Anda di halaman 1dari 71

i

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PEREDARAN MINUMAN

KERAS OPLOSAN DI PENGADILAN NEGERI SELONG

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Untuk mencapai derajat S-1 pada

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

BUDI SUTONO
D1A017065

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2022
ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PEREDARAN MINUMAN

KERAS OPLOSAN DI PENGADILAN NEGERI SELONG

Oleh:

BUDI SUTONO
D1A017065

Disetujui Oleh,

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dr. Ufran, SH., MH. Idi Amin, SH., MH.


NIP. 19820520 200801 1 011 NIP. 19770515 200501 1 001
iii

SKRIPSI INI TELAH DISEMINARKAN DAN DIUJI


PADA TANGGAL …………………………….

OLEH
DEWAN PENGUJI

Ketua

Dr. Ufran, SH., MH. (………………………)


NIP. 19820520 200801 1 011

Anggota I

Idi Amin, SH., MH. (………………………)


NIP. 19770515 200501 1 001

Anggota II

Syamsul Hidayat, SH., MH. (………………………)


NIP. 19760319 200501 1 001

MENGETAHUI,
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
KETUA BAGIAN HUKUM PIDANA

Syamsul Hidayat, SH., MH.


NIP. 19760319 200501 1 001
iv

SKRIPSI INI TELAH DITERIMA DAN DISAHKAN OLEH


PROGRAM S1 REGULER PAGI FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM

PADA TANGGAL ……………………………

Dekan,

Dr. Hirsanuddin, SH., M,Hum.


NIP. 19621231 198803 1 011
v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Budi Sutono

NIM : D1A017065

Judul Skripsi : “ Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Peredaran Minuman Keras


Oplosan di Pengadilan Negeri Selong “

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penyusunan skripsi ini berdasarkan


hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk
naskah laporan maupun kegiatan penelitian yang tercantum sebagai bagian dari
skripsi ini. Jika terdapat karya orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang
jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila


dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam penyussunan
ini, maka saya bersediamenerima sanksi akademik berupa penyabutan gelar yang
telah diperoleh karena karena karya tulis ini dan snaksi lain sesuai peraturan yang
berlaku

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Mataram, …………….. 2022


Yang Membuat Pernyataan,

Budi Sutono
D1A017065
vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan segala rahmat dan karunianya, shalawat serta salam tak lupa
terucapkan kepada Nabi Muhamad SAW. Beriringan rasa syukur sehingga
penyusun dapat menyelsaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “ Penerapan
Sanksi Pidana Terhadap Peredaran Minuman Keras Oplosan di Pengadilan
Negeri Selong ”

Skripsi ini di susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana


program strata 1 (S1) pada program studi Ilmu Hukum Universitas Mataram.
Dalam usaha menyelsaikan skripsi ini, penyusun menyadari semua akan
keterbatasan waktu, pengetahuan dan biaya sehingga tanpa bantuan dan
bimbingan dari semua pihak tidaklah mungkin berhasil dengan baik. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini tidaklah berlebihan apabila penyusun menghaturkan
banyak terimakasih kepada yang terhormat

1. Bapak Prof. Ir Bambang Hari Kusumo, M.Agr.St., Ph.D. selaku rektor


Universitas Mataram yang telah memberikan kesempatan kepada
penyusun untuk menuntut ilmu di Universitas Mataram.
2. Bapak Dr. H. Hirsanuddin, SH., M.Hum, selaku dekan Fakultas Hukum
Universitas Mataram, yang telah memberikan kesempatan yang sangat
berharga kepada penyusun untuk menimba ilmu di Program Studi Ilmu
Hukum Universitas Mataram.
3. Bapak Syamsul Hidayat, SH., MH. selaku ketua bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Mataran dan sekaligus sebagai Dosen penguji
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengajaran, arahan dan
motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Idi Amin, SH., MH. selaku sekretaris bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Mataran dan sekaligus sebagai Dosen
vii

pembimbing kedua, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan


pengajaran, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Ufran, SH., MH. selaku dosen pembimbing pertama yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan pengajaran, arahan dan motivasi
serta telah bersabar untuk membimbing penyusun dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Segenap Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Hukum Universitas
Mataram yang telah banyak membantu penyusun selama menempuh
pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Mataram.
7. Semua Staf dan Pegawai di Pengadilan Negeri Selong yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu yang telah memberikan segenap pengorbanan, semangat
dan doa sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9. Kepada semua teman - teman yang ada di Fakultas Hukum yang sudah
banyak membantu, memberikan kritik, saran dan motivasi, serta doa
kepada penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penyusun mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan petunjuk
dan saran guna mencapai perbaikan yang semestinya.

Mataram, ……………… 2022


Penyusun

Budi Sutono
D1A017065
viii

RINGKASAN

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PEREDARAN MINUMAN


KERAS OPLOSAN DI PENGADILAN NEGERI SELONG

Budi Sutono

Pembimbing : Ufran dan Idi Amin

Dalam kehidupan masyarakat, salah satu kebiasaan yang sudah turun


temurun dilakukan yaitu mengkonsumsi minuman keras. Perbuatan Minuman
keras merupakan perbuatan tindak pidana. Selain dapat merusak kesehatan tubuh,
perbuatan minuman keras juga bertentangan dengan nilai nilai yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Lombok timur sendiri melalui
Perda No 8 Tahun 2002 melakukan upaya hukum untuk memberantas peredaran
minuman keras. Oleh karena itu penyusun melalui penelitian ini mengangkat
masalah yaitu bagaimana penerapan sanksi pidana terhadap peredaran minuman
keras oplosan dan bagaimana efektivitas penerapan sanksi pidana terhadap
peredaran minuman keras oplosan di pengadilan negeri selong. Adapaun tujuan
dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan sanksi dan mengukur
efektifitas terhadap peredaran minuman keras oplosan di pengadilan negeri
selong. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan,
pengembangan ilmu, dan membentuk pola piker yang dinamis tentang penerapan
sanksi terhadap peredaran minuman keras oplosan di pengadilan negeri selong.
Jenis penelitiannya adalah hukum empiris, metode pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan perundangan - undangan, konseptual, dan kasus.
Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum
primer, sekunder, dan tersier, dengan sumber bahan hukum yang diperoleh
melalui kepustakaan. Tekhnik pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan studi
kepustakaan dan wawancara. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode penafsiran (interpretasi).
Hasil dari penelitian ini yaitu penerapan sanksi pidana terhadap peredaran
minuman keras pengadilan negeri selong adalah melalui produk hukum peraturan
daerah no 8 tahun 2002. Dalam peraturan daerah tersebut berisikan ketentuan
pidana yang memberatkan pelaku, pengedar dan konsumen minuman keras. Jenis
pidana yang diberikan terhadap pelaku berupa pidana kurungan dan pidana denda,
dan bentuk pidana yang diberikan yaitu pidana alternatife. Subyek dalam
peraturan daerah tersebut adalah pelaku dan obyeknya yaitu minuman keras
oplosan itu sendiri seperti tuak dan brem. Dan dalam mengetahui dan mengukur
efektivitas penerapan sanksi pidana terhadap peredaran minuman keras adalah
dapat dilihat dari ukuran efektivitas yaitu prestasi kerja yang mana sesuai dengan
data kasus yang masuk di pengadilan negeri dalam lima tahun terakhir sejumlah
89 kasus yang artinya penerapan sanksi terhadap peredaran minuman keras
oplosan di pengadilan negeri selong dilaksanakan secara efektif.
ix

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PEREDARAN MINUMAN


KERAS OPLOSAN DI PENGADILAN NEGERI SELONG

BUDI SUTONO

(D1A017065)

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang penerapan sanksi pidana terhadap peredaran


minuman keras di pengadilan negeri selong. Dengan tujuan untuk mengetahui
penerapan dan efektivitas sanksi pidana terhadap peredaran minuman keras
oplosan di pengadilan negeri selong. Metode Penelitian yang digunakan yaitu
empiris dengan melakukan studi kepustakaan dan wawancara untuk mengkaji
permasalahan yang diteliti. Hasil penelitian bahwa penerapan sanksi pidana yang
digunakan yaitu Peraturan Daerah No 8 Tahun 2002. Dan dalam pelaksanaannya
dinilai efektif dengan angka 89 kasus dalam lima tahun terakhir.

Kata Kunci : Penerapan, Peredaran, Minuman Keras, Efektivitas.

IMPLEMENTATION OF CRIMINAL PUNISHMENT ON THE


CIRCULATION OF MOONSHINE IN SELONG DISTRICT COURT

BUDI SUTONO

(D1A017065)

Abstrak
This research explains criminal punishment on the circulation of moonshine in
Selong District Court. The purpose of this research is to find out the
implementation and effectiviteness of criminal punishment on the circular of
moonshine in Selong District Court. The method of this research is empirical legal
method with library study and interview analysis of the problem that have been
researched. The result of this research shows that the implementation of criminal
punishment used is Regional Regulation No. 8 of 2022. In the implementation is
effective with 89 cases in the last five years.

Keywords: Implementation, Circular, Alcoholic Drink, Effectivity.


x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i


HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ……………………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN DEKAN ………………………………………… iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………….. v
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. vi
RINGKASAN …………………………………………………………………. viii
ABSTRAK ……………………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI …………...……………………………………………………….. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………….. 1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………….. 4
D. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………. 6
E. Orisinalitas Penelitian ………………………………………………… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hukum Pidana ……………………………………………. 8


B. Pengertian Perbuatan Pidana …………………………………………. 9
C. Sanksi Pidana dan Pemidanaan ………………………………………. 11
D. Pengertian Penerapan Sanksi …………………………………………. 17
E. Minuman Beralkohol Oplosan ……………………………………….. 20
F. Dasar Hukum Minuman Beralkohol …………………………………. 21
G. Tinjauan umum tentang efektivitas…………………………………… 24

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ………………………………………………………. 30


B. Metode Pendekatan ………………………………………………….. 30
C. Jenis dan Sumber Bahan Hukum ……………………………………. 31
D. Tekhnik Pengumpulan Bahan Hukum ………………………………. 32
xi

E. Analisis Bahan Hukum ……………………………………………… 33

BAB IV PEMBAHASAN

A. Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Peredaran Minuman Keras Oplosan


di Kabupaten Lombok Timur …..………………….…………………. 34
B. Efektvitas Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Peredaran Minuman Keras
Oplosan di Kabupaten Lombok Timur …….……...………………...... 50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………..…………………… 57
B. Saran …………………………………………..…………………….. 58

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan hukum dalam suatu negara sangat penting dalam

mengatur pola dan tatanan kehidupan bernegara, hukum bersumber dari

pikiran yang menjadi nilai dan diaplikasikan dalam bentuk norma hukum.

Hukum akan menjadi pelindung bagi setiap warga negara dari ancaman,

kekerasan, kejahatan, dan perbuatan yang bertentangan dengan nilai,

moral, dan peraturan perundang-undangan.

