SKRIPSI
Oleh:
RIZKIANA HIDAYAT
E1A109010
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2013
2
Di susun Oleh:
Rizkiana Hidayat
E1A109010
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Dr.Angkasa,S.H.,M.Hum
NIP.19640923 198901 1 001
ii
3
SURAT PERNYATAAN
NIM : E1A109010
Nomor: 20/Pid.Sus/2012/PN.Pwt)
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan semua sumber data serta
informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa
kebenaranya.
Bila pernyatan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi termasuk
Rizkiana Hidayat
iii
4
KATA PENGANTAR
waktunya.
kesulitan dan hambatan penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini. Namun
berkat bimbingan, bantuan dan moril serta pengarahan dari berbagai pihak, maka
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin
tertinggi. Serta doa dan dukungan yang tidak pernah berhenti dalam
Soedirman.
vi
5
5. Bapak Dr. Setya Wahyudi S.H., M.H selaku Dosen Penguji atas segala arahan
6. Adik-adik penulis Diyana Puspa Rini dan Agung Sadewo yang selalu
memberi dukungan dan doa pada penulis untuk dapat segera menyelesaikan
7. Kawan-kawan yang selalu menyemangati saya abangku bang o’ot, Tante Tri,
Mba Singa, Obod, Mba Desca, Etcha, Yank Shishi, Tante Andi, Arind, Pak
Gono, Bang kirr, Mas Dimas yang selalu menghibur dan menemani saat saya
Purwokerto.
10. Ibu Sutarni, selaku staf divisi anak pada Balai Permasyarakatan kelas II
Purwokerto.
v
6
11. Ibu Dra. Tri Wuryani, M.Si, selaku kepala Pusat Pelayanan Terpadu
Kabupaten Banyumas.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna walaupun telah
penulis usahakan semaksimal mungkin. Untuk itu, demi kesempurnaan skripsi ini,
jasa, kebaikan serta bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan
Rizkiana Hidayat
vi
7
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... x
ABSTRACT .................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
D. Kegunaan Penelitian................................................................. 6
B. Perlindungan Hukum
vii
8
6. Responden ............................................................................... 39
8. Sumber Data
a. Wawancara ....................................................................... 42
b. Observasi .......................................................................... 42
A. Hasil Penelitian......................................................................... 46
B. Pembahasan .............................................................................. 75
viii
9
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................. 89
B. Saran ........................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA
xi
10
ABSTRAK
Tindak pidana pencabulan merupakan salah satu bentuk tindak pidana terhadap
anak yang merupakan contoh kerentanan posisi anak, terutama terhadap
kepentingan seksual laki-laki. Ketidakmampuan anak untuk melawan dan rasa
takut yang dimiliki membuat anak rentan menerima perbuatan cabul dari laki-laki.
perlindungan yang diberikan untuk melindungi hak-hak anak merupakan salah
satu hal yang menarik untuk diperhatikan, seperti pada perkara dengan nomor
putusan 20/Pid.Sus/2012/PN.Pwt.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan
yuridis sosiologis dengan spesifikasi penelitian deskriptif. Data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder.
x
11
ABSTRACT
The criminal act of abuse is one form of crime against children is an example of a
position of vulnerability of children, especially the sexual interests of men. The
inability of children to fight and fear possessed makes children vulnerable receive
obscene acts of men. protection provided to protect the rights of children is one
interesting thing to note, as in the case with decision a number
20/Pid.Sus/2012/PN.Pwt.
The purpose of this study to determine the form of legal protection for victims of
crime to persuade children perform obscene acts continuously on the case number
20/Pid.Sus/2012/PN.Pwt decision; know the factors that drive and inhibit the
provision of legal protection to victims of crime to persuade young perform
obscene acts continuously on the case number 20/Pid.Sus/2012/PN.Pwt decision.
The method used in this study is the socio-juridical approach to the specification
of a descriptive study. The data used are primary data and secondary data.
The results reveal a form of protection provided to the Crime Victims Wooing
Kids doing Lewd Acts In Continues in Case Number 20/Pid.Sus/2012/PN. PWT is
a direct protective covering rehabilitation, covers medical care and legal
assistance as well as the counseling, and indirect protection given to the victim is
a judge shut down and isolate the defendant to prison for seven years through its
decisions. Obstacles such as providing protection legislation, human resources,
victim awareness, lack of facilities and the driving factors giving shelter among
other legislation that supports and local government support.
