FAKULTAS HUKUM
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Menyetujui,
(H. DR. EDI TARSONO, S.H., M.H.) (H. Boedi Santoso Irianto, S.H., M.H.)
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah yang telah memberi rahmat,
Kesehatan dan juga kesempatan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah berupa skripsi dengan judul “Kajian Atas Pertimbangan Hakim Dalam
untuk menempuh syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata satu di Universitas
Pancasila. Penelitian ini tidak lepas dari kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan
ucapan terimakasih kepada beberapa pihak karena telah membantu proses penyusunan
karya tulis ilmiah ini. Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur yang tulus,
1. Keluarga Penulis. Karya ini penulis persembahkan untuk Ayah Toto Bumi Harto
dan Ibu Dewi Kartiningsih yang telah menjadi pendukung dalam pendidikan
terbaik bagi anaknya. Serta sebagai sosok panutan yang baik kepada anaknya
untuk menjadi manusia yang bekerja keras, rajin dan bertanggung jawab.
2. Bapak Prof. Dr, Eddy Pratomo, S.H., M.A. Selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Pancasila.
II
3. Ibu Dr. Zaitun Abdullah, S.H., M.H. Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Pancasila.
4. Bapak Dr. Adnan Hamid, S.H., M.H., M.H. Selaku Wakil Dekan II Fakultas
5. Bapak Wibisono Oedoyo, S.H., M.H. Selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Pancasila.
6. Bapak Hasbullah, S.H., M.H. selaku Plh Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas
7. Bapak Dr. Edi Tarsono, S.H., M.H. Selaku Pembimbing Materi skripsi ini, yang
telah memberikan arahan dengan penuh rasa sabar dalam memperkaya substansi
penelitian ini.
8. Bapak H. Boedi Santoso Irianto, S.H., M.H. Selaku Pembimbing Teknis skripsi
ini, yang telah bersedia memberi arahan secara detail terkait tata cara penelitian
10. Kepada yang tercinta seluruh teman-teman Angkatan 2019 di FHUP yang telah
skripsi.
11. Kepada yang tercinta sahabat-sahabat penulis di FHUP : Febriyani, Bagas Phutu
Karyo, Nugraha Ichlasul Amal, Muhammad Bima Alrasyad, Helmy Zaki Ariq,
III
Allam Ramadhan yang senantiasa memberikan dukungan, bantuan, semangat dan
doa kepada penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini sampai saat ini
12. Kepada yang tercinta sahabat penulis : Argadia Bagus Wirawan, M. Fakhri
penelitian skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga akhirnya
kekurangan-kekurangan yang ada harap dimaafkan serta segala kritik dan saran sangat
penulis harapkan untuk diperbaiki juga semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah-nya kepada kita semua.
Aamiin ya rabbal’alamin.
Penulis,
IV
ABSTRAK
Narkotika dan psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
pengobatan, pelayanan dan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun
di sisi lain akan menimbulkan kerugian di berbagai elemen masyarakat khususnya
dalam hal penyalahgunaan dan mereka para korban (anak) sebagai target kejahatan
(narkotika) tersebut. Pada putusan Nomor 1/Pid.Sus.Anak/2020/Pn. Kot terdakwanya
seorang (anak) yang berusia 17 Tahun, Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis
penelitian yuridis normatif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kesesuaian
pertimbangan yang dipakai oleh hakim telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang narkotika jo Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak guna mencapai sebuah putusan hakim tersebut. Mulai dari pertimbangan
hakim secara yuridis, sosiologis, dan filosofis dengan mengacu pada fakta yang
terungkap, dan penempatan dari tiap unsur yang digunakan bahwa hakim dalam
mempertimbangkan telah sesuai dengan Undang-Undang terkait karena Anak telah
memenuhi semua unsur pasal yang di dakwakan kepadanya sehingga anak dinyatakan
bersalah dan haruslah dapat bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah
dilakukannya. Juga hakim dalam memutus perkara tersebut sudah sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dimana
pidana penjara merupakan upaya terakhir terhadap anak.
V
DAFTAR ISI
VI
B. Bagaimana Kesesuaian Pertimbangan Hakim Yang Menetapkan
Pidana Penjara Terhadap Pelaku Anak Pada Putusan Nomor
1/Pid.Sus.Anak/2020/Pn.Kot Dengan Pasal 112 Ayat (1) Jo Pasal 132
Ayat (1) Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo
Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak ................................................................................. 87
C. Bagaimana putusan hakim perkara pidana anak pada putusan nomor
1/pid.sus.anak/2020/pn.kot sudah sesuai dengan peraturan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 105
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 115
A. Kesimpulan ........................................................................................ 115
B. Saran................................................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. ...
VII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
juga pada masa depan. Narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya, menjadi
salah satu contoh rusaknya anak. Anak sering menjadi sasaran pengedar
yang nisbi. Tindak pidana narkotika itu sendiri diatur dalam Undang-Undang
1
2
perampokan, pencurian, pencucian uang, dan terorisme. Oleh karena itu, akibat
tetapi juga secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap
(narkoba) pada saat ini tidak lagi beredar secara gelap di kota-kota besar, tetapi
Begitu juga orang yang mengkonsumsinya bukan saja remaja, tetapi mulai dari
Negara Hukum:Membangun Hukum untuk Keadilan dan Kesejahteraan. Vol.2 No.2, 2011
3
narkotika, yang terdapat pada Pasal 111 hingga Pasal 148 Undang-Undang
tentang pidana yang dapat dijatuhkan berupa pidana mati, penjara, kurungan
dan denda 3. Yang diatur dan dibedakan menjadi beberapa golongan serta
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan
Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika
Golongan I untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
(2) Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian
Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku
dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3(sepertiga) 4.
anak mereka (anak) hanyalah korban maka dari itu tidak sepatutnya, negara
pidana anak adalah sebuah keseluruhan proses penyelesaian perkara anak yang
berasal dari diri anak, namun lebih kepada pengaruh dari lingkungan sekitar.
5. Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak di Indonesia,(Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm.33.
5
dilakukan oleh anak, antara lain disebabkan oleh faktor di luar diri anak tersebut
6
. Beberapa faktornya antara lain dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, lingkungan pendidikan dan juga pergaulan dari teman sebaya anak
anak.
Jika lingkungan disekitar anak tersebut buruk, maka dari itu sudah dapat
melanggar hukum.
tanpa memiliki hak atau disebut melawan hukum. Selanjutnya pada Pasal 1 ayat
Anak dengan tegas juga menyatakan bahwa anak yang berkonflik dengan
hukum merupakan anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun akan tetapi
penelitian ini adalah anak yang berumur lebih dari 12 (dua belas) tahun tetapi
belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun, yang diduga ingin melakukan
percobaan atau pemufakatan jahat tindak pidana narkotika tanpa hak atau
melawan hukum.
Dengan kata lain anak penyalahguna narkotika adalah anak yang diduga
penyalahgunaan Narkotika;
dalam perkara anak yang melakukan tindak pidana ketentuan tentang sanksi
diatur dalam Undang- Undang nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak. Dimana dalam penelitian ini peneliti akan mencoba meneliti
perkara anak pelaku tindak pidana narkotika sosok anak sebagai “kain putih
yang bersih”, yang rentan akan pengaruh negatif bukan hanya berasal dari
ruang lingkup lingkungannya, tetapi juga dari berbagai aspek diluar ruang
lingkup pada anak. Maka dari itu timbulah berbagai perlindungan hukum
terhadap anak yaitu, maupun jika persoalan anak yang berhadapan dengan
hukuman pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan pelatihan kerja selama 2
(dua) bulan.
terakhiratau ultimum remedium yang memiliki prinsip diantara nilai moral dan
anak yang seharusnya dapat diselesaikan melalui jalur lain dan bukan
mengacu pada uraian dan fakta diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat
1/PID.SUS.ANAK/2020/PN.KOT)”
9
B. Pokok Permasalahan
beberapa pokok permasalahan yang akan diangkat untuk dikaji dalam Penulisan
proposal skripsi ini. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam
C. Tujuan Penelitian
Agung dalam memutus perkara sudah sesuai dengan Pasal 112 ayat (1) jo
Pasal 132 ayat (1) Undang- Undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Terakreditasi yang berada dalam ruang lingkup yang sama, yaitu sebagai
berikut:
Indonesia.
penyalahguna narkotika.
11
sebagai berikut:
Indonesia.
Indonesia?
dewasa. Pada Pasal 127 ini hakim dalam memutus perkara harus
bermasyarakatnya.
tersebut diatas:
sama.
14
3. Pada penulis no.1 dan no.2 tidak melakukan studi kasus yang
a. Kerangka konsep
Pengkajian 8.
pertimbangan adalah pendapat tentang baik atau buruk nya suatu hal
narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Dalam artian yang besar
a. Kerangka Teoritis
1. Teori Keadilan
sama, apa yang adil bagi satu orang belum tentu adil bagi orang lain,
11.M.Agus Santoso, Hukum Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum, (Jakarta:
Kencana, 2014), hlm.85.,Ctk.kedua
20
kesatuannya.
baginya.
prinsip kegunaan.
(strict liability).
Hermawati, Yanti, Apriandhini, Megafury, Setiani, Made Yudhi dan Majidah, Indonesia
14.
Yang Berkeadilan Sosial Tanpa Diskriminasi, (Tangerang Selatan : Universitas Terbuka, 2016),
hlm.269.
23
objektif 15.
F. Hipotesis
Kesesuaian pertimbangan hakim jika hanya merujuk pada Pasal 112 ayat
belum sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada pasal tersebut dikarenakan
Ahmad Sudiro, Konsep Keadilan dan Sistem Tanggung Jawab Keperdataan dalam
15.
Hukum Udara, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Vol. 19 No. 3,2012.
25
sanksi dari pasal tersebut menegaskan sanksi yang di dapat oleh pelaku jika
melanggar merupakan paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua
belas) tahun, akan tetapi jika terhadap pelaku anak berdasarkan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak terdapat
Juga dalam sistem peradilan pidana anak jika dilihat pada Pasal 3 huruf g
ditahan, atau dipenjara kecuali sebagai upaya terakhir dengan waktu yang
paling singkat.
Maka dari itu hakim dalam hal pemberian hukuman pidana penjara bagi
si anak yang jika kita lihat berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun
G. Metode Penelitian
1. Jenis Metode Penelitian
sebagai berikut :
16. Roni Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurumateri, (Jakarta : Ghalia
Indonesia,1994)hlm.9.