Salah satu perbuatan yang bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan adalah mengkonsumsi minuman keras. Minuman

keras atau biasa disebut miras merupakan minuman yang mengandung

alkohol. Mengedarkan atau mengkonsumsi minuman keras dianggap

perbuatan kriminal. Salah satu perbuatan yang dianggap kriminal yaitu

mengkonsumsi minuman keras oplosan. Minuman keras oplosan ini

terbagi menjadi dua, yaitu tuak dan brem. Kedua jenis minuman keras

oplosan ini sama bahayanya untuk kesehatan tubuh, perbedaanya hanya

terletak pada warna, yang mana beredar di masyarakat warna tuak

berwarna merah muda sedangkan brem berwarna putih.

Meskipun miras memiliki efek samping yang dapat merusak

kesehatan bagi pelaku, namun demi mencapai kepuasan yang diinginkan,

seseorang tidak lagi menghiraukan bahaya yang akan menimpanya. Dalam


2

realita kehidupan dimasyarakat, penyebaran minuman keras oplosan

berkembang dengan cepat, dibuktikan dengan mudahnya masyarakat

mendapatkan minuman haram tersebut.

Konsumsi minuman keras oplosan marak terjadi pada saat acara

pesta pernikahan sasak yang biasa disebut Nyongkolan. Nyongkolan

merupakan tradisi masyarakat sasak, dengan mengarak pengantin menuju

rumah mempelai perempuan, diiringi oleh kesenian gendang belek dan

kecimol. Setiap ada acara nyongkolan, pasti ada perkelahian antar remaja.

Perkelahian ini biasa dipicu oleh saling senggol saat berjoget yang

dipengaruhi oleh minuman keras. Minuman keras yang biasa ada bahkan

wajib ada pada saat orang nyongkolan, terlebih lagi tuan rumah

nyongkolan menyediakan minuman tersebut. Minuman keras banyak

dikonsumsi oleh kebanyakan remaja dan menyebabkan mereka kurang

sadar atau lupa diri, cepat marah dan tersinggung sehingga berakibat

perkelahian.1 Jika dicermati, peredaran minuman keras oplosan ini sangat

merusak nilai-nilai yang ada pada kehidupan masyarakat.

Belakangan ini minuman keras memang sangat hangat diberitakan

dan menjadi perbincangan publik. Hal ini dikarenakan sesuai dengan

Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2021 tentang Legalitas Investasi

Miras di Indonesia. Isi dari Peraturan Presiden tersebut memuat tentang

legalitas produksi dan peredaran minuman keras khusus di empat provinsi

1
Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik. Nyongkolan, Tradisi Orang
Sasak. http://diskominfo.lombokbaratkab.go.id/nyongkolan-tradisi-orang-sasak/. Diakses
pada tanggal 7 mei 2021, pukul 10;00 wita.
3

yaitu Provinsi Bali, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Sulawesi Utara,

tetapi Peraturan Presiden ini menuai banyak kontra sehingga Presiden

mencabut Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2021 tentang Legalitas

Investasi Miras tersebut.

Perbuatan mengkonsumsi minuman keras termasuk perbuatan

tindak pidana, karena dalam KUH Pidana terdapat beberapa pasal yang

mengatur tentang peredaran minuman keras. Di Kabupaten Lombok

Timur, melalui Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2002 tentang Larangan

Memproduksi, Mengedarkan, Menjual dan Meminum Minuman Keras /

Beralkohol. Dalam peraturan tersebut terdapat larangan dalam melakukan

perbuatan peredaran miras. Pelaku yang melakukan perbuatan menjual,

mengedar, dan mengkonsumsi minuman keras oplosan dapat dikenakan

sanksi pidana sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Bentuk penerapan hukum pidana terhadap penjual, pengedar dan

pelaku minuman keras ini, maka dari itu penyusun memiliki keinginan

untuk melakukan studi tentang “Penerapan Sanksi Pidana Terhadap

Peredaran Minuman Keras di Pengadilan Negeri Selong”


4

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang yang diuraikan di atas, untuk

memperjelas arah penelitian, maka rumusan masalah yang akan menjadi

pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan sanksi pidana terhadap peredaran minuman

keras oplosan di pengadilan negeri selong?

2. Bagaimana efektivitas penerapan sanksi pidana terhadap peredaran

minuman keras oplosan di pengadilan negeri selong?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka

tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui penerapan sanksi pidana terhadap peredaran

minuman keras oplosan di kabupaten lombok timur

b. Untuk mengetahui efktivitas penerapan sanksi pidana terhadap

peredaran minuman keras oplosan di kabupaten lombok timur

2. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis:

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan secara

umum.
5

2) Memberikan tambahan bacaan bagi masyarakat yang berminat

tentang penerapan sanksi pidana bagi pelaku peredaran

minuman keras oplosan dan dapat menjadi referensi dalam

pengembangan ilmu hukum secara khusus.

3) Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran untuk

lebih mengoptimalkan pengawasan peredaran minuman keras

oplosan khususnya di kabupaten lombok timur.

b. Manfaat Praktis

1) Dapat menemukan dasar hukum dalam upaya menanggulangi

minuman keras oplosan di kabupaten lombok timur.

2) Memberikan gambaran mengenai implementasi dari peraturan

peraturan yang terkait.

3) Mengembangkan penalaran, menumbuhkan analisis kritis,

membentuk pola pikir dinamis, serta mengetahui sejauh mana

kemampuan penyusun dalam menerapkan ilmu hukum yang

diperoleh selama menimba ilmu di Fakultas Hukum

Universitas Mataram.
6

D. Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan dalam penyusunan

penelitian ini serta untuk menjaga agar tidak menimbulkan penafsiran

yang terlalu luas mengenai yang dibahas, maka dalam hal ini diberikan

batasan-batasan ruang lingkup kajian.

Adapun ruang lingkup penelitian ini ialah membahas tentang

penerapan sanksi pidana terhadap pelaku yang memproduksi, menjual,

mengedarkan dan meminum minuman keras oplosan di kabupaten lombok

timur.

E. Orisinalitas Penelitian

No Nama dan Judul Rumusan Masalah Perbedaan

Fadlullah, UIN - Apakah faktor Dalam penelitiannya


1 Alauddin penyebab lebih fokus
Makassar. peredaran membahas tentang
minuman keras di faktor penyebab dan
Tinjauan kabupaten Luwu? dampak serta
Yuridis dan - Bagaimanakah penegakan hukum
Sosiologis dampak pengaruh terhadap minuman
Terhadap yang ditimbulkan keras dikabupaten
Peredaran oleh peredaran Luwu.
Minuman Keras minuman keras di Sedangkan penelitian
di Kabupaten kabupaten Luwu? ini, penyusun lebih
Luwu. - Bagaimanakah fokus terhadap
sistem penegakan penerapan sanksi
hukum terhadap terhadap peredaran
peredaran minuman keras
minuman keras di oplosan di kabupaten
kabupaten Luwu? Lombok timur.

Yudha Prabowo - Bagaimana upaya Dalam penelitiannya


2 Putra Prasadirat, pemda sleman membahas tentang
Universitas dalam melakukan upaya pemda sleman
7

Islam Indonesia. penegakan hukum dalam melakukan


terhadap penegakan hukum
Upaya peredaran terhadap peredaran
penegakan minuman keras? minuman keras serta
hukum terhadap - Apa faktor yang faktor yang
peredaran mempengaruhi mempengaruhi dalam
minuman keras dalam upaya upaya penegekan
oplosan di penegekan hukum hukum terhadap
kabupaten terhadap peredaran minuman
sleman. peredaran keras oplosan
minuman keras Sedangkan pada
oplosan? penelitian ini lebih
fokus membahas
tentang penerapan
sanksi atau bentuk
pidana seperti apa
yang didapatkan
pelaku peredaran
minuman keras di
lombok timur.

Muhammad - Bagaimana Dalam penelitiannya


3 Ilmar L, efektivitas membahas tentang
Universitas pengawasan dan efektivitas
Hasanuddin pengendalian pengawasan dan
Makassar. peredaran pengendalian
minuman peredaran minuman
Efektifitas beralkohol keras serta fokus pada
Pengawasan dan berdasarkan Perda faktor yang menjadi
Pengendalian kota Palopo kendala dalam
Peredaran nomor 1 tahun pengendalian
Minuman 2013? minuman keras
Beralkohol - Faktor apa yang Sedangkan penelitian
Berdasarkan menjadi kendala ini, penyusun lebih
Perda Kota dalam fokus terhadap
Palopo Nomor 1 pengawasan dan penerapan sanksi
Tahun 2013 pengendalian terhadap peredaran
minuman minuman keras
beralkohol oplosan di kabupaten
berdasarkan Perda Lombok timur.
kota Palopo
nomor 1 tahun
2013?
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hukum Pidana

Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku

di suatu Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan aturan untuk:2

1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh

dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi

yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan

tersebut.

2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang

melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi

pidana sebagaimana yang telah diancamkan.

3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat

dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar

larangan tersebut.

Dalam membagi hukum dalam arti luas menjadi hukum pidana

materiel dan hukum pidana formiel, Simons menunjukkan bahwa

hukum pidana materiel mengandung petunjuk-petunjuk dan uraian

tentang delik, peraturan-peraturan tentang syarat-syarat hal dapat

dipidananya seseorang (strafbaarfeit), penunjukan orang yang dapat

dipidana dan ketentuan tentang pidananya, ia menetapkan siapa dan

bagaimana orang itu dapat dipidana.

2
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, PT Rinerka Cipta, Jakarta, 2008, Hlm.1.
9

Sedangkan menurut Simons, hukum pidana formiel yaitu

mengatur tentang cara negara dengan perantara para pejabatnya dalam

menggunakan haknya untuk memidana. Perbedaannya dengan

rumusan Van Bemmelen, ialah Van Bemmelen merinci tahap-tahap

hukum acara pidana itu sendiri, yang dimulai dengan mencari

kebenaran, dan diakhiri dengan pelaksanaan pidana serta tindakan tata

tertib.3

B. Pengertian Perbuatan Pidana

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan

hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana

tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Perbuatan

pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan

diancam pidana, asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan

kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan

oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada

orang yang menimbulkan kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan

orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada orang yang

menimbulkan kejadian itu.4

Simons menjelaskan strafbaar feit adalah kelakuan (handeling)

yang diancam dengan pidana, bersifat melawan hukum, dan berhubungan

3
Andi Hamzah, Hukum Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2017, hlm. 2-
3.
4
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, PT Rinerka Cipta, Jakarta, 2008, Hlm.
59.
10

dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung

jawab.

Van Hamel merumuskan bahwa strafbaar feit adalah kelakuan

orang (mensekijke gedraging) yang bersifat melawan hokum, patut

dipidana (strafwaardig), dan dilakukan dengan kesalahan.