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
meninggal dunia, oleh karenanya hak ini perlu dihargai dengan sungguh-
sungguh. Indonesia sebagai Negara hukum turut menjunjung tinggi hak yang
yang berkembang dalam masyarakat salah satunya yang paling sering terjadi
melihat sejarah, jenis tindak pidana ini sudah ada sejak dulu, atau dapat
dikatakan sebagai suatu bentuk kejahatan klasik yang akan selalu mengikuti
perkembangan kebudayaan manusia itu sendiri, yang akan selalu ada dan
berkembang setiap saat walaupun mungkin tidak terlalu berbeda jauh dengan
banyak terjadi antara lain tindak pidana perkosaan dan pencabulan. Tindak
pidana ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar yang relatif lebih maju
2
pedesaan yang relatif masih memegang nilai tradisi dan adat istiadat. 1 Dalam
tindak pidana ini yang sering menjadi korban adalah perempuan dan anak-
makhluk yang lemah, oleh karenanya perlu adanya suatu perlindungan bagi
dan pencabulan karena ada beberapa faktor yang jadi penghambat. Kitab
hak seorang yang tersangkut tindak pidana, mulai dari proses penyelidikan,
haknya serta aturan main yang telah ditentukan, namun bagi Victim of Crime
juga menghendaki agar offender diadili dan kalau perlu dihukum seberat-
pada kepentingan dan hak-hak Victim of Crime itu sendiri. Bagaimana tidak,
bahkan hak untuk meminta ganti rugi manakala terjadi kekeliruan dalam
proses perkara pidana, singkatnya segala hak dan atribut yang melekat pada
sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri
sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi
yang menderita.2
2
Dikdik Arif Mansyur dan Elisataris Gultom, 2007, Urgensi Perlindungan Korban
Kejahatan Antara Norma dan Realita, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 27.
4
berbagai hal, salah satunya adalah sikap pasrah menurut pada laki-laki
Apalagi jika yang menjadi korban adalah anak-anak maka si anak ini
3. Fungsi negara yang asli dan tertua menurut Lipton adalah perlindungan
3
Ibid., Hal. 9
5
yang dilakukan secara berlanjut. Atas dasar itulah penulis tertarik untuk
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
ini adalah:
pada perkara Putusan Nomor: 20/ Pid. Sus/ 2012/ PN. Pwt.
D. Kegunaan
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
memperoleh perlindungan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Korban
menurut :
1) Arief Gosita
sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak
2) Ralph de Sola
Korban (victim) adalah ... person who has injured mental or physical
3) Muladi
4
Ibid., Hal. 46
5
Loc.cit
9
penyalahgunaan kekuasaan.6
2. Tipologi Korban
a. The completly innocent victim. Korban sama sekali tidak bersalah oleh
b. The victim with minor guilt and the victim due to his ignorance. Korban
kelalaiannya;
c. The victim as guilty as the offender and voluntary victim. Korban sama
salahnya dengan pelaku dan korban suka rela ini oleh Mendelsohn
3) Euthanasia
suami istri yang putus asa karena salah satu pasangannya sakit);
d. The victim more Guilty than the offender. Dalam hal ini korban
6
Ibid., Hal. 47
7
Yazid Effendi, 2001, Pengantar Viktimologi Rekonsiliasi Korban dan Pelaku
Kejahatan, Penerbit Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Hal. 30-31.
10
e. The most guilty victim and the victim as is gulty alone. Korban yang
f. The simulating victim and the imagine as victim. Korban pura-pura dan
pikun.
macam tindak pidana, disebakan karena lemah secara fisik dan mental
orang dewsa;
tinggi;
3) The Old. Orang tua mempunyai resiko atas tindak pidana terhadap
harta kekayaan;
8
Iswanto dan Angkasa, 2011, Diktat Kuliah Viktimologi, Fakutas Hukum UNSOED,
Purwokerto, hal. 30-34
11
4) The mentally defective and the other mentally deranged. Orang yang
cacat jiwa, orang gila, peminum, pecandu obat bius, psikopat, oleh
10) The wanton. Orang yang ceroboh cenderung menjadi korban karena
11) The lesome and heartbroken. Orang yang kesepian dan patah hati
13) The blocked, exempted, and fighting. Orang yang terhalang, bebas dan
resikonya berbeda.
golongan yaitu:9
(bukan kelompok);
hukum;
tipe, yaitu:10
9
Dikdik M. Arif Mansyur dan Elisataris Gultom, Op. Cit, Hal. 50
10
Loc. Cit
13
aborsi, prostitusi.
