Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERKEMBANGAN KREATIVITAS

OLEH:

1. NOVITA BARU (NIM. 148620619231)


2. TRIVONA SAA (NIM. 148620622151)
3. TRIVENA SOLOSSA (NIM: 148620622189)
4. SELVIANA SONATA SARIM (NIM :148620622031)
KELAS: 3C
MATA KULIAH: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH (UNIMUDA) SORONG


2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan yang telah memberikan petunjuknya
sehingga dengan semangat yang ada penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perkembangan Kreativitas”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada guru bidang studi yang telah memberikan
arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Penulis menyadari
makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Semoga dengan selesainya
makalah ini dapat menambah ilmu.

Aimas, 13 November 2023

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan ................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kreativitas.........................................................................................3
B. Teori Kreativitas.................................................................................................3
C. Peningkatan Kreativitas dalam Sistem Pendidikan.............................................4
D. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif...............................................................................4
E. Perkembangan Kreativitas Anak.........................................................................5
F. Peran Guru Dalam Pengembangan Kreativitas Anak.........................................7
G. Kendala Dalam Pengembangan Kreativitas Anak..............................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua anak, khususnya anak sekolah dasar menampakkan kesenangan belajar dan
bahkan mereka ingin mempelajari banyak hal. Dorongan ingin tahu mereka yang sangat tinggi
dapat dilihat dari keinginan untuk mengeksplorasi lingkungan dengan kemampuan dan dorongan
mereka untuk mengetahui sesuatu dan membuat sesuatu secara kreatif. Mereka senang bermain
boneka, pistol-pistolan dan berbagai macam alat permainan lainnya yang mereka ciptakan
melalui bahan alami seperti daun singkong untuk membuat boneka wayang, dan dahan pisang
untuk membuat pistol-pistolan.Mereka cenderung meniru dan mencoba apa yang mereka lihat
dan ketahui. Mereka memiliki minat yang luas dan cita-cita yang banyak, walaupun mereka
belum menyadari bahwa untuk mengembangkan minat dan mencapai cita-cita mereka
memerlukan pengorbanan dan kerja keras. Mereka juga belum menyadari perlunya memiliki
pengetahuan dan keterampilan serta kepribadian yang sesuai dengan tuntutan keinginan mereka.
Anak-anak sangat menyenangi belajar, seperti yang kita ketahui dari pendapat (Soepartinah, P.S.,
1981) bahwa sebenarnya anak-anak dapat dan ingin belajar, dan lebih dari itu, mereka ingin
belajar sebanyak-banyaknya dan sesegera mungkin.
Oleh karena itu, guru-guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk belajar kreatif sebanyak dan selekas mungkin. Caranya adalah dengan membuat situasi
belajar yang menarik dan sekreatif mungkin sehingga anak-anak dapat memiliki keinginan untuk
kreatif seperti yang dilakukan oleh gurunya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penyusun sajikan diatas, maka disini kami dapat
merumuskan beberapa permasalahan, diantaranya:
1. Bagaimana ciri-ciri yang menunjukan kepribadian kreatif itu?
2. Bagaimana perkembangan kreativitas anak pada usia 0 sampai 10 tahun?
3. Bagaimana peran pendidik dalam mengembangkan kreativitas anak?
4. Apa saja kendala-kendala dalam mengembangkan kreativitas anak?

1
C. Tujuan
Tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui ciri-ciri dari kepribadian yang kreatif.
2. Untuk mengetahui perkembangan kreativitas anak usia dini.
3. Untuk mengetahui peran pendidik dalam mengembangkan kreatifitas anak, serta kendala-
kendala yang dihadapi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kreativitas
“Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir tentang
sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa (unusual) dan menghasilkan penyelesaian
yang unik terhadap berbagai persoalan” (Semiawan, 1999: 89)
Selain dari apa yang telah disebutkan diatas, maka untuk memahami pengertian
kreativitas, maka Rhodes (Munandar, 1977) mengemukakan bahwa ada beberapa tinjauan yang
harus dikaji. Adapun definisi kreativitas itu dapat dikaji melalui the Four P’s of
Creativity (Person, Product, Process, and Press).
Kreativitas sebagai pribadi (person), kreativitas itu mencerminkan keunikan individu
dalam pikiran-pikiran dan ungkapan-ungkapan. Halini dipertegas oleh Paul Swartz (1963) bahwa
kreativitas merupakan ekspresi tertinggi individualitas manusia.
Kretivitas sebagai produk (product), suatu karya dapat dikatakan kreatif, jika karya itu
merupakan suatu ciptaan yang baru atau orisinil dan bermakna bagi individu dan / atau
lingkungan. Lebih jauh diungkapkan oleh Jhon A. Glover (1980) bahwa ada tempat
pemberangkatan yang terbaik, yaitu kriteria yang dianggap cukup representatif oleh sebagian
besar para ahli psikologi dalam mendefinisikan kreativitas. Kriteria yang dimaksudkan adalah
sipat kebaruan (novelty) dan kegunaan (utility).