17. Susilo, Gudnanto, dan Rahardjo, Pemahaman Individu Teknik Non Tes, (Kudus : Nora
Media Enterprise,2011),hlm.250.
27
18.Ibid,hlm.250.
19.Hajar M, Model-Model Pendekatan Dalam Penelitian Hukum dan Fiqh (Pekanbaru : UIN
Suska Riau, 2015) h.41.
28
hukum guna menjawab materi muatan hukum yang menjadi point dalam
penelitian ini.
data yang diperoleh dari bahan pustaka. Data yang diperoleh langsung
dari masyarakat dinamakan data primer (atau data dasar), sedangkan data
sekunder, yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
meliputi :
20. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif,( Jakarta: Rajawali
Pers, 2014), hlm. 12 .
21. Zainuddin, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika) hlm. 47.
29
Perlindungan Anak
tangan kedua atau dari sumber-sumber yang lain yang telah tersedia
22
sebelum penelitian dilakukan . Bahan hukum sekunder berupa
buku-buku terutama buku teks, jurnal ilmiah dan lain-lain 23. Pada
22. Ulber Silalahi, Metodologi Penelitian Sosial, (Bandung : Refika Aditama, 2009),h.289-
291.
23. Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, (Mataram University Press, Juni, 2020),hlm.75.
30
primer dan sekunder 24, yaitu berupa kamus besar bahasa Indonesia,
bentuk hitungan lainnya 25. Data yang dikumpulkan dalam bahan hukum
24. Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada),
2002, hlm. 116.
25. Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori Dan Praktik, (Jakarta: BumiAksara,
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam Bab III ini Peneliti akan menguraikan kasus posisi, putusan
BAB IV PENUTUP
TINJAUAN UMUM
A. Pertimbangan Hakim
1. Pengertian Hakim
pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-
Undang tersebut.
33
34
sangat penting untuk mewujudkan nilai dari suatu putusan hakim yang
hukum, selain itu juga dapat bermanfaat bagi para pihak yang
teliti, baik, dan cermat. Apabila pertimbangan hakim tersebut tidak teliti,
baik, dan cermat, sejatinya putusan hakim yang berasal dari pertimbangan
Agung 26.
dasar yang dipakai melalui sebuah argumen atau alasan yang dipakai oleh
hakim sebagai pertimbangan hukum, dan terdapat tiga jenis dasar aspek-
aspek pertimbangan hakim menurut sudarto, selain dari aspek yuridis ada
26. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, ( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004),hlm.140.
35
a. Pertimbangan Yuridis
adalah: (a) Keterangan Saksi; (b) Keterangan Ahli ; (c) Surat; (d)
dilakukan 27.
b.) Memperhatikan sifat baik dan buruk dari terdakwa serta nilai-
terdakwa.
peranan korban.
e.) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa
b. Pertimbangan Filosofis
2002),hlm.68.
37
B. Putusan Pemidanaan
1. Pengertian Putusan
atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang
terbuka setelah melalui proses dan prosedur yang diatur hukum acara
2. Klasifikasi Putusan
tentang sesuatu hak atau title maupun status. Dan pernyataan itu
mengikat para pihak dalam perjanjian itu tidak sah oleh karena itu
(declaratoir).
Pasal 156 ayat (1), Pasal 143 ayat (2) huruf b, dan Pasal
3. Putusan Pemidanaan
36. Lilik Mulyadi, Seraut Wajah Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Pidana Indonesia,
(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2010),hlm.137.
37. Tolib Effendi, Dasar Dasar Hukum Acara Pidana (Perkembangan dan Pembaharuanny
pengajuan grasi
C. Narkotika
1. Pengertian Narkotika Menurut Undang-Undang dan Para Ahli
inggris yakni “Narcotics” atau berasalkan dari kata dasar narcois yang
“narke” yang artiannya sama dengan obat bius. Secara umumnya yang
pemakai.
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
Undang ini.
40. Soedjono D, Segi Hukum Tentang Narkotika Di Indonesia, (Bandung: Karya Nusantara,
1977),hlm.5.
41. Lidya Herlina Martono, Stya Joewana, Pencegahandan Penanggulangan Penyalahguna
2. Tindak Pidana
pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana atau perbuatan pidana
42. Andi Hamzah, Asas Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994),hlm.72.
46
Istilah dari tindak pidana itu sendiri dipakai sebagai terjemahan dari
straaf yang berartikan Pidana, baar yang berarti boleh dan feit yang
Hukum Pidana pada umumnya dapat kita bagi menjadi dua macam unsur-
43. Rasyid Hariman, Fahmi Raghib, Hukum Pidana, (Malang: Setara Press, 2016),hlm.57.
44. Moeljanto, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1984),hlm.5.
47
diluar dari kepentingan medis. Seperti yang sering kita jumpai atau lihat
di media televisi maupn media cetak, yang pada akhirnya hanya akan
45. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Bandung: P.T. Citra Aditya Bakti,
2011),hlm.194.
46. S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta: Ahaem-
Petehaem, 1996),hlm.193-194.
48
menjadi sebuah kerugian besar bagi si penggunanya maka dari itu demi
terkait;
peredaran;
secara pidana bagi si pelaku. Untuk sampai pada suatu kesimpulan bahwa
merupakan perbuatan yang secara tanpa hak atau melawan hukum dalam
medis, maupun dalam hal kepemilikan narkotika dalam hal ini diperkuat
melalui pada Pasal 127 Ayat (1) dan Pasal 112 Ayat (1) Undang-Undang
Setiap Penyalahguna:
48. Tedy Subrata, Penerapan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan
Narkotika, Jurnal Hukum dan Keadilan, Vol.8 No.2.2021.