B. PERLINDUNGAN HUKUM
penderitaan atau kerugian orang yang menjadi korban hal ini biasanya
yang hanya bisa dinikmati atau dirasakan secara emosional (psikis), seperti
11
Muladi dan Barda Nawawi Arif, 1992, Bunga Rampai Hukum Pidana, PT. Alumni,
Bandung, Hal. 78
15
mengenai hak-hak korban, ada beberapa hak umum yang disediakan bagi
atau pihak lainnya, seperti negara atau lembaga khusus yang dibentuk
12
Dikdik M. Arief Mansyur dan Elisataris Gultom, Op.cit., Hal. 53
16
Arif Mansyur dan Elisatris Gultom dapat dilihat dari beberapa teori
antara lain:
1) Teori utilitas
tidak saja bagi korban kejahatan, tetapi juga bagi sistem penegakan
membebaskannya.
a) Asas manfaat
b) Asas keadilan
karena hal ini dibatasi pula oleh rasa keadilan yang harus juga
c) Asas keseimbangan
korban.
13
Ibid., Hal. 164
18
yang belum mencapai umur genap 21(dua puluh satu) tahun dan tidak
Pengadilan Negeri.
present Convention, a child means every human being below the age of
eighteen years unless under the law applicable to the child, majority is
attained earlier.
a) States Parties shall respect and ensure the rights set forth in the
present Convention to each child within their jurisdiction
without discrimination of any kind, irrespective of the child's or
his or her parent's or legal guardian's race, colour, sex,
language, religion, political or other opinion, national, ethnic
or social origin, property, disability, birth or other status.
b) States Parties shall take all appropriate measures to ensure that
the child is protected against all forms of discrimination or
punishment on the basis of the status, activities, expressed
opinions, or beliefs of the child's parents, legal guardians, or
family members.
yang merumuskan:
keluarganya.
22
a) States Parties recognize that every child has the inherent right to
life.
b) States Parties shall ensure to the maximum extent possible the
survival and development of the child.
merumuskan:
merumuskan:
bahwa:
atau bentuk perlakuan kejam yang lain apa pun, tidak manusiawi atau
Artinya:
mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lain yang layak, dan juga
dan tidak memihak dan berhak atas suatu keputusan yang cepat
dikasanakan melalui:
perkembangan perkara.
Tindak pidana kesusilaan diatur dalam Pasal 281 sampai Pasal 299 KUHP.
apabila:14
5. Terdapat hubungan tertentu antara pelaku dan objek delik, misalnya guru
terhadap muridnya.
14
http://hukumpidana1.blogspot.com/2012/04/pengertian-tindak-pidana-kesusilaan.html
(diakses tanggal 20 November 2012)
28
seksual dan oleh sifatnya yang tidak senonoh dapat menyinggung rasa malu
atau kesusilaan orang lain. Kesusilaan dalam kamus hukum diartikan sebagai
kesusilaan ini adalah suatu rumusan yang bersifat abstrak, tidak konkret.
dapat ditentukan, karena wujud konkretnya itu ada sekian banyak jumlahnya,
bahkan tidak terbatas, dan wujudnya perbuatannya dapat diketahui pada saat
perbuatan itu terjadi secara sempurna, karena tidak ada wujud konkretnya
15
Adam Chasawi, 2005, Tindak Pidana Mengenai kesopanan, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, Hal. 16-17
29
D. PERBUATAN CABUL
perbuatan, baik yang dilakukan pada diri sendiri maupun yang dilakukan pada
orang lain mengenai dan berhubungan dengan alat kelamin atau bagian tubuh
maka definisi pencabulan yang diambil dari The National Center on Child
Abuse and Neglect US, ’sexual assault’ adalah “Kontak atau interaksi antara
anak dan orang dewasa dimana anak tersebut dipergunakan untuk stimulasi
seksual oleh pelaku atau orang lain yang berada dalam posisi memiliki
kekuatan atau kendali atas korban”. Termasuk kontak fisik yang tidak pantas,
kata ’pencabulan’ yang cukup jelas. Bila mengambil definisi dari buku
kesusilaan16.
16
www.freewebs.com/pencabulan_pada_anak/definisi.htm (diakses tanggal 2 Desember
2012)
30
sebagai berikut:17
Pencabulan adalah berasal dari kata dasar cabul yaitu kotor dan
keji sifatnya, tidak sesuai dengan abad sopan santun (tidak senonoh)
tidak susila, bercabul: berzina, melakukan tindak pidana asusila,
mencabuli: menzinahi, memperkosa, mencemari kehormatan perempuan,
film cabul: film porno, keji, tidak senonoh (melanggar kesusilaan,
kesopanan)
dalam Pasal 289, 290, 292, 293, 294, 295, dan 296 KUHP.
17
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta, Hal. 142.
18
Moch. Anwar, 1986, Hukum Pidana bagian Khusus (KUHP Buku II) Jilid 1, Citra
Aditya Bakti, Bandung, Hal. 231.