B. Teori Kreativitas
1. Teori Psikoanalisis
Menganggap bahwa proses ketidaksadaran melandasi kreativitas. Kreativitas merupakan
manifestasi dari kondisi psikopatologis.
2. Teori Assosiasionistik
Memandang kreativitas sebagai hasil dari proses asosiasi dan kombinasi antara elemen-
elemen yang telah ada, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru.
3. Teori Gestalt
Memandang kreativitas sebagai manifestasi dari proses tilikan individu terhadap
lingkungannya secara holistik.

3
4. Teori Eksistensial
Mengemukakan bahwa kreativitas merupakan proses untuk melahirkan sesuatu yang baru
melalui perjumpaan antara manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan alam.
Menurut May (1980), dengan teori eksistensial ini, setiap perilaku kreatif selalu didahului
oleh ‘perjumpaan’ yang intens dan penuh kesadaran antara manusia dengan dunia
sekitarnya.
5. Teori Interpersonal
Menafsirkan kreativitas dalam konteks lingkungan sosial. Dengan menempatkan pencipta
(kreator) sebagai inovator dan orang di sekeliling sebagai pihak yang mengakui hasil
kreativitas. Teori ini menekankan pentingnya nilai dan makna dari suatu karya kreatif.
Karena nilai mengimplikasikan adanya pengakuan sosial.
6. Teori Trait
Memberikan tempat khusus kepada usaha untuk mengidentifikasi ciri-ciri atau
karakteristik-karakteristik utama kreativitas.

C. Peningkatan Kreativitas dalam Sistem Pendidikan


Betapa pentingnya pengembangan kreativitas dalam sistem pendidikan ditekankan oleh
para wakil rakyat melalui Ketetapan MPR-RI No.11/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar
Haluan Negara sebagai berikut:
“Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan disegala bidang yang
memerluka jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat sekaligus meningkatkan
produktivitas, kreativitas, mutu, dan efisiensi kerja” (Departemen Penerangan, 1983:60).
Perilaku kreatif adalah hasil dari pemikiran kreatif. Oleh karena itu, hendaknya sisitem
pendidikan dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif-produktif, di samping
pemikiran logis dan penalaran.

D. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif


Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai
kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan
memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan)
dari pada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat

4
berarti, penting dasn disukai , mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan dari orang
lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka
walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda,
menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri,keuletan dan
ketekunan membuat mereka tidakcepat putus asa dalam mencapai tujuan mereka.
Thomas edison (Munandar, 2004: 35) mengatakan bahwa ‘Dalam melakukan percobaan
ia mengalami kegagalan lebih dari 200 kali, sebelum ia berhasil dengan penemuan bola lampu
yang bermakna bagi seluruh umat manusia; ia mengungkapkan bahwa ”genius is 1% inpiration
and 99% perpiration”.’
Treffinger (Munandar, 2004: 35) mengatakan bahwa pribadi yan'g kreatif biasanya lebih
teroganisasi dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinal mereka telah dipikirkan
dengan matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan maslah yang mungkin timbul dan
implikasinya.
Tingkat energi, spontanitas, dan kepetualangan yang luar sering biasa sering tampak
pada orang kreatif; demikian pula keinginan yang besar untuk mencoba aktivitas yang baru dan
mengasyikan, misalnya untuk menghipnotis, terjun payung, atau menjajagi kota atau tempat baru
Siswa berbakat kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat melihat
masalah dari berbagai sudut tinjau, dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep,
atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.
Ciri yang lebih serius pada orang berbakat ialah ciri seperti idealisme, kecenderungan
untuk melakukan refleksi, merenungkan peran dan tujuan hidup, serta makna atau arti dari
keberadaan mereka. Anak berbakat lebih cepat menunjukan perhatian pada masalah orang
dewasa, seperti politik, ekonomi, polusi, kriminalitas, dan masalah lain yang dapat yang mereka
amati di dalam masyarakat.

E. Perkembangan Kreativitas Anak


Hurlock (Semiawan, 1999: 96) menegaskan bahwa ‘Hasil sejumlah studi kreativitas
menunjukkan bahwa perkembangan kreativitas mengikuti suatu pola yang dapat diramalkan.
Ada sejumlah variasi di dalam pola ini. Demikian juga ada beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap variasi-variasi tersebut, diantaranya: jenis kelamin, status sosio-ekonomi, posisi urutan
kelahiran, ukuran besar anggota keluarga, lingkungan kota versus desa, dan intelegensi’.