50
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana
mengenal dua jenis pidana, yakni pidana pokok dan tambahan yang sesuai
Seperti pada tindak pidana perkara narkotika itu sendiri, pidana mati
pada kasus tindak pidana narkotika dapat dilihat di dalam mulai dari Pasal
Narkotika.
51
Anak merupakan salah satu karunia terbesar yang diberikan oleh tuhan
yang harus kita jaga dengan penuh rasa kasih sayang, sebagaimana disebutkan
mengatakan bahwa anak adalah amanah dan karuni Tuhan Yang Maha Esa,
yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya 49.
secara etimologis sejatinya dapat diartikan sebagai manusia yang masih kecil
atau dengan kata lain manusia yang belum dewasa. Selanjutnya menurut R.A.
Koesnan “Anak-anak yaitu manusia muda dalam umur muda dalam jiwa dan
50
perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya.”
Definisi singkat lebih lanjut yang dapat disebut sebagai anak berdasarkan
sebagai berikut:
49.M Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika 2013),hlm.8.
50.R.A. Koesna, Susunan Pidana dalam Negara Sosialis Indonesia, (Bandung: Sumur,
2005),hlm.113.
52
a.) Anak yang berkonflik dengan hukum, yang selanjutnya disebut anak
adalah orang yang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum
Anak
belas) tahun dan belum menikah termasuk anak yang masih dalam
c.) Sedangkan di dalam konveksi hak anak atau disebut dengan Convention
on the right of the child, Artian anak adalah sebagai setiap orang dibawah
dimaksud dengan anak adalah mereka yang belum mencapai usia 18 atau
belum dewasa secara fisik maupun mental akan tetapi yang menjadi
E. Perlindungan Anak
Konsep perlindungan anak berarti bahwa perlindungan anak tidak hanya
berkaitan dengan menjaga semua hak dan kepentingan yang dapat menjamin
pertumbuhan dan perkembangan mental, fisik dan sosial yang layak, namun
53
juga dengan generasi muda. Dalam situasi dan proses yang menyebabkan anak,
untuk menjamin masa depan anak dan perkembangan generasi yang akan
datang.
Sejak kelahirannya manusia sudah mempunyai hak alamiah yaitu hak asasi.
sebagai pemimpin masa depan bangsa dan sebagai sumber harapan bagi
kedudukan dan peran yang berbeda, menyadari pentingnya anak bagi masa
depan tanah air dan bangsa. Setelah mereka matang dalam pertumbuhan sosial
54
fisik dan mental dalam sosialnya, maka sudah saatnya menggantikan generasi
sebelumnya.
anak adalah suatu hasil interaksi karena adanya hubungan antara fenomena
51
yang ada dan saling mempengaruhi.”
lainnya maka dari itu anak sebagai generasi penerus yang akan meneruskan
hak-hak anak tersebut yang telah diatur oleh hukum mengingat secara hukum
anak belum dibebani dengan kewajiban. Hak anak yang diatur oleh beberapa
51. Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta: Akademika Presindo, 1989),hlm.12.
55
g. Pasal 10
“Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya,
menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan
tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai
dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.”
h. Pasal 11
“Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan
waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain,
berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat
kecerdasannya demi pengembangan diri.”
i. Pasal 12
“Setiap anak berhak menyandang cacat berhak memperoleh
rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan
sosial.”
j. Pasal 13
“Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau
pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan,
berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
a. diskriminasi;
b eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasaan, dan penganiayaan;
e. ketidakadilan;
f. perlakuan salah lainnya.”
k. Pasal 14
“Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri,
kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah
menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan
terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir”
57
l. Pasal 15
“Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari:
a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan;
e. pelibatan dalam peperangan.”
m. Pasal 16 Ayat 1 (satu) dan 2 (dua)
“Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran
penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak
manusiawi.”
“Setiap anak berhak memperoleh kebebasan sesuai dengan
hukum.”Pasal 17 Ayat 1 (satu)
“Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk:
a) Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan
penempatannya dipisahkan dari orang dewasa;
b) Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara
efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan
c) Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan
anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup
untuk umum.”
n. Pasal 18
“Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana
berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.”
pidana tersebut yang dituangkan secara khusus dan dipisah dari orang
dewasa.
belas) tahun.
sebagai berikut:
secara efektif;
martabatnya;
f.) Berhak untuk tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup;
59
umum;
j.) Berhak untuk memperoleh pendampingan orang tua atau wali dan
peraturan perundang-undangan.
3.) Dan di dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
setiapanak yang sedang menjalani masa pidana juga memiliki hak untuk
undangan.