19
R. Soesilo, 1974, KUHP serta komentar-komentarnya lengkap Pasal-demi Pasal,
Politea, Bogor. Hal 183.
31
2. Pasal 290, mengenai kejahatan perbuatan cabul pada orang pingsan atau
tidak berdaya, umurnya belum 15 (lima belas) tahun dan lain-lain, dengan
5. Pasal 294, mengenai perbuatan cabul dengan anak tirinya, anak di bawah
7. Pasal 296, mengenai memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan
penjara paling lama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan atau denda paling
(lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling
penyertaan (deelneming), yang dirumuskan dalam Pasal 55 ayat (1) dan (2)
KUHP.
Pasal 55
sengaja dibujuk itu, adalah perbuatannya, bukan orangnya. Dari ini dapat
dilakukan dengan sengaja namun hal ini tidak berarti bahwa kesengajaan
membujuk dalam Pasal 55 ayat (1) nomor 2 adalah limitative, tidak dapat
20
Wirjono Prodjodikoro, 1981, Asas-asas hukum pidana di Indonesia, PT. Eresco
Jakarta, Hal. 109-112.
34
F. PERBUATAN BERLANJUT
sebagai suatu tindakan berlanjut ialah bahwa perbuatan itu seharusnya sejenis
dan merupakan pernyataan dari keputusan yang tidak diizinkan, akan tetapi
tidak bahwa perbuatan itu dilakukan tidak dalam waktu-waktu yang berbeda
dalam jangka waktu tertentu dan tidak dipisahkan oleh beberapa tindakan
21
Lamintang dan Samosir Djisman, 1997, Dasar-dasar Hukum pidana Indonesia, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, Hal. 706.
22
Van Bemmelen, 1987, Hukum Pidana I Hukum Pidana Material Bagian Umum, Bina cipta,
Bandung, Hal.319
35
dalam jumlah yang banyak, akan ketahuan, tapi kalau ia ambil secara
jumlah uang itu demikian banyaknya. Keinginan untuk mencuri uang itu
yang mana untuk memiliki uang tersebut yang dilakukan dengan cara
dapat diketahui oleh yang punya uang tersebut. Hal inilah yang dinamakan
kejahatan yang sama tapi dalam keadaan yang hukumannya lebih berat
ini, adanya seseorang yang dipersalahkan telah memalsukan uang dan juga
merusak uang dan memakai benda maka hal ini termasuk dalam perbuatan
3. Jangka waktu antara perbuatan yang satu dengan yang lainnya tidak boleh
satu dengan yang lainnya itu tidak terlalu jauh, syarat ini sesuai dengan
faham “lanjutan”. Adanya ketiga syarat tersebut di atas, sampai saat ini
penentuan ukuran hukuman yakni hanya satu saja hukuman yang dijatuhkan
yakni hukuman yang terberat. Dari sini pula dapat diketahui bahwa perbuatan
pidana.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Metode Pendekatan
penelitian hukum non doktrinal atau Yuridis empiris karena mempelajari dan
melakukan perbuatan cabul secara berlanjut, dan faktor yang menghambat dan
23
Ronny Hanitijo Soemitro, 1988, Metodologi penelitian hukum dan jurimetri, PT. Ghalia
Indonesia, Jakarta, Hal. 34.
24
Lexy J. Moleong, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
Hal. 5.
38
2. Metode Penelitian
dengan memfokuskan pada data yang ada pada pustaka-pustaka baik yang
3. Spesifikasi Penelitian
melakukan perbuatan cabul secara berlanjut dan fator yang menghambat dan
4. Lokasi Penelitian
penulis pilih karena lokasi kejadian yang penulis teliti berlokasi di Purwokerto
lahir, besar dan tinggal di kota Purwokerto, selain itu untuk melengkapi dan
5. Instrument penelitian
handphone.
40
6. Responden
20/Pid.Sus/2012/Pn.Pwt.
dan dianggap cukup jika semua data yang diperlukan sudah terhimpun.