Jika melihat pengertian pengertian ini maka disitu dalam pokoknya

ternyata: Bahwa feit dalam strafbaar feit berarti handeling, kelakuan atau

tingkah laku; Bahwa pengertian strafbaar feit dihubungkan dengan

kesalahan orang yang mengadakan kelakuan tadi.5

Penerapan hukum pidana atau suatu perundang-undangan pidana

berkaitan dengan waktu dan tempat perbuatan dilakukan. Berlakunya

hukum pidana menurut waktu menyangkut penerapan hukum pidana dari

segi lain. Menurut Hazewinkel-Suringa, jika suatu perbuatan (feit) yang

mencocoki rumusan delik yang dilakukan sebelum berlakunya ketentuan

yang bersangkutan, maka bukan saja hal itu tidak dapat dituntut tetapi

untuk orang yang bersangkutan sama sekali tidak dapat dipidana.

Perbuatan pidana atau tindak pidana adalah suatu perbuatan yang

telah dirumuskan oleh UU”. Hal ini didasarkan pada perumusan asas

legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP dirumuskan di dalam bahasa latin:

“nullum delictum nulla poena sine praevia legi poenali”, yang dapat

5
Ibid, Hlm. 61.
11

disalin ke dalam bahasa indonesia kata demi kata dengan Tidak ada delik,

tidak ada pidana tanpa ketentuan pidana yang mendahuluinya. 6

Hukum pidana melalui kebijakan hukum pidana bahwa pendekatan

nilai humanistis menuntut pula diperhatikannya ide “individualisasi

pidana” dalam kebijakan/pembaruan hukum pidana. Ide individualisasi

pidana ini antara lain mengandung beberapa karakteristik sebagai berikut:

1. Pertanggungjawaban (pidana) bersifat pribadi/perorangan (asas

personal).

2. Pidana hanya diberikan kepada orang yang bersalah (asas

culpabilitas: (“tiada pidana tanpa kesalahan”).

3. Pidana harus disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi si

pelaku; ini berarti harus ada kelonggaran/fleksibilitas bagi hakim

dalam memilih sanksi pidana (jenis maupun berat-ringannya

sanksi) dan harus ada kemungkinan modifikasi pidana

(perubahan/penyesuaian) dalam pelaksanaannya. Jadi mengandung

asas fleksibilitas dan asas modifikasi pidana.7

C. Sanksi Pidana dan Pemidanaan

1. Pidana pokok

6
Andi Hamzah, Hukum Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2017, Hlm.
36.
7
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru, Kencana, Jakarta, 2017, Hlm.39.
12

Berdasarkan Pasal 10 KUHP, Pidana pokok terdiri dari pidana

mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda dan pidana

tutupan. Berikut penjelasannya:8

a. Pidana Mati

Pidana ini adalah pidana terberat menurut hukum positif

kita. Bagi kebanyakan negara, masalah pidana mati hanya

mempunyai arti dari sudut kultur historis. Dikatakan demikian

karena, kebanyakan negara-negara tidak mencantumkan pidana

mati ini lagi di dalam kitab undang undangnya. Hal ini masih

menjadi masalah dalam lapangan ilmu hukum pidana, karena

adanya penolakan di tengah-tengah masyarakat untuk meminta

kembali diadakannya pidana seperti itu, dan mendesak agar

dimasukan kembali dalam kitab undang-undang. Tetapi pada

umumnya lebih banyak orang yang okontra terhadap adanya

pidana mati ini daripada yang pro. Di antara keberatan-keberatan

atas pidana mati ini adalah bahwa pidana ini tidak dapat ditarik

kembali, jika kemudian terjadi kekeliruan. Namun pidana mati

masih merupakan suatu ketentuan hukum yang berlaku sebagai

salah satu warisan colonial.

b. Pidana Penjara

Pidana Penjara salah satu jenis pidana yang ada di dalam

sistem hukum pidana di Indonesia sebagaimana dikemukakan

8
Fernando I. Kansi. Sanksi Pidana Dalam Sistem Pemidanaan Menurut KUHP
dan diluar KUHP. Lex Crimen Vol. III/No. 3/Mei-Jul/2014
13

dalam Pasal 10 KUHP adalah pidana penjara, yang berdasarkan

Pasal 12 ayat (1) terdiri dari pidana penjara seumur hidup dan

pidana selama waktu tertentu. Pidana penjara adalah pidana

pencabutan kemerdekaan. Pidana penjara dilakukan dengan

menutup terpidana dalam sebuah penjara, dengan mewajibkan

orang tersebut untuk menaati semua peraturan tata tertib yang

berlaku dalam penjara.

c. Pidana Kurungan

Pidana kurungan adalah bentuk-bentuk dari hukuman

perampasan kemerdekaan bagi si terhukum yaitu pemisahan si

terhukum dari pergaulan hidup masyarakat ramai dalam waktu

tertentu di mana sifatnya sama dengan hukuman penjara yaitu

merupakan perampasan kemerdekaan seseorang. Pidana

kurungan lebih ringan dari pidana penjara. Lebih ringan antara

lain, dalam hal melakukan pekerjaan yang diwajibkan dan

kebolehan membawa peralatan yang dibutuhkan terhukum

sehari-hari, misalnya: tempat tidur, selimut, dan lain-lain.

d. Pidana Denda

Pidana denda diancamkan atau dijatuhkan terhadap delik-

delik ringan, berupa pelanggaran atau kejahatan ringan. Oleh

karena itu pula, pidana denda merupakan satu-satunya pidana

yang dapat dipikul oleh orang lain selain terpidana. Walaupun

denda dijatuhkan terhadap terpidana pribadi, tidak ada larangan


14

jika denda itu secara sukarela dibayar oleh orang atas nama

terpidana.

e. Pidana Tutupan

Pidana tutupan itu sebenarnya telah dimaksudkan oleh

pembentuk Undang undang untuk menggantikan pidana penjara

yang sebenarnya dapat dijatuhkan oleh hakim bagi pelaku dari

sesuatu kejahatan, atas dasar bahwa kejahatan tersebut oleh

pelakunya telah dilakukan karena terdorong oleh maksud yang

patut dihormati. Pidana tutupan sebagai salah satu pidana hilang

kemerdekaan, lebih berat daripada pidana denda. Maka akan

lebih tepat apabila pencantuman pidana tutupan dalam pasal 10

KUHP diletakkan di atas pidana denda dan pidana kurungan.

Pidana tutupan sama dengan pidana penjara, kecuali dalam hal

pelaksanaan kepada terpidana, karena pelaksanaan kepada

terpidana pada pidana tutupan lebih baik.

2. Pidana Tambahan

Dalam KUHP pidana tambahan terdapat dalam Pasal 10

ayat 6 yang terdiri dari pencabutan hak-hak tertentu, perampasan

barang-barang tertentu dan pengumuman putusan hakim.9

a. Pencabutan hak-hak tertentu

Dalam pasal 35 KUHP ditentukan bahwa yang boleh

dicabut dalam putusan Hakim dari hak si bersalah ialah :

9
Ibid.
15

1) Hak untuk menjabat segala jabatan atau jabatan tertentu.

2) Hak untuk menjadi anggota Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia, baik udara, darat, laut maupun Kepolisian.

3) Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan berdasarkan

Undangundang dan peraturan umum.

4) Hak menjadi penasihat, penguasa dan menjadi wali, wali

pengawas, curotor atau curator pengawas atas orang lain

daripada anaknya sendiri.

5) Kekuasaan orang tua, perwalian dan pengampunan atas

anaknya sendiri.

6) Hak untuk mengerjakan tertentu.

Dalam Pasal 35 ayat 2 tersebut berbunyi Hakim tidak

berkuasa akan memecat seorang pegawai dari jabatannya,

apabila dalam Undang-undang umum telah ditunjuk pembesar

lain yang semata-mata berkuasa untuk melakukan pemecatan.

Dalam Pasal 36 KUHP, pencabutan hak dapat dilakukan

terhadap orang-orang yang melanggar kewajiban-kewajiban

khusus atau mempergunakan kekuasaan, kesempatan atau daya

upaya yang diperoleh dari jabatannya, melakukan tindak

pidana.

Mengenai lamanya pencabutan hak terdapat dalam Pasal 38

KUHP yang berbunyi sebagai berikut :


16

1) Bila dijatuhkan hukuman pencabutan hak, maka hakim

menentukan lamanya sebagai berikut:

a) Jika dijatuhkan hukuman mati atau penjara seumur

hidup buat selama hidup.

b) Jika dijatuhkan hukuman penjara sementara atau

kurungan buat selama-lamanya dua tahun dan selama-

lamanya lima tahun.

c) Dalam hal denda, lamanya pencabutan paling sedikit

dua tahun dan selama-lamanya lima tahun.

2) Hukuman itu mulai berlaku pada hari keputusan Hakim

dapat dijalankan.

b. Perampasan barang-barang tertentu

Dalam hal perampasan barang-barang tertentu yang

tercantum dalam Pasal 39 KUHP adalah:

1) Barang-barang milik terhukum yang diperoleh dari

kejahatan pemalsuan uang, uang suapan yang diperoleh dari

kejahatan penyuapan dan sebagainya yang disebut Corpora

Dilictie.

2) Barang-barang yang dipakai untuk melakukan kejahatan,

misal pistol untuk melakukan kejahatan penodongan atau

pisau yang digunakan untuk melakukan pembunuhan dan

sebagainya yang disebut dengan Instrument Dilictie.

c. Putusan Hakim
17

Semua putusan hakim telah diucapkan dalam sidang

terbuka untuk umum, tetapi sebagai hukuman tambahan

putusan itu secara istimewa disiarkan sejelas - sejelasnya

dengan cara yang di tentukan oleh hakim misalnya melalui

surat kabar, radio, ditempelkan di tempat umum sebagai

plakat. Semua ini atas biaya terhukum.10

D. Pengertian Penerapan Sanksi

Menurut Black’s Law Dictionary, sanction (sanksi) adalah “a

penalty or coercive measure that results from failure to comply with a law,

rule, or order (a sanction for discovery abuse)” atau sebuah hukuman atau

tindakan memaksa yang dihasilkan dari kegagalan untuk mematuhi

undang-undang.11

Sedangkan pengertian sanksi menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia merupakan tanggungan (tindakan atau hukuman) untuk

memaksa orang menepati perjanjian atau menaati ketentuan undang-

undang (anggaran dasar, perkumpulan, dan sebagainya); tindakan

(mengenai perekonomian) sebagai hukuman kepada suatu Negara Hukum

1. Imbalan negatif, berupa pembebanan atau penderitaan yg

ditentukan dalam hukum;

10
Djoko Prakoso, Hukum Penitensier di Indonesia, PT.Liberty, Yogyakarta,
1988,hlm. 70
11
Samsul Ramli dan Fahrurrazi, Bacaan Wajib Swakelola Pengadaan Barang /
Jasa, Visimedia Pustaka, Jakarta, 2014, Hlm. 191.
18

2. Imbalan positif, yg berupa hadiah atau anugerah yg ditentukan

dalam hukum.12

Berbagai tipe ideal dapat dirumuskan atas dasar cara-cara perilaku

manusia dilaksanakan berdasarkan perintah atau larangan. Suatu tertib

sosial mungkin memerintahkan agar manusia melakukan perbuatan

tertentu, tanpa memberikan akibat tertentu apabila perintah itu ditaati atau

dilanggar. Suatu tertib sosial dapat pula memerintahkan agar suatu

perbuatan dilakukan sekaligus dengan imbalan atau hukumannya. Imbalan

dan hukuman merupakan sanksi-sanksi, namun lazimnya hanya hukuman

yang disebut sebagai sanksi.

