Anda di halaman 1dari 80

IMPLEMENTASI PROSEDUR DALAM PENGAWASAN

PITA CUKAI MINUMAN BERALKOHOL DI KOTA


SORONG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik


Universitas Muhammadiyah Sorong
Untuk Memenuhi Sebagai Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh:

RIFALDI ALSTONIA ARISTU


NIM : 20193622050

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SORONG
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh para Pembimbing dan diterima untuk

diajukan kepada Panitia Ujian Skripsi yang dibentuk oleh Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sorong untuk

memenuhi syarat guna ujian Seminar Skripsi pada program studi Ilmu

Administrasi Negara.

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Drs. SATTU, M.Si SITI NURUL NIKMATUL ULA, S.E., M.Si.


NIP. 195910101987031007 NIDN. 1429078601

MENGETAHUI
DEKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ARIE PURNOMO, S. IP, M. Si


NIDN. 1217018201

ii
HALAMAN KEASLIAN NASKAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Lengkap : Rifaldi Alstonia Aristu

NIM : 20193622050

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Judul Skripsi : Implementasi Prosedur Dalam Pengawasan Pita Cukai

Minuman Beralkohol Di Kota Sorong

Dengan ini menyatakan:

1. Skripsi yang diajukan ini adalah asli dan tidak dapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar S1 di Universitas Muhammadiyah

Sorong.

2. Skripsi ini adalah murni merupakan gagasan, rumusan, dan peneliti

penulis sendiri serta dibuat sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali dari

Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II.

3. Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

ataupun diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diajukan

dalam naskah ini dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan

dalam daftar pustaka.

Demikian surat penyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

ternyata pernyataan saya tersebut diatas tidak benar, maka saya bersedia dituntut.

Sorong, 6 November 2023

Rifaldi Alstonia Aristu


20193622050

iii
MOTTO

“Pengetahuan yang baik adalah yang memberikan manfaat,


bukan hanya diingat”

-Imam Syafi’i

“Semua orang memilki masanya masing-masing.


Tak perlu terburu-buru,
Tunggulah kesempatan itu akan datang dengan sendirinya”

-Gold D’ Roger

iv
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkatnya dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan Skripsi ini dengan judul IMPLEMENTASI PROSEDUR

DALAM PENGAWASAN PITA CUKAI MINUMAN BERALKOHOL DI

KOTA SORONG.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan ini sebagai salah satu syarat

akhir akademik guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sorong.

Dalam penulisan Skripsi ini penulis banyak kendala yang dihadapi akan

tetapi berkat bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak yang telah memberikan

bantuan baik moril maupun materil kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

penyusunan Skripsi ini, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Muhammad Ali MM., MH., Selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Sorong, yang telah membimbing kami dari awal perkuliahan

hingga berakhirnya masa perkuliahan.

2. Bapak Arie Purnomo S.IP., M.Si., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sorong.

3. Ibu Ana Lestari S.AN., M.Si., Selaku Ketua Prodi Administrasi Negara yang

telah memberikan petunjuk dan arahan yang sangat berguna sebagai penulisan

skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

4. Bapak Drs. SATTU, M.Si., selaku pembimbing I dan Ibu SITI NURUL

v
NIKMATUL ULA., S.E., M.Si. selaku pembimbing II yang telah

memberikan motivasi, petunjuk dan arahan kepada penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Bapak RAHMATTULLAH IMRAN LEWA dan Karyawan kantor Bea

Cukai Kota Sorong yang telah memberikan ijin penulis memperoleh data

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Sorong, yang telah memberikan ilmu semenjak awal

perkuliahan hingga menjelang berakhirnya masa perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu, selaku orang tua peneliti yang telah membantu dan

memberikan motivasi yang sangat besar terhadap peneliti.

8. Keluarga besar dan pihak keluarga dari pihak peneliti yang memberikan

dorongan dan motivasi.

9. Sahabat-sahabat yang ikut serta dalam proses penyelesaian tugas Skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis, semoga penelitian ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya dan memberikan masukan

bagi kesempurnaan penelitian ini dikemudian hari.

Sorong, 6 November 2023

Penulis

vi
ABSTRAK

Rifaldi Alstonia Aristu, 2019. Implementasi Prosedur Dalam Pengawasan Pita


Cukai Minuman Beralkohol di Kota Sorong. (Dibimbing oleh Drs. Sattu, M.Si.
dan Ibu Siti Nurul Nikmatul Ula, S.E., M.Si.)

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu


yang mempunyai sifat dan karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-undang
Cukai (UU NO. 39 Tahun 2007 Tentang Cukai perubahan atas UU No.11 Tahun
1995 Tentang Cukai). Pengawasan peredaran MMEA (Minuman Mengandung
Etil Alkohol) tidak hanya meliputi pengawasan fisik berupa dokumen, tetapi juga
pengawasan dilakukan mulai dari pendirian, berproduksi sampai beredar di
masyarakat. Di Kota Sorong, peredaran miras yang ditemukan adalah minuman
dengan kadar alkohol 40% seperti red label, civas, dll. Dan minuman tersebut
merupakan minuman yang belum dilekati dengan pita cukai.

Dengan metode kualitatif, penelitian ini ditujukan guna untuk mengetahui


implementasi prosedur dalam pengawasan pita cukai minuman beralkohol di Kota
Sorong, apa saja hambatan dalam prosedur pelaksanaan pengawasan minuman
mengandung etil alkohol tanpa pita cukai di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai Kota Sorong, dan juga upaya yang dilakukan dalam mengatasi
hambatan tersebut.

Hasil yang diperoleh adalah implementasi prosedur dalam pengawasan pita cukai
minuman beralkohol di Kota Sorong perlu ditingkatkan lagi, dengan adanya
kendala yang dihadapi Pelaksana Pemeriksa yaitu pengelabuan oleh pembawa
minuman mengandung etil alkohol tanpa pita cukai, dan juga mengharapkan
peningkatan pemeriksaan secara menyeluruh.

Kata Kunci: Pita Cukai, Prosedur Pengawasan, Kantor Bea dan Cukai

vii
ABSTRACT

Rifaldi Alstonia Aristu, 2019. Implementation of Procedures in Supervising


Alcoholic Drinks Excise Bands in Sorong City. (Supervised by Mr. Drs. Sattu,
M.Si. and Ms. Siti Nurul Nikmatul Ula, S.E., M.Si.)

Excise is a state levy imposed on certain goods which have the nature and
characteristics specified in the Excise Law (UU NO. 39 of 2007 concerning
Excise, amendment to Law No. 11 of 1995 concerning Excise). Supervision of the
circulation of MMEA (Drinks Containing Ethyl Alcohol) does not only include
physical control in the form of documents, but also control is carried out from
establishment, production to circulation in the community. In Sorong City, the
alcoholic beverages found in circulation are drinks with an alcohol content of
40% such as red label, Civas, etc. And these drinks are drinks that have not been
attached with excise stamps.

Using qualitative methods, this research is aimed at finding out the


implementation of procedures for monitoring excise stamps for alcoholic
beverages in Sorong City, what are the obstacles in implementing procedures for
monitoring drinks containing ethyl alcohol without excise stamps at the Regional
Office of the Directorate General of Customs and Excise in Sorong City, and also
efforts taken to overcome these obstacles.

The results obtained are that the implementation of procedures in monitoring


excise stamps for alcoholic beverages in Sorong City needs to be improved
further, given the obstacles faced by Inspectors, namely fraud by carriers of
drinks containing ethyl alcohol without excise stamps, and also hopes for an
overall increase in inspections.

Keywords: Excise Bands, Supervision Procedures, Customs and Excise Offices

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian............................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 6

E. Sistematika Penulisan..................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 9

A. Implementasi................................................................................... 9

B. Prosedur ......................................................................................... 12

C. Pengawasan .................................................................................... 15

D. Cukai .............................................................................................. 16

E. Minuman Beralkohol...................................................................... 22

F. Perbedaan Penelitian...................................................................... 22

G. Kerangka Pikir ............................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 25

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................... 25

ix
B. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................... 25

C. Teknik Penentuan Informan............................................................ 26

D. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 26

E. Teknik Analisis Data...................................................................... 29

F. Keabsahan Data.............................................................................. 29

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN........................... 31

A. Profil Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai ........................... 31

B. Visi dan Misi Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai .............. 32

C. Tugas dan Fungsi Pangkalan Sarana Operasi Bea dan

Cukai .............................................................................................. 33

D. Struktur Organisasi Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Kota

Sorong ............................................................................................ 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 36

A. Implementasi Prosedur Dalam Pengawasan Pita Cukai Minuman

Beralkohol di Kota Sorong ............................................................ 36

B. Hambatan Dalam Prosedur Pengawasan Minuman Mengandung Etil

Alkohol Tanpa Pita Cukai di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai Sorong .......................................................................... 48

C. Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Prosedur Pengawasan Minuman

Mengandung Etil Alkohol Tanpa Pita Cukai di Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai

Sorong ........................................................................................... 50

x
BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 52

A. Kesimpulan .................................................................................... 52

B. Saran .............................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55

LAMPIRAN

1. Surat Izin Melakukan Riset

2. Surat Keterangan Telah Melakukan Riset

3. Naskah Wawancara

4. Dokumentasi

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 24

Gambar 3.1 Peta Lokasi Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe B Kota
Sorong ............................................................................................... 32
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe
B Kota Sorong ................................................................................... 34

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Instansi Kepabeanan Indonesia)

adalah suatu instansi yang memiliki peran cukup penting pada suatu negara.