5
Pertama, anak-anak lelaki menunjukkan kreativitas yang lebih tinggi daripada anak
perempuan, terutama di masa-masa perkembangan. Di sebagian masyarakat, anak lelaki
mendapat perlakuan yang berbeda dari anak perempuan. Anak lelaki mendapat kesempatan yang
lebih banyak daripada anak perempuan untuk hidup mandiri, lebih mendapat kesempatan untuk
menghadapi resiko, mendapatkan kesempatan dari orang tua dan guru untuk berinisiatif dan
menampilkan keasliannya.
Kedua, anak-anak yang berlatar belakang sosio-ekonomis lebih tinggi cenderung lebih
kreatif daripada anak-anak yang berlatar belakang rendah. Kelompok pertama diduga
mendapatkan perlakuan orangtua yang lebih demokratis, sementara kelompok keduanya lebih
banyak mendapat perlakuan otoriter. Kontrol orangtua yang demokratis dapat memelihara
kemampuan kreatif dengan memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada anak untuk
mengekspresikan individualitasnya dan mengejar minat dan aktivitas menurut pilihannya sendiri.
Yang lebih penting lagi anak-anak yang berlatar belakang ekonomi tinggi mendapat kesempatan
yang lebih banyak utnuk mengakses pengetahuan dan pengalaman yang diperluakan untuk
mengembangkan kreativitas, misalnya ke tempat-tempat rekreasi, tempat-tempat penting, dan
pusat-pusat informasi yang dapat mendorong anak-anak untuk berimajinasi serta berpikir dan
bertindak secara kreatif.
Ketiga, bahwa anak posisi kelahiran berbeda menunjukkan tingkat kreativitas yang
berbeda. Pernyataan ini memiliki implikasi bahwa lingkungan memiliki kedudukan yang lebih
penting dari pada keturunan. Anak tengah dan anak bungsu memungkinkan lebih kreatif
daripada anak sulung. Anak sulung cenderung mendapat tekanan yang lebih besar untuk
memenuhi harapan orang tua daripada anak berikutnya. Sehingga mereka lebih dikehendaki
sebagai konformis daripada pencetus ide.
Keempat, anak-anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif daripada anak-anak dari
keluarga besar. Hal ini disebabkan oleh pengasuhan dalam keluarga besar menuntut sikap yang
lebih otoriter guna bisa mengendalikan anak yang banyak itu. Perlakuan yang otoriter cenderung
menghambat perkembangan kreativitas. Sebaliknya anak dari keluarga kecil cenderung
mendapat lebih banyak perlakuan yang demokratis. Sikap tersebut memungkinkan bisa
mendukung terciptanya suasana dan sikap yang favorable untuk pengembangan kreativitas.
Kelima, anak-anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak-anak dari
lingkungan desa, karena yang pertama lebih banyak mendapatkan lingkungan yang lebih

6
memberikan stimulasi dalam pengembangan kreativitas. Di kota-kota lebih banyak tempat-
tempat, objek-objek, benda-beda, dan tantangan-tantangan yang mengundang setiap untuk
mengembangkan kemampuan kreatif. Setimulan-setimulan ini mendaorong dan mendukung
peningkatan kreativitas anak-anak kota, pada kenyataanya mereka akhirnya memiliki kreativitas
yang lebih tinggi dari pada anak desa.
Terakhir, untuk anak yang seusia, anak-anak yang cerdas menunjukan kemampuan
kreatif yang lebih dari pada anak-anak yang kurang cerdas. Yang pertama cenderung memiliki
ide-ide yang lebih baru ingin mengatasi situasi konflik sosial dan mampu merumuskan lebih
banyak alternatif pemecahan terhadap konflik-konflik itu, juga beralasan bahwa anak-anak yang
cerdas pada akhirnya pantas dipilih sebagai pemimpin daripada anak-anak seusianya.

F. Peran Guru Dalam Pengembangan Kreativitas Anak


Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan
sosial anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan perkembangan
intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan belajar siswa yang
berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat sekolah dasar. Hal ini mudah dipahami karena di
sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran dipegang oleh guru kelas, kecuali mingkin untuk
pelajaran seperti Agama, Olahraga, dan Kesenian yang menuntut keterampilan khusus dari guru.
Apakah implikasinya bagi guru anak berbakat? Implikasi tersebut disimpulkan oleh
Barbed an Renzulli (Munandar, 1999: 62) sebagai berikut:
1. Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya
dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga bagaimana guru melakukannya.
Guru perlu juga menguji perasaan-perasaannya terhadap anak berbakat. Sikap menguji atau
mempertanyakan dari anak berbakat dapat menjengkelkan guru yang bersifat otoriter.
Penjelasan guru yang biasanya diterima begitu saja oleh kebanyakan anak mungkin
diragukan oleh anak berbakat. Jika guru menunjukkan perasaan tidak senang oleh
pertanyaan-pertanyaan anak berbakat, ia dapat mematikan rasa ingin tahu anak, sedangkan
guru yang terbuka terhadap gagasan dan pengalaman baru akan meluaskan dimensi minat
anak.
2. Di samping memahami diri sendiri, guru guru perlu memiliki pengertian tentang
keberbakatan.

7
Oleh karena itu, guru yang akan membina anak berbakat perlu memperoleh
informasi dan pengalaman mengenai keberbakatan, tentang apa yang diartikan tentang
keberbakatan, bagaimana cirri-ciri anak berbakat, dan dengan cara-cara apa saja kebutuhan
pendidikan anak berbakat dapat terpenuhi. Dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan
pendidikan anak berbakat, guru akan menyadari bahwa anak-anak ini memerlukan
pelayanan pendidikan khusus yang terletak di luar jangkauan kurikulum biasa.
3. Setelah anak berbakat diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan
belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.

Sehubungan dengan ini guru hendaknya lebih berfungsi sebagai fasilitator belajar daripada
sbagai instructor (pengajar) yang menentukan semuanya. Fungsi pendidik adalah
mempersiapkan siswa untuk belajar seumur hidup. Setiap anak dilahirkan dengan rasa ingin
tahu. Ia terbuka terhadap pengalaman baru dan belajar dari pengalamannya sesuai dengan
kebutuhannya. Hanya sayang, pada waktu anak mulai masuk sekolah sering dorongan
alamiah untuk belajar ini terkekang karena kurikulu yang kaku dan program belajar yang
tidak beragam (berdiferensiasi), artinya tidak disesuaikan dengan kemampuan dan minat
anak.
4. Guru anak berbakat lebih banyak memberikan tantangan daripada tekanan. Prakarsa dan
keuletan anak berbakat membuatnya tertarik terhadap tantangan. Ia senang menguji
kemampuan dan penglamannya terhadap tugas yang bermakna baginya. Ia merasa tertantang
untuk menjajaki hal yang sulit dan belum diketahui. Anak yang berbakat dan kreatif cepat
bosan dengan tugas-tugas rutin dan yang hanya mengulang-ulang.

5. Guru anak berbakat tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi
lebih-lebih proses belajar.

6. Guru anak berbakat lebih baik memberikan umpan-balik daripada penilaian.

Agar menjadi orang dewasa yang mandiri dan percaya pada diri sendiri, anak harus belajar
bagaimana menilai pengalaman dan prestasi belajarnya. Anak yang berbakat cukup mampu
melakukan penilaian diri sejak mereka masuk sekolah. Guru perlu memberi umpan-balik
dan model prilaku, namun seyogyanya anaklah yang menilai diri sendiri.
7. Guru anak berbakat harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar.

8
Termasuk salah satu hal penting yang perlu diketahui anak ialah bahwa ada lebih dari satu
cara untuk mencapai sasaran atau tujuan, ada macam-macam kemungkinan jawaban
terhadap satu masalah, ada beberapa cara untuk mengelompokkan objek, dan ada beberapa
sudut pandang dalam diskusi. Sering guru menekankan bahwa suatu tujuan atau jawaban
hanya dapat dicapai dengan satu cara, bahwa hanya satu jawaban yang benar terhadap suatu
masalah.
7. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa
percaya diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam
menentukan pendapat dan keputusan. Hendaknya setiap anak merasa aman untuk
mencoba cara-cara baru dan menjajaki gagasan-gagasan baru di dalam kelas. Banyak
anak yang kreatif terlambat dalam ungkapan diri karena takut mendapat kritik, takut
gagal, takut membuat kesalahan, takut tidak disenangi guru, atau takut tidak memenuhi
harapan orang tua.