Menurut Hans Kelsen, sanksi didefinisikan sebagai reaksi koersif

masyarakat atas tingkah laku manusia (fakta sosial) yang mengganggu

masyarakat. Setiap sistem norma dalam pandangan Hans Kelsen selalu

bersandar pada sanksi. Esensi dari hukum adalah organisasi dari kekuatan,

dan hukum bersandar pada sistem paksaan yang dirancang untuk menjaga

tingkah laku sosial tertentu. Dalam kondisi-kondisi tertentu digunakan

kekuatan untuk menjaga hukum dan ada sebuah organ dari komunitas

yang melaksanakan hal tersebut. Setiap norma dapat dikatakan “legal”

apabila dilekati sanksi, walaupun norma itu harus dilihat berhubungan

dengan norma yang lainnya. 13

12
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Fustaka, Jakarta, 1995 Hlm. 1265.
13
Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manullang, 2007, Pengantar Ke
Filsafat Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 84.
19

Sanksi pidana merupakan sanksi yang bersifat lebih tajam jika

dibandingkan dengan pemberlakuan sanksi pada hukum perdata maupun

dalam hukum administrasi. Pendekatan yang dibangun adalah sebagai

salah satu upaya untuk mencegah dan mengatasi kejahatan melalui hukum

pidana dengan pelanggaran dikenakan sanksinya berupa pidana. Menurut

Roeslan Saleh, sebagaimana yang dikutip oleh Samsul Ramli dan

Fahrurrazi, mengemukakan pendapat bahwa pidana adalah reaksi atas

delik dan ini berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan

negara pada pembuat delik (perbuatan yang dapat dikenakan hukuman

karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang). Hukum pidana

menentukan sanksi terhadap pelanggaran peraturan larangan. Sanksi itu

dalam prinsipnya terdiri atas penambahan penderitaan dengan sengaja. 14

Wujud atau sifat perbuatan pidana itu adalah melawan hukum

dan/atau perbuatan-perbuatan tersebut juga merugikan masyarakat, dalam

arti bertentangan dengan atau menghambat akan terlaksananya tata dalam

pergaulan masyarakat yang dianggap baik dan adil. Namun, perbuatan

seseorang dikatakan sebagai tindak pidana apabila perbuatan tersebut telah

tercantum dalam undang-undang. Dengan kata lain, untuk mengetahui

sifat perbuatan tersebut dilarang atau tidak, harus dilihat dari rumusan

undang-undang.15

14
Samsul Ramli dan Fahrurrazi, Op.cit, Hm. 192.
15
Samsul Ramli dan Fahrurrazi, Loc.cit.
20

E. Minuman Beralkohol Oplosan

1. Pengertian minuman beralkohol

Minuman Beralkohol adalah minuman yang mengandung

etil alkohol atau etanol (C2HSOH) yang diproses dari bahan hasil

pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi

dan destilasi atau fermentasi.16

2. Golongan Golongan Minuman Beralkohol

Minuman beralkohol yang berasal dari produksi dalam

negeri atau impor dikelompokkan dalam golongan sebagai

berikut:17

a. Minuman Beralkohol golongan A adalah minuman yang

mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar

sampai dengan 5% (lima persen).

b. Minuman Beralkohol golongan B adalah minuman yang

mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar

lebih dari 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh

persen).

c. Minuman Beralkohol golongan C adalah minuman yang

mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar

lebih dari 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55% (lima

puluh lima persen).

16
Lihat Pasal 1 Peraturan Presiden No 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian
Dan Pengawasan Minuman Beralkohol.
17
Lihat Pasal 3 Peraturan Presiden No 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian
Dan Pengawasan Minuman Beralkohol.
21

F. Dasar Hukum Minuman Beralkohol

Dasar hukum minuman beralkohol diatur dalam beberapa peraturan

perundang-undangan yang memuat tentang larangan melakukan peredaran

minuman keras, baik itu alkhol maupun oplosan.

1. Undang Undang Hukum Pidana KUHP

Dalam kitab undang-undang hukum pidana atau KUHP

mengatur mengenai masalah penyalahgunaan alkohol atau tindak

pidana minuman keras yang tersebar dalam beberapa Pasal, antara

lain Pasal 300, Pasal 492, Pasal 536, Pasal 537, Pasal 538, Pasal

539 KUHP. Adapun bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut:18

a. Pasal 300 KUHP:


1) Dengan hukuman penjara selama-lamanya satu tahun atau
denda sebanyak banyaknya empat ribu lima ratus rupiah:
a) Barang siapa dengan sengaja menjual atau menyuruh
minum minuman-minuman yang memabukkan kepada
seseorang yang telah kelihatan mabuk.
b) Barang siapa dengan sengaja membuat mabuk
seseorang anak yang umurnya dibawah 18 tahun.
c) Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
dengan sengaja memaksa orang akan minum-minuman
yang memabukkan.
2) Kalau perbuatan itu menyebabkan luka-luka berat pada
tubuh, sitersalah dihukum penjara selama-lamanya tujuh
tahun.
3) Kalau perbuatan itu menyebabkan orang mati, sitersalah
dihukum penjara selamalamanya sembilan tahun.
4) Kalau sitersalah melakukan kejahatan itu dalam jabatan ia
dapat dipecat dari pekerjaan itu.

b. Pasal 492 KUHP:


H. Barang siapa yang sedang mabuk, baik ditempat umum
merintangi jalan atau mengganggu ketertiban, baik
mengancam keamanan orang lain maupun sesuatu
perbuatan yang harus dijalankan dengan hati-hati benar

18
Kitab Undang Undang Hukum Pidana
22

supaya tiak terjadi bahaya bagi jiwa atau kesehatan orang


lain dihukum kurungan selamalamanya enam hari atau
denda sebanyak-banyaknya tiga ratus tujuh puluh lima ribu
rupiah.
I. Jika pada waktu melakukan pelanggaran itu belum lagi
lewat satu tahun sejak ketetapan putusan hukuman yang
dahulu bagi si tersalah karena pelanggaran serupa itu juga
atau lantaran pelanggaran yang diterangkan dalam pasal
536 maka ia dihukum kurungan selama-lamanya dua
minggu.

c. Pasal 536 KUHP:


1) Barang siapa nyata mabuk ada dijalan umum, dihukum
denda sebanyak banyaknya dua ratus dua puluh lima ribu
rupiah.
2) Jika pada waktu melakukan pelanggaran itu belum satu
tahun, sejak ketetapan hukum yang dahulu bagi si tersalah
lantaran pelanggaran serupa itu juga atau pelanggaran yang
ditersangkakan dalam pasal 492, maka hukuman denda itu
dapat diganti dengan hukuman kurungan selamalamanya
tiga hari.
3) Kalau pelanggaran itu diulangi untuk kedua kalinya dalam
satu tahun sesudah keputusan hukuman yang pertaa karena
ulangan pelanggaran itu, maka dijatuhkan hukuman
kurungan selama-lamanya dua minggu.
4) Kalau pelanggaran itu diulangi untuk ketiga kalinya atau
selanjutnya di dalam satu tahun sesudah ketetapan putusan
hukuman yang kemudian sekali lantaran ulangan
pelanggaran untuk kedua kalinya atau selanjutnya, maka
dijatuhkan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan.

d. Pasal 537 KUHP:


“Barang siapa menjual atau memberikan minuman
keras atau arak kepada anggota Angkatan Bersenjata di bawah
pangkat letnan atau kepada istrinya, anak atau pelayan,
diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga minggu atau
pidana denda paling tinggi seribu lima ratus rupiah”.

e. Pasal 538 KUHP:


“Penjual atau wakilnya yang menjual minuman keras
yang dalam menjalankan pekerjaan memberikan atau menjual
minuman keras atau arak kepada seorang anak dibawah umur
enam belas tahun, diancam dengan pidana kurungan paling
lama tiga minggu atua pidana denda paling tinggi empat ribu
lima ratus rupiah.”
23

f. Pasal 539 KUHP:


“Barang siapa pada kesempatan diadakan pesta
keramaian untuk umum atau pertunjukan rakyat atau
diselenggarakan arak-arakan untuk umum, menyediakan secara
cuma-cuma minuman keras atau menjanjikan sebagai hadiah,
diancam dengan pidana kurungan paling lama dua belas hari
atau pidana denda paling tinggi tiga ratus tujuh puluh lima
rupiah”.

2. Peraturan Presiden No 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Dan

Pengawasan Minuman beralkohol.19

Dalam Pasal 3 ayat 2 minuman beralkohol ditetapkan

sebagai barang dalam pengawasan.

Dalam Pasal 4 diatur tentang teknis perizinan. Perizinan

pengadaan minuman beralkohol ada dua yaitu produksi dalam

negeri dan impor, perizinan pengadaan minuman beralkohol dalam

negeri harus memiliki izin pelaku usaha sedangkan pengadaan

melalui impor harus memiliki izin impor. Selain izin pengadaan

juga terdapat izin edar dan izin perdagangan.

Dalam Pasal 5 minuman beralkohol harus memenuhi

standar mutu produksi yang ditetapkan oleh menteri perindustrian

dan harus memiliki label merk sesuai dengan ketentuan Pasal 6.

19
Peraturan Presiden No 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Dan
Pengawasan Minuman beralkohol
24

G. Tinjauan umum tentang efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektif

berarti dapat membuahkan hasil, mulai berlaku, ada pengaruh /

akibat / efeknya. Efektivitas bisa juga diartikan sebagai

pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan.20

Menurut Harbani Pasolong efektivitas pada dasarnya berasal dari

kata “efek” dan digunakan istilah ini sebagai hubungan sebab

akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari

variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah

direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran

tercapai karena adanya proses kegiatan.21

Sedangkan pengertian efektivitas menurut beberapa ilmuan

adalah sebagai berikut:

a. Pengertian efektivitas menurut Agung Kurniawan adalah

kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan

program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya

20
Sulkan Yasin dan Sunarto Hapsoyo, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Praktis,
Populer dan Kosa Kata Baru, Mekar, Surabaya, 2008, Hlm. 132.
21
Harbani Pasolong, Teori Administrasi Publik, Alfabeta, Bandung, 2007, Hlm
4.
25

yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara

pelaksanaannya.22

b. Menurut Martani dan Lubis efektivitas merupakan unsur pokok

aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ditentukan

sebelumnya. Dengan kata lain suatu organisasi disebut efektif

apabila tercapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan

sebelumnya.23

c. Menurut Mahmudi efektivitas merupakan hubungan antara

output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan)

output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif

organisasi, program atau kegiatan.24

Dari beberapa pengertian efektivitas yang dikemukakan

oleh beberapa para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

efektivitas adalah pokok utama yang menyatakan berhasil tidaknya

suatu organisasi dalam melaksanakan suatu program atau kegiatan

untuk mencapai tujuan dan mencapai target-targetnya yang

ditentukan sebelumnya.