60
4.) Hak-hak anak juga berada dalam Pasal 52 hingga Pasal 66 Undang-
a.) Pasal 52 berisikan setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang
tua, keluarga, masyarakat, dan negara serta hak anak merupakan hak
asasi manusia dan diakui serta dilindungi oleh hukun sejak berada
dalam kandungan;
b.) Pasal 53 berisikan setiap anak yang masih dalam kandungan berhak
c.) Pasal 54 berisikan setiap anak yang cacat fisik atau mental berhak
(2) Dalam hal orang tua anak tidak mampu membesarkan dan
peraturan perundang-undangan.
peraturan perundang-undangan
(2) Setiap anak berhak untuk mendapatkan orang tua angkat atau
telah meninggal dunia atau karena suatu sebab yang sah tidak
pengasuhan orang tua atau walinya, atai pihak lain maupun yang
h.) Pasal 59 Ayat 1 (satu), mengenai tentang setiap anak berhak untuk
kehendak anak sendiri, kecuali jika ada alasan dan atauran yang sah
62
kecerdasannya;
j.) Pasal 61, Setiap anak berhak untuk istirahat, bergaul dengan anak
dirinya;
k.) Pasal 62, Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan
mentak spiritualnya;
l.) Pasal 63, Setiap anak berhak untuk tidak dilibatkan di dalam
m.) Pasal 64, Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari
n.) Pasal 65, Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari
tidak manusiawi.
melawan hukum.
5.) Begitu pula hak anak di dalam konvensi hak anak tidaklah jauh
aspek:
kekerasan;
anak;
sebagai anak.
kesejahteraan, yakni:
pelyanan;
pelayanan khusus.
54.H. Edy Tarsono, Yunan Prasetyo K, Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: PKIH FHUP,
2011),hlm.22.
66
kelompok;
wawasan target;
setelah anak menjalani pidana, hal ini sesuai pada Pasal 1 angka1 (satu)
peradilan pidana anak adalah sistem penegakan hukum peradilan pidana anak
pidana anak yang berlandaskan hukum pidana materiil anak dan hukum pidana
Dalam hal ini tujuan sistem penegakan peradilan pidana anak ini
Peradilan Pidana Anak tentang apa yang dimaksud sistem peradilan pidana
berikut:56
55. Nikmah Rosida, Sistem Peradilan Pidana Anak, (Lampung: Universitas Lampung,
2019),hlm.18.
56. Ibid,hlm.19.
68
Anak.
beda yang berdasarkan suku, agama, ras, budaya dan bahasa, fisik atau
kembang anak;
g. Pembinaan dan pembimbingan anak dalam hal jasmani dan rohani baik di
peradilan pidana anak adalah tidak hanya untuk menjatuhkan sanksi pidana
keseluruhan dari berbagai macam aspek dalam menghadapi hukum agar dapat
terbaik bagi anak yang berhadapan dengan hukum. Seperti terhindarnya anak
A. Kasus Posisi
menjatuhkan putusan atas nama anak dalam perkara tersebut sebagai berikut :
1. Identitas Terdakwa
PARMONO
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
71
72
Peristiwa ini terjadi pada hari minggu malam sekitar jam 19.30 WIB di
terhadap Billy Wiratno bin Adi Darmojo namun saksi Billy Wiratno tidak
Sabarman, tidak lama dari kejadian tersebut anak bersama dengan saksi
yang berisikan shabu dan sisa dari bekas shabu yang telah dipakai
melakukan interogasi dari mana asal narkotika jenis shabu tersebut dibeli
dan hal kepemilikan shabu tersebut, setelah itu Saksi Tubagus Fathul
Azim menjawab bahwa narkotika jenis shabu tersebut dibeli dengan harga
Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) dari Saksi Billy Wiratno
yang akan dipakai sekitar jam 19.30 WIB di rumah saksi Billy Wiratno,
disaat Anak dan saksi Tubagus Fathul Azim datang ke rumah saksi Billy
a. Dakwaan Kesatu
Desember 2019 sekitar jam 19.30 atau sekiranya pada suatu waktu
yang 1 (satu) plastik klip nya berisi sabu dan 1 (satu) plastik
klip nya bekas sisa pakai sabu kedua plastik klip tersebut
lima puluh ribu rupiah) dari saksi Billy Wiratno sekitar jam
teknologi.
b. Dakwaan Kedua
dengan alat hisap shabu milik saksi Billy, akan tetapi saat
Billy Wiratno.
tanpa melalui resep dokter atau anak tidak memiliki izin dari
Azim)
terhadapnya;
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo Pasal 132 ayat (1) Undang-
Peradilan Anak.
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo Pasal 132 ayat (1) Undang-
1. Setiap Orang;
Yang dimaksud dalam unsur setiap orang disini adalah siapa saja,
setiap orang, subjek hukum orang perorangan. Dalam kasus ini bahwa
identitas yang terdapat dalam surat dakwaan penuntut umum dan anak
merupakan orang yang sehat jasmani dan rohani maka berdasarkan hal
pukul 19.30 WIB, Anak telah ditangkap oleh Saksi Maulana Yusup SR.
Bin Bambang Rohyadi Dan Saksi P, Lalan Budayana bin Cecep yang
berisi narkotika jenis sabu dan 1 (satu) buah plastik klip kosong dan 1
kesimpulan bahwa barang bukti berupa Kristal warna putih adalah benar
tentang Narkotika
bahwa oleh karena seluruh unsur dalam Pasal 112 ayat (1) UU RI No. 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo Pasal 132 ayat (1) Undang- Undang
baik sebagai alasan pembenar maupun sebagai alasan pemaaf, maka Anak
(satu) buah plastik klip berisi shabu, 1 (satu) buah plastik klip bekas pakai
dan 1 (satu) celanan jeans merk Lea warna hitam, yang telah disita dan
perkara tersebut;
terhadap Anak haruslah hukuman yang tidak hanya dapat membuat Anak
Anak dapat menjadi manusia yang berguna baik bagi dirinya sendiri, bagi
keluarga, bagi masyarakat dan bagi bangsa ini. Dimana Pidana Penjara
perbuatan Anak;
hukum serta keadilan secara merdeka, asas kebebasan hakim juga meliputi
kebebasan hakim itu sendiri yang memiliki tujuan untuk memutus suatu perkara
berdasarkan alasan yang disertai dasar hukum yang tepat. Dalam terwujudnya
Alfandi Bima Nazandra dinyatakan telah bersalah perihal kasus percobaan atau
1. Pertimbangan Yuridis
Dakwaan Pertama :
Dakwaan Kedua :
Anak.