informan dengan metode ini baru berhenti manakala sudah tidak ditemukan
25
Ronny Hanitijo Soemitro, Op. cit., Hal. 224
41
8. Sumber Data
penelitian adalah pihak korban dan pihak yang berwenang.26 Data primer
ini berupa:
a. Interview
b. Observasi
c. Studi pustaka
d. Studi dokumentasi
e. Studi perundang-undangan
26
Ibid., Hal. 157
27
Ibid., Hal. 159
42
a. Wawancara (interview)
b. Observasi (Pengamatan)
gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam penelitian ini posisi
28
Rianto Adi, 2005, Metodelogi penelitian sosial dan hokum, Granit, Jakarta, Hal. 72
29
Loc.cit
43
data itu disebut sebagai studi dokumen atau “literature study”. Data yang
diperlukan sudah tertulis atau diolah oleh orang lain atau suatu lembaga;
dengan kata lain datanya sudah “mateng” (jadi), dan disebut data
Dokumen dalam arti luas meliputi monumen, foto, tape, dan sebaginya.30
Dalam penelitian ini data yang telah terkumpul akan diolah dengan
menggunakan metode reduksi data yaitu proses analisis data yang dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.31 Pada
langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan, sehingga menjadi
informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu dengan cara
peneliti lain atau pembaca laporan penelitian mengerti apa yang telah terjadi
dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
30
Ibid. Hal. 61
31
Ronny Hanitiyo Soemitro, Op.cit., Hal. 288.
44
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk uraian teks naratif dan
tabelisasi yang disusun secara sistematis, logis, dan rasional sesuai dengan
dengan analisis data dan hasil pembahasan serta diakhiri dengan simpulan.
data yang valid dan bermutu maka dilakukan dengan cara Triangulasi.
menguraikan data secara bermutu, dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun
32
Sugiono, 2008, Memahami penilitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, Hal. 125.
45
dan logis, tidak tumpang tindih dan efektif, dan dilakukan pembahasan.
33
Noeng Muhadjir, 1996, Metode Penelitian Kualitatif, Rake sarasin, Yogjakarta Hal.49
34
Lexy J. Moleong, Op. Cit., Hal. 190.
46
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
dan diancam pidana Pasal 81 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak jo Pasal 64 ayat (1) KUHP, hasil penelitian pada
1. Identitas pelaku/Terdakwa:
Kebangsaan : Indonesia
Purbalingga
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
2. Duduk Perkara
kamar Terdakwa mengajak korban masuk dan membujuk korban agar mau
tangga 1 Januari 2012, 2 Januari 2012, 3 Januari 2012, 4 Januari 2012, dan
merasa tidak puas dengan jawaban korban Terdakwa memukul korban dan
3. Dakwaan
Kesatu:
kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil lebih dekat pada tempat
merayu Korban “Kowe ayu loh, aku pengin duwe anak karo kowe,
kowe gelem ora dadi bojone aku, aku pengin hubungan karo, iya nek
Kemudian tanggal 01 Januari 2012 jam 09.00 WIB Terdakwa dan Korban
Januari 2012, 4 Januari 2012, dan 5 Januari 2102 Terdakwa setiap hari
Terdakwa menanyai Korban apa semalam keluar kamar dan dijawab oleh
tidak puas, lalu memukul Korban dan saat Terdakwa tidur Korban pergi
dari Hotel Mukti Jaya Purwokerto dan lapor ke pos polisi hingga akhirnya
Luka pertama terletak di tengah dahi, 2 cm. Dari garis mendatar yang
melewati alis;
Luka ke tiga di atas bibir, 1 cm arah kiri dari garis tengah tubuh,
b) Kemaluan Wanita:
Tampak robekan pada selaput dara pada jam dua, lima dan sembilan,
mengalami penyembuhan;
51
Kesimpulan:
trauma tumpul. Ditemukan pula robekan lama pada selaput dara dan
Perineum akibat trauma tumpul. Akibat luka tersebut korban tidak bisa
Kasman bin Martaji ke Pihak yang berwajib untuk diproses sesuai hukum
yang berlaku;
atau
Kedua:
kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil lebih dekat pada tempat
lima belas tahun, atau jika tidak dapat diketahui dari usianya, wanita
dengan cara:
Korban “Kowe ayu loh, aku pengin duwe anak karo kowe, kowe gelem
ora dadi bojone aku, aku pengin hubungan karo, iya nek kowe meteng
sama;
Kemudian tanggal 01 Januari 2012 jam 09.00 WIB Terdakwa dan Korban
Januari 2012, 4 Januari 2012, dan 5 Januari 2102 Terdakwa setiap hari
Terdakwa menanyai Korban apa semalam keluar kamar dan dijawab oleh
tidak puas, lalu memukul Korban dan saat Terdakwa tidur Korban pergi
dari Hotel Mukti Jaya Purwokerto dan lapor ke pos polisi hingga akhirnya
Luka pertama terletak di tengah dahi, 2 cm. Dari garis mendatar yang
melewati alis;
Luka ke tiga di atas bibir, 1 cm arah kiri dari garis tengah tubuh, bentuk
b) Kemaluan Wanita:
Tampak robekan pada selaput dara pada jam dua, lima dan sembilan,
Tampak robekan pada Perineum pada jam enam yang telah mengalami
penyembuhan;
Kesimpulan:
trauma tumpul. Ditemukan pula robekan lama pada selaput dara dan
Perineum akibat trauma tumpul. Akibat luka tersebut korban tidak bisa
pidana dalam Pasal 287 Ayat (1) KUHP jo Pasal 64 Ayat (1)
KUHP;
korban, mencium pipi saksi dan menyuruh saksi membuka baju, saksi
sempat berteriak tetapi tidak ada yang mendengar dan saksi sempat
Hotel Agung selama tiga hari karena tidak diperbolehkan pulang, dari
menginap di rumah Terdakwa selama lima hari dan selama menginap saksi
persetubuhan. Saksi bisa lepas dari Terdakwa karena saksi lari saat
Terdakwa masih tidur dan naik becak menuju Terminal, di Terminal saksi
lapor Polisi dan oleh polisi diajak kembali ke Hotel Muktijaya. Alasan
56
sebanyak dua kali saat di Hotel Agung, saat di rumah Terdakwa dipukul
tetapi saksi diopname di Rumah Sakit Margono selama tiga hari, dan
setelah sembuh saksi dibawa ke Rumah Aman selama dua minggu dengan
5. Tuntutan
bulan kurungan;
Satu buah jamper bertutup kepala warna merah muda motif garis-garis
hitam putih;
57
6. Pertimbangan hakim
dikaitkan dengan alat bukti lain dan barang bukti yang saling bersesuaian
sebagai berikut:
a) Setiap orang
menurut hukum.
b) Dengan sengaja
adanya niat atau maksud yang timbul dari diri si pelaku yang dalam
akibat yang akan terjadi, dan niat itu dapat dilihat atau ketahui dengan
orang lain
kamar kepada saksi Sartono dan saat sudah berada di dalam kamar
bertanggung jawab apabila saksi korban hamil dan jika tidak mau akan
Januari 2012;
tinggal selama lima hari dan menginap di Hotel Mukti Jaya Purwokerto
korban usianya belum genap 15 tahun, dengan demikian maka unsur ini
perbuataan berlanjut
Puwrokerto;
Korban dilakukan pada waktu dan tempat berbeda, akan tetapi satu
maka unsur ini telah terpenuhi. Oleh karena selain unsur kesatu “setiap
terbukti;
62
Terdakwa;
7. Putusan
a) Satu buah jamper bertutup kepala warna merah muda motif garis-
2.500,00.
1) Data Primer
lapangan, dalam hal ini merupakan sumber utama dalam penelitian. Data
penelitian dan dianggap cukup jika semua data yang diperlukan sudah
sajikan dalam bentuk matriks (tabel). Maksud dari penyajian data hasil
di bawah ini.
65
Matriks 1. Perlindungan Korban Tindak Pidana Membujuk Anak Melakukan Perbuatan Cabul Secara Berlanjut (Studi
Hakim Pada perkara ini tidak ada perlindungan yang Sidang dilakukan secara Sidang dilakukan secara
menyelenggarakan sidang secara tertutup hal ini Hakim dapat Terdakwa tidak
Hakim dapat saja mengeluarkan terdakwa jika tertekan, takut, Tidak ada pemberian
hakim melihat korban dalam memberikan terancam. ganti kerugian dari
keterangan merasa tertekan, takut atau terancam. Hakim hanya dapat pengadilan.
Namun, dalam kasus ini korban tidak merasa memberikan penetapan Terdakwa diisolir ke
tertekan, takut akatu terancam, sehingga terdakwa ganti kerugian, upaya dalam penjara.
tidak dikeluarkan dari sidang pengadilan. rehabilitasi maupun
65
Mengenai ganti kerugian, upaya rehabilitasi,
66
maupun bantuan hukum pengadilan tidak dapat bantuan hukum jika ada
Anak pada esensinya bagi korban tidak terlalu untuk kasus yang
66
67
pemulihan keseimbangan.
67
68
Perwakilan Balai Permasyarakatan (BAPAS) kelas II tidak Dapat memberikan BAPAS tidak
divisis anak memberikan perlindungan kepada korban tindak rekomendasi kepada memberikan
BAPAS pidana tetapi memberikan perlindungan kepada keluarga korban agar rekomendasi karena tidak
terdakwa yang masih di bawah umur yakni korban mendapat mendampingi tersangka
68
69
pemulihan korban.