G. Kendala Dalam Pengembangan Kreativitas Anak


Kreativitas merupakan faktor penentu keberbakatan di samping tingkat kecerdasan di
atas rata-rata. ‘Namun, Amabile mengatakan bahwa lingkungan yang menghambat dapat
merusak motivasi anak, betapa kuat pun, dan dengan demikian mematikan kreativitas’
(Munandar, 2004: 223)
Masalahnya ialah bahwa dalam upaya membantu anak merealisasikan potensinya,
sering kita menggunakan cara paksaan agar mereka belajar. Penggunaan paksaan atau kekerasan
tidak saja berarti bahwa kita mengancam dengan hukuman atau memaksakan aturan-aturan,
tetapi juga bila kita memberikan hadiah atau pujian secara berlebih. Amabile mengemukakan
empat cara yang mematikan kreativitas, yaitu:
 Evaluasi
Rogers (Munandar, 2004: 223) menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas
konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi, atau paling tidak menunda
pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi. Bahkan menduga akan dievaluasi
pun dapat mengurangi kreativitas anak. Selain itu kritik atau penilaian sepositif apapun
meskipun berupa pujian dapat membuat anak kurang kreatif, jika pujian itu memusatkan
perhatian pada harapan akan dinilai.

9
 Hadiah
Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau meningkatkan
perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian. Pemberian hadiah dapat merusak motivasi
intrinsik dan mematikan kreativitas.
 Persaingan (Kompetisi)
Kompetisi lebih kompleks daripada pemberian evaluasi atau hadiah secara tersendiri, karena
kompetisi meliputi keduanya. Biasanya persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa
pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain da bahwa yang terbaik akan
menerima hadiah. Hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat
mematikan kreativitas.
 Lingkungan yang Membatasi
Albert Einstein yakin bahwa belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan.
Sebagai anak ia mempunyai pengalaman mengikuti sekolah yang sangat menekankan pada
disiplin dan hafalan semata-mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus dipelajari, bagaimana
mempelajarinya, dan pada ujian harus dapat mengulanginya dengan tepat, pengalaman yang
baginya amat menyakitkan dan menghilangkan minatnya terhadap ilmu, meskipun hanya
utnuk sementara. Padahal, sewaktu baru berumur lima tahun ia amat tertarik untuk belajar
ketika ayahnya menunjukkan kompas kepadanya. Contoh ini menunjukkan bahwa jika
berpikir dan belajar dipaksakan dalam lingkungan yang amat membatasi, minat dan motivasi
intrinsik dapat dirusak.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seperti yang kita ketahui, anak-anak yang kreatif biasanya selalu ingin tahu, memiliki
minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif
biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko
(tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya. Siswa berbakat kreatif biasanya
mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat melihat masalah dari berbagai sudut tinjau, dan
memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang
dikhayalkan.
Mengenai perkembangan kreativitasnya, Arasteh (Hurlock, 1982) mencoba untuk
mengidentifikasi sejumlah usia keritis bagi perkembangan kreativitas pada usia
mereka. Pertama, pada usia 5–6 tahun ketika anak-anak siap memasuki sekolah, mereka belajar
bahwa meraka harus menerima otoritas dan konformis dengan aturan dan tata tertib yang dibuat
orang dewasa ( orangtua dan guru). Kedua, Usia 8 sampai 10 tahun ketika keinginan anak untuk
diterima sebagai anggota gang mencapai puncaknya.
Beberapa peran sekaligus implikasi yang dapat diterapkan guru demi meningkatkan
perkembangan kreativitas anak didik diantaranya disimpulkan oleh Barbed an Renzulli sebagai
berikut (1975) :
1. Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya
dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga bagaimana guru melakukannya.
2. Di samping memahami diri sendiri, guru guru perlu memiliki pengertian tentang
keberbakatan.
3. Setelah anak berbakat diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan
belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
4. Guru anak berbakat lebih banyak memberikan tantangan daripada tekanan.
5. Guru anak berbakat tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-
lebih proses belajar.
6. Guru anak berbakat lebih baik memberikan umpan-balik daripada penilaian.
7. Guru anak berbakat harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar.

11
8. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa percaya
diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan
pendapat dan keputusan.

Jelaslah bahwa peran guru sangat penting, tidak hanya dalam mempengaruhi belajar
siswa selama di sekolah, tetapi juga dalam mempengaruhi masa depan anak.

B. Saran
Berdasarkan kenyataan dilapangan, kita dapat menemukan beberapa pengajar yang
masih kurang memperhatikan pengembangan kreativitas anak didiknya, maka dari itu kita
sebagai calon-calon pendidik masa depan harus mempersiapkan sejak dini rencana-rencana
pengajaran yang merujuk pada pengembangan kreativitas anak-anak didik dengan berbagai teori
dan peran-perannya yang telah penulis ungkapkan pada makalah ini demi kemajuan kreativitas
anak-anak bangsa dimasa yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Munandar, Utami. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Munandar, Utami. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.
Semiawan, Conny R. (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta:Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

13

Anda mungkin juga menyukai