Bea dan Cukai merupakan institusi global yang hampir semua negara di dunia

memilikinya. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Mentri Keuangan dan dipimpin oleh Direktur

Jenderal Bea dan Cukai. Direktur Jenderal Bea dan Cukai mempunyai tugas

menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan

negara di bidang Kepabeanan dan Cukai sesuai dengan ketentuan peraturan

Perundang-undangan. Bea Cukai merupakan perangakat negara``

konvensional`` seperti halnya Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, ataupun

angkatan bersenjata yang eksistensinya telah ada sepanjang masa sejarah

negara itu sendiri.

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang

tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik yang ditetapkan dalam

Undang-undang Cukai (UU NO. 39 Tahun 2007 Tentang Cukai perubahan

atas UU No.11 Tahun 1995 Tentang Cukai). Cukai dipungut oleh Negara

secara tidak langsung kepada konsumen yang menikmati atau menggunakan

objek Cukai. Objek Cukai saat ini adalah Cukai hasil tembakau (rokok,
2

cerutu, dan sebagainya), Etil Alkohol / Minuman keras. Objek Cukai tersebut

memiliki karakteristik yakni konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya

perlu diawasi, pemakainnya dapat menimbulkan efek negatif bagi masyarakat

atau lingungan hidup atau pemakainya perlu pembebanan pungutan negara

demi keadilan dan keseimbangan.

MMEA (Minuman mengandung etil alkohol), merupakan Barang Kena

Cukai yang menjadi salah satu penerimaan negara, dimana barang tersebut

bersifat khusus dan berkarakteristik sedangkan dampak yang ditimbulkan

negatif maka perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian peredaran

MMEA (Minuman mengandung etil alkohol), buatan dalam negri. Kenaikan

tarif cukai dirasa belum cukup sebagai bentuk pengawasan dan pengendalian

peredaran MMEA (Minuman mengandung etil alkohol) maka dibarengi

dengan keluarnya kebijakan peletakan pita cukai pada MMEA (Minuman

mengandung etil alkohol) dalam negri yang tertuang dalam peraturan mentri

keuangan no 159/PMK.04/2009 yang berlaku mulai 1 januari 2010.

Perubahan cara pelunasan cukai dan pembayaran kepelekatan pita cukai yang

diterapkan pada MMEA (Minuman Mengandung Etil Alkohol) dalam negri

tidak dilaksanakan pada semua minuman dalam negri tetapi hanya pada kadar

diatas 5% saja. Pengawasan peredaran MMEA (Minuman Mengandung Etil

Alkohol) selain pengawasan fisik berupa dokumen. Pengawasan tersebut

tidak hanya dilakukan oleh direktorat jenderal Bea dan Cukai melalui

kebijakan pelekatan pita cukai saja, karena pengawasan industri minuman

beralkohol dilakukan mulai dari pendirian, berproduksi sampai beredar


3

dimasyarakat oleh instansi lain selain seperti kementrian perdagangan,

kementrian perindustrian, pemerintahan daerah, dan badan pengawasan obat-

obatan dan makanan yang tertuang dalam keputusan presiden No. 03 tahun

1997. Walupun undang-undang cukai menunjuk direktorat jenderal Bea dan

Cukai dalam wewenang pengawasan.

Dikarenakan minuman yang mengandung etil alkohol yang tidak di lekati

pita cukai rata-rata yang beredar di sorong adalah minuman dengan kadar

alkohol 40% seperti red label, civas, vodka, vibes, whisky. Kenapa minuman

tertentu saja yang tidak berpita cukai:

1. Dikarenakan harga minuman yang mahal apabila menjual minuman yang

tidak berpita cukai dapat omset atau keuntungan yang lebih besar.

2. Dikarenakan minuman yang bermerek untuk menengah keatas pasti

memiliki peminat yang banyak.

3. Minuman ini memiliki tren di kalangan milenial sehingga penjualan untuk

golongan milenial pasti memiliki tren pembelian yang tinggi.

Oleh karena itu masih banyak toko-toko yang menjual minuman tanpa

pita cukai untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi. Oleh sebab itu dengan

adanya bea cukai dapat mengontrol peredaran minuman alkohol ilegal tanpa

pita cukai untuk menjaga penerimaan negara serta peredaran sesuai Undang-

Undang cukai nomor 39 tahun 2007.

Minuman alkohol sudah menjadi budaya tersendiri dalam kehidupan

masyarakat dangan berbagai alasan, akan tetapi penyalahgunaan alkohol juga

menjadi masalah kesehatan yang cukup serius. Sering munculnya


4

pemberitaan tentang tata niaga miras (minuman keras) setidaknya merupakan

indikasi bahwa minuman beralkohol banyak dikonsumsi oleh masyarakat di

negara dengan mayoritas beragama muslim ini. Sudah sering terungkap

bahwa minuman beralkohol hanya akan memberikan efek negatif (mabuk)

bagi peminumnya bahkan pada beberapa kasus justru berakibat pada

kematian, pada setiap tahunnya jumlah pecandu alkohol semakin meningkat.

Selain hal tersebut, minuman beralkohol juga berdampak pada tindak

pidana kriminalitas dimana alkohol membuat peminumnya melakukan tindak

kekerasan, pemerkosaan maupun pembunuhan. Alkohol mempengaruhi

proses berpikir sehingga tidak dapat berpikir secara normal yang

mengakibatkan tingkah laku dan perbuatan peminum diluar kendalinya. Di

satu sisi minuman beralkohol mendatangkan pemasukan bagi negara tetapi di

sisi lain alkohol merupakan barang berbahaya yang harus diawasi dan

dikendalikan peredarannya. Maka dari itu minuman ini mempunyai sifat dan

karakteristik tersendiri mengapa pada akhirnya minuman beralkohol

dimasukkan dalam cukai. Suatu kontradiksi bahwa sebagai sumber

penerimaan negara dan penyedia tenaga kerja dalam unit produksi

berlawanan dengan larangan atau pembatasan yang dilakukan negara maupun

dunia internasioanal.

Penelitian dilakukan di Pangkalan Sarana Operasi Tipe B Bea dan

Cukai Sorong. Pemilihan tempat penelitian tersebut berdasarkan pada

beberapa faktor diantaranya adalah banyak toko minuman di kota sorong

yang belum mempunyai pita cukai. Sesuai dengan latar belakang masalah
5

yang telah dikemukakan diatas, maka penulis bermaksud untuk melakukan

penelitian dengan judul: “IMPLEMENTASI PROSEDUR DALAM

PENGAWASAN PITA CUKAI MINUMAN BERALKOHOL DI KOTA

SORONG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang akan dibahas

yaitu :

1. Bagaimana prosedur pengawasan minuman mengandung etil alkohol tanpa

pita cukai dikantor wilayah direktorat jenderal Bea dan Cukai Sorong?

2. Bagaimana hambatan dalam prosedur pengawasan minuman mengandung

etil alkohol tanpa pita cukai dikantor wilayah direktorat jenderal Bea dan

Cukai Sorong?

3. Bagaimana usaha yang dilakukan dalam prosedur pengawasan minuman

mengandung etil alkohol tanpa pita cukai dikantor wilayah direktorat

jenderal Bea dan Cukai Sorong?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan

yang dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui prosedur mengawasan minuman mengandung etil

alkohol tanpa pitai cukai di kantor wilayah direktorat jenderal Bea dan

Cukai Sorong.
6

2. Untuk mengetahui hambatan dalam prosedur pengawasan minuman

mengandung etil alkohol tanpa pita cukai dikantor wilayah direktorat

jenderal Bea dan Cukai Sorong.

3. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan dalam prosedur pengawasan

minuman mengandung etil alkohol tanpa pita cukai dikantor wilayah

direktorat jenderal Bea dan Cukai Sorong.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teorotis hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat yaitu

sebagai:

a. Sebagai bahan pemahaman teori yang diperoleh penulis selama

duduk dibangku kuliah ke dalam dunia kerja nyata.

b. Mengkaji tentang peranan kepemimpinan dalam disiplin kerja

karyawan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti
7

Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang

prosedur dalam pengawasan pita cukai minuman beralkohol di kota

Sorong.

b. Bagi lembaga akademik

Tugas akhir ini daharapkan dapat menambah referensi perpustakaan

untuk menambah pengetahuan tentang peosedur pengawasan pita

cukai minuman beralkohol.

c. Bagi pangkalan sarana operasi tipe b bea dan cukai sorong

Hal ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada sarana

operasi tipe bea dan cukai sorong untuk meningkatkan pengawasan

pada minuman beralkohol agar semua toko-toko yang ada di sorong

harus memiliki pita cukai untuk mempermudah dalam melakukan

pengawasan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima (3) bab, dimana

masing-masing bab terdiri dari sub bagian yang merupakan satu kesatuan

logis dan metodologis, dengan rinciannya dapat diurutkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi Tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Dan Sistematika Penulisan.


8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang penjelasan implementasi, Prosedur,

Pengawan, Cukai dan Kerangka Pikir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang Metodelogi penelitian, yang

berkaitan dengan Pendekatan dan Jenis penelitian,

Tempat dan waktu penelitian, Penentuan infroman,

Teknik pengumpulan data, Teknik analisis data dan

Keabsahan data.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Berisi tentang Gambaran Umum, Dan Lokasi

Penelitian.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang Hasil Penelitian, Hasil Analisis

Data, dan Pembahasan.

BAB VI PENUTUP

Berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Implementasi

1. Pengertian Implementasi

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster

yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab (2004) (Webster dalam Wahab,

2004:64) “konsep implementasi berasal berasal dari bahasa inggris yaitu to

implement. Dalam Kamus Webster, to implement (mengimplementasikan)

berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk

melaksanakan sesuatu), dan to give practical effect to (menimbulkan

dampak/akibat terhadap sesuatu)”.

Implementasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu to implement yang

berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan

sarana untuk melaksanakan sesuatu. sesuatu tersebut dilakukan untuk

menimbulkan dampak atau akibat itu berupa undang-undang, peraturan

pemerintah, keputusan peradilan dan kebijkan yang dibuat oleh lembaga-

lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Menurut Solichin Abdul Wahab dalam bukunya yang berjudul

Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara

(2001) dalam (Wahab (2001:65) mengemukakan pendapatnya mengenai

Pelaksanaan atau Implementasi merupaka tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat, kelompok-kelompok


10

pemerintah atau swasta yang diarahkan pada terciptanya tujuan-tujuan

yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Pengertian implementasi yang dikemukakan diatas dapat dikatakan

bahwa implementasi didefinisikan sebagai berikut : “tindakan-tindakan

yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau

kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah dikehendaki.

Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan pemerintah yang

membawa dampak pada warga negaranya. Namun dalam praktinya badan-

badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah

mandate dari Undang-Undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak

jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang

seharusnya tidak dilakukan. Maka Mazmanian dan Sebastiar (2001) dalam

Wahab (2001:68) juga mendefinisikan implementasi sebagai berikut:

Implementasi merupakan pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk

undang-undang juga berbentuk perintah atau keputusan-keputusan yang

penting atau seperti keputusan badan peradilan. Proses implementasi ini

berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu seperti tahapan

pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk

pelaksanaan keputusan dan seterusnya sampai perbaikan kebijakan yang

bersangkutan. Impelentasi bisa juga dianggap suatu tindakan atau

pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan
11

terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah

dianggap fix.

Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul

Implementasi Kebijakan dan Politik, (2002) dalam Harsono (2002:67)

mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan

sebagai berikut :

Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan

menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi.

Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.

Pengertian implementasi yang dikemukakan oleh Hanifah Harsono, dapat

dikatakan bahwa implementasi adalah suatu kebijakan dalam penyelesaian

keputusan demi tercapainya tujuan yang baik dengan bergantung

bagaimana implementasi yang berjalan dengan baik dalam melaksanakan

proses penyempurnaan akhir. Oleh karena itu suatu implementasi baik

diharapkan dalam setiap program untuk terciptanya tujuan yang

diharapkan.

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau

penerapan. Majone dan Wildavsky (2004) dalam Nurdin dan Usman,

(2004:70) mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Majone dan

Wildavsky mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas

yang saling menyesuaikan. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang

saling menyesuaikan.
12

Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi

kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu:

1. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan

2. Adanya aktivitas/ kegiatan pencapaian tujuan

3. Adanya hasil kegiatan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan

suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu

aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu

hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi

Terdapat 6 (enam) variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi

menurut Van Meter dan Van Horn seperti yang dikutip dalam Winarno,

antara lain:

a. Ukuran dan tujuan kebijakan, indikator kinerja ini untuk menilai

sejauh mana ukuran dan tujuan kebijakan telah di realisasikan.

b. Sumber daya, untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan

diperlukannya sumber daya yang berkualitas.

c. Karakteristik agen pelaksana, ciri yang tepat dan cocok dengan para

agen pelaksana akan sangat mempengaruhi kinerja implementasi

kebijakan.

d. Sikap dan kecenderungan pelaksana (disposisi), sikap menerima atau

menolak dari agen pelaksana dapat mempengaruhi berhasil atau

tidaknya suatu implementasi kebijakan.


13

e. Komunikasi antar pelaksana, komunikasi dalam penyampaian

informasi kepada para agen pelaksana harus konsisten dan seragam

dari berbagai sumber informasi.

f. Lingkungan eksternal, jika lingkungan eksternal tidak kondusif maka

akan menjadi masalah dari kegagalan kinerja implementasi.

B. Prosedur

1. Pengertian Prosedur

Menurut Dewi (2011:20) prosedur merupakan tata kerja yaitu

rangkaian tindakan, langkah atau perbuatan yang harus dilakukan oleh

seseorang, dan merupakan cara yang tetap untuk dapat mencapai tahap

tertentu dalam hubungan mencapai tujuan akhir. Sedangkan menurut Rasto

(2015) prosedur merupakan urutan rencana operasi untuk menangani

aktivitas bisnis yang berulang secara seragam dan konsisten. Berdasarkan

dari definisi diatas dapat dis impulkan bahwa prosedur adalah urutan-

urutan yang telah ditentukan oleh perusahaan dalam melakukan suatu

pekerjaan agar pekerjaan dapat tercapai lebih efektif dan efisien.

2. Jenis Prosedur

Menurut Rasto (2015;49) ada dua jenis prosedur, yaitu prosedur

primer dan prosedur sekunder:

a. Prosedur Primer, dimaksudkan untuk memperlancar penyelesaian

pekerjaan sehari-hari. Beberapa contoh dari jenis ini adalah prosedur

pesanan, penagihan, dan prosedur pembelian.


14

b. Prosedur Sekunder, dimaksudkan untuk memfasilitasi pekerjaan yang

dilakukan oleh prosedur primer. Beberapa contoh dari jenis ini adalah

prosedur surat-menyurat layanan telepon, dan layanan arsip.

3. Tujuan Prosedur

Menurut Rasto (2015:51-52) tujuan dari penetapan prosedur kantor

adalah:

a. Menjamin kelancaran arus informasi dalam urutan yang benar

b. Menghindari kemungkinan kecurangan

c. Menyediakan batas pengendalian yang tepat

d. Memungkinkan penyisipan informasi yang hilang sesuai dengan

persyaratan sistem

e. Menyesuaikan informasi yang tidak akurat

f. Memasukkan informasi tambahan yang dianggap perlu

g. Mengkonfirmasi persyaratan hukum

h. Memberikan informasi yang tepat kepada supervisor dan manjer dengan

tepat waktu

i. Mengintegrasikan prosedur dan sistem lainnya

j. Menjadi ekonomis

k. Menjawab dengan cepat pertanyaan dari staf, pelanggan, pemasok dan

lain-lain.

l. Mempertahankan kinerja karyawan pada level tertinggi

m. Menyajikan semua informasi dalam bentuk yang paling cocok

n. Menunjukkan keakuratan informasi


15

4. Manfaat Prosedur

Menurut Sumathy, V. Et al. (2011) dalam buku rasto (2015;51),

manfaat prosedur adalah sebagai berikut:

a. Prosedur memberikan urutan tindakan

b. Ekonomis dalam penggunnaan sumber daya manusian

c. Memfasilitasi koordinasi

d. Berfungsi sebagai dasar pengendalian

e. Dapat digunakan untuk melatih karyawan baru

f. Memastikan kelancaran operasional

5. Karakteristik Prosedur

Menurut Rasto (2015) prosedur dirancang harus memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. Efisien

Prosedur dikatakan efisien jika mencapai hasil yang diinginkan

dengan menggunakan waktu, upaya dan peralatan yang minimum. Nilai

output lebih besar dari nilai input.

b. Efektif

Prosedur dikatakan efektif jika dapat mencapai tujuan pekerjaan

yang telah ditetapkan.

c. Sederhana
16

Prosedur harus sederhana sehingga mudah dipahami dan diikuti.

Prosedur perlu didesain sedemikian rupa sehingga cocok dengan

persyaratan organisasi.

d. Konsisten

Prosedur harus memiliki hasil yang konsisten untuk setiap waktu,

jika tidak, kehandalan prosedur dipertanyakan. Prosedur yang konsisten

memiliki jumlah kesalahan yang minimum.

e. Fleksibel

Prosedur harus didefinisikan dengan baik dan terstuktur. Prosedur

seharusnya tidak begitu kaku sehingga tidak menerima ide-ide inovatif.

Prosedur harus cukup fleksibel dihadapkan pada masalah yang luar

biasa.

f. Diterima

Prosedur harus dapat diterima oleh para pengguna. Oleh karena itu,

prosedur harus diracang dengan memperhatikan unsur sumber daya

manusia.

C. Pengawasan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istitlah pengawasan berasal dari

kata awas yang berarti memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu

dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan

berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang diawasi.

Menurut Saiful Anwar, pengawasan atau control terhadap tindakan

aparatur pemerintah diperlukan agar pelaksanaan tugas yng telah ditetapkan


17

dapat mencapai tujuan dan terhindar dari penyimapangan-penyimpangan.

Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang

diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Pengawasan

pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemunginan

penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui

pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah

ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan

efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan

erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauh mana pelaksanaan kerja

sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauh mana

kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauh mana penyimpangan yang

terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

D. Cukai

1. Pengertian Cukai

Cukai merupakan pungutan Negara dan berbentuk pajak tidak

langsung yang dibayarkan atas pembelian barang yang spesifik yang

sering disebut barang kena cukai (Purwito, 2014:408). Cukai merupakan

pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang

mempunyai sifat dan/atau karakteristik yang telah ditetapkan dalam

undang-undang (Undang-Undang No 11 Tahun 1995).

Cukai dikenakan terhadap Barang Kena Cukai yang terdiri dari:


18

a. Etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang

digunakan dan proses pembuatannya.

b. Minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapapun,

dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses

pembuatannya, termasuk konsentrat yang mengandung etil alkohol.

c. Hasil tembakau, yang meliputi cerutu, sigaret, rokok daun, tembakau

iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak

mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan

pembantu dalam pembuatannya.

2. Barang Kena Cukai

Barang Kena Cukai adalah barang-barang yang mempunyai sifat atau

karakteristik yang:

a. Konsumsinya perlu dikendalikan

b. Peredarannya perlu diawasi

c. Pemakaiannya dapat menimbulkan efek negatif bagi masyarakat atau

lingkungan hidup.

d. Atau pemakaianya perlu pembebanan pungutan Negara demi keadilan

dan keseimbangan (Undang-Undang Cukai,2007).

3. Penanggung Cukai

Penanggung Cukai ialah orang pribadi atau badan yang bertanggung

jawab atas pembayaran cukai, Sanksi administrasi berupa denda dan/ atau

bunga, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban


19

cukai termasuk Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) menurut

Undang-Undang Kepabeanan Penagihan Cukai.

4. Penagihan Cukai

Penagihan Cukai merupakan tindakan agar penanggung cukai

melunasi utang cukai, biaya penagihan cukai, dengan menegur atau

memperingatkan, melaksanakan Penagihan Seketika dan sekaligus,

memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan

penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah

disita (PMK.04,2013).

5. Utang Cukai

Utang Cukai ialah pajak yang berupa bea masuk dan/atau cukai yang

harus dibayar, termasuk sanksi administrasi yang berupa denda dan/atau

bunga berdasar pada Undang-Undang Kepabeanan dan/atau Undang-

Undang Cukai. (PMK.04,2013).

Surat Tagihan dan Teguran Surat Tagihan yang selanjutnya disebut

STCK-1 merupakan surat berupa ketetapan yang digunakan untuk

melakukan tagihan utang cukai atas utang cukai yang tidak dibayar pada

waktunya, kekurangan cukai, sanksi administrasi berupa denda, dan/atau

bunga. Surat teguran (STCK-1) diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan

atau pejabat yang ditunjuknya, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja setelah berakhirnya jangka

waktu penundaan atau pembayaran utang cukai berkala.


20

b. Untuk kekurangan Cukai, dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja

setelah ditemukannya kekurangan cukai; dan/ atau

c. Untuk sanksi administrasi berupa denda, dalam jangka waktu 1 (satu)

hari kerja setelah ditemukannya pelanggaran yang dikenai sanksi

administrasi berupa denda.

Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk

menegur atau memperingatkan penanggung bea masuk dan/atau Cukai

untuk melunasi utang Bea Masuk dan/atau Cukai, Pajak Pertambahan Nilai

(PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), dan/atau Pajak

Penghasilan (PPh) yang tercantum dalam surat penetapan yang tidak

dibayar pada waktunya (PMK.04, 2013).

Surat Teguran dibidang cukai yang selanjutnya disebut dengan

STCK-2 merupakan surat yang diterbitkan oleh kepla kantor dan/atau

pejabat untuk menegur atau memperingatkan penanggung cukai untuk

melunasi utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya, kekurangan

Cukai yang tidak dibayar pada waktunya, kekurangan cukai yang tidak

dibayar pada waktunya, kekurangan cukai, sanksi administrasi berupa

denda, dan/atau bunga (PMK.04, 2013).

Penagihan Cukai terlebih dahulu dengan menerbitkan Surat Teguran

(STCK-2) oleh kepala kantor dan/atau pejabat yang ditunjuk. Surat

Teguran (STCK-2) sebagaimana dimaksud, tidak diterbitkan terhadap

penanggung Cukai yang telah:

a. Disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran utang Cukai.


21

b. Melunasi utang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan

Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Penghasilan (PPh).

c. Mengajukan keberatan dan/atau

d. Mengajukan banding.

STCK-2 akan diterbitkan paling cepat 7 (tujuh) hari, terhitung

setelah tanggal jatuh tempo pelunasan (PMK.04, 2013). Surat Penyerahan

Penagihan Penagihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang selanjutnya

disebut STCK-3 merupakan surat penyerahan penagihan PPN atas barang

kena cukai ke Direktorat Jenderal Pajak (PMK.04, 2013).

6. Surat Paksa

Surat paksa merupakan surat perintah untuk membayar utang pajak

dan biaya penagihan pajak. Biaya penagihan pajak dalam hal ini pajak

yang dimaksud ialah cukai, yang merupakan biaya pelaksanaan surat

paksa, surat perintah melaksankan penyitaan, pengumuman lelang,

pembatalan lelang, jasa penilai dan biaya lainnya sehubungan dengan

penagihan. Surat Paksa diterbitkan atas Utang Cukai dalam hal sebagai

berikut:

a. Tidak dilunasi oleh penanggung cukai setelah lewat 21 (dua puluh satu)

hari terhitung sejak tanggal diterbitkan Surat Teguran (STCK).

b. Terhadap Penanggung Cukai telah dilaksanakan penagihan seketika dan

sekaligus.
22

c. Penanggung Cukai tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum

dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran

Utang Cukai (Undang-Undang No.19, 2000).

Atas tagihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan

Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Penghasilan (PPh), pada hari yang

sama dengan penerbitan Surat Paksa, akan diterbitkan surat pemberitahuan

piutang pajak dalam rangka impor (SP3DRI) atau STCK-3. Surat Paksa

diterbitkan oleh pejabat yang ditunjuk dan diberitahukan oleh Jurusita bea

cukai dengan pernyataan dan penyerahan salinan Surat Paksa kepada

Penanggung Cukai (PMK.04, 2013). Pemberitahuan Surat Paksa kepada

penanggung cukai dilaksanakan oleh Jurusita Bea dan Cukai dalam berita

acara. Pemberitahuan Surat Paksa sebagai pernyataan bahwa Surat Paksa

telah diberitahukan. Berita acara tersebut ditandatangani oleh Jurusita Bea

dan Cukai dan Penanggung cukai. Hasil penyampaian Surat Paksa kepada

penanggung cukai kemudian dilaporkan kepada Pejabat yang menerbitkan

Surat Paksa dengan menggunakan laporan pelaksanaan Surat Paksa

(PMK.04, 2013).

E. Minuman Beralkohol

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 71/Mind/PER/7/2012 tentang

pengendalian dan pengawasan industri minuman beralkohol mendefinisikan

minuman beralkohol merupakan minuman yang mengandung etil alcohol atau

etanol (C2H5OH), diproses daru bahan hasil pertanian yang mengandung

karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa


23

destilasi. Definisi ini terlihat jelas berdasarkan batas maksimum etanol yang

diizinkan adlah 55%. Etanol dapat dikonsumsi karena diproses dari bahan

hasil pertanian melalui fermentasi gula menjadi etanol, yang merupakan salah

satu reaksi organik. Jika menggunakan bahan baku pati/karbohidrat, seperti

beras, ketan, tape, singkong maka pati diubah terlebih dahulu menjadi gula

oleh amylase untuk kemudian diubah menjadi etanol (Hardiyani, 2014).

F. Perbedaan Penelitian

Penelitian Terdahulu dan Sekarang

 Penelitian terdahulu menjelaskan tentang Analisis sistem penyediaan

pemesanan dan pelekatan pita cukai, sedangkan penelitian saat ini

menjelakan prosedur dalam pengawasan pita cukai.

 Penelitian terdahulu menjelaskan tentang peredaran rokok dan minuman

mengandung etil alkohol, sedangkan penelitian saat ini berfokus pada

minuman mengandung etil alkohol. Hal itu disebabkan karena tidak

adanya pabrik rokok di kota Sorong.

 Penelitian terdahulu menggunakan teknik informan snowball, sedangkan

penelitian saat ini menggunakan teknik informan purposive sampling.

G. Kerangka Pikir

Menurut Sugiyono (2017) kerangka berpikir merupakan sintesa yang

mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan

tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis

penelitian yang berbentuk bagan alur yang dilengkapi penjelasan kualitatif.


24
25

Gambar 2.1
Skema Kerangka Pikir

IMPLEMENTASI PROSEDUR DALAM


PENGAWASAN PITA CUKAI MINUMAN
BERALKOHOL DI KOTA SORONG

1. Bagaimana prosedur pengawasan minuman

mengandung etil alkohol tanpa pita cukai

dikantor wilayah direktorat jenderal Bea dan

Cukai sorong
MVNJDNJV CJE
2. Bagaimana hambatan dalam prosedur

UNDANG-UNDANG pengawasan minuman mengandung etil


REPUBLIK A. Implementasi
alkohol tanpa pita cukai dikantor wilayah B. Prosedur
INDONESIA NOMOR
39 TAHUN 2007 C. Pengawasan
direktorat jenderal Bea dan Cukai Sorong
TENTANG CUKAI D. Cukai
3. Bagaimana usaha yang dilakukan dalam

prosedur pengawasan minuman mengandung

etil alkohol tanpa pita cukai dikantor wilayah

direktorat jenderal Bea dan Cukai Sorong

Faktor-faktor penentu keberhasilan impelmentasi

Keberhasilan Implementasi
26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penilitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah motode

kualitatif. Berdasarkan metode yang digunakan, peniliti menggunakan

pendekatan kualitatif yaitu berupa gambaran dari jawaban informasi. Menurut

Kirk dan Miler (1986:9), mendefiniskan bahwa penelitian kualitatif

merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam

kaawasannya maupun dalam peristilahnya. Menurut Umar (2003:112),

metode kualitatif adalah riset yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta

tentanng gejalah-gejalah atas permasalahan yang timbul.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian ini di laksanakan pada kantor pangkalan sarana operasi

bea dan cukai tipe B Sorong jalan Basuki Rahmat Km.7 Distrik Sorong

Papua Barat 98413.

2. Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, dari bulan Agustuis-

September 2023.
27

C. Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan dilakukan dengan metode purposive sampling.

Menurut Notoatmodjo (2010), purposive sampling adalah pengambilan

sampel yang berdasarkan atas pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat.

Populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya.Penentuan

informan dalam penelitian ini yaitu dengan memperoleh data langsung dari

asalnya atau subjek penelitian yang langsung memberikan datanya, berikut

sumber data yang ada di dalam penelitian ini:

1. Pelaksana Pemeriksa Pangkalan Sarana Operasi Tipe B Bea Dan Cukai

Sorong yaitu:

 Yamir

 Lalang Dimas

 Rahmatullah Imran Lewa

 Iriandi

 Rizki Darmawan

 Aldo

2. Data langsung dari Pangkalan Sarana Operasi Tibe B Kepabeanan Cukai

Sorong.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagi setting, berbagai sumber,


28

dan berbagai cara. Penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada

natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik

pengumpulan data paling banyak pada observasi berperan serta, wawancara

mendalam, dan dokumentasi (sugiyono, 2006:224).

Metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah

sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Margono (1997:158) observasi merupakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak dalam

penelitian. Menurut Riduan (2004:76) observasi adalah teknik

pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan secara

langsung ke objek penelitian untuk melihat lebih dekat kegiatan yang

dilakukan.

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data

yang berupa peristiwa, perilaku, tempat, atau lokasi, dan benda serta

rekaman gambar. Observasi dapat dilaakukan baik secara langsung

maupun tidak langsung (Sutopo, 2006:56-57).

2. Wawancara

Menurut Emzir (2010) wawancara merupakan proses komunikasi

atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab

antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Wawancara

dilakukan dengan tanya jawab dan diskusi langsung dengan pihak yang

ditunjuk kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Sorong untuk
29

menjelaskan secara singkat mengenai pemungutan cukai minuman

beralkohol di KPPBC Sorong.

3. Studi Pustaka

Menurut Nazir studi pustaka adalah teknik pengumpulan data

dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur,

catatan-catatan, dan laporan-laporan yang memiliki hubungan

dengan permasalahan yang akan diselesaikan. Teknik ini digunakan untuk

memperoleh dasar-dasar dan pendapat secara tertulis yang dilakukan

dengan cara mempelajari berbagai literatur yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

Penelitian kepustakan, yaitu pengumpulan data dengan cara

membaca dan mempelajari sumber-sumber kepustakaan berupa buku-buku

liferature, undang-undang serta dasar hukum DJBC serta dokumentasi

dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang dapat digunakan

sebagai dasar teori yang melengkapi proses penyusunan skripsi ini.

4. Dokumentasi

Menurut Sukmadinata (2007:220) Metode dokumentasi merupakan

pengumpulan data dengan menghimpundan menganalisis dokumen-

dokumen baik tertulis, gambar, maupun elektronik. Menurut Suharsimi

Arikunto (2014;274) metode dokumentasi adalah mencari data mengenai

hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.


30

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode

deskriptif yang dimaksud untuk menggambarkan objek yang diteliti dan

mengetahui tentang pelaksanaan pengawasan cukai minuman beralkohol dan

mengurangi data-data yang diperoleh oleh KPPBC TMP B Sorong. Data

tersebut kemudian dibandingkan dengan landasan teori yang ada dan

dilakukan pembahasan masalah sehingga bisa ditarik kesimpulan mengenai

prosedur pengwasan cukai minuman beralkohol yang ada di KPPBC TMP B

Sorong.

F. Keabsahan Data

Menurut Moleong (2007:330) pemeriksaan terhadap keabsahan data

pada dasarnya, selain digunakan utuk menyanggah balik yang dituduhkan

kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan

sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian

kualitatif.

Keabsahan data dilakukan Setelah data terkumpul untuk menjamin

validitas data yang akan dikumpulkan dalam suatu penelitian dengan

menggunakan teknik triangulasi data. Masih dari sumber yang sama Arikunto

menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik triangulasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

 Triangulasi Sumber
31

Triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas suatu data dilakukan

dengan cara malakukan pengecekan pada data yang telah diperoleh dari

berbagai sumber data seperti wawancara, arsip, maupun dokumen lainnya.

 Triangulasi Metode

Triangulasi metode adalah salah satu pendekatan yang dilakukan peneliti

untuk menggali dan melakukan teknik pengolahan data kualitatif.

 Triangulasi

Teori Triangulasi teori adalah metode yang digunakan untuk

membandingkan informasi dari sudut pandang teori yang berbeda.


BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Profil Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai

Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai merupakan unit pelaksana

teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Pangkalan

Sarana Operasi Bea dan Cukai mempunyai Tugas melaksanakan pengelolaan

dan pengoperasian sarana operasi Bea dan Cukai dalam menunjang patroli

dan operasi pencegahan dan penindakan di bidang kepabeanan dan cukai

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai lima PSO (Pangkalan

Sarana Operasi), yang terbaru adalah Pangkalan Sarana Operasi Bea dan

Cukai Sorong untuk mengakomodir pengawasan di laut wilayah Indonesia

Timur (Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat) dengan tingkat

kerawanan komoditi ballpress dan BBM yang cukup tinggi. di bentuk

berdasarkan PMK Nomor 206.5/PMK.01/2014 tentang Perubahan Ketiga

Atas KMK Nomor 448/KMK.01/2001 tentang organisasi dan tata kerja

Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai. Pada saat awal berdiri lokasi

pangkalan sarana operasi Sorong masih menyatu dengan kantor pelayanan

dan hanya memiliki 1 kapal BC 9001 yang di kirim dari Pantoloan. Dan pada

saat ini Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe B Sorong telah
33

memiliki kantor sendiri yang berlokasi di Jl. Basuki Rahmat Km 7 dan

memiliki 2 armada kapal patroli BC 9001 dan Kapal BC 30007.

GAMBAR 4.1
Peta Lokasi Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Kota Sorong

B. Visi dan Misi Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Kota Sorong

1. Visi

“Menjadi Pangkalan Sarana Operasi Yang Terbaik Dalam Jajaran

Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Yang Memberikan Dukungan Prima

Terhadap Pengamanan Hak Keuangan Negara Dan Perlindungan

Masyarakat”.
34

2. Misi

“Menyiagakan Sarana Operasi Untuk Melakukan Pengawasan Dalam

Rangka Pengamanan Hak Keuangan Negara Dan Perlindungan

Masyarakat”.

C. Tugas dan Fungsi Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai

Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai mempunyai tugas

melaksanakan pengelolaan dan pengoperasian sarana operasi Bea dan Cukai

dalam menunjang patroli dan Perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.01/2018.

Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan rencana strategis dan program;

2. Penyiapan dan pengoperasian sarana operasi;

3. Pemeliharaan dan perawatan sarana operasi dan sarana penunjang;

4. Pelayanan pengiriman dan penerimaan berita serta pemantauan hubungan

antar stasiun radio;

5. Pemantauan dan pengendalian intern, pengelolaan resiko, pengelolaan

kinerja, dan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin di lingkungan

Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai;

6. Pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan, dan pemberian rekomendasi

perbaikan proses bisnis di lingkungan Pangkalan Sarana Operasi Bea dan

Cukai;
35

7. Pelaksanaan administrasi Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai.

D. Struktur Organisasi Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe B

Sorong

Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe B Sorong terdiri dari:

1. Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe B Sorong

2. Kepala Sub. Bagian Umum dan Kepatuhan Internal

3. Kepala Seksi Nautika

4. Kepala Seksi Telekomunikasi dan Elektronika

5. Kepala Seksi Teknik dan Pemeliharaan Kapal

6. Kelompok Jabatan Fungsional

GAMBAR 4.1
Struktur Organisasi Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai
Kota Sorong
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan di kemukakan pembahasan hasil penelitian tentang

implementasi prosedur dalam pengawasan pita cukai minuman beralkohol dengan

menggunakan teori Van Meter dan Van Horn sebagai indikator Implementasi.

Pembahasan ini juga akan memberikan jawaban atas perumusan masalah

penelitian terkait hambatan dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi

hambatan dalam pelaksanaan prosedur dan pengawasan terhadap pita cukai

minuman beralkohol di Kota Sorong.

A. Implementasi Prosedur Dalam Pengawasan Pita Cukai Minuman


Beralkohol di Kota Sorong

1. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk

undang-undang juga berbentuk perintah atau keputusan-keputusan yang

penting atau seperti keputusan badan peradilan.

a. Ukuran dan Tujuan

1) Ukuran Pelaksaan Prosedur

Untuk ukuran yang dimaksud ialah bagian dari langkah

pengamatan yang fungsinya untuk menunjukkan besaran dari suatu

objek tertentu. Dengan kata lain adalah, patokan untuk

menyetarakan sesuatu dengan hal yang sudah di tetapkan.


37

Penulis melakukan wawancara kepada beberapa pegawai

Kanwil Bea dan Cukai Kota Sorong, diantaranya Bapak Lalang

Dimas, selaku Pelaksana Pemeriksa tentang ukuran dalam prosedur

pengawasan pita cukai minuman beralkohol, dan mengatakan

bahwa:

“Sudah sesuai ya. Kalau pelaksaan prosedur minuman yang


pertama pasti kita cek dulu, apakah ada izin kepada
distributor atau penjualnya untuk menjual. Kemudian kita lihat
barangnya apakah ada pita cukai atau tidak”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023 pukul 13.46 WIT)

Berikutnya Penulis juga mewawancarai Bapak Yamir, selaku

Penerimaan AKP, ABK Kapal, dan beliau mengatakan:

“Kalau kita melakukan patroli laut prosedurnya yaitu pada


saat kita melakukan penangkapan jika ada tangkapan yang
berhubungan dengan alkohol, pertama yang kita lakukan
adalah mengecek jumlah yang dibawa, jika yang dibawa lebih
dari 2 slot dan tidak ada pita cukainya ya kami tahan”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023 pukul 13.20 WIT)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Penulis, terkait

pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan prosedur yang

berlaku. Dari mulai kapal yang membawa barang masuk, hingga

melakukan pemeriksaan semua dilakukan dengan seksama.


38

2) Tujuan Pelaksaan Prosedur

Tujuan merupakan gagasan tentang masa depan atau hasil yang

diinginkan, dibayankan, direncanakan, dan dimaksudkan untuk

dicapai seseorang atau sekelompok orang.

Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Rahmat Imran,

selaku Pelaksana Pemeriksa, dan beliau mengatakan:

“Tujuan pelaksanaannya sendiri kan untuk menertibkan


barang beralkohol yang masuk ke Kota Sorong, jadi sejauh ini
sudah lumayan tertib ya. Hanya minuman yang legal saja yang
masuk kesini”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023 pukul 13.03 WIT)

Begitupun yang disampaikan oleh Bapak Yamir, selaku

Penerimaan AKP, ABK Kapal, hasil wawancara yang didapatkan

adalah:

“Kalau untuk tujuannya ya menertibkan, dan sudah cukup


baik. Namun masih ada beberapa barang yang lepas dari
pantauan sehingga bisa lolos dan masuk kesini. Mungkin
karena kita juga kurang memperhatikan barang-barang
bawaannya”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023, pukul 13.21 WIT)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Penulis, terkait

tujuannya sudah tercapai, tapi masih ada saja barang yang terlepas

dari pantauan.
39

b. Sumber Daya

Sumber daya yang dimaksud adalah pegawai yang terpilih dan

berkualitas untuk dijadikan Pelaksana Pemeriksa, yaitu bagian yang

diberikan amanat untuk melakukan pengawasan dan patroli terhadap

barang yang tidak dilindungi pita cukai.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan Penulis kepada

Bapak Iriandi, selaku Pelaksana Pemeriksa beliau mengatakan bahwa:

“Jelas berkualitas lah. Karena kita sebagai ASN pasti ada


tesnya terlebih dahulu, jadi kita yang disini merupakan orang-
orang terpilih hehe”.
(Wawancara pada 9 Oktober 2023, pukul 14.07 WIT)

Berikutnya Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Rizki

Darmawan, selaku Pelaksana Pemeriksa, dan hasil wawancara yang

didapatkan adalah:

“Iya, Insyaa Allah berkualitas, karena pegawai yang diberi


amanat telah diseleksi terlebih dahulu”.
(Wawancara pada 9 Oktober 2023, pukul 14.20 WIT)

Berdasarkan hasil obervasi yang dilakukan oleh Penulis, Pegawai

disana cukup berkualitas. Dilihat dari cara penanganannya yang baik,

dapat disimpulkan bahwa Pegawai disana cukup berkualitas.

c. Karakteristik Agen Pelaksana

Karakteristik merupakan ciri yang tepat dan cocok dengan para

agen pelaksana akan sangat mempengaruhi kinerja implementasi

kebijakan.
40

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama Bapak

Lalang Dimas, selaku Pelaksana Pemeriksa, beliau mengatakan

bahwa:

“Kalau disini karakteristik yang wajib dimiliki adalah tegas,


bijaksana, pengatur, dan bisa galak. Galak itu harus, supaya
orang yang melanggar tidak berani membantah apa yang sudah
jadi ketentuannya”.
(Wawancara pada 9 Oktober 2023 Pukul 14.08 WIT)

Begitupun yang dikatakan oleh Bapak Aldo, selaku Pelaksana

Pemeriksa, beliau mengatakan bahwa:

“Kalau untuk di bagian Pelaksana Pemeriksa, kita biasanya itu


diharuskan untuk tegas, terus harus bisa bekerja dalam tim.
Karena, untuk melakukan proses pemeriksaan disini tidak bisa
hanya dikerjakan oleh satu orang saja”.
(Wawancara pada 9 Oktober Pukul 14.43 WIT)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Penulis,

didapatkan hasil bahwa para pegawai Pelaksana Pemeriksa memiliki

sikap yang tegas dan bijaksana. Dan juga, saling bekerja sama dalam

tim. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Aldo, bahwa pemeriksaan

tidak bisa dilakukan perorangan, sehingga dibutuhkan sikap bisa

bekerjasama agar lebih memudahkan melakukan pemeriksaan.


41

d. Komunikasi Antar Pelaksana

Komunikasi merupakan suatu proses ketika seseorang atau

beberapa orang, sekelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan

dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan

orang lain.

Sedangkan komunikasi antar pelaksana merupakan proses

pemberian informasi antar agen pelaksana agar tetap konsisten dan

seragam dari berbagai sumber informasi.

Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Rahmat Imran, dan

hasil wawancara yang didapatkan adalah:

“Informasi yang biasa kita terima dari atasan itu disampaikan


lewat apel pagi, tapi kadang juga atasan kasih perintah tu ke satu
orang, terus orang tersebut sampaikan lagi ke kita”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023 Pukul 13.04 WIT)

Berikut wawancara dilakukan bersama Bapak Lalang Dimas, dan

beliau mengatakan bahwa:

“Ya sama kayak yang disampaikan tadi. Ada arahan dari atasan
yang kadang disampaikan langsung, tapi ad juga yang biasa
lewat rekan-rekan yang lain”.
(Wawancara pada 5 Oktober Pukul 13.47 WIT)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Penulis, komunikasi

antar para Pelaksana sudah baik. Dilihat dari saling memberikan

informasi terkait barang temuan yang didapatkan.

e. Lingkungan Eksternal
42

Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada diluar

organisasi dan perlu di analisis untuk menentukan kesempatan

(opportunities) dan ancaman (threath) yang akan dihadapi perusahaan.

Lingkungan eksternal yang di maksud disini adalah lingkungan

luar yang berhubungan langsung dengan para pembawa barang yang

akan diperiksa. Jika lingkungan eksternal tidak kondusif maka akan

menjadi masalah dari kegagalan kinerja implementasi.

Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Rizki Darmawan,

dan beliau mengatakan bahwa:

“Kalau soal lingkungan yang diluar kantor ya begini. Kadang


kondusif, kadang juga tidak. Tergantung dari pihak luar yang
menanggapi. Kalau ikut aturan ya aman saja, kalau tidak ya
begitu sudah”.
(Wawancara pada 9 Oktober 2023 Pukul 14.22 WIT)

Berikutnya wawancara dilakukan kepada Bapak Yamir, dan hasil

wawancara yang didapatkan adalah:

“Keadaan diluar kantor itu tergantung sama orang lain yang


menanggapi. Kalau mereka manut dan ikut prosedur semua ya
baik-baik. Kalau yang menanggapi dalam keadaan tidak baik, ya
semua tidak jadi baik. Tapi biasanya tu kita kasih pengertian,
supaya hal-hal yang sudah terjadi itu tidak terjadi kembali”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023 Pukul 13.23 WIT)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Penulis, terkait

hubungan eksternal disana sudah berjalan dengan baik. Para pengawas

bersikap baik dan tegas kepada para pembawa barang, sehingga

mereka pun tidak segan untuk di periksa.


43

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi dalam

pelaksanaan prosedur pengawasan sudah berjalan dengan baik.

2. Pengawasan Pita Cukai Minuman Beralkohol

Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang

diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.

Sedangkan pengawasan pita cukai minuman beralkohol adalah proses

pengawasan terhadap dokumen security atau pengamanan dalam bentuk

kertas yang memiliki sifat atau unsur pengamanan.

a. Barang yang Termasuk ke dalam Pita Cukai

Ada beberapa barang yang termasuk ke dalam pita cukai.

Dikarenakan ada pengendalian terhadap barang tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Bapak

Rahmatullah Imran, hasil wawancara tersebut adalah:

“Barang yang termasuk ke dalam pita cukai itu banyak.


Diantaranya minuman yang mengandung etil alkohol, produk
tembakau, sampai barang bakar juga bisa kena cukai”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023 Pukul 13.05 WIT)

Jadi dengan demikian, barang hasil pita cukai adalah barang yang

dikendalikan pengedarannya. Diantaranya seperti minuman beralkohol

dan produk hasil tembakau seperti rokok. Barang tersebut dikendalikan

pengedarannya karena dampak besarnya tidak baik untuk kesehatan.

Begitupun dengan minuman yang mengandung etil alkohol.

b. Barang yang Sering Dijumpai Melanggar Pita Cukai


44

Dari beberapa barang yang ternasuk dalam pita cukai, ada beberapa

yang paling sering ditemukan setiap melakukan patroli.

Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Yamir, dan beliau

mengatakan bahwa:

“Kalau yang paling sering ditemukan pas kita patroli itu minuman
beralkohol dari luar negeri. Kayak Whisky, Vodka, Soju, sama
Chivas. Banyak si yang lain, Cuma yang paling sering ditemukan
ya yang itu-itu saja”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023 pada 13.24 WIT)

Berikutnya Penulis juga melakukan wawancara kepada Bapak

Lalang Dimas, dan didapatkan hasil sebagai berikut:

“Paling sering itu minuman beralkohol. Rokok ada juga yang ilegal,
tapi jarang. Lebih sering minuman beralkohol”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023 Pukul 13.47 WIT)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Penulis, Penulis

melihat ada beberapa barang yang disita oleh petugas Bea Cukai. Dan

sebagian besar barangnya adalah minuman beralkohol seperti yang

disebutkan diatas.
45

c. Hal yang Menyebabkan Terjadinya Temuan

Barang yang disita pasti didapatkan dari hasil patroli yang

dilakukan oleh Pelakasana Pengawas. Barang tersebut pun pasti

melanggar aturan, sehingga bisa terjadinya penyitaan barang.

Setelah melakukan wawancara kepada Bapak Rahmatullah Imran,

didapatkan hasil wawancara sebagai berikut:

“Barang yang disita oleh petugas pasti karena melanggar aturan


yang dapat merugikan semua pihak. Aturan yang dilanggar itu
kayak tidak ada pita cukai. Jadi, barang yang masuk itu tidak ada
dokumen pengamannya. Sehingga barang tersebut dikatakan
barang ilegal dan harus disita”.
(Wawancara pada 5 Oktober Pukul 13.06 WIT)

Berikutnya wawancara dilakukan kepada Bapak Yamir, dan hasil

yang didapatkan adalah:

“Barang temuan bisa terjadi itu karena mereka lalai. Kalau yang
berhubungan dengan cukai yaitu rokok sama minuman keras itu
sama juga dilihat dari manifesnya, kalau memang barang
muatannya itu alkohol. Dan jika kalau dia bukan muatan beralkohol
tapi kita menemukan identifikasi pelanggaran pabeanan cukai, itu
dilihat dari pemeriksaan secara berkala diatas kapal”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023, Pukul 13.26 WIT)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Penulis, hal yang

menyebabkan terjadinya barang temuan adalah proses pemeriksaan.

Jika dalam proses pemeriksaan itu terjadi pelanggaran, maka barang

yang ditemukan melanggar akan disita oleh para Pelaksana Pemeriksa.

d. Wilayah Kerja yang Biasanya Terjadi Temuan


46

Pengangkutan barang yang melalui sarana yang disediakan oleh

pihak Bea Cukai biasanya dikirim melalui tiga armada. Diantaranya

yaitu darat, laut, dan udara.

Berdasarkan wawancara yang dilakuakn oleh Penulis kepada

Bapak Rahmatullah Imran, beliau mengatakan bahwa:

“Kalau kami dari PSO (Pangkalan Sarana Operasi), kami


tupoksinya hanya patroli laut. Rata-rata sih semasa kami patroli
laut mungkin cuma 10% temuan minuman keras. Yang lainnya tu
terdapat di darat sih”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023 Pukul 13.07 WIT)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan oleh Penulis kepada Bapak

Lalang Dimas, dan hasil yang didapatkan adalah:

“Biasanya Di darat. Kalau di laut itu jarang sekali”.


(Wawancara pada 5 Oktober 2023 Pukul 13.48 WIT)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Penulis, Penulis

melihat bahwa barang temuan biasanya ditemukan di darat. Di darat

itupun pada toko-toko yang memang menjual minuman keras. Jadi,

baranmg yang ditemukan itu adalah barang yang tidak dilindungi

dengan pita cukai.


47

e. Hal Yang Dilakukan Terhadap Barang Temuan

Barang temuan yang dimaksud adalah barang yang tidak

dilengkapi dengan pita cukai. Sehingga barang tersebut dinyatakan

ilegal dan tidak sah pengedarannya di wilayah tersebut.

Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Aldo, dan hasil

wawancara tang didapatkan adalah:

“Kalau kita dapat di laut, kita lakukan pemusnahan secara


keseluruhannya terhadap barang temuannya”.
(Wawancara pada 9 Oktober 2023 Pukul 14.46 WIT)

Selanjutnya Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Iriandi,

dan beliau mengatakan bahwa:

“Kami akan lakukan pemusnahan dan bila perlu dijatuhkan


hukuman. Apabila masih bisa di toleransi, makan akan dilakukan
oleh toleransi”.
(Wawancara pada 9 Oktober 2023 Pukul 14.09 WIT)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Penulis adalah

jika barang temuan ditemukan di laut, maka akan dilakukan

pemusnahan oleh para Pelaksana Pemeriksa pada saat itu juga

dimusnahkan secara keseluruhan, dan jika barang tersebut ditemukan di

darat, maka akan dilakukan penyitaan.


48

f. Sanksi Yang Diberikan Kepada Pemilik Barang Temuan

Sanksi merupakan bentuk hukuman yang diberikan kepada

pelanggar aturan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan Penulis kepada

Bapak Yamir, beliau mengatakan bahwa:

“Mungkin hanya denda ya. Denda pembayaran kepada negara”.


(Wawancara pada 5 Oktober 2023 Pukul 13.25 WIT)

Berikutnya, wawancara kepada Bapak Rizki Darmawan , dan hasil

yang didapatkan adalah:

“Tergantung tingkat pelanggarannya. Berdasarkan keputusannya,


kalau yang paling rendah itu mungkin denda, dan yangp paling
tinggi itu pidana”.
(Wawancara pada 9 Oktober 2023 Pukul 14.23 WIT)

Pada saat Penulis melakukan observasi, tidak adanya proses

pelanggaran. Sehingga, Penulis tidak bisa memberikan keterangan hasil

observasi.

Dengan demikian pengawasan pita cukai minuman beralkohol sudah

sesuai dengan peraturan yang telah berlaku dan pencapaian hasil yang

diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas bahwasanya implementasi

prosedur dalam pengawasan pita cukai minuman beralkohol di kota Sorong

sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan dan hasilnya juga sesuai dengan kinerja yang ditetapkan.

B. Hambatan Dalam Prosedur Pengawasan Minuman Mengandung Etil


Alkohol Tanpa Pita Cukai Di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea
Dan Cukai Sorong
49

Penjual yang nakal adalah orang yang suka melanggar aturan yang

sudah ditetapkan. Dalam proses pengiriman minuman mengandung etil

alkohol tanpa pita cukai, mereka akan menyembunyikan barang tersebut di

tempat yang sangat sulit untuk ditemukan. Dengan demikian, mereka akan

lolos dalam proses pemeriksaan dan bisa mengedarkan barang ilegal

tersebut di daerah setempat.

Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Rahmatullah Imran, dan

beliau mengatakan bahwa:

“Namanya juga sebagai penjual yang nakal ya, pasti bagaimanapun


caranya mereka menyembunyikan barang tersebut. Seperti maling
lah, maling pasti akan berusaha menyembunyikan hasil malingnya
dan tidak akan mengaku, seperti itu juga penjualan minuman keras.
Mereka lebih pintar daripada kita, tergantung yah intelegen kita
maupun analisa kita. Apabila kita bisa temukan barang tersebut yah
syukur. Tapi rata-rata sih hambatan-hambatan yang terjadi selama
ini sih ya mungkin menyembunyikan itu di tempat-tempat yang sangat
susah ditemukan”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023 Pukul 13.08 WIT)

Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Bapak Yamir, hasil

wawancara tersebut adalah:

“hambatannya dalam pemeriksaan itu yang pelakunya sering


melakukan pengelabuan. Jadi mengelabui para pemeriksa untuk tidak
melakukan pemeriksaan. Alsannya itu kayak misalnya ni macam
berhubungan dengan kepabeanan cukai mereka itu bilang “barang
kita itu sudah ada pita cukainya” tapi, disitu Cuma diselundupkan
beberapa barang yang terdapat pita cukai selebihnya adalah barang
ilegal”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023 Pukul 13.26 WIT)

Jadi, dengan demikian Penulis bisa menarik kesimpulan bahwa

hambatan dalam prosedur pengawasan minuman mengandung etil alkohol


50

tanpa pita cukai di Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah

pengelabuan yang dilakukan oleh pembawa minuman mengandung etil

alkohol tanpa pita cukai.

C. Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Prosedur Pengawasan Minuman


Mengandung Etil Alkohol Tanpa Pita Cukai Di Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Sorong

Pemeriksaan merupakan segala usaha atau kegiatan untuk

memperoleh keterangan atau informasi dari orang yang memiliki atau

diduga memiliki keterangan melalui pertanyaan lisan maupun tulisan.

Pemeriksaan dilakukan agar terhindar dari kecurangan yang dilakukan

oleh sekelompok orang yang melanggar peraturan. Hal ini dilakukan agar

terjadinya keamanan di wilayah setempat.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis kepada Bapak Yamir,

di dapatkan hasil wawncara berupa:

“Kita harus melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Jadi, kita


tidak boleh terpaku dalam satu sample minuman yang ada pita
cukainya. Kita harus memeriksa secara keseluruhan agar
mendapatkan barang temuan”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023 Pukul 13.27 WIT)

Begitupun dengan hasil wawancara yang dilakukan Penulis kepada

Bapak Lalang Dimas, beliau mengatakan bahwa:

“Untuk mengatasi itu, kita harus cek secara menyeluruh. Jadi


contohnya pada pemeriksaan jangan hanya cek di bagian depannya
saja, kita cek juga di belakang. Mungkin ada yang disembunyikan”.
(Wawancara pada 5 Oktober 2023 Pukul 13.50 WIT)
51

Dengan demikian, bisa ditarik kesimpulan bahwa upaya mengatasi

hambatan dalam prosedur pengawasan minuman mengandung etil alkohol

tanpa pita cukai di Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah

dengan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Implementasi

Prosedur Dalam Pengawasan Pita Cukai Minuman Beralkohol Di Kota

Sorong, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Implementasi Prosedur Dalam Pengawasan Pita Cukai Minuman

Beralkohol Di Kota Sorong sudah cukup baik. Dilihat dari berkurangnya

pengedaran minuman yang mengandung etil alkohol tanpa pita cukai di

Kota Sorong. Kalaupun ada, biasanya hanya beberapa barang yang lolos

dari pengawasan pada saat pemeriksaan. Prosedur pelaksanannya pun

sudah dijalankan dengan baik, jika dilihat dari banyaknya barang sitaan

hasil pemeriksaan yang didapatkan. Dengan demikian, Penulis

menyimpulkan bahwa prosedur pelaksanannya di kategorikan baik.

2. Ada beberapa hambatan yang terkait Implementasi Prosedur Dalam

Pengawasan Pita Cukai Minuman Beralkohol Di Kota Sorong, diantaranya

yaitu:

a. Pengelabuan Oleh Pembawa Minuman Mengandung Etil Alkohol

Tanpa Pita Cukai, pengelabuan yang dilakukan adalah dengan

menyembunyikan barang tersebut di tempat yang sangat sulit untuk

ditemukan. Dengan demikian, mereka akan lolos dalam proses


53

pemeriksaan dan bisa mengedarkan barang ilegal tersebut di Kota

Sorong.

b. Kurangnya sosialisasi dari pihak Bea dan Cukai terkait bahaya

mengonsumsi minuman mengandung etil alkohol. Sosialisasi ini sangat

diperlukan agar menyadarkan para penjual dan pengonsumsi terkait

bahaya dari minuman beralkohol tersebut. Dengan demikian, bukan

hanya terjadi kerugian dari pihak negara, tetapi kerugian juga akan

dialami oleh para pengonsumsi.

c. Kurangnya sosialisasi terkait sanksi yang didapatkan apabila melanggar

aturan yang ditetapkan. Hal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa

masih banyak ditemukannya minuman mengandung etil alkohol yang

dilarang penyebarannya.

3. Untuk mengatasi hambatan yang dihadapi pada pelaksanaan pemeriksaan,

maka para Pelaksana Pemeriksa mengupayakan agar kedepannya bisa

melakukan pemeriksaan secara lebih teliti dan menyeluruh agar tidak ada

barang yang lolos pada saat pemeriksaan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Wilayah Kerja Kantor

Bea dan Cukai Kota Sorong, saran dari Penulis yaitu:

1. Untuk Kantor Bea dan Cukai Kota Sorong, agar terus meningkatkan

kualitas dalam melaksanakan prosedur pengawasan pita cukai minuman

beralkohol karena melihat adanya jenis minuman beralkohol yang beredar


54

di Kota Sorong yang berpotensi merugikan negara, maka perlu ketelitian

dalam hal pemeriksaannya.

2. Diharapkan agar Kantor Bea dan Cukai Kota Sorong lebih mengaktifkan

kegiatan-kegiatan seperti sosialisasi ke berbagai instansi dan masyarakat

mengenai cukai khususnya cukai minuman beralkohol. Agar lebih paham

tentang maksud dan tujuannya.


DAFTAR PUSTAKA
Buku

Abdul Wahab, Solichin. 2004. Analisis kebijakan dan formulasi ke implementasi


kebijakan Negara. Bumi Aksara: Jakarta.

Dewi, Irra Chrisyanti. 2011. Pengantar Ilmu Administrasi PT. Prestasi


Pustakarya: Jakarta.

Kirk, J. & Miller, M. L., 1986. Realibility And Validity in Qualitative Research,
Beverly Hills, CA, Sage Publication.

Rasto. 2015. Manajemen Perkantoran. Alfabeta: Bandung

Harsono, Hanifah. 2002. Implementasi kebijakan dan politik. Grafindo Jaya:


Jakarta.

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta.

Purwito, 2014. Kepabeanan Dan Cukai Lalu Lintas Barang, Konsep Dan
Aplikasinya, Cetakan Keempat, Kajian Hukum Fiscal FHUI.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung:Alfabeta, CV.Sukmadinata, 2007. Metode Penelitian Pendidikan.
Rosdakarya: Bandung.

Artikel
D. R. (2015). Evaluasi kebijakan pengawasan pelekatan pita cukai pada minuman
mengandung etil alkohol (mmea) buatan dalam negeri (Studi pada Kantor
Pengawasan dan Pelayanan (KPPBC) Tipe Madya Cukai
Malang) (Doctoral dissertation, Brawijaya University)

Dio Rahadian, 2015. Evaluasi kebijakan pengawasan pelekatan pita cukai pada
minuman mengandung etil alkohol (mmea) buatan dalam negeri (Studi
pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPPBC) Tipe Madya Cukai
Malang). PhD Thesis. Brawijaya University

Dio Rahadian. Evaluasi kebijakan pengawasan pelekatan pita cukai pada


minuman mengandung etil alkohol (mmea) buatan dalam negeri (Studi
pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPPBC) Tipe Madya Cukai
Malang). Diss. Brawijaya University

Nurkartikasari, Rizky. 2017. "Peran Bea Cukai Dalam Pengawasan Dan


Pengendalian Hasil Tembakau Dan Minuman Mengandung Etil Alkohol
(Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai
Tipe Madya Cukai Malang)."
56

Pratiwi, Aini. 2018. Prosedur Pengawasan Minuman Mengandung Etil Alkohol


(Mmea) Dan Rokok Tanpa Pita Cukai Di Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Bea Dan Cukai Riau. Diss. Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau

Undang-Undang dan Peraturan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan


Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Cukai
LAMPIRAN
SKRIPSI
58

Surat Izin Melakukan Riset


59

Naskah Wawancara

NAMA : Rifaldi Alstonia Aristu

NIM : 20193622050

PROGRAM STUDI : Ilmu Administrasi Negara

JUDUL SKRIPSI :IMPLEMENTASI PROSEDUR DALAM

PENGAWASAN PITA CUKAI MINUMAN

BERALKOHOL DI KOTA SORONG

A. Implementasi Prosedur Dalam Pengawasan Pita Cukai Minuman

Beralkohol Di Kota Sorong

1. Implementasi

a. Ukuran dan Tujuan

1) Bagaimana ukuran dalam pelaksanaan prosedur dalam pengawasan

pita cukai minuman beralkohol?

2) Bagaimana tujuan dalam pelaksanaan prosedur dalam pengawasan

pita cukai minuman beralkohol?

b. Sumber Daya

1) Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam pelaksanaan prosedur

dalam pengawasan pita cukai minuman beralkohol?

c. Karakteristik Agen Pelaksana

1) Bagaimana karakteristik agen pelaksana dalam pelaksanaan prosedur

dalam pengawasan pita cukai minuman beralkohol?

d. Komunikasi Antar Pelaksana


60

1) Bagaimana komunikasi antar pelaksana dalam pelaksanaan prosedur

dalam pengawasan pita cukai minuman beralkohol?

e. Lingkungan Eksternal

1) Bagaimana lingkungan eksternal dalam pelaksanaan prosedur dalam

pengawasan pita cukai minuman beralkohol?

2. Pengawasan Pita Cukai Minuman Beralkohol

a. Barang Yang Termasuk Ke Dalam Pita Cukai

1) Apa saja jenis barang yang termasuk ke dalam pita cukai?

b. Barang Yang Sering Dijumpai Melanggar Pita Cukai

1) Barang apa saja yang sering dijumpai melanggar pita cukai?

c. Hal Yang Menyebabkan Terjadinya Temuan

1) Hal apa saja yang menyebabkan terjadinya temuan?

d. Wilayah Kerja Yang Biasanya Terjadi Temuan

1) Di wilayah kerja manakah yang biasanya terjadinya temuan?

e. Hal Yang Dilakukan Terhadap Barang Temuan

1) Hal apa yang dilakukan terhadap barang temuan?

f. Sanksi Yang Diberikan Kepada Pemilik Barang Temuan

1) Sanksi apa yang diberikan kepada pemilik barang temuan?

B. Bagaimana Hambatan Dalam Prosedur Pengawasan Minuman

Mengandung Etil Alkohol Tanpa Pita Cukai di Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sorong

1. Apa saja hambatan dalam prosedur pengawasan minuman mengandung

etil alkohol tanpa pita cukai?


61

C. Bagaimana Usaha Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Dalam

Prosedur Pengawasan Minuman Mengandung Etil Alkohol Tanpa Pita

Cukai Di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Sorong

1. Bagaimana usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam

prosedur pengawasan minuman mengandung etil alkohol tanpa pita cukai?


62

Dokumentasi

Gedung Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kota Sorong

Pangkalan Sarana Operasional Bea dan Cukai Kota Sorong


63

Loket Pelayanan Bea dan Cukai Kota Sorong

Kapal Patroli Bea dan Cukai Kota Sorong


64

Suasana di Dalam Kapal Patroli Bea dan Cukai

Petugas Pelaksana Pemeriksa Bea dan Cukai


65

Foto Bersama Pelaksana Pengawas di Atas Kapal Patroli

Foto Bersama Pelaksana Pengawas di Kantor PSO Bea dan Cukai


66

Wawancara Bersama Bapak Rahmatullah Imran

Wawancara Bersama Bapak Yamir


67

Wawancara Bersama Bapak Lalang Dimas

Wawancara Bersama Bapak Rizki Darmawan


68

Wawancara Bersama Bapak Iriandi

Wawancara Bersama Bapak Aldo

Anda mungkin juga menyukai