Kepala PPT- Pusat Pelayanan Terpadu Penanganan dan Bekerja sama dengan Korban memperoleh
PKBGA Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender instansi pemerintah perawatan Cuma-Cuma
dan Anak Kabupaten Banyumas merupakan seperti Kepolisian, untuk pemulihan luka
lembaga di bawah pemerintah daerah yang Kejaksaan, Pengadilan fisik di Rumah Sakit
melindung korban tindak pidana khususnya Negeri, Rumah Sakit Margono dan mendapat
perempuan dan anak. Dalam menjalankan Dan Sasana petirahan pemulihan trauma psikis
Korban yang mengalami trauma fisik biasanya baik psikis maupun fisik
69
70
walinya.
Keluarga Krisnawati (korban) dirawat di Rumah Sakit Perlindungan yang Korban mendapat
korban Margono selama tiga hari tanpa dibebani dengan diberikan berupa perlindungan pemulihan
biaya pengobatan, juga dirawat di Rumah Aman pemulihan trauma fisik trauma fisik selama tiga
selama 14 hari tanpa dibebani biaya sedikitpun. dan psikis. hari di Rumah Sakit
namun ditolak oleh korban dengan alasan jauh trauma psikis selama
70
dari orang tua, selama tinggal di Rumah Aman
71
ketrampilan.
71
72
Matriks 2. Faktor yang mendorong Perlindungan Korban Tindak Pidana Membujuk Anak Melakukan Perbuatan Cabul
Hakim Sebenarnya dengan adanya undang-undang perlindungan anak, undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak secara khusus mengatur tentang perlindungan anak dapat mendorong terpenuhinya hak-hak
korban. Undang-undang tersebut memberikan titik terang bahwa anak perlu dilindungi.
Perwakilan Adanya undang-undang perlindungan anak sebenarnya memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk dapat
BAPAS
Kepala PPT- Adanya dukungan dari pemerintah daerah untuk memberikan perlindungan terhadap korban tindak pidana yanng
Keluarga Adanya kepedulian dari pemerintah melalui lembaga PPT-PKBGA yang memeberi tahu keluarga korban mengenai
korban putusan yang dijatuhkan hakim terhadap terdakwa dan juga kepedulian untuk memberikan perlindungan kepada
korban untuk memulihkan trauma yang diderita baik fisik maupun psikis.
72
Sumber: Data diolah
73
Matriks 3. Faktor yang menghambat Perlindungan Korban Tindak Pidana Membujuk Anak Melakukan Perbuatan Cabul
Hakim Yang menjadi penghambat dalam pemberian perlindungan adalah undang-undangnya sendiri. Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana yang merupakan pedoman hakim dalam menjalankan persidangan tidak mengatur mengenai
pemberian ganti rugi kepada korban. Sehingga hakim tidak bisa memberi penetapan pemberian ganti kerugian untuk
korban, karena hakim hanya menjalankan saja, KUHAP tidak memberikan kesempatan untuk hakim berkreasi.
Korban itu sendiri juga merupakan penghambat dalam arti banyak korban kejahatan yang masih tidak punya
kesadaran untuk melaporkan tindak pidana yang dialaminya, korban juga masih banyak yang tidak tahu mengenai
cara untuk meminta ganti rugi yang sebenarnya bisa diajukan melalui penggabunngan perkara yaitu secara
Perwakilan Adanya ketidaktahuan korban mengenai adanya lembaga yang ada untuk memberikan perlindungan bagi korban.
Divisi Anank Kurangnya keberanian korban untuk meminta perlindungan kepada instansi yang ada. BAPAS sering kali dalam
BAPAS meminta keterangan korban melihat korban mengalami trauma namun korban takut untuk meminta perlindungan.
73
74
Belum efektifnya undang-undang nomor 11 tahun 2012 yang memberikan kewenangan kepada BAPAS untuk
Kepala PPT- Dalam pemberian perlindungan terkadang terkendala oleh sumber daya manusia sendiri, jumlah aparat maupun
PKBGA pegawai yang mempunyai dedikasi tinggi untuk bergerak di bidang-bidang sosial masih jarang.
Kurangnya fasilitas yang memadai seperti sekarang ini PPT-PKBGA belum mempunyai kantor sendiri
Keluarga Tidak ada inisiatif dari keluarga terdakwa untuk memberikan ganti kerugian kepada korban maupun untuk meminta
Korban maaf. Keluarga korban juga terkendala biaya untuk transportasi mengurus hal-hal yang terkait dengan perkara ini
karena untuk sampai di Purwokerto dibutuhkan biaya yang tidaksedikit, dan ketidaktahuan keluarga korban mengenai
74
75
2) Data Sekunder
dan Korban;
B. PEMBAHASAN
sudah ada.
perlindungan berasal dari kata dasar lindung yang mendapat awalan per-
a) Tempat berlindung
hidup masyarakat;
yang terentu;
pengadilan), vonis.
kompensasi atas kerugian baik fisik, moral maupun harta benda yang
35
Dikdik Arif Masyur dan Elisataris Gultom. Op. Cit., Hal. 166
77
b. Konseling
c. Pelayanan/bantuan medis
36
Iswanto. Op.Cit., Hal. 37
37
Dikdik Arif Mansyur dan Elisatris Gultom. Op.cit., Hal. 171
38
Loc. Cit
78
d. Bantuan hukum
e. Pemberian informasi
39
Loc. Cit
40
Loc. Cit
79
bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono
secara cuma-cuma tanpa dipungut biaya apapun, karena dalam hal ini
rumah aman sendiri sangat dirahasikan kepada pihak umum hal ini
melihat apakah korban sudah pulih atau masih perlu ada pemulihan.
luar, baik dari media maupun dari pihak terdakwa, atau pihak-pihak
rumah aman yang akan memulihkan rasa percaya diri bagi korban
benar.
81
c. Pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli baik
Dalam hal ini korban diberikan jaminan kesehatan secara fisik yakni
oleh korban, korban dirawan hingga 14 hari, setelah korban pulih baru
aman dari terdakwa hal ini juga akan menimbulkan dampak kepada
perkembangan perkara
sama kepada korban tanpa ada diskriminasi. Siapapun itu jika anak dan
masih belum mencapai usia 18 (delapan belas) tahun maka akan mendapat
pendampingan dan juga pemulihan fisik maupun psikis. Dalam hal ini
83
daerah. Kepentingan yang terbaik bagi anak, adalah bahwa dalam semua
20/Pid.Sus/2012/PN.Pwt
A. Faktor Pendorong
1. Peraturan Perundang-undangan
penerus bangsa.
B. Faktor Penghambat
1. Peraturan perundang-undangan
untuk menetapkan suatu ganti kerugian bagi korban, sifat aktif hakim
kerugian terhadap korban yakni pada Pasal 133 dan 134. Pada Pasal
kepada Korban, namun ini masih rancangan yang belum disahkan dengan
korban.
Peradilan Pidana Anak yang belum berlaku secara efektif belum bisa
bidang sosial masih sangat jarang, sumber daya manusia yang memiliki
kualitas dalam hal pemenuhan kebutuhan korban dalam hal ini adalah yang
berada dibawah umur juga masih sangat terbatas seperti misalnya terkait
yang dialami oleh korban dengan kata lain psikiater atau psikolog.
87
3. Kesadaran Korban
yang masih tinggal di pedesaan dan berasal dari ekonomi lemah, sehingga
4. Kurangnya fasilitas
baik dalam unit PPA di Kepolisian maupun kantor PPT-PKBGA tidak ada
didengar oleh seluruh orang yang berada diruangan itu, hal ini dapat
88
familiar, nyaman dan terpisah akan memberikan dampak yang lebih baik
gangguan secara psikis seperti rasa malu, rasa takut, tidak percaya diri
pemulihan korban baik fisik maupun psikis selain itu dengan adanya
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
sebagai berikut:
undangan yang berlaku yakni sesuai dengan Pasal 64 ayat (3) Undang-
Selain itu ketika proses persidangan hakim menutup sidang karena sidang
sosial masih jarang dan aparat penegak hukum kurang menguasai ilmu
tindak pidana, Kesadaran Korban untuk melapor apa yang telah dialami
selain hal tersebut korban tindak pidana tidak mengetahui cara pengajuan
dan unit Perlindungan Perempuan dan Anak tidak ada ruangan khusus
B. Saran
yakni:
1. Pemerintah
KUHAP.
gedung atau tempat yang lebih memadai dan dapat terlihat oleh umum, hal
selain itu perlu adanya sosialisi dari berbagai pihak mengenai keberadaan
3. Masyarakat
perlindungaan.
4. Keluarga
Alangkah lebih baik jika keluarga sebagai suatu unit terkecil dalam
bebas.
93
DAFTAR PUSTAKA
Buku Literatur
Adi, Riyanto. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.
Bemmelen, Van. 1987. Hukum Pidana 1 Hukum Pidana Material Bagian Umum.
Bandung: Binacipta
Chazawi, Adami. 2005. Tindak Pidana Mengenai Kesopanan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Muladi Dan Barda Nawawi Arief. 1992. Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung:
PT Alumni.
Perundang-undangan:
Konvensi Internasional:
Convention on the Rights of the Child Adopted and opened for signature,
ratification and accession by General Assembly resolution 44/25 of 20
November 1989
Yurisprudensi:
Sumber lain:
http://hukumpidana1.blogspot.com/2012/04/pengertian-tindak-pidana-
kesusilaan.html (diakses tanggal 20 November 2012)