri yang tidak dimiliki atau pun ada pada ide atau pun gagasan
yang sudah ada sebelumnya. Tanpa ciri khas yang spesifik, sebuah ide atau
pun gagasan tidak dapat digolongkan menjadi sebuah inovasi baru.
2. Baru
Ciri ke dua dari sebuah inovasi adalah baru. Setiap inovasi harus lah
merupakan ide atau pun gagasan baru yang memang belum pernah
diungkapkan atau pun dipublikasikan sebelumnya.
3. Terencana
Ciri ketiga dari sebuah inovasi adalah terencana. Sebuah inovasi biasa nya
sengaja dibuat dan direncanakan untuk mengembangkan objek-objek
tertentu. Dengan kata lain, setiap inovasi yang ditemukan pada dasar nya
merupakan kegiatan yang sudah direncanakan sejak awal.
4. Memiliki Tujuan

xi
Ciri terakhir yang harus ada pada inovasi adalah memiliki tujuan. Seperti
yang telah dijelaskan di poin yang sebelumnya, inovasi merupakan
aktivitas terencana untuk mengembangkan objek-objek tertentu (tujuannya
adalah mengembangkan objek-objek tertentu).

C. Kreativitas dan Inovasi dalam Seni Menggunakan Aplikasi Google Art


dan Cultural

1. Sejarah Google Arts & Cultural


Mungkin, Google merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan
yang mempersilakan karyawannya untuk menciptakan proyek pribadi
yang nantinya bakal dikelola oleh Google sendiri apabila berhasil. Salah
satu proyek besar yang dikerjakan oleh beberapa karyawan Google
tersebut adalah berkaitan dengan budaya dan seni yang nantinya dapat
dinikmati secara online.
Sekitar 20 persen waktu dari para karyawan Google yang mengerjakan
proyek tersebut dihabiskan untuk mendesain dan merancangnya
sedemikian rupa. Ketika proyek sudah hampir rampung, proyek tersebut
kemudian diambil alih dan diteruskan oleh perusahaan, dalam hal ini
adalah Google.
Di bawah Nelson Mattos yang waktu itu menjabat sebagai Google’s Vice
President for Product and Engineering for Europe and Emerging Markets,
proyek tersebut digarap secara cepat dan akhirnya berhasil menjadi produk
jadi dalam waktu 1 tahun 6 bulan saja. Produk tersebut akhirnya diberi
nama Art Project.
Untuk mengisi konten di dalam platform tersebut, maka Nelson juga
berhasil menjalin kerja sama dengan 17 museum besar dan terkemuka di
Amerika Serikat dan Eropa. Tim dari Nelson membutuhkan setidaknya 2
malam per museum untuk dapat merekam semua hasil karya dan lukisan
yang tersimpan. Tidak hanya itu saja, dimasukkan pula 14 karya seni

xii
ciptaan Google yang setahun sebelumnya sempat dipamerkan di Prado,
Madrid, Spanyol dengan resolusi tinggi.
Dari awal hanya 17 museum saja, museum dan tempat-tempat seni atau
galeri seni yang menjadi partner pun semakin bertambah banyak.
Akhirnya, Art Project ini secara resmi dirilis pada tanggal 1 Februari 2011.
Setelah resmi dirilis, Art Project sendiri berada di bawah salah satu
‘produk’ milik Google lain yang berjalan di jalur sama, kesenian yang
dipadu dengan teknologi, yaitu Google Cultural Institute.
Dan melalui website resminya, googleartproject.com, siapa saja dapat
menikmati ratusan atau bahkan ribuan karya seni dengan tampilan resolusi
tinggi dari berbagai era tanpa harus beranjak dari tempat atau keluar
rumah. Bahkan, Anda pun dapat melihat setiap inci dari karya seni yang
ditampilkan secara mudah, jernih, detail dan jelas.
Pihak Google Cultural Institute sendiri kemudian menggabungkan
teknologi Google Street View untuk dapat membawa siapa saja yang
mengakses website Art Project ke berbagai museum dengan tampilan 360
derajat.
Anna De Paula Hanika selaku salah satu pencetus dari Art Project tersebut
mengatakan bahwa tidak hanya ditujukan bagi para pencinta seni saja, Art
Project juga berfungsi untuk mengedukasi siapa saja, bahkan yang tidak
paham tentang seni sekalipun, terhadap sebuah karya seni.
Setelah lama mengoleksi foto atau gambar dan video beresolusi tinggi,
akhirnya per bulan Juli 2016, Google Inc mengganti nama Art Project atau
Google Art Project beserta websitenya menjadi Google Arts & Culture.
Website baru yang digunakan adalah artsandculture.google.com.
2. Tujuan Google Arts & Cultural
Seperti yang sempat disinggung di atas, Art Project dan Google Arts &
Cultural memiliki tujuan atau fungsi yang sama, yaitu menjadi satu wadah
bagi para pencinta seni atau orang awam untuk dapat menikmati berbagai
bentuk senin. Anda juga sekaligus bisa belajar dan meneliti karya seni dari
banyak seniman di berbagai belahan dunia. Tak hanya itu saja, bahkan

xiii
karya seni dari tahun-tahun yang sudah sangat lampau bisa ditemukan di
sini. Hanya saja, Google Arts & Cultural dikembangkan lebih canggih lagi
untuk dapat memberikan layanan terbaik kepada setiap pengguna Google.
Melalui kantor pusatnya (The Lab) yang berada di Paris, Prancis, Google
Arts & Cultural dengan memakai teknologi Google Street View berusaha
untuk menjadi platform online yang dapat diakses siapa saja untuk dapat
menikmati karya seni dari seluruh dunia. Ada juga beberapa artefak
budaya dari museum-museum, galeri sejarah, dan juga organisasi budaya
dunia yang bisa dinikmati khalayak umum. Jika melihat langsung di
negara asalnya, tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Tidak hanya dapat melihat foto, gambar atau video dengan resolusi tinggi
secara virtual, melalui platform online ini, siapa saja dapat menjelajahi
seluruh informasi fisik sampai dengan kontekstual karya seni yang mana
juga tersedia dalam 18 bahasa, di antaranya adalah Inggris, Jepang,
Indonesia, Prancis, Italia, Polandia, dan Portugis. Jadi Anda tidak perlu
khawatir, karena dijamin bisa mendapatkan informasi terbaik saat
menikmati berbagai karya seni melalui platform ini.
Walaupun sudah memiliki rekanan atau partner dari banyak tempat di
seluruh dunia, Google Cultural Institute masih membuka pintu kepada
para pakar, seniman, kurator, desainer, pendidik dan siapa saja yang ingin
membantu atau bekerja sama untuk menciptakan sesuatu yang dapat
menjembatani antara teknologi dan budaya atau kesenian.
3. Fitur Google Arts & Cultural
Tidak hanya dapat diakses melalui peramban via desktop atau laptop,
Google Arts & Cultural juga tersedia dalam bentuk aplikasi mobile yang
mana dapat diunduh langsung dan gratis di Google Play Store atau juga
iTunes App Store bagi yang perangkatnya berbasis iOS. Ketika sudah
masuk ke dalam web resminya, maka Anda akan mendapati halaman yang
berisikan banyak karya seni, berupa lukisan, foto sampai dengan video.
Untuk bagian atas kanan terdapat kolom Beranda, Jelajahi, Di sekitar,
Favorit dan tombol pencarian.

xiv
Selain itu, terdapat juga fitur-fitur lain yang dapat Anda manfaatkan untuk
dapat menjelajahi, melihat dan menikmati setiap karya seni yang telah
dikumpulkan. Fitur-fitur tersebut antara lain Virtual Gallery Tour, Artwork
View, Create an Artwork Collection, Explore and Discover, Video and
Audio Content, Education, Art Selfie, Today’s Pick, Music + art, dan
masih banyak lainnya
Melalui website ini belajar jadi lebih menyenangkan bagi anak-anak yang
sudah mulai bosan dengan belajar di rumah saja.
Bersama Google Arts and Culture, sistem belajar akan lebih mengasyikan
bagi anak-anak. Contohnya mengajak anak menjelajah museum nasional
maka secara tidak langsung sudah ikut memperkenalkan kebudayaan
kepada anak-anak. Di hari ini, belajar di mana pun bukan kendala sebab
teknologi telah membantu dalam proses belajar. Seperti halnya
Kementerian Penddikan dan Kebudayaan Indonesia atau Kemendikbud
Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Google Arts and Culture
mengajak siapapun untuk berkunjung ke museum nasional digital
sekaligus belajar melestarikan kebudayaan Indonesia. Atas kegiatan
tersebut, diharapkan agar anak-anak kita akan lebih mencintai dan bangga
kebudayaan Indonesia.
Fitur ini bisa diakses oleh masyarakat Indonesia untuk mengetahui
berbagai museum nasional, tempat bersejarah, serta koleksi wayang lebih
dari 4000 yang diperoleh dari Museum Wayang Nasional dapat dinikmati
kapan saja dan di mana saja.

xv
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan,


proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, estetis,
fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi yang berdaya guna
dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah. Sedangkan Inovasi
(innovation) adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau
diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat) yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
memecahkan suatu masalah tertentu.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/391916189/Konsep-Kreativitas

https://www.academia.edu/6172854/Konsep_inovasi

https://accesstrade.co.id/apa-itu-google-arts-culture-1249

xvii

Anda mungkin juga menyukai