90
b. Fakta Persidangan :
59
di pengadilan . Sebagaimana telah diatur berdasarkan Pasal 184
Pidana atau biasa disebut dengan (KUHAP), alat-alat bukti yang sah
Keterangan Saksi :
59.Sri Dewi Rahayu, Yulia Monita, Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Perkara Tindak
Pidana Narkotika, PAMPAS: Journal Of Criminal Law, ISSN.2961-841, Vol.1 No.1, hlm.133.
91
dan tidak lama beberapa saat dari hal tersebut saksi Maulana
dan tidak lama beberapa saat dari hal tersebut saksi Maulana
19.30 Wib.
ratus ribu rupiah), setelah dari itu saksi Rori Setianto bertemu
Pringsewu.
Keterangan Ahli :
dari pihak laboratorium uji narkoba yakni Carolina Tonggo Mt, S.Si
Narkotika.
Surat :
Petunjuk :
semua alat-alat bukti mulai dari keterangan saksi satu dengan saksi
minggu pada tanggal 22 Agustus 2019 sekitar jam 19.30 wib anak
dipakai anak tersebut dibeli dari saksi Billy Wiratno pada sekitar
jam 16.00 Wib senilai Rp.250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah)
112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123,
saksi Rori Setianto, kemudian tidak lama dari hal tersebut saksi
memenuhi unsur dalam Pasal 112 ayat (1) jo Pasal 132 ayat (1)
umur 18 (delapan belas) tahun dan pada Pasal 1 (satu) angka 1 (satu)
yang berlaku pada peradilan pidana anak yang dipisah dari orang
unsur dari “setiap orang” telah terpenuhi dan sesuai dalam peradilan
pidananya.
2. Pertimbangan Sosiologis
yang memberatkan pada anak bernama Alfandi Bima Nazandra dan hal-
yang telah dituang dalam Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, yaitu asas restorative dan asas ultimum
asas ultimum remedium sendiri merupakan salah satu asas yang terdapat
102
Pidana Anak dan harus sejalan kedua asasnya. Jika berdasarkan Pasal 1
penjara sebagai upaya paling terakhir dan jika anak tetap mendapatkan
pidana berupa penjara maka haruslah dengan waktu yang paling singkat
3. Pertimbangan Filosofis
dakwaan kesatu yang telah dipilih oleh hakim yaitu Pasal 112 Ayat (1) Jo
terakhir.
dakwaan kesatu Pasal 112 ayat 1 (satu) jo Pasal 132 ayat 1 (satu) Undang-
pada hukum atau Undang-Undang yang terkait dengan tindak pidana yang
telah dipilih hakim dengan melihat dari segi unsur yang telah terpenuhi
berfokus pada objek tindak pidana yang telah dilakukan anak, juga tidak
hakim itu sendiri. Segi keadilan yang dimaksud adalah keadilan yang ada
mengulangi perbuatan jahat lagi serta agar anak Alfandi Bima Nazandra
dapat mengambil hikmahnya untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik
peristiwa yang konkrit, dimana hakim haruslah memberikan jalan keluar serta
putusannya sebagai hukum yang mengikat dan sebagai sumber hukum. Sebuah
putusan hakim harus mengandung idee des recht yang terdiri dari tiga aspek,
harus berpedoman kepada asas dasar di suatu putusan yaitu, demi keadilan
Pertimbangan Hakim
kesesuaian antara keterangan saksi dan barang bukti yang dihadirkan di dalam
persidangan agar tidak menyimpang dari yang seharusnya dan tidak melanggar
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo Pasal 132 ayat (1) Undang- Undang
Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009
1. Setiap Orang ;
Yang dimaksud dalam unsur setiap orang disini adalah siapa saja, setiap
orang, subjek hukum orang perorangan. Dalam kasus ini bahwa anak yang
persidangan, anak yang bernama Alfandi Bima Nazandra adalah subjek hukum
perorangan yang identitasnya sesuai dengan identitas yang terdapat dalam surat
dakwaan penuntut umum dan anak merupakan orang yang sehat jasmani dan
rohani maka berdasarkan hal tersebut unsur “setiap orang” telah terpenuhi.