Penilaian efektivitas suatu program perlu dilakukan untuk

mengetahui sejauhmana dampak dan manfaat yang dihasilkan oleh

22
Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik, Pembaruan, Yogyakarta,
2005, Hlm 109.
23
Martani dan Lubis, Teori Organisasi, Ghalia Indonesia, Bandung, 1987, Hlm.
55
24
Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, Yogyakarta, 2005, Hlm. 92
26

program tersebut. Karena efektivitas merupakan gambaran

keberhasilan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Melalui penilaian efektivitas ini dapat menjadi pertimbangan

mengenai kelanjutan program tersebut. Sehubungan dengan

pengertian di atas, maka efektivitas menggambarkan seluruh siklus

input, proses dan output yang mengacu pada hasil guna daripada

suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan

sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai.

Oleh karena itu suatu organisasi, program dan kegiatan dikatakan

efektif apabila tujuan atau sasaran yang dikehendaki dapat tercapai

sesuai dengan rencana dan dapat memberikan dampak, hasil atau

manfaat yang diinginkan.

Efektifitas sebagai suatu pengukuran akan tercapainya

tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang.

Efektivitas juga dapat diartikan sebagai ukuran berhasil tidaknya

suatu organisasi mencapai tujuannya.Apabila suatu organisasi

berhasil mencapai tujuannya, maka organisasi tersebut dikatakan

telah berjalan dengan efektif25

2. Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah hal yang sangat

sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut

25
Ulum. Ihyaul MD, Akuntansi Sektor Publik, UMM Press, Malang, 2004, Hlm.
294
27

pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta

menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut produktivitas,

maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa

efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa.

Pengukuran efektivitas dapat dilakukan dengan melihat

hasil kerja yang dicapai oleh suatu organisasi. Efektivitas dapat

diukur melalui berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuan-

tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan,

maka organisasi tersebut dapat dikatakan telah berjalan dengan

efektif. Hal terpenting adalah efektifitas tidak menyatakan tentang

berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan

tersebut. Efektivitas hanya melihat apakah proses program atau

kegiatan tersebut telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.26

Untuk itu perlu diketahui alat ukur efektivitas kinerja,

menurut Richard dan M. Steers yang meliputi: 27

a. Kemampuan Menyesuaikan Diri Kemampuan manusia terbatas

dalam segala hal, sehingga dengan keterbatasannya itu

menyebabkan manusia tidak dapat mencapai pemenuhan

kebutuhannya tanpa melalui kerjasama dengan orang lain.

26
Ulum. Ihyaul MD, Akuntansi Sektor Publik, UMM Press, Malang, 2004, Hlm.
294
27
Steers. M. Richard, Efektivitas Organisasi, Erlangga, Jakarta, 1985, Hlm. 46
28

Kunci keberhasilan organisasi adalah kerjasama dalam

pencapaian tujuan. Setiap orang yang masuk dalam organisasi

dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang yang

bekerja di dalam organisasi tersebut maupun dengan pekerjaan

dalam organisasi tersebut.

b. Prestasi Kerja Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang

dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepada seseorang yang didasarkan atas kecakapan,

pengalaman, kesungguhan dan waktu. Dari pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwa dengan kecakapan, pengalaman,

kesungguhan dan waktu yang dimiliki oleh seorang pegawai

maka tugas yang diberikan dapat dilaksanakan sesuai dengan

tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

c. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja yang dimaksud adalah tingkat

kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan atau

pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu

bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal, dari

bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dan organisasi

tempat mereka berada.

d. Kualitas Kualitas dari jasa atau produk primer yang dihasilkan

oleh organisasi menentukan efektivitas kinerja dari organisasi

itu. Kualitas mungkin mempunyai banyak bentuk operasional,


29

terutama ditentukan oleh jenis produk atau jasa yang dihasilkan

oleh organisasi tersebut.

e. Penilaian Oleh Pihak Luar Penilaian mengenai organisasi atau

unit organisasi diberikan oleh mereka (individu atau organisasi)

dalam lingkungan organisasi itu sendiri, yaitu pihak-pihak

dengan siapa organisasi ini berhubungan. Kesetiaan,

kepercayaan dan dukungan yang diberikan kepada organisasi

oleh kelompok-kelompok seperti para petugas dan masyarakat

umum.
30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Empiris

yaitu merupakan penelitian dengan adanya data – data lapangan sebagai

sumber data utama, seperti hasil wawancara. Penelitian empiris

digunakan untuk menganalisis hukum yamg dilihat sebagai perilaku

masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat yang selalu

berinteraksi dan berhubungan dalam aspek kemasyarakatan.

B. Metode Pendekatan

1. Pendekatan perundang-undangan

Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah semua peraturaan

perundang-undangan dan regulasi yang terkait dengan isu hukum yang

sedang di bahas.

2. Pendekatan Konseptual

Pendekatan ini beranjak dari pandangan-pandangan doktrin-doktrin

yang berkembang dalam ilmu hukum.

3. Pendekatan Kasus

Pendekatan ini dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap

kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi, dan telah

menjadi putusan pengadilan, serta mempunyai kekuatan hukum tetap.


31

C. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

1. Jenis Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum yang diperoleh secara langsung di Pengadilan

Negeri Selong.

b. Bahan Hukum Sekunder

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan yang

berupa:

1) Bahan hukum primer

a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

b) Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013

c) Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 8


Tahun 2002

2) Bahan hukum sekunder

Semua yang memberikan informasi seperti hasil

wawancara, dokumen-dokumen resmi pemerintah, Buku-buku

literatur, jurnal, makalah, pendapat para pakar, tulisan para ahli

yang terkait dengan rumusan masalah.

3) Bahan hukum tersier

Bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan

bahan hukum skunder dengan memberikan pemahaman dan

pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang


32

dipergunakan oleh penyusun adalah Kamus Besar Bahasa

Indonesia dan Kamus Hukum.

4) Sumber Bahan Hukum

a) Kepustakaan

Data yang diperoleh melalui peraturan perundang-

undangan, penetapan dan putusan pengadilan negeri,

penganalisaan terhadap pendapat para sarjana, Doktrin dan

Buku-buku literature yang berkaitan dengan materi

penelitian dan pembahasan.

D. Tekhnik Pengumpulan Bahan Hukum

1) Bahan Hukum Primer

Diperoleh dengan cara melakukan pengambilan bahan

hukum mengenai peraturan perundang-undangan yang mengikat,

dan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian di

Pengadilan Negeri Selong dengan melakukan wawancara terhadap

beberapa orang terkait.

2) Bahan Hukum Sekunder

Diperoleh dengan cara studi kepustakaan antara lain dengan

cara mengumpulkan buku-buku literature, dokumen-dokumen

resmi pemerintah, buku-buku literatur, jurnal, makalah, pendapat

para pakar, tulisan para ahli / doktrin, dan sebagainya yang

berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.


33

E. Analisis Data

1) Metode Interpretasi / Penafsiran

Metode interpretasi / penafsiran hukum, argumentasi

hukum, analisis isi (content analisis) dan lain-lain tergantung jenis

bahan hukum dan pendekatan yang digunakan.


34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Peredaran Minuman Keras

Oplosan di Pengadilan Negeri Selong.

1. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur No 8 Tahun 2002 tentang

Larangan Memproduksi, Menjual, Mengedarkan dan Meminum

Minuman Keras / Beralkohol.

Dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap peredaran

minuman keras di kabupaten Lombok timur, melalui perda no 8

tahun 2002 ini memuat tentang larangan memproduksi, menjual,

mengedarkan dan meminum minuman keras / beralkohol. Berikut

pasal pasal yang berkaitan dengan larangan memproduksi,

menjual, mengedarkan dan meminum minuman keras /

beralkohol:28

a. Pasal 1

Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan:


1) Pemerintah daerah adalah pemerintah kabupaten Lombok
timur
2) Bupati adalah Bupati Lombok timur
3) Tim penertiban umum adalah tim yang dibentuk oleh
kepala daerah

Tim penertiban umum yang dimaksud dalam pasal 1 ayat

(3) diatas adalah penyidik pegawai negeri sipil atau PPNS.

28
Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur No 8 Tahun 2002
35

4) Minuman keras adalah semua jenis minuman yang


memabukkan (bukan obat) baik yang diimpor
(didatangkan) ataupun diproduksi didalam daerah
kabupaten Lombok timur (berem atau tuak towa, dan lain
lain sejenis)

5) Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung


ethanol yang diproses dari bahan tanaman yang
mengandung karbohidrat dengan cara permentasi dan
destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih
dahulu atau tidak, menambah bahan lain atau tidak,
maupun yang diproses dengan mencampur konsentrat
dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman
mengandung ethanol yang terbagi dalam 3 (tiga) golongan
yaitu:
a) Golongan A : Minuman yang mengandung etil
alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar
sampai dengan 5% (lima persen).
b) Golongan B : Minuman yang mengandung etil
alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih
dari 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua
puluh persen).
c) Golongan C : Minuman yang mengandung etil
alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih
dari 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55%
(lima puluh lima persen).
6) Produsen minuman keras adalah perusahaan atau
perorangan yang memproduksi minuman keras.
7) Pengedar minuman keras adalah perusahaan atau
perorangan yang mengambil jasa pengangkutan,
penyebaran dari suatu tempat ke tempat lain dengan
memakai alat angkut apapun
8) Pedagang minuman keras adalah semua pedagang
minuman keras baik besar, sedang maupun kecil /
pengecer
9) Konsumen adalah setiap orang yang mengkonsumsi
minuman keras baik dalam jumlah banyak, sedang
ataupun sedikit (sampai mabuk ataupun tidak)
b. Pasal 2

Setiap perusahaan dan/atau perorangan dilarang


memproduksi, menyalurkan, mengedarkan, dan menjual
minuman keras/beralkohol diwilayah kabupaten Lombok
timur.
36

Maksud dari pasal 2 tersebut adalah setiap orang atau

perusahaan yang berusaha memproduksi, mengedarkan,

menjual dan meminum minuman keras di dalam wilayah

kabupaten Lombok timur, baik itu minuman keras beralkohol

maupun oplosan atau minuman keras tradisional.

c. Pasal 3

Setiap orang dan/atau perusahaan dilarang untuk menjual


minuman keras/beralkohol di rumah, di toko, di kios, di
pedagang kaki lima, di warung, di kafe, di hotel/penginapan, di
tempat - tempat hiburan, ditempat tertutup dan/atau tempat
terbuka atau disembarang tempat dimana saja wilayah hukum
kabupaten Lombok timur.
d. Pasal 4

1) Dilarang meminum minuman keras/beralkohol dalam


jumlah banyak maupun sedikit, baik sendiri maupun
secara bersama-sama.
2) Dilarang meminum minuman keras/beralkohol di tempat-
tempat sebagaimana ditentukan pasal peraturan daerah ini
e. Pasal 5

1) Bupati dan jajaran musyawarah pimpinan daerah dapat


membentuk Tim, baik tim kabupaten, kecamatan, sampai
ke tingkat desa / kelurahan / dusun / RT / RW untuk
mengawasi pelaksanaan peraturan daerah ini.
2) Setiap orang yang menemukan atau mengatahui adanya
orang memproduksi, mengedarkan, menjual, membeli,
minta dibelikan dan meminun minuman keras agar
melaporkan kepada yang berwenang

Maksud dari pasal 5 ayat (2) tersebut adalah baramg siapa

yang menegetahui atau menemukan adanya proses

pembuatan minuman keras, transaksi jual beli minuman

keras dan meminum minuman keras supaya segera


37

melaporkannya ke aparat kepolisian untuk ditindak lanjuti

sesuai dengan prosedur hukum

f. Pasal 6

1) Barang siapa yang memproduksi, mengedarkan dan


menjual dapat dikenakan penyitaan dan pemusnahan;
2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1), maka
terhadap yang memproduksi, menyalurkan, mengedarkan,
menjual dan meminum minuman keras/beralkohol dapat
dituntut berdasarkan peraturan daerah ini dan tindakan
hukum lain sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku
g. Pasal 7

1) Barang siapa yang melanggar pasal 2,3,4 Ayat (1), dan (2)
diancam dengan pidana kurungan selama lamanya 3 (tiga)
bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000 (lima juta
rupiah).
2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini
adalah pelanggaran
3) Tanpa mengurangi arti ketentuan ancaman pidana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, maka
terhadap pihak yang memproduksi, penyalur, pengedar,
penjual dan peminum minuman keras / beralkohol dapat
dikenakan sanksi lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan lainya.

Jenis pidana yang digunakan sesuai dengan

penerapan sanksi pidana terhadap kasus yang masuk di

Pengadilan Negeri selong yaitu pidana kurungan dan

pidana denda.

Jika dilihat dari bentuk pidananya, Peraturan Daerah

No 8 Tahun 2002 ini menggunakan bentuk pidana

alternatife karena terdapat kata subsider yang mana

merupakan istilah hukum yang artinya pengganti apabila

hal pokok tidak terjadi, Misalnya hukuman kurungan


38

sebagai pengganti hukuman denda apabila terdakwa tidak

bisa memenuhi pembayaran denda tersebut.

h. Pasal 8

Penyidikan terhadap pelanggaran sebagaimana


dimaksud pasal 2 , pasal 3 dan pasal 4 ayat (1) dan (2)
peraturan daerah ini, dilaksanakan oleh penyidik umum dan
/ atau penyidik pegawai negeri sipil di lingkungan
pemerintah daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
i. Pasal 9

1) Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud pasal 8


adalah:
a) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang
tentang adanya tindak pidana.
b) Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat
kejadian dan melakukan pemeriksaan.
c) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa
tanda pengenal diri tersangka.
d) Melakukan penyitaan benda dan / atau surat.
e) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
f) Memanggil seseorang untuk didengar atau di
diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
g) Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara.
h) Menghentikan penyidikan
i) Melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan

2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil wajib membuat berita


acara terhadap setiap tindakan
a) Pemeriksaan tersangka
b) Perusakan rumah
c) Penyitaan benda
d) Pemeriksaan surat
e) Pemeriksaan saksi
f) Pemeriksaan ditempat kejadian
3) Berita acara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal
ini dikirim kepada penuntut umum melalui penyidik polri
39

2. Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Peredaran Minuman Keras

Oplosan di Pengadilan Negeri Selong

Dalam penelitian yang dilakukan oleh penyusun tentang

minuman keras, data yang diambil / di studi dalam penelitian ini

selama periode 5 tahun terakhir, yaitu pada tahun 2017-2021. Berikut

tabel jumlah kasus pada 5 tahun terakhir di Pengadilan Negeri Selong.

No Tahun Kasus Jumlah Kasus

1 2017 38

2 2018 7

3 2019 18

4 2020 20

5 2021 6

Berdasarkan data dari Pengadilan Negeri Selong, jumlah kasus

minuman keras yang masuk dimulai dari 2017 sebanyak 38 kasus,

2018 sebanyak 7 kasus, 2019 sebanyak 18 kasus, 2020 sebanyak 20

kasus, dan 2021 sebanyak 6 kasus, sehingga lima tahun terakhir dari

2017-2021 sejumlah 89 kasus.29

29
Data dari Pengadilan Negeri Selong, diolah oleh Penyusun pada tanggal 3 mei
2021, pukul 10;00 wita.
40

Penyusun ingin memberikan 3 contoh kasus dalam setiap tahun

beserta dengan sanksi pidana yang yang diberikan oleh hakim.

Penerapan Pidana di Tahun 2017

No No Putusan Nama Terdakwa Sanksi Pidana

1 3/Pid.C/2017/P Supardi Kurungan 4 Hari,

N.Sel Subsider Rp. 1,000.000

2 23/Pid.C/2017/ Min Alias Amaq Kurungan 7 Hari,

PN.Sel Sudir Subsider Rp. 500.000

3 49/Pid.C/2017/ Joko Prayitno Kurungan 1 Bulan,

PN.Sel Subsider Rp. 1.000.000

Dari tabel kasus diatas, penyusun menyimpulkan rata rata sanksi

pidana yang diberikan hakim kepada terdakwa yaitu sanksi pidana

berupa kurungan mulai dari 4 hari – 30 hari atau 1 bulan, dan pidana

denda mulai dari Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000.

Penerapan Pidana di Tahun 2018

No No Putusan Nama Terdakwa Sanksi Pidana

1 16/Pid.C/2018/ Supardi Alias Supar Kurungan 1 Bulan,

PN.Sel Subsider Rp. 2.000.000

2 24/Pid.C/2018/ Ahmad Supana Kurungan 15 Hari,

PN.Sel Supardi Subsider Rp. 3.000.000


41

3 28/Pid.C/2018/ Aunul Pauzi Kurungan 3 Hari,

PN.Sel Subsider Rp. 500.000

Dari tabel kasus diatas, penyusun menyimpulkan rata rata sanksi

pidana yang diberikan hakim kepada terdakwa yaitu sanksi pidana

berupa kurungan mulai dari 3 hari – 30 hari atau 1 bulan, dan pidana

denda mulai dari Rp. 500.000 – Rp. 3.000.000.

Penerapan Pidana di Tahun 2019

No No Putusan Nama Terdakwa Sanksi Pidana

1 1/Pid.C/2019/P Ahmad Supana Kurungan 1 Bulan,

N.Sel Supardi Subsider Rp. 5.000.000

2 18/Pid.C/2019/ Nasrudin Bin Sudin Kurungan 1 Bulan,

PN.Sel Subsider Rp. 500.000

3 47/Pid.C/2019/ Nyoman Surya Kurungan 7 Hari,

PN.Sel Darma Subsider Rp. 300.000

Dari tabel kasus diatas, penyusun menyimpulkan rata rata sanksi

pidana yang diberikan hakim kepada terdakwa yaitu sanksi pidana

berupa kurungan mulai dari 7 hari – 30 hari atau 1 bulan, dan pidana

denda mulai dari Rp. 300.000 – Rp. 5.000.000.


42

Penerapan Pidana di Tahun 2020

No No Putusan Nama Terdakwa Sanksi Pidana

1 7/Pid.C/2020/P Arsul Sani Alias Kurungan 1 Bulan

N.Sel Yong

2 23/Pid.C/2020/ M.Nasip Kurungan 1 Bulan,

PN.Sel Subsider Rp. 1.000.000

3 38/Pid.C/2020/ Randi Kusnandi Kurungan 14 Hari,

PN.Sel Subsider Rp. 500.000

Dari tabel kasus diatas, penyusun menyimpulkan rata rata sanksi

pidana yang diberikan hakim kepada terdakwa yaitu sanksi pidana

berupa kurungan mulai dari 14 hari – 30 hari atau 1 bulan, dan pidana

denda mulai dari Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000.

Penerapan Pidana di Tahun 2021

No No Putusan Nama Terdakwa Sanksi Pidana

1 16/Pid.C/2021/ Muhammad Sabri Kurungan 15 Hari

PN.Sel Subsider Rp. 1.200.000

2 18/Pid.C/2021/ Irawardi Wijaya Kurungan 2 Bulan

PN.Sel Subsider Rp. 750.000

3 23/Pid.C/2021/ Sahwal Kurungan 1 Bulan

PN.Sel Subsider Rp. 2.000.000


43

Dari tabel kasus diatas, penyusun menyimpulkan rata rata sanksi

pidana yang diberikan hakim kepada terdakwa yaitu sanksi pidana

berupa kurungan mulai dari 15 hari – 60 hari atau 2 bulan, dan pidana

denda mulai dari Rp. 750.000 – Rp. 2.000.000.

Setiap kasus yang masuk di Pengadilan Negeri Selong tentang

minuman keras selalu mengacu pada dasar hukum Peraturan Daerah

No 08 Tahun 2002, dan sanksi yang diberikan oleh hakim berupa

pidana kurungan atau pidana denda.

3. Analisa Kasus Putusan Pengadilan Negeri Selong

Dari sekian kasus minuman keras yang masuk di pengadilan

negeri Selong, ada 2 kasus putusan yang penyusun analisis sebagai

bahan pendalaman untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam

melakukan penerapan sanksi pidana. Adapun 2 kasus tersebut yaitu

Putusan No 46/Pid.C/2020/PN.Sel dan No 50/Pid.C/2020/PN.Sel

a. Putusan Nomor 46/Pid.C/2020/PN.Sel

1) Kronologi Kasus

Bahwa Tersangka / Terdakwa NENGAH SUKADANA,

lahir di Taman Bali Tahun 1983, Kelamin Laki-laki, Agama

Hindu, Pekerjaan Buruh, Alamat Taman Bali Desa Sepaket

Kec. Pringgarata Kab. Lotim, Pada hari Rabu Tanggal 18

November 2020 sekitar jam 17.30 wita di Pinggir Jalan di

Dusun Kampung Baru Desa Tanjung Luar Kecamatan Keruak

Kab. Lotim yang masih termasuk dalam Daerah Hukum


44

Pengadilan Negeri Selong, Larangan Memproduksi, Membawa,

Menyimpan, Mengedarkan, dan Menjual Minuman

Keras/beralkohol dengan cara Tersangka / Terdakwa sebagai

berikut

Bahwa awalnya pada hari Rabu Tanggal 18 November 2020

sekitar jam 10.00 wita ketika berada di rumahnya di Taman

Bali Desa Sepaket Kec. Pringgarata Kab. Lotim, Tersangka /

Terdakwa NENGAH SUKADANA di telpon oleh Pak SIAR

dengan memesan MIRAS JENIS TUAK sebanyak 120 botol

ukuran 1500 ml, selanjutnya Tersangka / Terdakwa NENGAH

SUKADANA menyewa mobil milik temannya dengan harga

sewa Rp 100.000 (seratus ribu rupiah), dan selanjutnya sekitar

jam 11.30 wita Tersangka / Terdakwa NENGAH SUKADANA

pergi ke Pak NYOMAN yang beralamat di Karang Bayan

Lombok Barat untuk membeli Miras Jenis TUAK sebanyak 6

Jerigen Besar ukuran 30 Liter dan selanjutnya setelah dirumah,

Miras TUAK tersebut di tuang kedalam botol ukuran 1500 ml

sehingga menjadi 126 Botol dan selanjutnya sekitar jam 15.00

wita Tersangka / Terdakwa NENGAH SUKADANA berangkat

menuju Keruak dengan membawa miras TUAK tersebut

diangkut dengan menggunakan mobil sewaan berupa 1 Unit

Mobil Toyota Kijang Rover dan selanjutnya sekitar jam 17.30

wita ketika Tersangka / Terdakwa NENGAH SUKADANA


45

tiba di Jalan di kampung Baru Desa Tanjung Luar kecamatan

Keruak Kab. Lotim, Tersangka / Terdakwa NENGAH

SUKADANA di tangkap dan diamankan oleh Petugas Polsek

Keruak dan selanjutnya di Bawa ke Kantor Polsek Keruak

2) Pertimbangan Hakim

a) Menimbang,bahwa terdakwa didakwa oleh penyidik selaku

kuasa penuntut umum dipersidangan dalam catatan surat

dakwaannya sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

pasal 2 & 3 PERDA Lombok Timur No 8 Tahun 2002

tentang Larangan Memproduksi, Mengedarkan, Menjual

dan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol dalam bentuk dan

jenis apapun baik yang diproduksi pabrik maupun lokal.

b) Menimbang bahwa pasal 2 dan 3 PERDA Lombok Timur

No 8 Tahun 2002 tentang Larangan Memproduksi,

Mengedarkan, Menjual dan Mengkonsumsi Minuman

Beralkohol dalam bentuk dan jenis apapun baik yang

diproduksi pabrik maupun lokal.

c) Menimbang bahwa keterangan saksi – saksi dan terdakwa

serta barang bukti dipengadilan, mendapat fakta

dipersidangan bahwa memang benar kepemilikan dari

barang bukti berupa (enam) karung yang berisikan miras

jenis tuak masing – masing berisi 21 (dua puluh satu) botol

kemasan isi 1.500 Ml, total keseluruhan 126 (seratus dua


46

puluh enam) botol minuman keras tradisional jenis tuak

yang diamankan oleh kepolisian Polsek Keruak Lombok

Timur pada saat dilakukan operasi minuman keras pada hari

Rabu tanggal 18 Nopember 2020, sekira pukul 17.30 WITA

di wilayah dusun kampong baru, desa Tanjung luar,

kecamatan Keruak, kabupaten Lombok timur.

d) Menimbang, bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan

sebagaimana tersebut diatas, pengadilan negeri Selong

berpendapat bahwa terdakwa terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana

yang didakwakan kepadanya oleh penyidik selaku kuasa

penuntut umum dipersidangan, oleh karena itu terdakwa

haruslah dipidana berdasarkan dakwaan tersebut.

e) Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan

bersalah dan dijatuhi pidana, maka kepada terdakwa harus

dibebani untuk membayar biaya perkara.

f) Memperhatikan Pasal 2 & 3 PERDA Lombok Timur No 8

Tahun 2002 dan peraturan – peraturan hukum lain yang

bersangkutan.

3) Sanksi Pidana

Menjatuhkan pidana oleh karenanya terhadap terdakwa

Nengah Sukadana tersebut dengan pidana denda sebesar Rp.


47

2.000.000. (dua juta rupiah) dan apabila denda tersebut tidak

dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu) bulan.

b. Putusan Nomor 50/Pid.C/2020/PN.Sel

1) Kronologi Kasus

Pada hari Selasa tanggal 08 Desember 2020 sekitar pukul

14.30 Wita bertempat di Peseng Satuan Polisi Pamong Praja

Lombok Timur pada saat melakukan patroli telah melakukan

tangkap tangan terhadap an. SAHDAN yang sedang membawa

minuman keras jenis tuak sebanyak 20 (dua puluh) botol

minuman keras jenis tuak dengan isian 1,5 liter perbotol

dibawa dengan menggunakan sepeda motor yamaha mio matik

125 warna hitam dengan nomer plat DR 5631 YM.

2) Pertimbangan Hakim

a) Menimbang,bahwa terdakwa didakwa oleh penyidik selaku

kuasa penuntut umum dipersidangan dalam catatan surat

dakwaannya sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

pasal 2 & 3 PERDA Lombok Timur No 8 Tahun 2002

tentang Larangan Memproduksi, Mengedarkan, Menjual

dan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol dalam bentuk dan

jenis apapun baik yang diproduksi pabrik maupun lokal.

b) Menimbang bahwa pasal 2 dan 3 PERDA Lombok Timur

No 8 Tahun 2002 tentang Larangan Memproduksi,

Mengedarkan, Menjual dan Mengkonsumsi Minuman


48

Beralkohol dalam bentuk dan jenis apapun baik yang

diproduksi pabrik maupun lokal.

c) Menimbang bahwa keterangan saksi – saksi dan terdakwa

serta barang bukti di pengadilan, mendapat fakta

dipersidangan bahwa memang benar pada hari selasa

tanggal 8 Desember 2020 sekitar pukul 14.30 WITA di

peseng terdakwa Sahdan telah melakukan pelanggaran

menyimpan dan menjual, maka tersangka melanggar Pasal

2 PERDA Kabupaten Lombok Timur No 8 Tahun 2002

tentang Larangan Memproduksi, Mengedarkan, Menjual

dan Mengkonsumsi Minuman Keras / Beralkohol.

d) Menimbang, bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan

sebagaimana tersebut diatas, pengadilan negeri Selong

berpendapat bahwa terdakwa terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana

yang didakwakan kepadanya oleh penyidik selaku kuasa

penuntut umum dipersidangan, oleh karena itu terdakwa

haruslah dipidana berdasarkan dakwaan tersebut.

e) Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan

bersalah dan dijatuhi pidana, maka kepada terdakwa harus

dibebani untuk membayar biaya perkara.

f) Memperhatikan Pasal 2 PERDA Kabupaten Lombok Timur

No 8 Tahun 2002 tentang Larangan Memproduksi,


49

Mengedarkan, Menjual dan Mengkonsumsi Minuman Keras

/ Beralkohol dan pasal pasal lain dari peraturan perundang –

undangan yang bersangkutan.

3) Sanksi Pidana

Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa tersebut diatas

oleh karena itu dengan pidana denda sebesar Rp.200.000.00

(dua ratus ribu rupiah) dan apabila denda tersebut tidak dibayar

diganti dengan pidana kurungan selama 7 (tujuh hari).

Dari sekian contoh penerapan sanksi pidana dan contoh analisis

kasus yang penyusun berikan dalam penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa yang menjadi subyek dalam peraturan daerah tersebut adalah

seseorang atau pelaku yang menjual, memproduksi, mengedarkan dan

meminum minuman keras oplosan dan obyek daripada peraturan daerah

tersebut adalah minuman keras oplosan itu sendiri seperti tuak dan brem.

Jenis pidana yang ada dalam peraturan daerah tersebut yaitu pidana

kurungan atau denda serta bentuk pidana yang digunakan yaitu bentuk

pidana alternatife.
50

B. Efektvitas Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Peredaran Minuman

Keras Oplosan di Pengadilan Negeri Selong

Dalam menentukan efektivitas penerapan sanksi terhadap

peredaran minuman keras tradisional, penyusun ingin memaparkan

bagaimana peredaran minuman keras di Kabupaten Lombok Timur dan

menganalisis jumlah kasus yang masuk di Pengadilan Negeri Selong

1. Peredaran Minuman Keras Tradisional di Kabupaten Lombok

Timur.

Berdasarkan hasil penelitian yang penyusun dapatkan dari

lokasi penelitian tujuan diberlakukannya Peraturan Daerah No 8

Tahun 2002 tidak lain untuk melakukan penegakan hukum

terhadap peredaran minuman keras di Kabupaten Lombok Timur.

Meskipun terdapat sanksi pidana berupa denda dan

kurungan dalam peraturan daerah tersebut tidak membuat

peredaran minuman keras di kabupaten Lombok timur padam.

Pada dasarnya, minuman keras yang beredar di kabupaten Lombok

timur sebagian besar minuman keras tradisional / oplosan.

Peredaran minuman keras di kabupaten Lombok Timur bisa

dikatakan cukup luas, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya

toko-toko penjual minuman keras di setiap kecamatan. Banyaknya

pelaku usaha yang menjual minuman keras ini bukan tanpa alasan,

selain karena peminat masyarakat yang besar terhadap minuman


51

keras, tidak sedikit juga masyarakat yang mempunyai minat bisnis

untuk menjual minuman haram tersebut. Dari sekian banyaknya

masyarakat yang menjual minuman keras ini, dapat dikatakan

sebagian besar tidak memiliki izin operasi, karena dalam proses

peredaran minuman keras ini dilakukan dengan cara sembunyi-

sembunyi. Selain itu dalam peraturan daerah No 8 tahun 2002

tersebut tidak memiliki penjelasan tentang tentang tempat - tempat

yang boleh mengoperasikan penjualan minuman keras.

Minuman keras di Lombok timur sangat mudah ditemukan,

minuman keras tradisional yang biasa dikenal dengan tuak dan

brem ini sering dijumpai pada saat ada acara - acara adat yang

dilakukan oleh masyarakat Lombok timur. Salah satu acara adat

yang sangat melekat dengan minuman keras ini adalah begawe /

nikahan. Minuman keras sudah menjadi pangan pokok bagi

masyarakat Lombok timur pada saat acara begawe, karena setiap

ada yang menikah dan akan melaksanakan acara adat begawe,

masyarakat lebih khususnya pemuda yang sering mengkonsumsi

minuman keras tersebut meminta kepada epen gawe / orang yang

punya acara untuk dibelikan minuman keras, Hal ini sudah menjadi

kebiasaan buruk yang berkembang di kehidupan masyarakat,

biasanya masyarakat mengkonsumsi minuman keras ini sebelum

melaksanakan nyongkolan, nyongkolan adalah iring iringan yang


52

dilakukan pihak keluarga pria menuju ke rumah keluarga wanita

yang diiringi kesenian Sasak.

Kebiasaan mengkonsumsi minuman keras tradisional

dilakukan secara turun temurun, dibuktikan dengan banyaknya

pelaku minuman keras tradisional ini dilakukan oleh remaja

bahkan anak-anak. Kemudahan mengakses dan mendapatkan

minuman keras tradisional ini dijadikan alasan bagi pelaku

minuman keras untuk tetap mengkonsumsi sampai saat ini.

Pernyataan penyusun diatas diperjelas oleh hasil

wawancara penyusun dengan dua orang pemuda inisial AI dan

RGS yang biasa meminum minuman keras tradisional.

Nama : Anggati Ismail (Pelaku Minuman Keras)

“Kebiasaan ini sepertinya sulit untuk dihilangkan

mengingat ini dilakukan secara turun temurun hingga saat

ini, setiap acara nyongkolan minuman itu tetap ada, dan

para penjual juga masih bebas berjualan, jadi selama masih

ada penjualan dan pengedar minuman keras tradisional ini

masyarakat tetap akan mengkonsumsi minuman keras

tradisional ini. Tapi kalau peredarannya di stop dari toko

nya langsung mungkin bisa saja semakin lama masyarakat

jadi terbiasa untuk tidak mengkonsumsi minuman keras.”


53

Nama Raka Gali Saputra : (Pelaku Minuman Keras)

“Minum minuman keras sudah menjadi hoby atau

kesenangan, karena dalam meminuman minuman keras,

segala apapun masalah dalam pikiran terasa hilang. Pada

saat pertama kali mengkonsumsi minuman keras ini saya

diajak sama teman, dipaksa buat minum dan akhirnya

menjadi kecanduan. Sangat sulit untuk menolak minum

minuman keras tuak dan brem ini, biasanya kami

melakukan pesta minuman keras pada saat orang begawe.

Kadang pada saat bosen tidak ada kerjaan dan ada teman

yang ngajak, langsung telepon penjualnya suruh anter

kerumah.”

Dalam peredaran minuman keras tradisional pada saat ini

tidak hanya melakukan transaksi di tempat penjual minuman keras

tapi bisa dipesan dan dihantarkan ke rumah masyarakat yang

memesan minuman keras tersebut atau sistem COD / bayar di

tempat. Sasaran utama para penjual dalam mengedarkan minuman

haram tersebut ditujukan ke daerah pedesaan, yang mana jarak

antara pedesaan dan polres kabupaten Lombok timur terbilang

jauh, jadi sangat jarang bahkan tidak pernah ada pengawas atau

aparat penegak hukum yang melakukan pengawasan di daerah

pedesaan tersebut.
54

Selain melalui peraturan daerah, kepala wilayah, tokoh

agama, tokoh masyarakat juga sering kali menghimbau kepada

masyarakat untuk tidak mengkonsumsi minuman keras terus

menerus mengingat minuman keras sangat tidak sesuai dengan

prinsip - prinsip dan nilai kehidupan masyarakat.

Berikut hasil wawancara dengan salah seorang kepala

wilayah di salah satu kecamatan di Lombok timur dan tokoh

masyarakat.

Nama : Darwin (Kepala Wilayah)

“Dalam penanganan minuman keras ini, kerap kali

saya sebagai kepala dusun dan beberapa tokoh agama tokoh

masyarakat menghimbau, memberikan edukasi kepada

masyarakat untuk tidak larut dalam kesenangan dalam

mengkonsumsi minuman keras, karena selain merusak

moral dan nilai - nilai dalam kehidupan masyarakat,

minuman keras ini juga sangat berbahaya bagi kesehatan

tubuh kita. Memang benar setiap ada acara adat seperti

nyongkolan disini, selalu ada pesta miras. Saya pikir sanksi

dari peraturan daerah tentang miras ini belum bisa membuat

efek jera bagi penjual, pengedar, dan pelaku minuman keras

di Lombok timur ini. Harapan saya kedepan pihak

kepolisian dan satpol PP lebih giat lagi dalam menumpas


55

dan melaksanakan razia minuman keras ini, tidak hanya

pada pelaku minuman keras tapi juga lebih ditekankan

kepada para penjual dan pengedar yang masih melakukan

pekerjaannya secara sembunyi sembunyi itu.”

Nama : H. Ismail (Tokoh Masyarakat)

“Minuman keras tradisional tuak dan brem memang

sangat diminati oleh masyarakat terutama kalangan

pemuda, sering sekali saya sebagai tokoh masyarakat

menghimbau dan menyampaikan bahayanya minuman

keras tersebut dan tidak sesuai dengan kita umat islam.

Selain membahayakan kesehatan tubuh, minuman keras

juga sangat dilarang oleh agama karena itu merupakan

minuman yang haram. Ya harapan saya kepada masyarakat

tidak lain untuk berhenti mengkonsumsi minuman keras

tuak dan brem tersebut.”

Menurut penyusun sesuai dengan apa yang menjadi

pembahasan tentang hasil wawancara yang dilakukan kepada

beberapa informan. Diyakini masih banyak masyarakat yang

melakukan pesta minuman keras tradisional di sejumlah tempat,

namun tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah

dalam hal ini aparat penegak hukum untuk melakukan peninjauan

dan pengawasan.
56

Melihat dari Ukuran Efektivitas yang ditulis oleh Steers M.

Richard dalam bukunya yang berjudul Efektivitas Organisasi

tentang alat ukur efektivitas kinerja, salah satunya yaitu Prestasi

Kerja. Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepada seseorang yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman,

kesungguhan dan waktu. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa dengan kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu

yang dimiliki oleh seorang pegawai maka tugas yang diberikan

dapat dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan

kepadanya.30

Dan berdasarkan pemaparan penyusun tentang peredaran

minuman keras dan 89 kasus dalam lima tahun terakhir yang

masuk di Pengadilan Negeri Selong bahwa efektivitas penerapan

sanksi terhadap peredaran minuman keras oplosan yang ada di

pengadilan negeri selong dinilai atau dilaksanakan secara efektif.

30
Steers. M. Richard, Efektivitas Organisasi, Erlangga, Jakarta, 1985, Hlm. 46
57

BAB V

PUNUTUP

A. Kesimpulan

1. Penerapan sanksi terhadap peredaran minuman keras di pengadilan

negeri selong selalu berdasar pada Peraturan Daerah Kabupaten

Lombok Timur No 8 Tahun 2002. Dalam penerapannya, yang menjadi

subyek dalam peraturan daerah tersebut adalah seseorang atau pelaku

yang menjual, memproduksi, mengedarkan dan meminum minuman

keras oplosan dan obyek daripada peraturan daerah tersebut adalah

minuman keras oplosan itu sendiri seperti tuak dan brem. Jenis pidana

yang ada dalam peraturan daerah tersebut yaitu pidana kurungan atau

denda serta bentuk pidana yang digunakan yaitu bentuk pidana

alternatife.

2. Peredaran minuman keras oplosan terus dilakukan oleh pelaku atau

oknum masyarakat, hal ini dibenarkan oleh hasil wawancara penyusun

dengan beberapa konsumen dan tokoh masyarakat. Namun untuk

mengukur efektivitas penerapan sanksi terhadap peredaran minuman

keras, diperlukan alat ukur efektivitas kinerja dalam menentukannya,

dalam hal ini yang menjadi tolak ukur penyusun adalah prestasi kerja.

Dalam lima tahun terakhir ini terdapat 89 kasus yang masuk

dipengadilan negeri selong, artinya implementasi atau penerapan

daripada peraturan daerah tersebut terhadap peredaran minuman keras

oplosan dilaksanakan secara efektif.


58

B. Saran

1. Dalam peraturan daerah tersebut, tidak mengatur tentang adanya

pengecualian terhadap pelaku usaha kafe yang memiliki izin operasi

dalam menyediakan minuman keras berdasarkan golongan sesuai

dengan peraturan perundang undangan, Dengan 89 kasus yang masuk

dalam lima tahun terakhir di pengadilan negeri selong seakan tidak

dapat membuat efek jera bagi pelaku peredaran minuman keras.

Penyusun berharap pemerintah seharusnya merevisi peraturan daerah

tersebut, karena jika dilihat dari sanksi pidana yang diberikan tergolong

ringan.

2. Dalam pelaksanaannya, peraturan daerah tersebut dinilai efektif dalam

memberikan penanganan atau penerapan sanksi pidana terhadap

peredaran minuman keras namun penyusun perlu memberikan pendapat

kaitannya dengan peredaran minuman keras yang semakin marak terjadi

di lingkungan kehidupan masyarakat, meskipun 89 kasus yang masuk

dalam lima tahun terakhir di pengadilan negeri selong, namun realita

keberadaan pesta minuman keras sangat ramai terjadi. Hal ini tentunya

menjadi harapan penyusun kepada pihak yang berwenang untuk lebih

memperhatikan dan melakukan operasi dalam menumpas peredaran

minuman keras di Lombok timur.


59

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Moeljatno, 2015, Asas-asas Hukum Pidana, PT Rinerka Cipta,


Jakarta.
Andi Hamzah, 2017, Hukum Pidana Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta.
Barda Nawawi Arief, 2017, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana
Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru, Kencana,
Jakarta.
Djoko Prakoso, 1988, Hukum Penitensier di Indonesia, PT.Liberty,
Yogyakarta.
Samsul Ramli dan Fahrurrazi, 2014, Bacaan Wajib Swakelola
Pengadaan Barang / Jasa, Visimedia Pustaka, Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995, Balai Fustaka, Jakarta
Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manullang, 2007, Pengantar
Ke Filsafat Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Sulkan Yasin dan Sunarto Hapsoyo, 2008, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Praktis, Populer dan Kosa Kata Baru, Mekar,
Surabaya.
Harbani Pasolong, 2007, Teori Administrasi Publik, Alfabeta,
Bandung.
Agung Kurniawan, 2005, Transformasi Pelayanan Publik,
Pembaruan, Yogyakarta.
Martani dan Lubis, 1987, Teori Organisasi, Ghalia Indonesia,
Bandung.
Mahmudi, 2005, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta.
Ulum. Ihyaul MD, 2004, Akuntansi Sektor Publik, UMM Press,
Malang.
Steers. M. Richard, 1985, Efektivitas Organisasi, Erlangga, Jakarta.
Harbani Pasolong, 2007, Teori Administrasi Publik, Alfabeta,
Bandung
60

2. Jurnal

Fernando I. Kansi. “Sanksi Pidana Dalam Sistem Pemidanaan


Menurut KUHP dan diluar KUHP” Lex Crimen Vol. III/No.
3/Mei-Jul/2014.

3. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur No 8 Tahun 2002


Tentang Larangan Memproduksi, Mengedarkan, Menjual dan
Meminum Minuman Keras / Beralkohol.

Peraturan Presiden No 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Dan


Pengawasan Minuman Beralkohol Dan Pengawasan Minuman
Beralkohol.

4. Website atau Internet

Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik. Nyongkolan, Tradisi


Orang Sasak.
http://diskominfo.lombokbaratkab.go.id/nyongkolan-tradisi-
orang-sasak/. Diakses pada tanggal 7 mei 2021, pukul 10;00
wita.

Data dari Pengadilan Negeri Selong, diolah oleh Penyusun pada


tanggal 3 mei 2021, pukul 10;00 wita.

Anda mungkin juga menyukai