108
Bahwa benar pada hari Minggu tanggal 22 Agustus 2019 sekira pukul
19.30 WIB, Anak telah ditangkap oleh Saksi Maulana Yusup SR. Bin Bambang
Rohyadi Dan Saksi P, Lalan Budayana bin Cecep yang keduanya merupakan
berupa 1 (satu) buah plastik klip berisi narkotika jenis sabu dan 1 (satu) buah
plastik klip kosong dan 1 (satu) buah kertas a uminium foil rokok;
Hakim berkeyakinan bahwa unsur ini telah terpenuhi; Menimbang, bahwa oleh
karena seluruh unsur dalam Pasal 112 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika Jo Pasal 132 ayat (1) Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak, maka Anak haruslah
mempertanggungjawabkan perbuatannya;
dipersidangan berupa: 1 (satu) buah kertas alumunium foil, 1 (satu) buah plastik
klip berisi shabu, 1 (satu) buah plastik klip bekas pakai dan 1 (satu) celanan
jeans merk Lea warna hitam, yang telah disita dan diketahui masih
dipergunakan dalam berkas perkara atas nama Tubbagus Fathul Azim, maka
pertimbangan hakim karena perilaku anak yang tidak menaati program dari
Anak dan wali/orang tua Anak serta dengan menghubungkannya asas dari
sistem peradilan anak, yaitu asas restorative dan asas ultimum remedium
tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak, maka Hakim berpendapat bahwa
hukuman yang dijatuhkan terhadap Anak haruslah hukuman yang tidak hanya
dapat membuat Anak jera/tidak megulangi lagi, namun juga dapat menjadi
pembelajaraan agar Anak dapat menjadi manusia yang berguna baik bagi
dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi masyarakat dan bagi bangsa ini. Dimana
Anak dibebankan biaya perkara yang besarnya akan ditentukan dalam amar
Putusan Hakim.
MENGADILI
pidana dalam percobaan atau niat jahat (permufakatan jahat) tidak memiliki hak
Maka dari itu anak dijatuhkan hukuman berupa pidana penjara selama 2
(dua) tahun penjara dan juga pelatihan kerja dengan lama 2 (dua) bulan di
Alfandi Bima Nazandra sepenuhnya dikurangi dari pidana berupa penjara yang
telah dijatuhkan; maka anak ditetapkan Alfandi Bima Nazandra (anak) tetap
ditahan;
112
Dengan beberapa barang bukti berupa : satu buah kertas alumunium foil,
dua buah plastik klip dimana satunya berisikan sabu dan satunya sudah dipakai,
celana jeans dengan merk lea berwarna hitam yang dipergunakan dalam berkas
perkara atas nama Tubagus Fathul Azim, dan Alfandi Bima Nazandra (anak)
dibebankan untuk membayar biaya perkara senilai Rp.2.000, (dua ribu rupiah);
negeri kota agung, pada hari kamis tanggal 23 bulan Januari tahun 2020, serta
diucapkan pada sidang terbuka untuk umum dengan bantuan beberapa pihak
terkait seperti penuntut umum dan panitera pengganti pada pengadilan negeri
kesatu yang telah dipilih oleh hakim. Dengan memperhatikan ketentuan Pasal
112 ayat 1 (satu) jo Pasal 132 ayat 1 (satu) Undang- Undang Nomor 35 Tahun
dapat dikenakan pidana penjara dengan waktu paling singkat 4 (empat) tahun
dan waktu paling lama 12 (dua belas) tahun penjara beserta denda senilai
Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling besar denda senilai
Alfandi Bima Nazandra dengan sanksi berupa pidana penjara selama 2 (dua)
tahun dan pelatihan kerja selama 2 (dua) bulan di lembaga pembinaan khusus
anak. Hal tersebut sesuai jika dilihat melalui pada ketentuan di Pasal 71 ayat 1
(satu) huruf d dan e Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak, pidana berupa penjara serta pelatihan kerja termasuk
melanggar ketentuan pasal tersebut dengan pidana berupa penjara dan pidana
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak terdapat pada pasal 71 ayat
dengan pidana kumulatif berupa penjara serta denda, maka pidana denda untuk
anak tersebut diganti dengan pelatihan kerja. Berdasarkan pada pasal tersebut
hal ini sesuai dengan putusan hakim untuk anak Alfandi Bima Nazandra di
(dua) bulan untuk mengganti pidana denda tersebut, karena pidana yang
terdapat pada pasal 112 ayat 1 (satu) diancam dengan pidana kumulatif berupa
putusan pidana berupa penjara selama 2 (dua) tahun yang dimana merupakan
Peradilan Pidana Anak berada di pasal 81 ayat 2 (dua) dan ayat 5 (lima),
Yang secara tegas menyatakan, lama pidana penjara yang dapat diberikan
terhadap anak paling lama setengah dari maksimum ancaman pidana penjara
bagi orang dewasa juga sebagai upaya terakhir dalam penjatuhan pidana
tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa ancaman pidana penjara pada pasal 112
(dua belas) tahun penjara, bedasarkan ancaman pidana tersebut berarti hakim
memberikan putusan pidana berupa penjara dengan waktu yang paling singkat
dari ketentuan Pasal 112 ayat 1 (satu) tersebut terhadap Alfandi Bima Nazandra
(anak), yakni 4 (empat) tahun pidana penjara yang telah dikurang dengan
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dimana pidana berupa penjara terhadap
anak dapat diberikan ketika masa hukuman pidana penjara tersebut dikurangi
setengahnya dari orang dewasa yang menjadi berupa 2 (dua) tahun pidana
penjara.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang sakral dalam persidangan, maka dari itu hakim haruslah berhati-hati
yang dipilih yaitu Pasal 112 ayat (1) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang
dengan mengacu pada fakta yang terungkap, dan penempatan dari tiap
115
116
pasal yang tertuang dalam dakwaan, maka hakim telah sesuai dalam
memberikan pertimbangannya.
2 (dua) tahun yang mana hal tersebut merupakan upaya terakhir sesuai
Pidana Anak pada pasal 81 ayat 5 (lima) dan dikarenakan tindak pidana
yaitu pidana berupa penjara serta denda maka hakim dalam memberikan
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yaitu pada
kerja selama 2 (dua) bulan untuk mengganti denda tersebut dan waktu
pidana penjara yang telah dipotong menjadi setengah dari orang dewasa
117
pada pidana penjara seharusnya yang didapatkan oleh anak hal tersebut
B. Saran
semua unsur terbukti bersalah maka hakim juga tidak bisa menghindarkan
anak untuk tidak dikenakan sanksi terkait dengan tindak pidana yang
mana dalam kasus yang penulis teliti ini masih terlalu berat hukumannya
untuk Anak.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002)
D, Soedjono. Segi Hukum Tentang Narkotika Di Indonesia, (Bandung: Karya Nusantara,
1977).
Djamil, M Nasir. Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika 2013).
Effendi, Tolib. Dasar Dasar Hukum Acara Pidana (Perkembangan dan Pembaharuanny Di
Indonesia), (Malang: Setara Press, 2014).
Gosita, Arif. Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta: Akademika Presindo, 1989).
Gultom, Maidin. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak di Indonesia,(Bandung: Refika Aditama, 2008).
Gunadi, Ismu dan Jonaedi Efendi, Hukum Pidana, (Jakarta: Kencana,2014).
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif, Teori Dan Praktik, (Jakarta: BumiAksara,
2013).
Hamzah, Andi. Asas Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994).
Harahap, Yahya. Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan putusan Pengadilan, (Jakarta: 2005).
Hariman, Rasyid. Fahmi Raghib, Hukum Pidana, (Malang: Setara Press, 2016).
Hermawati, Yanti, Apriandhini, Megafury, Setiani, Made Yudhi dan Majidah, Indonesia Yang
Berkeadilan Sosial Tanpa Diskriminasi, (Tangerang Selatan : Universitas Terbuka,
2016).
Iswanto, Viktimologi, (Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman,2009).
Koesna, R.A. Susunan Pidana dalam Negara Sosialis Indonesia, (Bandung: Sumur, 2005).
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Bandung: P.T. Citra Aditya Bakti, 2011).
M, Hajar. Model-Model Pendekatan Dalam Penelitian Hukum dan Fiqh (Pekanbaru : UIN Suska
Riau, 2015)
Martono, Lidya Herlina dan Stya Joewana, Pencegahandan Penanggulangan Penyalahguna
an Narkoba Berbasis Sekolah, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006).
Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1998).
Moeljanto, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1984).
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, (Mataram University Press, Juni, 2020).
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, ( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004).
Mulyadi, Lilik. Seraut Wajah Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Pidana
Indonesia,(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2010).
Mustafa, Kriminologi : Kajian Sosiologi Terhadap Kriminalitas, Perilaku Menyimpang
dan Pelanggaran Hukum,(Depok: FISIP UI Press,2007).
Rhiti, Hyronimus. Filsafat Hukum Edisi Lengkap (Dari Klasik ke Postmodernisme),
(Yogyakarta: Universitas Atma Jaya,2015).
Rosida, Nikmah . Sistem Peradilan Pidana Anak, (Lampung: Universitas Lampung,
2019).
Santoso, M.Agus. Hukum Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum, (Jakarta:
Kencana, 2014)
Sianturi, S.R. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta: Ahaem-
Petehaem, 1996).
Silalahi, Ulber . Metodologi Penelitian Sosial, (Bandung : Refika Aditama, 2009).
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif,( Jakarta: Rajawali Pers,
2014).
Soemitro, Roni Hanitijo. Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurumateri, (Jakarta : Ghalia
Indonesia,1994).
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 1986).
Susilo, Gudnanto, dan Rahardjo, Pemahaman Individu Teknik Non Tes, (Kudus : Nora Media
Enterprise,2011).
Sutopo, HB. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002).
Tarsono, H.Edy dan Yunan Prasetyo K, Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: PKIH
FHUP, 2011).
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Gitamedia Press,2008).
Zainuddin, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika).
JURNAL
Akbar, Muhammad dan Syahrul Bakti Harahap. Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan
Perkara Tindak PidanaPenyalahgunaan Narkotika Golongan 1 Bagi Diri Sendiri,
Jurnal Smart Hukum, ISSN.2961-841, Vol.1 No.1,2022, hlm.232.
Hikmawati, Puteri. Analisis Terhadap Sanksi Pidana Bagi Pengguna Narkotika, Jurnal
Negara Hukum:Membangun Hukum untuk Keadilan dan Kesejahteraan. Vol.2
No.2, 2011
Rahayu, Sri Dewi dan Yulia Monita. Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Perkara
Tindak Pidana Narkotika, PAMPAS: Journal Of Criminal Law, ISSN.2961-841,
Vol.1 No.1, hlm.133.
Subrata, Tedy . Penerapan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan
Narkotika, Jurnal Hukum dan Keadilan, Vol.8 No.2.2021.
Sudiro, Ahmad. Konsep Keadilan dan Sistem Tanggung Jawab Keperdataan dalam
Hukum Udara, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Vol. 19 No. 3,2012.
INTERNET
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN