Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Disusun Oleh:
Rasifah (11150450000020)
Masalah utama dalam skripsi ini mengenai tindak pidana narkotika yang dilakkan oleh
anak terdapat di dalam putusan Pengadilin Tinggi Medan Nomor 8/Pid.Sus.Anak/2015/PT.MDN
yang memvonis anak yang bernama Zulkifli alias Zul dengan pidana penjara selama 2 (dua)
tahun dan denda Rp.1000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Subsidair 6 (enam) bulan Pelatihan
Kerja. Skripsi ini bertujuan menjelaskan penyebab anak melakukan tindak pidana narkotika,
pandangan hukum positif dan hukum Islam mengatur sanksi terhadap anak yang melakukan
tindak pidana narkotika dan untuk menjelaskan serta menganalisa putusan pertimbangan hakim
pada perkara (No. 8 / PID.Sus.Anak / 2015 / PT.MDN)
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif dan library research dengan
melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan dan sumber lain
yang berkaitan dengan objek kajian. Setelah data diperoleh, penulis menganalisis secara
kualitatif data yang diperoleh terhadap objek kajian (Putusan No. 8 / PID.Sus.Anak / 2015 /
PT.MDN).
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam Hukum Pidana Islam anak yang terlibat
dalam narkotika maka tidak dikenakan sanksi hadd, ataupun ta’zir, sebab ia belum termasuk
mukallaf (dewasa) dan belum mengetahui hak dan kewajiban dalam Islam. Dalam hal ini
hukuman yang diberikan dalam hukum Islam untuk anak yang belum baligh diberikan ta’dib
(pendidikan/pembinaan). Sedangkan dalam hukum positif Undang-Undang No. 35 Tahun 2009
tentang Narkotika, diberikan alternatif lain dalam penyelesaian kasus anak pelaku tindak pidana
penyalahguna narkotika yaitu secara diversi, sehingga tidak melibatkan anak ke dalam proses
peradilan yang panjang dan cukup rumit bagi anak yang masih di bawah umur. Penyalahgunaan
narkotika yang dilakukan oleh anak masih cenderung memberikan sanksi berupa penjara bagi
iii
anak yang menggunakan narkotika untuk konsumsi pribadinya. Sanksi pidana narkotika bagi
anak di bawah umur yang berhadapan dengan hukum memang terdapat ketentuan-ketentuan
yang mengatur mengenai batas usia anak yang dapat dipidana berdasarkan Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Anak yang berusia di bawah 12
tahun tidak boleh dipidana, anak yang berusia di bawah 14 tahun tidak dapat dikenakan sanksi
pidana namun dapat dikenakan tindakan seperti pengembalian kepada orang tua/wali, dan anak
yang berusia di bawah 18 tahun dapat dikenakan sanksi pidana.
iv
KATA PENGANTAR
Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa risalah kebenaran untuk semua umat khususnya Islam.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan terima kasih yang sedalam-
dalamnya atas bimbingan, masukan, saran dan dukungannya baik moril maupun materil kepada:
1. Kedua orang tua penulis Bapak Rozalih dan Mamah Asenih yang selalu berjuang
keras memberikan dukungan baik moril maupun materil, memberikan banyak
perhatian dan semangat serta yang selalu mendoakan penulis dengan ikhlas agar
penulis mampu menyelesaikan kuliah Strata 1 ini. Semoga diberikan umur panjang
dan kesehatan oleh Allah SWT serta kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Kepada Dosen Pembimbing dan Kaprodi Hukum Pidana Islam yaitu Bapak Dr. H. M.
Nurul Irfan M.Ag yang telah sabar membimbing dan memberikan arahan serta
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan masukan sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3. Kepada Sekertaris Prodi Bapak M. Mujibur Rohman yang telah ikut andil dalam
membantu proses pembuatan skripsi ini.
4. Kepada Sekprodi HPI sebelumnya Bapak Nurohim Yunus yang sudah sangat
membantu dan mempermudah proses saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
5. Kepada kekasih hati, Danu Aji Wijaya yang telah memberikan banyak perhatian,
dukungan, nasihat serta masukan agar penulis mampu menyelesaikan kuliah Strata 1
ini.
6. Kepada kedua adik sepupu yang lucu Wina dan Fatih, yang selalu menghibur dengan
tingkah lucunya. Tak lupa untuk saudara-saudara terdekat penulis yang banyak
membantu baik moril maupun materil.
7. Kepada Sahabat Rumah Aini, Nisa, Fauziah, Shella yang selalu menghibur dikala
penulis merasa jenuh dengan skripsi.
8. Kepada Sahabat perjuangan Salwa dan Amah yang telah membantu memotivasi dan
saling mensupport satu sama lain sehingga skripsi ini cepat terselesaikan.
9. Kepada teman-teman jurusan Hukum Pidana Islam angkatan 2015, terimakasih atas
bantuan, doa dan dukungan selama 4 tahun bersama dalam satu kelas. Terimakasih
atas kebersamaan dan waktu berharganya semoga kita semua menjadi orang sukses.
Tak lupa untuk teman-teman kelompok KKN 25 Kemilau Pasir Kronjo terimakasih
atas pengalaman berharganya selama pengabdian.
10. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
27 Ramadhan 1440 H
Rasifah
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESSAHAN ...................................................................................i
ABSTRAK ................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................1
vii
C. Unsur-Unsur Tindak Pidana Narkotika Dan Syurb Al-Khamr............ 29
D. Landasan Hukum Terkait Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Narkotika Dalam
C. Sanksi Tindak Pidana Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Dalam Hukum
Nomor: 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb…………………………..71
8/Pid.Sus.Anak/2015/PT.MDN…………………………………73
C. Analisis Putusan Ditinjau Dalam Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana
Islam .............................................................................................78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................83
B. Saran ............................................................................................84
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani,
(Jakarta: Kencana dan ICCE UIN Jakarta, 2012), h. 121.
2
yang ketiga adalah keadilan, dalam pelaksanaan dan penegakan hukum harus adil,
baik secara komutatif maupun secara distributif.2
Anak merupakan karunia tuhan yang nantinya akan menjadi generasi penerus
bangsa yang akan memimpin dan menggerakan bangsa nantinya. Sebagai generasi
penerus bangsa maka diperlukan adanya pembinaan maupun perlindungan dari
berbagai pihak baik itu keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah,
2
Rahman Syamsuddindan Ismail Aris, Merajut Hukum di Indonesia, (Makassar: Mitra
Wacana Media, 2014), h. 69-70.
3
3
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2012), h. 75.
4
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.
4
yang sangat rendah untuk menolak ajakan negatif dari lingkungan sekitarnya, anak-
anak yang mempunyai rasa keingintahuan sehingga awalnya hanya keinginan coba-
coba terhadap narkotika, kini dimanfaatkan sebagai pengguna bahkan sebagai jalur
peredaran yang bertujuan untuk mencari keuntungan materi juga untuk merusak
bangsa Indonesia melalui merusak fisik dan mental generasi penerus bangsa,
sehingga secara langsung atau tidak langsung anak-anak diperalat untuk melakukan
pidana.
Peran orang tua dalam pengawasan dan penjagaan agar anak tidak terlibat
dalam narkotika sangatlah penting, jika seorang anak terjerumus narkotika maka
orang tua wajib melapor kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau
lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh pemerintah
untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial, sesuai dengan Pasal 55 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika. Kemudian dalam pasal 60 Undang-undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika disebutkan upaya pembinaan meliputi mencegah
generasi muda dan anak usia sekolah dalam penyalahgunaan narkotika, termasuk
dengan memasukkan pendidikan yang berkaitan dengan narkotika dalam kurikulum
sekolah dasar sampai lanjutan atas.6
Artinya : “setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap khamar adalah
haram”.
6
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
5
Pada zaman Nabi Muhammad, khamar masih bersifat tradisional dan cara
penggunaannya hanya dengan diminum. Hal ini sesuai dengan penamaannya, yaitu
jarimah syurb al-khamar atau meminum khamar. Namun, saat ini al-khamar yang
secara etimologis berarti menutup akal, disebut dengan narkotika. Narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan.
Narkotika dengan berbagai macam dan jenisnya tidak hanya diminum, tetapi juga
disuntik, dihisap, atau ditaburkan pada bagian angota tubuh yang telah dilukai. Kalau
zaman dahulu sanksi hukuman hanya dikenakan kepada peminum atau pecandu, saat
ini juga dikenakan kepada pengedar, bandar, bahkan produsen. Hal itu karena
pengedaran narkotika telah bersifat transnasional yang dilakukan dengan
menggunakan modus operandi yang tinggi dan teknologi canggih serta didukung oleh
jaringan organisasi yang luas sehingga sudah banyak menimbulkan korban, terutama
di kalangan generasi muda yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara.8
7
Hamzah Hasan, “Ancaman Pidana Islam Terhadap Penyalahgunaan Narkoba”. Al-Daulah.
Vol. 1 No. 1, Desember 2012, h. 150-151.
8
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016), h. 59-60
6
B. Identifikasi Masalah
1. Efektivitas penerapan pidana positif dan pidana Islam terhadap pelaku pidana
narkotika yang dilakukan oleh anak analisis putusan (No. 8 / PID.Sus.Anak /
2015 / PT.MDN)
2. Proses penyelesaian perkara narkotika yang dilakukan oleh anak sesuai sistem
peradilan anak di Indonesia.
3. Perbedaan pemidanaan terhadap pelaku pidana narkotika yang dilakukan oleh
anak menurut hukum pidana positif dan hukum pidana Islam
C. Pembatasan Masalah
1. Penulisan dan pembahsan skripsi ini hanya akan membahas tentang kasus
tindak pidana narkotika oleh anak menurut hukum pidana positif dan hukum
pidana Islam (analisis putusan No. 8 / PID.Sus.Anak / 2015 / PT.MDN).
2. Proses pemidanaan menurut hukum pidana positif dan hukum pidana Islam
bagi anak yang melakukan tindak pidana narkotika.
3. Perbedaan hukuman pidana positif dan hukuman pidana Islam bagi anak yang
melakukan tindak pidana narkotika.
7
D. Rumusan Masalah
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3. Hasil penelitian ini sebagai bahan informasi atau masukan bagi proses
pembinaan kesadaran hukum di masyarakat untuk mencegah terulangnya
peristiwa serupa.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam pelitian ini adalah metode
kepustakaan (library research), yaitu penelitian terhadap sumber-sumber
tertulis. Penelitian ini bersifat kualitatif, yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan kepustakaan atau data sekunder serta mengacu pada norma hukum yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan keputusan-keputusan
pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat. Keseluruhan data dianalisis dengan analisis kualitatif.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan proposal skripsi ini
adalah pendekatan yuridis normatif artinya pendekatan tersebut dilakukan
dengan melihat Undang-Undang, kasus yang akan dibahas dan juga
perbandingan pada masalah skripsi ini. Penelitian ini bersifat normatif
empiris, yaitu memaparkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan putusan pengadilan yang akan dijadikan sebagai objek penelitian.
G. Kerangka Teori
Agar penulis mudah dalam melakukan kegiatan penelitian, maka perlu ada
kerangka berfikir sebagai acuan dan mencegah terjadinya penyimpangan terhadap
obyek penelitian dan meluaskan pembahasan kearah yang tidak relevan, dalam
penelitian ini menggunakan kerangka teori tentang batas umur tindak pidana
narkotika oleh anak menurut hukum pidana positif dan hukum pidana Islam.
Pengertian anak berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak “anak adalah orang
dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum
mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Pengertian anak
menurut hukum Islam merujuk pada hadis;
Artinya: “tidak dibebankan sanksi/hukuman terhadap tiga hal yaitu, orang yang
tidur sampai ia bangun (sadar), seorang bayi sampai ia dewasa dan terhadap orang
gila sampai dia berakal”.9
Jadi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa seorang anak adalah mulai dari
seorang bayi sampai ia dewasa (baligh).
Pada tahap ini penulis juga menggunakan teori pemidanaan terhadap anak pelaku
tindak pidana. Pemidanaan terhadap anak pelaku tindak pidana adalah rangkaian
proses untuk menjabarkan suatu nilai dan ide yang menjadi tujuan hukum. Tujuan
hukum harus memuat nilai-nilai moralitas, seperti keadilan dan kebenaran. Nilai-nilai
moral tersebut harus mampu diwujudkan didalam suatu realita nyata. Eksistensi
hukum diakui apabila nilai moral yang terdapat dalam hukum tersebut mampu
diimplementasikan atau tidak. Dengan demikian, proses pemidanaan terhadap anak
pelaku tindak pidana itu mengacu pada pelaksanaan yang dilakukan oleh para
9
Abdur Rahman, Tindak Pidana Dalam Syari’at Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), h.
16
11
penegak hukum itu sendiri. Dari penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa
keberhasilan ataupun kegagalan para penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya,
sebetulnya sudah dimulai sejak peraturan hukum itu dibuat.10
Pada tahap penelitian ini penulis merujuk kepada beberapa skripsi yang di
dalamnya mencakup materi sesuai tema judul yang kemudian dijadikan sebagai
bahan-bahan materi yang diperlukan untuk penulisan penelitian tentang tindak pidana
narkotika oleh anak menurut hukum pidana positif dan hukum pidana Islam Adapun
beberapa rujukan skripsi yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
10
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta: Akademika Presindo, 1989), h. 2
12
Pada bab ini membahas tentang analisa terhadap putusan hakim pada kasus
ini. Dalam bab ini akan kami analisa bagai manakah proses pertimbangan hakim
dalam memutus perkara tindak pidana narkotika oleh anak menurut hukum pidana
positif dan hukum pidana Islam.
BAB V : Penutup
Pada bab ini penulis menguraikan tentang penutup yang merupakan hasil
akhir meliputi kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Kemudian
pada penutup ini penulis juga memberikan saran-saran sesuai dengan pokok
permasalahan yang diteliti sehingga tercapai upaya untuk mencapai tujuan dari yan
dilakukan.
BAB II
1. Pengertian Narkotika
Dari akronim NAPZA, yang mempunyai arti lebih lengkap dibanding yang
pertama, maka obat yang dianggap berbahaya adalah narkotika, alkohol, psikotropika
dan zat adiktif. Karena psikotropika dan narkotika digolongkan dalam obat-obat atau
zat yang berbahaya bagi kesehatan maka mengenai produksi, pengadaan, peredaran,
penyaluran, penyerahan ekspor dan impor obat-obat tersebut diatur dalam undang-
undang. Ketentuan yang mengatur narkotika dan psikotropika terdapat dalam:
1
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana
Nasional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 78
14
15
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan (Pasal 1 angka 1 UU No. 22/Th.1997).
Dari literatur tersebut, dapat kita ketahui bahwa pada saat itu tidak dibedakan
secara jelas antara narkotika dan psikotropika. setidak-tidaknya pada saat itu kedua
masalah tersebut dikelompokkan menjadi satu. Di Inggris dan Amerika Serikat
misalnya menggunakan istilah Narcotic and Dangerous Drug (Narkotika dan obat-
obat berbahaya).
Artinya lebih kurang sebagai berikut : “Narkotika adalah zat-zat (obat) yang
dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarnakan zat-zat tersebut
bekerja mempengaruhi susunan syaraf pusat. Dalam definisi narkotika ini sudah
termasuk jenis candu dan turunan candu (morphine, codein, heroine) dan candu
sintetis (meperidine dan methadone).
2
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, (Bandung: Mandar
Maju, 2003), h. 4-5
3
M. Ridha Ma’Roef, Narkotika Masalah dan Bahayanya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1976) h. 14-15
16
Sedangakan definisi lainnya dari Biro Bea dan Cukai America Serikat dalam
buku “Narcotic identification manual” (1973) antara lain mengatakan : bahwa yang
dimaksud dengan narkotika ialah candu, ganja, cocaine, zat-zat yang bhan mentahnya
diambil dari benda-benda tersebut yakni morphine, heroin, codein, hashish, cocaine.
Dan termasuk juga narkotika sintetis yang menghasilkan zat-zat, obat-obat yang
tergolong dalam Hallucinogen, Depressent dan Stimulant.
a. Bahwa narkotika ada dua macam, yaitu narkotika alam dan narkotika sintetis.
Yang termasuk narkotika alam ialah berbagai jenis candu, morphine, heroin,
ganja, hashish, codein dan cocaine. Narkotika alam initermasuk dalam
pengertian narkotika sempit. Sedangkan narkotika sintetis adalah termasuk
dalam pengertian narkotika secra luas. Narkotika sintetis yang termasuk di
dalamnya zat-zat (obat) yang tergolong dalam tiga jenis obat yaitu :
Hallucinogen, Depressent dan Stimulant.
b. Bahwa narkotika itu bekerja mempengaruhi susunan syaraf pusat yang
akibatnya dapat menimbulkan ketidaksadaran atau pembiusan. Berbahaya
apabila disalahgunakan.
c. Bahwa narkotika dalam pengertian ini adalah mencakup obat-obat berbahaya
atau narcotic and dangerous drugs.4
Perkataan narkotika berasal dari Bahasa Yunani “narke” yang berarti terbius
sehingga tidak merasakan apa-apa (Sudarto, 1981 : 36). Namun, ada juga yang
mengatakan bahwa narkotika berasal dari kata Narcissus, sejenis tumbuh-tumbuhan
yang mempunyai buga yang dapat membuat orang menjadi tidak sadar (B.
Simanjuntak, 1981 : 124).
4
M. Ridha Ma’Roef, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2008) h. 34
17
Pengertian yang paling umum dari narkotika adalah zat-zat (obat) baik dari alam
atau sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan ketidaksadran atau
pembiusan. Efek narkotika di samping membius dan menurunkan kesadaran, adalah
mengakibatkan daya khayal/halusinasi (ganja), serta menimbulkan daya
rangsang/stimulant (cocaine). Narkotika yang dibuat dari alam yang kita kenal adalah
candu (opium), ganja dan cocaine.5
5
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana. h. 33-35
6
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Undang-undang Psikotropika, Narkotika Dan
Zat Adiktif Lainnya, (Bandung: Fokus Media, 2011), h. 52.
18
Syurb Al-khamr berasal dari dua kata yaitu ُش ْرب artinya minuman dan ٱخلَ ْمر
ْ
artinya menutup. Asyirbah adalah bentuk jama’ dari kata syurbun. Yang dimaksud
asyirbah atau minum minuman keras adalah minuman yang bisa membuat mabuk,
apapun asalnya. Kata اخلمر berasal dari kata مخر yang berarti menutup akal. Oleh
karena itu, ada istilah kerudung wanita. Setiap benda yang menutup sesuatu yang lain,
selalu disebut khamr, seperti dalam kalimat “tutuplah wadah-wadah kalian”. Jadi
khamr dapat menutup akal, menyumbat, dan membungkusnya. Menurut Al-Zuhaili
sebagaimana dalam buku Nurul Irfan dan Msyrofah, menegaskan bahwa khamr
bahkan dapat merusak jaringan dan syaraf otak. 7
Istilah narkoba dalam konteks hukum Islam, tidak disebutkan secara langsung
dalam Alqur’an maupun dalam Sunnah. Dalam Alqur’an hanya menyebutkan istilah
khamr. Tetapi karena dalam teori ilmu Ushul Fiqih, bila suatu hukum belum
ditentukan status hukumnya, maka bisa diselesaikan melalui metode qiyas (analogi
hukum). Qiyas merupakan metode penetapan hukum dengan cara menyamakan
sesuatu kejadian yang tidak tertulis hukumnya secara tekstual dengan kejadian yang
telah ditetapkan hukumnya secara tekstual. Hal ini dimungkinkan dengan kesamaan
illat dalam hukumnya. Dengan demikian ketetapan hukum suatu peristiwa yang tidak
ada nashnya dapat dikategorikan sebagai qiyas.
7
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2016) h. 51-52
19
Di dalam hukum Islam, narkoba dipandang sebagai zat yang sangat berbahaya.
Dalam al-Qur’an dan al-Hadis tidak disebutkan secara langsung masalah narkotika,
akan tetapi karena sifat maupun bahaya yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan
narkotika sama bahkan lebih dahsyat dari minuman keras atau khamar, maka al-
Qur’an dan hadis Rasulullah yang melarang atau mengharamkan minuman keras atau
khamar dapat dijadikan dasar atau dalil terhadap dilarang dan diharamkannya
penyalahgunaan narkotika.8 Untuk itu bila memang belum ditentukan status hukum
dari narkotika dalam syari’at Islam, maka para ulama (mujtahid) biasanya
menyelesaikan dengan jalan ijtihad mereka, melalui metodologi hukum Islam dengan
jalan pendekatan qiyas sebagai solusi istinbath hukum yang belum jelas hukumnya
dalam syari’at Islam.
Sesuatu yang memabukkan dalam Al-Qur’an disebut khamr, artinya sesuatu yang
dapat menghilangkan akal. Meskipun benuknya berbeda, namun cara kerja khamr dan
narkoba sama. Keduanya merusak fungsi akal manusia.12
Sesuatu yang memabukkan dalam Al-Qur’an disebut khamr, artinya sesuatu yang
dapat menghilangkan akal. Meskipun benuknya berbeda, namun cara kerja khamr dan
narkoba sama. Keduanya merusak fungsi akal manusia.13
Islam melarang khamr (minuman keras), karena khamr dianggap sebagai induk
keburukan (ummul khabaits), disamping merusak akal, jiwa, kesehatan dan harta.
Dari sejak semula, Islam telah berusaha menjelaskan kepada umat manusia, bahwa
manfaatnya tidak seimbang dengan bahaya yang ditimbulkannya. Dalam surah QS.
Al-Baqarah [2:219] Allah Berfirman:
ك َماََا ِ اخلَ ْم ِر َوالْ َمْي ِس ِر قُ ْل فِي ِه َما إِ ْْثٌ َكبِ ٌري َوَمنَافِ ُع لِلن
َ ََّاس َوإِْْثُُه َما أَ ْكبَ ُر ِمن نَّ ْفِعِ ِه ََ َويَ ْسأَلُون ْ ك َع ِن
َ َيَ ْسأَلُون
ِ ي ِنف ُقو َن قُ ِل الِْع ْفو َك َذلِك ي ب نِّي اللَّو لَ ُكَ ْاْلي
ات لَ َِعلَّ ُك َْ تَتَ َف َّك ُرو َنَ ُ ُ ُ َُ َ ََ ُ
10
Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan, Narkotika dalam Pandangan
Agama, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2010), h. 16
11
Muallif Sahlany, Masalah Minum Khamr Sepanjang Ajaran Islam, (Yogyakarta:
Sumbangsih Offset, 1982), h. 2
12
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 289
13
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 289
21
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: “pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya”.
14
Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus, (Jakarta: Kencana Prenadamedia, 2016), hal.
120-121
15
Soedjono Dirjosisworo, Hukum Narkotika Di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 1990), hal. 53
22
16
Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2001) hal. 81
17
M. Ichsan, Hukum Pidana Islam: Sebuah Alternatif, (Yogyakarta: Lab Hukum UM, 2008),
hal. 143
18
Ibid. hal. 153
24
ك ِ ٱخلَ ْم ِر َوٱلْ َمْي ِس ِر قُ ْل فِي ِه َماۗ إِ ْْثٌ َكبِ ٌري َوَمَٰنَ ِف ُع لِلن
َ ََّاس َوإِْْثُُه َماۗ أَ ْكبَ ُر ِمن نَّ ْفِعِ ِه َما َويَ ْسَلُون ْ ك َع ِن
َ َيَ ْسَلُون
ِ ك ي ب نِّي ٱللَّو لَ ُكَ ْٱلءاي
َٰت لَ َِعلَّ ُك َْ تَتَ َف َّك ُرو َن ِ َٰ ِ
َ َ ُ ُ ُ َُ َ َماََا يُنف ُقو َن قُ ِل ٱلْ َِع ْف َو َك َذل
“mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah, “pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya
lebih besar dari pada manfaatnya.” (QS. Al-Baqarah : 219)19
Apabila dibandingkan isi dan kandungan kedua ayat diatas, tampak jelas
bahwa ayat yang kedua sudah menyentuh sisi manfaat dan mudharat. Ketika
diturunkannya ayat ini, tradisi meminum khamr masih tetap berlangsung, tidak hanya
dilakukan oleh oranng-orang kafir, tetapi juga dilakukan oleh sahabat-sahabat Nabi
Muhammad SAW. Mengenai hal ini, sebagaimana dalam buku Nurul Irfan dan
Masyrofah, Al-Suyuthi memaparkan bahwa ali bin Abi Thalib menceritakan,
“Abdurrahman bin Auf mengundang kami untuk berpesta dan memberikann jamuan
berupa khamr. Ketika itu, banyak di antara kami yang meminum khamr. Selanjutnya,
datanglah waktu shalat dan kami pun shalat. Salah seorang di antara kami menjadi
imam. Karena sang imam masih sengah mabuk, maka tiga ayat pertama Surah Al-
Kafirun dibaca secara keliru: “Qul ya ayyuha al-kafirun, la a’budu ma ta’budun,
wanahnu na’budu ma ta’budun.”20
19
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: PT Kumudasmoro
Grafindo, 2009)
20
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2016) h. 49
25
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk.” (QS. An-Nisa :43)21
ِ َان ف
ِ َاخلَمر والْمي ِسر و ْاْلَنْصاب و ْاْل َْزَلم ِرجس ِمن عم ِل الشَّيط َِّ ِ َّ
ُاجتَنبُوه
ْ ْ َ َ ْ ٌ ْ ُ َ ُ َ َ ُ ْ َ َ ُ ْ ْ ين َآمنُوا إَّنَا َ يَا أَيُّ َها الذ
لَ َِعلَّ ُك َْ تُ ْفلِ ُحو َن
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, khamr masih bersifat tradisional dan
cara penggunaannya hanya dengan diminum. Hal ini sesuai dengan penamaannya,
yaitu jarimah syurb al-khamr atau meminum khamr. Namun, saat ini al-khamr yang
secara etimologis berarti sesuatu yang bisa menutup akal, disebut dengan narkotika.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
21
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: PT Kumudasmoro
Grafindo, 2009)
22
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, h. 48-50
26
Dalam rangka mencari relevansi antara teks klasik para ulama dan berbagai
jenis pelanggaran terkait narkoba ini perlu dikemukakan bahwa selain apa yang
disebutkan pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
tetap dinyatakan sebagai pelanggaran. Pasal tersebut berbunyi Narkotika hanya dapat
digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di luar ketentuan ini, apa pun cara yang dilakukan para
pelaku tetap saja dianggap sebagai penyalahgunaan narkoba sebagaimana definisi
23
M. Nurl Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016) h. 59-60
27
Sementara itu, dalam hukum pidana Islam, sanksi bagi pelaku jarimah
meminum khamr berupa hukuman cambuk sebanyak empat puluh atau delapan puluh
kali. Menurut hukum pidana Islam, tidak ada aturan teknis hukuman bagi pelaku
jarimah ini kecuali hukuman cambuk tersebut sebab khamr pada saat itu masih sangat
terbatas dan cara mengkonsumsinya hanya dengan diminum. Para ulama kalangan
Hanafiyah, yang diaparkan Al-Zuhaili sebagaimana dikutip dalam buku Mustafa
Abdullah dan Ruben Ahmad, membedakan antara sanksi sekedar meminum khamr dan
sanksi mabuk. Karena sedikit atau banyak meminum khamr tetap saja haram, maka
peminum yang tidak sampai mabuk juga bisa dikenakan sanksi hukum. Jadi,
meminum atau mengkonsumsi khamr saja sudah bisa dikenai sanksi, apalagi kalu
pelaku sampai mabuk; tentu sanksi yang dikenakan akan lebih berat. Abdullah Qadir
Audah memberikan definisi hukuman, hukuman adalah pembalasan atas pelanggaran
perintah syara yang ditetapkan untuk kemaslahatan masyarakat. Esensi dari
pemberian hukuman bagi pelaku suatu jarimah menurut Islam adalah pencegahan (ar-
radu waz zahru), perbaikan dan pengajaran (al-islah wat tahdzib). Dengan tujuan tersebut
pelaku jarimah diharapkan tidak mengulangi perbuatannya lagi.24
24
Mustafa Abdullah dan Ruben Ahmad, Intisari Hukum Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1983), h. 47
28
bagi jasmani dan rohani. Selanjutnya terdapat dua riwayat yang menjelaskan tentang
sanksi hukum bagi pelaku jarimah meminum khamr. Ada riwayat yang menyebut
sanksinya empat puluh kali cambuk dan ada yang menyebut delapan puluh kali
cambuk. Dari sinilah para fuqaha berbeda pendapat. Kalangan jumhur fuqaha
berpendapat bahwa sanksinya delapan puluh kali cambuk, sedangkan ulama
kelompok Syafi’iyah berpendapat bahwa sanksinya empat puluh kali cambuk.
25
M. Nurl Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016) h. 60
26
Mustafa Abdullah dan Ruben Ahmad, Intisari Hukum Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1983), h. 47
29
12) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika golongan III, diatur
dalam Pasal 123.
13) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukummenawarkan untuk
dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,
menukar, atau menyerahkan narkotika dalam golongan III, diatur dalam
Pasal 124.
14) Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika golongan
III, diatur dalam Pasal 125.
15) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan
narkotika golongan III terhadap orang lain atau memberikan narkotika
golongan III untuk digunakan orang lain, diatur dalam Pasal 126.
16) Setiap penyalah guna: Pasal 127 ayat 1
a) Narkotika golongan I bagi diri sendiri
b) Narkotika golongan II bagi diri sendiri
c) Narkotika golongan III bagi diri sendiri
17) Pecandu narkoba yang belum cukup umur (Pasal 55 ayat 1) yang sengaja
tidak melapor (Pasal 128).
18) Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum: Pasal 129
a) Memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan prekusor
narkotika untuk pembuatan narkotika
b) Memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
prekusor narkotika untuk perbuatan narkotika
c) Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi
perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan prekusor
narkotika untuk pembuatan narkotika
31
Suatu perbuatan bisa dianggap sebagai jarimah apabila telah memenuhi beberapa
unsur, yaitu unsur umum dan unsur khusus. Unsur-unsur umum yang harus dipenuhi
yaitu:
Selain unsur umum tersebut di atas, unsur khusus yang harus dipenuhi jarimah
syurb al-khamr. Unsur khusus tersebut ada dua yaitu:
1) Asy-Syurbu
27
Ermansjah Djaja, KUHP Khusus Kompilasi Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang
Pidana Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 843-853
28
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hal. 6
32
Akan tetapi, apabila hal itu dilakukan karena terpaksa (dharurat) atau dipaksa, pelaku
tidak dikenai hukuman.
29
Yusuf Qardawi, Halal Haram dalam Islam, ahli Bahasa H. Mu’ammal Hamidi (Surabaya:
Bina Ilmu, 1980), hal. 102
30
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 74
33
Berikut akan dijelaskan mengenai perumusan sanksi pidana dan jenis pidana
penjara dan jenis pidana denda terhadap perbuatan-perbuatan tindak pidana
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, yaitu:
31
Laden Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), cet ke
2, hal. 107-110
32
Andi Hamzah, KUHP&KUHAP, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), hal. 6
34
2. Ancaman sanksi pidana bagi orang yang tidak melaporkan adanya tindak pidana
narkotika (Pasal 131) sanksi yang dikenakan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),
yang tidak melaporkan terjadinya perbuatan melawan hukum, meliputi :
a. Memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan narkotika.
b. Memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan.
c. Menawarkan untuk dijual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam
jual beli, menukar, atau menyerahkan.
d. Menggunakan, memberikan untuk digunakan orang lain.
3. Ancaman sanksi pidana bagi menyuruh, memberi, membujuk, memaksa dengan
kekerasan, tipu muslihat, membujuk anak diatur dalam ketentuan Pasal 133 ayat
(1) dan (2)
4. Ancaman sanksi pidana bagi pecandu narkotika yang tidak melaporkan diri atau
keluarganya kepada instansi rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial (Pasal 134
ayat 1) sanksi yang dikenakan dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan dan pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah).
33
Siswanto, H. S. Politik Hukum dalam Undang-Undang Narkotika (UU Nomor 35 Tahun
2009), (Jakarta: Rineka Cipta, 2012) hal. 256
35
Demikian pula keluarga dari pecandu narkotika dengan sengaja tidak melaporkan
pecandu narkotika (Pasal 134 ayat 2) sanksi yang di kenakan dengan pidana
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan pidana denda paling banyak Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah).
5. Ancaman sanksi pidana bagi hasil-hasil tindak pidana narkotika dan/atau prekusor
narkotika, yang terdapat dugaan kejahatan money laundering sanksi yang dij
atuhkan pidana penjara 5-15 tahun atau 3-10 tahun, dan pidana denda antara Rp.-.
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh miliar
rupiah) atau Rp. 5.00.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atau Rp. 5.000.000.000,-
(lima miliar rupiah), yang terdapat dalam pasal 137 ayat (1) dan (2). Dalam Pasal
2 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang,
telah disusun secara limitatif tentang perbuatan tindak pidana yang ada kaitannya
dengan perbuatan pencucian uang, antara lain: tindak pidana korupsi, tindak
pidana narkotika, tindak pidana psikotropika dan sebagainya.
6. Ancaman sanksi pidana bagi orang yang menghalangi atau mempersulit
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara terhadap tindak pidana
narkotika (Pasal 138) sanksi yang dikenakan penajara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
7. Ancaman sanksi pidana bagi nahkoda atau kapten penerbang, mengangkut
narkotika dan pengangkutan udara (Pasal 139) sanksi yang dikenakan ancaman
pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun, serta
pidana denda minimal Rp. 1.00.000.000,- (serratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
8. Ancaman sanksi pidana bagi PPNS, Penyidik polri, Penyidik, BNN yang tidak
melaksanakan ketentuan tentang barang bukti (Pasal 140 ayat 1), di mana bagi
PPNS untuk melaksanakan ketentuan Pasal 88 dan Pasal 89, yang diancam
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun. Kewajiban PNS menurut Pasal 88 dan Pasal 89 yang melakukan penyitaan
terhadap narkotika dan prekusor narkotika wajib membuat berita acara penyitaan
36
dan menyerahkan barang sitaan tersebut berita acaranya kepada Penyidik BNN
atau Penyidik Polri, dengan tembusan Kepala Kejaksaan Negeri setempat, ketua
Pengadilan Negeri setempat, Menteri dan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan pada Pasal 140 ayat (2) Penyidik Polri atau Penyidik BNN yang
melakukan penyitaan dan prekusor narkotika wajib melakukan penyegelan dan
membuat berita acara penyitaan, dan wajib memberitahukan penyitaan yang
dilakukannya kepada Kepala Kejaksaan Negeri setempat dalam waktu paling
lama 3x24 jam sejak dilakukan penyitaan dan tebusannya disampaikan kepada
Kepala Kejaksaan Negeri setempat, Ketua Pengadilan Negeri Setempat, Menteri
dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Penyidik Polri atau
Penyidik BNN bertanggung jawab atas penyimpanan dan pengamanan barang
sitaan yang berada di bawah penguasaannya.
9. Ancaman sanksi pidana bagi petugas laboratorium yang memalsukan hasil
pengujian (Pasal 142), dimana petugas tidak melaporkan hasil pengujian kepada
penyidik dan penuntut umum, merupakan perbuatan melawan hukum dan
dikenakan ancaman sanksi pidana berupa pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan pidana denda paling banyak lima ratus ribu rupiah. Penyidikan terhadap
penyalahgunaan narkotika atau prekusor narkotika, maka peranan laboratorium
amat menentukan unsur kesalahan sebagai dasar untuk menentukan pertanggung
jawaban pidana. Dalam kasus tertentu sering terjadi pemalsuan hasil tes
laboratorium, untuk menghindarkan diri pelaku tindak pidana terhadap hasil tes
laboratorium telah mengkonsumsi narkotika, atau menukarkan hasil tes
laboratorium tersebut menjadi milik orang lain.
10. Ancaman sanksi pidana bagi saksi yang memberikan keterangan tidak benar
dalam pemeriksaan perkara tindak pidana narkotika dan prekusor narkotika di
muka pengadilan (pasal 143) diancam dengan penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000,-
(enam ratus juta rupiah).
37
11. Ancaman sanksi pidana bagi setiap orang yang melakukan pengulangan tindak
pidana (Pasal 144), di mana dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan
pengulangan tindak pidana maka ancaman pidana maksimum dari masing-masing
pasal ditambah dengan 1/3 (sepertiga). Ketentuan ini mempunyai tujuan untuk
membuat jera pelaku tindak pidana, agar tidak mengulangi perbuatan pidana lagi.
12. Ketentuan pidana bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana di luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (pasal 145). Warga negara Indonesia yang
berbuat salah satu kejahatan-kejahatan sebagaimana disebut dalam sub I pasal ini
termasuk tindak pidana narkotika meskipun diluar Indonesia, dapat dikenakan
Undang-Undang Pidana Indonesia.
13. Putusan pidana denda yang tidak dapat dibayar oleh pelaku tindak pidana (pasal
148) ketentuan ini paling lama 2 (dua) tahun.34
Qishas ialah hukuman yang telah ditetapkan Allah hukumnya di dalam al-
Qur’an dan Hadis. Hukuman ini wajib dikenakan dengan membalas perbuatan
tersebut seperti, membunuh dibalas dengan bunuh, melukai dibalas dengan
melukai.
Diyat ialah hukuman yang telah ditetapkan Allah hukumnya di dalam al-
Qur’an dan Hadis. Diyat merupakan hukuman pengganti yang berhubungan
dengan qishas atau harta yang wajib dibayar dan diberikan oleh pelaku kepada
korban/keluarga korban/walinya. Seperti apabila dalam perkara pembunuhan
sengaja keluarga korban memaafkan si pelaku atau orang yang membunuh maka
berlakulah diyat sebagai pengganti hukuman qishas.
34
Ermansjah Djaja, KUHP Khusus Kompilasi Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang
Pidana Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 843-869
38
Hudud ialah hukuman yang telah ditetapkan Allah hukumnya di dalam al-
Qur’an dan Hadis. Hudud merupakan hak Allah yang tidak boleh diganti dan
tidak boleh dirubah hukumannya. Perbuatan yang wajib dikenakan hukuman
hudud adalah; berzina, menuduh orang berzina (qadzaf), minum-minuman keras
(khamr), mencuri (sariqah), murtad, merampok, dan pembangkangan (bughat).
Ta’zir ialah hukuman yang tidak ditetapkan dalam al-Qur’an dan Hadis.
Hukuman ta’zir merupakan hukuman yang diberikan penguasa (ulil amri) dengan
bentuk hukuman kebijakan masing-masing para penguasa
Dalam hal sanksi hukuman narkotika ulama berbeda pendapat (ikhtilaf) dalam
menentukan sanksi pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkoba, yaitu:
35
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Pidana
Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) hal 126
39
“setiap yang memabukkan itu khamr dan setiap yang memabukkan itu
haram.” (HR. al-Nasa’i)36
Mengenai sanksi pidana khamr, tidak disebutkan secara jelas dalam rangkaian
ayat tentang pengharaman khamr di atas. Dalam ayat yang terakhir hanya
ditegaskan dengan kalimat mmaka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.
Dalam buku Zainuddin Ali, Imam Al-Nawawi mengemukakan bahwa istilah
dua pelepah kurma ini mengakibatkan pemahaman yang beragam. Sebagian
memahami bahwa dua pelepah kurma itu dianggap sebagai alat semata, bukan
jumlahnya. Dengan demikian, jumlah cambuknya sebanyak empat puluh kali.
Sementara itu sebagian yang lain memahami sebagai jumlah, bukan sebatas alat.
Dengan demikian, jumlah cambuknya sebanyak empat puluh kali. Sementara itu
sebagian yang lain memahami sebagai jumlah, bukan sebatas alat. Dengan
demikian, jumlah cambukan yang sebanyak empat puluh kali itu dilakukan dua
pelepah, sehingga jumlahnya delapan puluh kali.37
Perbedaan pendapat mengenai sanksi jarimah syurb al-khamr adalah jumlah
cambukan yang harus dikenakan kepada pelaku. Apakah cukup diberi sanksi
empat puluh kali cambukan atau harus delapan puluh kali. Hadis tentang ijtihad
Umar bin Khattab untuk menambah jumlah cambukan menjadi delapan puluh
kali, secara lebih mendetail dikemukakan dalam hadis berikut.
عن انس بن ملك ان نيب اهلل عليو صلى اهلل عليو وسلَ جلد يف اخلمر باجلريد والنِعال ْث جلد
ابو بكر اربِعِّي فلما كان عمر ودنا الناس من الريف والقرى قال ما ترون يف جلد اخلمر فقال عبد
الرمحن بن عوف ارى ان جتِعلها كاخف احلدود قال فجلد عمر ْثانِّي
36
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Pidana
Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) h. 126-130.
37
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007) h. 92
40
“Dari Anas bin Malik sesungguhnya Nabi SAW. Mencambuk pelaku jarimah
syurb al-khamr dengan pelepah kurma dan sandal. Kemudian Abu Bakar juga
mencambuk sebanyak empat puluh kali. Sementara itu pada masa pemerintahan
Umar, orang-orang berdatangan dari dusun dan kampung-kampung. Umar
bertanya, “Bagaimana menurut kalian tentang sanksi pelaku syurb al-khamr
(meminum minuman keras) ?” Abdurrahman bin Auf menjawab, “menurut saya,
sebaiknya engkau menentukannya sama dengan hudud yang paling ringan.”
Umar berkata, “Umar mencambuk sebanyak delapan puluh kali.” (HR. Muslim)
Dari hadis tersebut dapat diketahui bahwa sanksi jarimah syurb al-khamr ada
dua, yaitu empat puluh kali cambukan dan delapan puluh kali cambukan. Dari
sinilah para fuqaha berbeda pendapat; jumhur fuqaha berpendapat sanksinya
delapan puluh kali cambukan, sedangkan kelompok Syafi’iyah berpendapat
sanksinya empat puluh kali cambukan.38
Jumhur fuqaha di samping berpegangan pada kebijakan Umar bin Al-Khattab
di atas, juga berargumentasi dengan ucapan Ali yang mengatakan;
Seseorang kalu meminum khamr, ia akan mabuk. Kalau sudah mabuk, ia akan
mengigau. Kalau sudah mengigau ia akan mengada-ada (menuduh). Adapun
sanksi bagi penuduh adalah delapan puluh kali cambukan.
Sementara itu, ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa sanksi bagi pelaku
jarimah al-khamr adalah empat puluh kali cambukan. Alasan mereka di antaranya
adalah hadis Anas bin Malik di atas bahwa Nabi SAW dan Abu Bakar
melaksanakan empat puluh kali cambukan di luar itu sebagaimana yang dilakukan
Umar bukanlah hudud, melainkan ta’zir dan merupakan kebijakannya sendiri.
Masalah ta’zir ini sepenuhnya menjadi kompetensi penguasa setempat. Jika ingin,
dapat dilakukan; tetapi kalau tidak ingin, dapat ditinggalkan. Hal ini tergantung
tinjauan kemaslahatan, makai a melakukannya. Sementara itu Rasulullah dan Abu
Bakar tidak melihat ada unsur kemaslahatan, sehingga beliau berdua tidak
38
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007) h. 94
41
Pendapat ini adalah pendapat Dr. Wahbah al-Zuhaili dan Dr. Ahmad al-Hasari
sebagaimana dikutip dalam buku Mardani.
Alqur’an dan Sunnah tidak menjelaskan tentang sanksi hukum bagi produsen dan
pengedar narkoba, karena itu menurut penulis, sanksi hukum bagi produsen dan
39
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2016), h. 52-55
40
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Pidana
Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) h. 130
41
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Pidana
Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) h. 130-131.
42
pengedar narkoba adalah ta’zir. Hukuman ta’zir bisa berat atau ringan tergantung
kepada proses pengadilan (otoritas hakim).
Sebagaimana dalam buku Mardani, Menurut Abdul Aziz Amir , sanksi ta’zir itu
banyak macamnya yaitu :
Tujuan sanksi ta’zir menurut Prof. Drs. H. A. Jazuli dalam buku Mardani, adalah :
Sanksi tersebut dikenakan kepada para pemakai yang telah mencapai batas
usia dewasa dan berakal sehat, bukan atas keterpaksaan, dan mengetahui kalau
benda yang dikonsumsinya itu memabukkan. 42
42
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Pidana
Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) h. 131-132.
BAB III
1
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, (Jakarta: Visimedia,
2007), h. 4
2
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Pradnya
Paramita, 2002), h. 90
43
44
3
Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Kesejahteraan Anak, (Jakarta: Sinar Grafika, 1997),
h. 52
4
Ibid, h. 52
45
Batasan umur anak tergolong sangat penting dalam perkara pidana anak,
karena dipergunakan untuk mengetahui seseorang yang diduga melakukan kejahatan
termasuk kategori anak atau bukan. Sedangkan membicarakan sampai batas usia
berapa seseorang anak dapat dikatakan tergolong anak, pembahasan pengerttian anak
menurut beberapa ahli yakni sebagai berikut:
Menurut Sugiri sebagai mana yang dikutip dalam karya Maidin Gultom
mengatakan bahwa: “selama ditubuhnya masih berjalan proses pertumbuhan dan
perkembangan, anak itu masih menjadi anak dan baru menjadi dewasa bila proses
perkembangan dan pertumbuhan itu selesai, jadi batas umur anak-anak adalah sama
dengan permulaan menjadi dewasa, yaitu 18 (delapan belas) tahun untuk wanita dan
21 (dua puluh satu) tahun untuk laki-laki”.6
5
Ensiklopedi Islam
6
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Cetakan Kedua, (Bandung, P.T.
Refika Aditama, 2010), h. 32
46
dapat melakukan perbuatan hukum, misalnya anak yang belum dewasa telah
melakukan jual beli, berdagang, dan sebagainya, walaupun ia belum kawin”.7
7
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, h. 45
47
8
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta: Akademika Presindo, 1989), h. 2
48
Dalam pasal 1 ayat (1) KUHP ini merupakan perundang-undangan hukum pidana
modern yang menuntut bahwa ketentuan pidana harus ditetapkan dalam undang-
undang yang sah, yang berarti bahwa larangan-larangan menurut adat tidak berlaku
9
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, h. 13-14
49
untuk menghukum orang, selanjutnya menuntut pula, bahwa ketentuan pidana dalam
undang-undang tidak dapat dikenakan kepada perbuatan yang telah dilakukan
sebelum ketentuan pidana dalam undang-undang itu diadakan, yang berarti bahwa
undang-undang tidak mungkin berlaku surut (mundur). “Nullum delictum sine
praevia poenali”, artinya peristiwa pidana tidak akan ada, jika ketentuan pidana
dalam undang-undang sehingga terjaminlah hak kemerdekaan diri pribadi orang.10
Sesuai dengan Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui
Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990, maka seyogyanya Indonesia telah
berkomitmen dalam upaya perlindungan hak anak secara keseluruhan. Disamping itu,
Indonesia juga telah mempunyai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak sebagai satu upaya dalam memberikan upaya perlindungan
terhadap hak-hak anak seperti dibidang Pendidikan, kesehatan, agama, dan sosial
termasuk hak anak yang berhadapan dengan hukum termasuk dalam kriteria yang
diberikan perlindungan khusus seperti apa yang dinyatakan dalam Pasal 59 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002. Hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah dan
masyarakat. Pasal 64 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 menyatakan lebih
lanjut bahwa perlindungan anak yang berhadapan dengan hukum meliputi anak yang
berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak pidana. Perlindungan khusus yang
dimaksud adalah :
a) Perlakuan atas anak secara manusiawi, sesuai dengan martabat dan hak-hak
anak;
b) Penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini;
c) Penyediaan sarana dan prasarana khusus;
d) Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak;
10
Marwan Setiawan, Karakteristik Kriminalitas Anak&Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2015), h. 2-6.
50
1) Keadilan Restoratif
Keadilan restoratif adalah suatu proses penyelesaian yang melibatkan
pelaku, korban, keluarga mereka dan pihak lain terkait dalam suatu tindak
pidana secara bersama-sama mencari penyelesaian terhadap tindak pidana
tersebut dan implikasinya dengan menekankan pemulihan dan bukan
pembalasan.
Peradilan pidana anak dengan restorattif bertujuan untuk
mengupayakan perdamaian antara korban dengan anak, mengutamakan
penyelesaian diluar proses peradila, menjauhkan anak dari pengaruh
negatif proses peradilan, menanamkan rasa tanggung jawab anak,
mewujudkan kesejahteraan anak, menghindarkan anak dari perampasan
kemerdekaan, mendorong masyarakat untuk berpartisipasi, dan
meningkatkan keterampilan hidup anak. Ide mengenai keadilan restoratif
masuk dalam Pasal 5, bahwa sistem peradilan pidana anak wajib
menggunakan pendekatan keadilan restoratif Undang- Undang Nomor 11
11
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 1982), h. 38
51
Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (ayat 1), yang
meliputi (ayat 2):
a. Penyelidikan dan penuntutan pidana anak yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali
ditentukan lain dalam undang-undang ini.
b. Persidangan anak yang dilakukan oleh pengadilan di lingkungan
peradilan umum.
c. Pembinaan, pembimbingan, pengawasan, dan/atau pendampingan
selama proses pelaksanan pidana atau tindakan dan setelah
menjalani pidana atau tindakan.
2) Diskresi
Konsep diversi yang tertuang didalam peraturan perundang-undangan
ini merupakan bagian dari diskresi. Diskresi berarti mengambil keputusan
dalam setiap situasi yang dihadapi menurut pendapatnya sendiri. Diskresi
diperlukan sebagai pelengkap dari asas legalitas, yaitu asas hukum yang
menyatakan bahwa setiap tindakan atau perbuatan administrasi negara
harus berdasarkan ketentuan undang-undang, akan tetapi tidak mungkin
bagi undang-undang untuk mengatur segala macam kasus posisi dalam
praktik kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu perlu adanya kebebasan atau
diskresi dari administrasi negara.
Diskresi dalam sistem peradilan pidana anak adalah kebijakan
penyidik anak dalam menetapkan suatu perkara anak nakal, tidak
dilanjutkan pemeriksaannya dengan pertimbangan hukum yang sesuai
dengan perundang-undangan dan demi kepentingan terbaik bagi anak.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam undang-undang sistem peradilan
pidana anak, diskresi diberikan kepada penyidik untuk bisa
mengupayakan diversi. Hal tersebut dapat dilihat dalam Pasal 29 yakni:
a. Penyidik wajib mengupayakan diversi paling lama 7 (tujuh) hari
setelah penyidikan dimulai;
52
3) Diversi
Diversi bertujuan untuk mencapai perdamaian antara korban dan anak,
menyelesaikan perkara anak diluar proses peradilan, menghindarkan anak dari
perampasan kemerdekaan, mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dan
menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak.
Diversi dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan diancam
dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun dan bukan merupakan
pengulangan tindak pidana. Proses diversi dilakukan melalui musyawarah
dengan melibatkan anak dan orang tua/walinya, korban dan/atau orang
tua/walinya, pembimbing kemasyarakatan, dan pekerja sosial professional
berdasarkan pendekatan keadilan restoratif. Proses diversi wajib
memperhatikan kepentingan korban, kesejahteraan dan tanggung jawab anak,
53
12
Zulfikar Judge, Kedudukan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak
Pidana (Studi Kasus: 123/PID.SUS.PN.JKT.TIM), Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 3, Desember
2016, h. 231-233
54
C. Sanksi Tindak Pidana Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Dalam Hukum
Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam
Pentingnya peredaran narkotika diawasi secara ketat karena saat ini
pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif. Begitu pula anak-anak yang
pada mulanya awam terhadap barang haram ini, telah berubah menjadi sosok
pecandu yang sukar untuk dilepaskan ketergantungannya. Pengguna narkotika
sangat beragam dan menjangkau semua lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak
hingga orang dewasa, orang awam hingga artis, bahkan hingga pejabat publik.
Efek negatif yang ditimbulkan akibat pengguna narkotika secara berlebihan dalam
jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh ahlinya, dapat menimbulkan berbagai
dampak negatif pada penggunanya, baik secara fisik maupun psikis, tidak jarang
pengguna narkotika dapat memicu terjadinya berbagai tindak pidana.
Di dalam hukum pidana positif, tindak pidana narkotika merupakan salah satu
perbuatan melawan hukum yang bersifat khusus. Peraturan terhadap tindak
pidana narkotika ini dituangkan ke dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009
tentang Narkotika. Tindak pidana narkotika di dalam masyarakat menunjukkan
berbagai kecenderungan yang semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dengan korban yang meluas, terutama dikalangan anak-anak, remaja,
dan generasi muda pada umumnya.13 Tindak pidana narkotika tidak lagi
dilakukan secara perseorangan, melainkan melibatkan banyak orang yang secara
bersama-sama, bahkan merupakan suatu sindikat yang terorganisasi dengan
jaringan yang luas yang bekerja secara rapi dan sangat rahasia.
Kebijakan hukum pidana terkait sanksi pidana, pemidanaan, tindakan dan
pemberatan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
adalah :14
13
Soedjono Dirjosisworo, Hukum Narkotika Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bhakti,
1990), h. 3
14
Sunarso Siswantoro, Penegakan Hukum Psikotropika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), h.
142
55
a. Sanksi yang digunakan yaitu berupa sanksi pidana dan sanksi tindakan
(maatregel).
b. Untuk sanksi pidana meliputi pidana pokok berupa pidana mati, penjara
seumur hidup, penjara dengan batasan waktu tertentu, pidana kurungan,
pidana denda serta pidana tambahan berupa pencabutan hak tertentu
terhadap korporasi berupa pencabutan izin usaha dan/atau pencabutan
status badan hukum.
c. Untuk sanksi tindakan (maatregel) berupa rehabilitasi medis dan sosial
serta pengusiran dan pelarangan memasuki wilayah Indonesia bagi warga
negara asing yang melakukan tindak pidana di Indonesia setelah menjalani
sanksi pidana.
d. Jumlah dan lamanya sanksi pidana bervariasi, untuk pidana denda berkisar
antara Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) sampai Rp. 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah). Apabila kejahatan dilakukan oleh korporasi dapat
dikenakan pemberatan sebanyak 3 (tiga) kali lipat dari pidana denda yang
diancamkan, dan untuk pidana penjara berkisar antara 1 (satu) tahun
sampai 20 (dua puluh) tahun.
e. Sanksi pidana dirumuskan dalam 4 (empat) bentuk yaitu:15
1. Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)
2. Dalam bentuk alternatif (pilihan antara penjara atau denda)
3. Dalam bentuk kumulatif (penjara dan denda)
4. Dalam bentuk kombinasi atau campuran (penjara maupun denda)
f. Terdapat ancaman pidana minimal khusus (penjara maupun denda)
Pemberatan terhadap tindak pidana berdasarkan pada jumlah ataupun
narkotika, akibat yang ditimbulkan, dilakukan secara terorganisasi, dilakukan oleh
korporasi, dilakukan dengan menggunakan anak yang belum cukup umur, dan
apabila ada pengulangan (recidive) dalam jangka waktu 3 (tiga tahun). Pemberatan
15
Tongat, Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia, (Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang, 2004), h. 9
56
ini dikecualikan terhadap pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana
penjara 20 (dua puluh) tahun. Kejahatan di bidang narkotika tidak seluruhnya
dilakukan oleh orang dewasa, tetapi ada kalanya kejahatan ini dilakukan pula
bersama-sama dengan anak di bawah umur (belum genap 18 tahun). Perbuatan
memanfaatkan anak di bawah umur untuk melakukan kegiatan narkotika merupakan
tindak pidana yang diatur dalam Pasal 133 undang-undang narkotika yang berbunyi
sebagai berikut:
16
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
57
17
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, (Bandung: Nuansa, 2007), h. 21
58
tersebut. Ali bin Abi Thalib r.a menyarankan agar hukumannya berupa dera
80 (delapan puluh) kali, dengan alasan apabila seseorang minum ia akan
mabuk, jika ia mabuk ia akan mengigau, jika ia mengigau, ia akan memfitnah
(qadzaf), sedangkan hukuman bagi pelaku qadzaf adalah 80 (delapan puluh)
kali dera, pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain. Jadi, sumber
larangan minuman keras adalah Al-Qur’an, sedangkan hukumannya
bersumber dari hadis dan berasal dari ijma‟ para sahabat.23
Ulama yang berpendapat bahwa hukuman hudud karena meminum-
minuman keras adalah 80 (delapan puluh) kali dera menganggap bahwa para
sababat sudah memiliki ijma‟ dalam hal ini, sedangkan ijma‟ adalah salah
satu sumber penerapan hukum. Ulama yang berpendapat bahwa hukuman
hudūd hanya 40 (empat puluh) kali dera mengunakan dalil perbuatan Ali r.a
yang mendera Walid bin Uqbah dengan 40 (empat puluh) kali deraan dan
perkataan Ali, Rasulullah SAW mendera empat puluh kali, Abu Bakar
mendera 40 (empat puluh) kali dan Umar mendera delapan puluh kali.
Semua adalah sunnah dan ini yang lebih aku sukai.24
Adapun sebab perbedaan ulama tentang jumlah jilid ini, karena Al-
Qur’an tidak menentukkannya secara tegas, dan demikian pula Rasulullah
SAW. Kadang- kadang beliau menjilidnya sedikit dan kadang-kadang
menjilidnya banyak, tetapi tidak pernah melebihi 40 (empat puluh) kali jilid.
Demikian pula Abu Bakar menjilid peminum khamar dengan 40 (empat
puluh) kali jilid. Pada zaman pemerintahan Umar bin al-Khathab peminum
khamar itu diberi hukuman 80 (delapan puluh) kali jilid, karena pada masa
itu mulai banyak lagi minum khamar. Ketentuan ini berdasarkan hasil
musyawarah belian bersama para sahabat yang lain, yakni atas usulan
23
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h.
27
24
Moh. Rifa’i, Kifayatul Akhyar (Terjemahan) , (Semarang: Toha Putra, 1978), h. 390.
61
Abdurrahman bin Auf. Pada pemerintahan Ali peminum khamar juga diberi
hukuman 80 (delapan puluh) kali jilid, dengan menganalogikankan kepada
penuduh zina. Disepakati para ulama bahwa sanksi itu tidak diberikan ketika
peminum itu mabuk, karena sanksi itu merupakan pelajaran, sedangkan
orang yang sedang mabuk tidak dapat diberi pelajaran, bila seseorang
berkali-kali minum dan beberapa kali pula mabuk, namun belum pernah
dijatuhi hukuman, maka hukumannya sama dengan sekali minum khamar
dan sekali mabuk.Dalam kasus ini ada kemungkinan diterapkannya teori at-
tadakhul, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bila minum dan mabuk beberapa kali maka hukumannya adalah satu
kali.
b. Beberapa kali minum dan hanya sekali mabuk, maka hukumannya
adalah satu kali.
c. Di kalangan Mazhab Hanafi, Maliki, dan Hambali, bila seseorang
mabuk, lalu sesudah sadar membunuh orang lain serta tidak mendapat
pemaafan dari keluarga korban, maka hukuman baginya hanya satu
yaitu hukuman mati (qisas).25
Kedudukan seorang anak dalam Islam merupakan “amanah” yang harus
dijaga oleh kedua orang tuanya. Kewajiban mereka pula untuk mendidiknya hingga
berperilaku sebagaimana yang dituntut agama. Jika terjadi penyimpangan dalam
tingkah laku anak, Islam dalam kadar tertentu masih memberi kelonggaran. Seperti
disyari„atkan sebuah hadis yang menyatakan “ketidakberdosaan” (raf„ul qalam)
seorang anak hingga mencapai aqil baligh yang ditandai dengan timbulnya
“mimpi” pada laki-laki dan haid bagi perempuan. Meski dalam kitab- kitab fikih
ditegaskan bahwa tidak dibenarkan menyeret anak kemeja hijau, tetap saja mereka
harus dihukum bila bersalah, cuma hukumannya berbeda dengan hukuman orang
25
A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menangulangi Kejahatan Dalam Islam), (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1997), h. 99-100.
62
dewasa. Dalam bahasa fikih disebut ta„dib (pembinaan), bukan ta„zir atau hadd
(hukuman) seperti yang berlaku bagi orang dewasa (baligh). Bentuk pelaksanaan
ta„dib ini beragam, tergantung pada kemampuan fisik dan jiwa anak.26
Menurut hukum pidana Islam, ancaman hukuman pidana anak-anak
yang melakukan kejahatan dibedakan menurut perbedaan umurnya.
Berdasarkan tahapan umur inilah hukum pidana Islam memberikan hukuman
(sanksi) terhadap tindakan kejahatan (jarimah) anak:27
26
Lutfi Syaukanie, Politik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fikih Kontemporer,
(Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), h. 601.
27
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sianar Grafika, 2005), h. 76
63
digugurkan.28
b. Fase kemampuan berfikir lemah
Fase ini dimulai sejak si anak menginjak usia tujuh tahun sampai ia
mencapai usia baligh. Dalam fase ini, anak kecil yang telah mumayiz tidak
bertanggungjawab secara pidana atas tidak pidana yang dilakukannya. Dia
tidak dijatuhi hukuman hudud bila ia mencuri atau berzina, misalnya dia juga
tidak dihukum qisas bila membunuh atau melukai, tetapi dikenai tanggung
jawab ta‟dib yaitu hukuman yang bersifat mendidik atas pidana yang
dilakukannya.
c. Fase kekuatan berpikir penuh (sempurna)
Fase ini dimulai sejak anak menginjak usia kecerdasan (dewasa) yaitu
kala menginjak usia lima belas tahun. Pada fase ini seseorang dikenai
tanggung jawab hukuman hudud apabila dia berzina atau mencuri, dan
diqisas apabila dia membunuh atau melukai, demikian pula dijatuhi hukuman
ta„zir apabila melakukan tindak pidana ta„zir.29
Hukuman bagi anak kecil yang belum mumayyiz adalah hukuman
untuk mendidik murni (ta„dibiyah khalisah), bukan hukuman pidana. Ini
karena anak kecil bukan orang yang pantas menerima hukuman. Hukum
Islam tidak menentukan jenis hukuman untuk mendidik yang dapat
dijatuhkan kepada anak kecil. Hukum Islam memberikan hak kepada
waliyal-amr (penguasa) untuk menentukan hukuman yang sesuai menurut
pendangannya. Para fuqaha menerima hukuman pemukulan dan pencelaan
sebagai bagian dari hukuman untuk mendidik.
Pembagian hak kepada penguasa untuk menentukan hukuman agar ia
dapat memilih hukuman yang sesuai bagi anak kecil di setiap waktu dan
tempat. Dalam kaitan ini, penguasa berhak menjatuhkan hukuman:
28
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam), h. 253
29
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, h. 257
64
a. Memukul si anak
b. Menegur/mencelanya
c. Menyerahkan kepada wallyal-amr atau orang lain
d. Menaruhnya pada tempat rehabilitasi anak atau sekolah anak-anak nakal
e. Menempatkannya di suatu tempat dengan pengawasan khusus, dan
lain- lain.30
Jika hukuman bagi si anak dipandang sebagai hukuman untuk
mendidik (ta„dibiyah), bukan hukuman pidana, ia tidak dianggap sebagai
residivis ketika ia kembali melakukan tindak pidana yang pernah dilakukan
sebelum baligh pada waktu ia telah baligh. Ketentuan inilah yang
membantunya untuk menjalani jalan yang lurus dan memudahkannya untuk
melupakan masa lalu.31
Seorang anak tidak akan dikenakan hukuman hadd karena kejahatan
yang dilakukannya. Karena tidak ada tanggung jawab atas seorang anak yang
berusia berapa pun sampai dia mencapai usia puber. Qadhi (hakim) hanya
berhak untuk menegur kesalahannya/menetapkan beberapa pembatasan
baginya yang akan membantu memperbaikinya dan menghentikannya dari
membuat kesalahan lagi di masa yang akan datang. Menurut Abu Zaidal-Q
ayrawani dalam buku Abdur Rahman, seorang ulama Mazhab Maliki, tidak
akan ada hukuman hadd bagi anak-anak kecil, bahkan juga dalam hal
tuduhan zina (qadzaf) atau justru si anak sendiri yang melakukannya.32
Dari penjelasan di atas, bagi anak yang terlibat kasus narkotika tidak
dikenakan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009.
Namun demikian, tindakan bagi anak tersebut dikenakan sanksi sesuai
30
Juhaya S. Praja, Teori Hukum dan Aplikasinya, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 83-84
31
Juhaya S. Praja, Teori Hukum dan Aplikasinya, h. 25
32
Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syari‟at Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), h.
16
65
33
Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syari‟at Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), h.
18
BAB IV
Pada hari Selasa tanggal 10 Februari 2015 pukul 08.00 WIB, Zul bersama
Andi sedang duduk-duduk di rumah, lalu Zul berkata “Pak, CK mau pak” lalu
Andi bertanya “CK apa” lalu Zul berkata “beli ganja” sambil mengeluarkan
uang sebesar Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah) dari kantong celana dan setelah
itu Andi juga mengeluarkan uang sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah),
sehingga uang yang terkumpul sebesar Rp. 80.000,00 (delapan puluh ribu rupiah).
Kemudian setelah itu Zul pergi ke pangkalan bettor yang berjarak sekitar 300 m
(tiga ratus meter), lalu Zul bertemu dengan Junaidi Abdullah Als Dedek, Zul
berkata “bang, ayo ke kampung baru” kemudian Dedek bertanya “ngapain”, lalu
terdakwa berkata “membeli ganja” lalu Dedek menjawab “ayolah”. Selanjutnya
Zul naik ke atas betor yang dikendarai oleh Dedek, lalu Zul bersama Dedek
mendatangi Andi, kemudian Andi naik ke atas betor dan setelah itu Zul bersama
Andi dan Dedek pergi ke Kampung Baru dan setelah sampai di jalan Damai
Ujung, selanjutnya betor yang kemudikan oleh Dedek berhenti, lalu Zul bersama
Andi turun, sedangkan Dedek menunggu di pinggir jalan, lalu Zul bersama Andi
pergi ke rumah Budi dan setelah bertemu Andi berkata “ganja abang ada”, lalu
Budi menjawab “ada”, lalu Budi bertanya “mau beli banyak?” lalu Andi berkata
“tidak bang” sambil menyerahkan uang sebesar Rp. 80.000,00 (delapan puluh
1
Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN
67
68
ribu rupiah) kepada Budi dan setelah itu Budi menerima uang tersebut dan
langsung masuk ke dalam rumahnya, sedangkan Zul bersama Andi menunggu di
depan rumahnya. Tidak lama kemudian, Budi keluar dari rumahnya lalu
menyerahkan 1 (satu) bungkus koran yang berisi narkotika jenis ganja kepada
Andi, lalu Zul bersama Andi mendatangi Dedek setelah itu mereka bertiga
kembali ke rumah di jalan Alpokat dengan mengendarai betor yang dikemudikan
oleh Dedek. Kemudian sekitar pukul 11.00 WIB, pada saat melintas di Jalan
Jendral Sudirman Kelurahan Gading, Kecamatan Datuk Bandar Kota
Tanjungbalai, tiba-tiba petugas kepolisian datang melakukan penangkapan setelah
mendapat informasi dari masyarakat dan menemukan barang bukti berupa 1 (satu)
bungkus kertas koran diduga berisi narkotika jenis ganja dari selipan celana
bagian belakang yang dipakai oleh Andi dan setelah itu petugas kepolisian
melakukan pengembangan dan berhasil menangkap Budi di rumahnya.
Selanjutnya, petugas kepolisian menangkap Zul beserta barang bukti berupa 1
(satu) bungkus kertas koran diduga berisi narkotika jenis ganja dengan berat kotor
41,77 (empat puluh satu koma tujuh puluh tujuh) gram dan 1 (sattu) unit betor
merk Suzuki Thunder warna biru tanpa nomor plat polisi ke kantor Polres
Tanjungbalai untuk dapat diproses sesuai hukum yang berlaku, karena Zul tidak
memiliki ijin untuk pemufakatan jahat menawarkan untuk dijual, menjual,
membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli atau menyerahkan
Narkotika Golongan I.2
Berdasarkan barang bukti yang dimiliki Zul dan Andi adalah positif ganja dan
terdaftar dalam golongan I (satu) nomor urut 8 lampiran Undang-undang
Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Perbuatan tersebut
diatur dan diancam pidana sesuai dengan pasal 111 ayat (1) jo pasal 132 ayat (1)
Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika jo
lampiran I Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang
2
Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN
69
memperhatikan dan menjaga Zul setelah selesai menjalani masa pidananya dan
memohon kepada Hakim agar diberikan keringan hukuman.3
3
Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN
71
4
Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai Nomor: 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb
5
Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai Nomor: 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb
72
6
Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai Nomor: 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb
73
7
Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN
74
8
Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN
75
9
Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN
76
10
Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN
77
11
Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN
78
12
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
79
Dalam bentuk ketentuan umum sebagaimana diatur dalam pasal 21 ayat (1)
dan (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak berbunyi:
(1) Dalam hal belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau diduga
melakukan tindak pidana, penyidik, pembimbing kemasyarakatan, dan
pekerja sosial profesional mengambil keputusan untuk:
a. Menyerahkannya kembali kepada orang tua/wali
b. Mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan
pembimbingan di instansi pemerintah atau LPKS di instansi yang
menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun
daerah, paling lama 6 (enam) bulan.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan ke pengadilan
untuk ditetapkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari.
(1) Anak dijatuhi pidana penjara di LPKA apabila keadaan dan perbuatan anak
akan membahayakan masyarakat.
(2) Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak paling lama ½ (satu
perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.
(3) Pembinaan di LPKA dilaksanakan sampai anak berumur 18 (delapan belas)
tahun.
(4) Anak yang telah menjalani ½ (satu perdua) dari lamanya pembinaan di LPKA
dan berkelakuan baik berhak mendapatkan pembebasan bersyarat.
(5) Pidana penjara terhadap anak hanya digunakan sebagai upaya terakhir
(6) Jika tindak pidana yang dilakukan anak merupakan tindak pidana yang
diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, pidana yang
dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.
80
Dari penjelasan diatas, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Negeri Medan
memberikan sanksi terhadap Terdakwa Anak yang bernama Zulkifli Alias Zul
mengacu pada UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Jo. UU RI No. 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menyatakan bahwa terdakwa anak
yang bernama Zulkifli dinyatakan bersalah dan dipidana selama 2 (dua) tahun dan
denda Rp.1000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Subsidair 6 (enam) bulan Pelatihan
Kerja. Dengan demikian, tindakan bagi anak tersebut dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Narkotika.
Sanksi pidana narkotika bagi anak di bawah umur yang berhadapan dengan hukum
memang terdapat ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai batasan usia anak
yang dapat dipidana berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak. Anak yang berusia di bawah 12 tahun tidak boleh
dipidana, anak yang berusia 14 tahun tidak dapat dikenakan sanksi pidana namun
dapat dikenakan sanksi tindakan seperti pengembalian kepada orang tua /wali, dan
anak yang berusia 18 tahun dapat dikenakan sanksi pidana. Sehingga hambatan yang
dihadapi untuk menghindari anak dari sanksi pidana akan sulit apabila anak yang
berperkara dengan hukum tersebut berusia dibawah 18 tahun dengan ancaman pidana
yang lebih dari 7 tahun penjara, selain itu hal yang memperberat anak untuk dapat
dikenakan sanksi pidana adalah apabila anak yang berperkara dengan hukum tersebut
telah berulang-ulang kali melakukan tindak pidana baik yang sejenis ataupun tidak
sejenis. Hal tersebut merupakan hambatan untuk menghindari anak dari sanksi pidana
sehingga memungkinkan anak untuk dikenakan sanksi pidana guna untuk
kepentingan umum dan kebaikan anak itu sendiri.
Dalam upaya ancaman pidana anak paling lama ½ dari maksimum ancaman
pidana penjara bagi orang dewasa sesuai dengan pasal 81 ayat (2) Undang-undang
Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Perdailan Pidana Anak. Dan dapat menjalani
pem binaan di dalam lembaga pemerintahan tergantung pada keputusan hakim sesuai
dengan pasal 80 ayat (1) Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak.
81
Artinya: “tidak dibebankan sanksi/hukuman terhadap tiga hal yaitu, orang yang
tidur sampai ia bangun (sadar), seorang bayi sampai ia dewasa dan terhadap orang
gila sampai dia berakal”.13
Dalam perkara ini usia terdakwa anak dalam Tindak Pidana Narkotika yang
bernama Zulkifli alias Zul ialah 16 tahun. Dalam Undang-undang Nomor 11 tahun
2012 tentang Sistem Perdilan Pidana Anak, hukuman yang diberikan hakim
Pengadilan Tinggi Medan tersebut sudah sesuai dengan pertimbangan dan fakta
hukum yang ada dalam perkara tersebut, yaitu pidana penjara 2 (dua) tahun dan
denda sejumlah Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Subsidair 4 (empat) bulan
Pelatihan Kerja. Hukuman tersebut juga sesuai dengan ketentuan Undang-undang
Sistem Perdailan Pidana Anak dimana anak yang berusia di bawah 12 tahun tidak
boleh dipidana, anak yang berusia 14 tahun tidak dapat dikenakan sanksi pidana
namun dapat dikenakan sanksi tindakan seperti pengembalian kepada orang tua /wali,
dan anak yang berusia 18 tahun dapat dikenakan sanksi pidana penjara namun tidak
boleh melebihi 5 tahun. Sehingga hambatan yang dihadapi untuk menghindari anak
13
Abdur Rahman, Tindak Pidana Dalam Syari’at Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997),
h. 16
82
dari sanksi pidana akan sulit apabila anak yang berperkara dengan hukum tersebut
berusia dibawah 18 tahun dengan ancaman pidana yang lebih dari 7 tahun penjara.14
Sedangkan dalam hukum Islam anak yang sudah baligh, bila melakukan tindak
pidana atau jarimah maka wajib diberlakukannya sanksi had atau ta’zir, karena ia
termasuk mukallaf (dewasa). Dalam perkara ini Zul yang berusia 16 tahun maka
dikategorikan sudah baligh (dewasa) yang dimana pada usia tersebut sudah baligh
dan dikelompokkan sebagai anak yang mempunyai masa kemampuan berfikir penuh
(sempurna) antara usia 15-18 tahun. Maka sanksi hukuman yang berlaku adalah
Hudud 40 kali cambukan.
14
Zulfikar Judge, Kedudukan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak
Pidana (Studi Kasus: 123/PID.SUS.PN.JKT.TIM), Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 3, Desember
2016, h. 235
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
83
84
Abdullah, Mustafa dan Ahmad, Ruben. 1983. Intisari Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ali, Zainuddin. 2007. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
Departemen Agama RI. 2009. Alqur’an dan Terjemahannya. Semarang: PT Kumudasmoro
Grafindo.
Djaja, Ermansjah. 2013. KUHP Khusus Kompilasi Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang
Pidana Khusus. Jakarta: Sinar Grafika.
Djazuli, A. 1997. Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam). Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Dirjosisworo, Soedjono. 1990. Hukum Narkotika di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan. 2010. Narkotika dalam Pandangan
Agama. Jakarta: Badan Narkotika Nasional.
Gatot, Supramono. 2001. Hukum Narkoba Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Gosita, Arif. 1989. Masalah Perlindungan Anak. Jakarta: Akademika Presindo.
Gultom, Maidin. 2012. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan. Bandung: PT
Refika Aditama
Hakim, Rahmat. 2000. Hukum Pidana Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Hamzah, Andi. 2014. KUHP&KUHAP. Jakarta: Rineka Cipta.
Hanafi, Ahmad. 1993. Asas-Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Hasan, Hamzah. 2012. Ancaman Pidana Islam Terhadap Penyalahgunaan Narkoba. Al-Daulah.
1(1).
Himpunan Peraturan Perundang-undangan. 2012. Undang-undang Psikotropika. Narkotika dan
Zat Adiktif Lainnya. Bandung: Fokus Media.
Huraerah, Abu. 2007. Kekerasan Terhdap AnaK. Bandung: Nuansa.
Ichsan, M. 2008. Hukum Pidana Islam: Sebuah Alternatif. Yogyakarta: Lab Hukum UM
Irfan, Muhammad Nurul. 2016. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Amzah.
Irfan, Muhammad Nurul dan Masyrofah. 2016. Fiqh Jinayah. Jakarta: Amzah.
Ismail Aris, Rahman Syamsuddin. 2014. Merajut Hukum di Indonesia. Makassar: Mitra Wacana
Media.
Judge, Zulfikar. 2016. Kedudukan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak
Pidana (Studi Kasus 123/PID.Sus.PN.JKT.TIM). Lex Jurnalica. Vol. 13, No. 3.
Kadarmanta, A. 2010. Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa. Jakarta: Forum Media Utama.
ix
Mardani. 2008. Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Pidana
Nasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Marpaung, Laden. 2005. Asas Teori Praktik Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika.
Putusan Mahkamah Agung RI No. 8/PID.Sus.Anak/2015/PT.MDN.
Qadir Audah, Abdul. 2008. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III (terj. Ali Yafie). Jakarta:
Kharisma Ilmu.
Qardawi, Yusuf. 1980. Halal Haram dalam Islam. Surabaya: Bina Ilmu.
Rahman, Abdur. 1997. Tindak Pidana dalam Syari’at Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Renggong, Ruslan. 2016. Hukum Pidana Khusus. Jakarta: Kencana Prenademida.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Lembaran Negara RI Tahun 2009.
Pemerintah Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak. Jakarta: Visi Media.
Repubik Indonesia. 2012. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Anak. Lembaran Negara RI Tahun 2012.
Rifai’i, Moh. 1978. Kifayatul Akhyar. Semarang: Toha Putra.
Sahlany, Mualif. 1982. Masalah Minum Khamr Sepanjang Ajaran Islam. Yogyakarta:
Sumbangsih Offiset
Santoso, Topo. 2003. Membumikan Hukum Pidana Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
Sasangka, Hari. 2003. Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana. Bandung: Mandar
Maju.
Setiawan, Marwan. 2015. Karakteristik Kriminalitas Anak&Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
Siswantoro, Sunarso. 2004. Penegakan Hukum Psikotropika. Jakarta: Rajawali Pers.
S. Praja, Juhaya. 2011. Teori Hukum dan Aplikasinya. Bandung: Pustaka Setia
Subekti dan Tjitrosudibio. 2002. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Sudarto. 1982. Hukum dan Hukum Pidana. Bandung: Alumni.
Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Prenada Media
Syaukani, Lutfi. 1998. Politik, HAM, dan Isu-Isu Teknologi Dalam Fikih Kontemporer.
Bandung: Pustaka Setia.
Tongat. 2004. Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.
x
Ubaedillah dan Abdul Rozak. 2012. Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani.
Jakarta: Kencana dan ICCE UIN Jakarta.
Undang-Undang Kesejahteraan Anak 1997. Jakarta: Redaksi Sinar Grafika.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Wahab Khalaf, Abdul. 1989. Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqh) (terj. Noel
Iskandar Al-Barsany). Jakarta: Rajawali
Wardih Muslih, Ahmad. 2005. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
xi
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
PUTUSAN
si
NOMOR : 8 / PID.Sus.Anak / 2015 / PT.MDN
ne
ng
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
do
gu Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara-
In
seperti tersebut dibawah ini dalam perkara Terdakwa :
A
Nama lengkap : TERDAKWA ANAK
ah
lik
Tempat lahir : Tanjungbalai
ub
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
ka
ep
Tempat tinggal : Tanjung balai
Agama : Islam
ah
R
Pekerjaan : Buruh Bangunan
si
ne
ng
Terdakwa ditahan dalam tahanan Rumah Tahanan Negara khusus Anak, oleh :
do
gu
lik
Maret 2015 ;
m
ub
ep
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
si
7. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Tinggi Medan U.b. Hakim Tinggi
sejak tanggal 30 Maret 2015 sampai dengan tanggal 13 April 2015 ;
ne
ng
Pengadilan Tinggi tersebut ;
do
gu Telah membaca berkas perkara banding Nomor : 8/PID.Sus. Anak/2015/
In
A
Telah membaca berkas perkara Pengadilan Negeri Tanjung Balai
Nomor : 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb. tanggal 16 Maret 2015 dan surat-surat
ah
lik
yang bersangkutan dengan perkara tersebut;
ub
Tanjung Balai tanggal 23 Februari 2015 dalam Nomor Register Perkara :
ka
R
PERTAMA :
si
----Bahwa ia Terdakwa Anak bersama-sama dengan teman-temannya yakni
ne
ng
Saksi Andi dan Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek (masing-masing Terdakwa
dalam berkas perkara terpisah) ataupun masing-masing mereka dengan
do
gu
lik
suatu tempat lain yang masih termasuk di dalam daerah Hukum Pengadilan
Negeri Tanjungbalai yang masih berwenang memeriksa dan mengadilinya,
m
ub
narkotika jenis ganja dengan berat kotor 41,77 (empat puluh satu koma
s
M
tujuh puluh tujuh) gram, perbuatan mana dilakukan oleh terdakwa bersama
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
teman-temannya dengan cara sebagai berikut :
si
------------------------------------------------------------------------------------------
Bermula pada hari Selasa tanggal 10 Februari 2015 sekira pukul 08.00 WIB
ne
ng
Terdakwa Terdakwa Anak bersama Saksi Andi (Terdakwa dalam berkas
perkara terpisah) sedang duduk-duduk di rumah, lalu Terdakwa berkata
do
gu “Pak, CK mau pak” lalu Saksi Andi bertanya “CK apa” lalu Terdakwa berkata
“beli ganja” sambil mengeluarkan uang sebesar Rp.30.000,- (tiga puluh ribu
In
A
rupiah) dari kantong celana dan setelah itu Saksi Andi juga mengeluarkan
uang sebesar Rp.50.000,00 (lima puluh ribu rupiah), sehingga uang yang
ah
lik
terkumpul sebesar Rp.80.000,00 (delapan puluh ribu rupiah). Kemudian
setelah itu Terdakwa pergi ke pangkalan betor yang berjarak sekitar 300 (tiga
m
ub
ratus) meter, lalu Terdakwa bertemu dengan Saksi Junaidi Abdullah Als
ka
bertanya “ngapain” lalu Terdakwa berkata “membeli ganja” lalu Saksi Junaidi
R
si
Abdullah Als Dedek menjawab “ayolah”. Selanjutnya Terdakwa naik ke atas
betor yang dikendarai oleh Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek, lalu Terdakwa
ne
ng
bersama Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek mendatangi Saksi Andi, lalu
Saksi Andi naik ke atas betor dan setelah itu Terdakwa bersama Saksi Andi
do
gu
dan Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek pergi ke Kampung Baru dan setelah
sampai di Jalan Damai Ujung, selanjutnya betor yang dikemudikan oleh
In
A
Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek berhenti, lalu Terdakwa bersama Saksi
Andi turun, sedangkan Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek menunggu di
ah
lik
pinggir jalan, lalu Terdakwa bersama Saksi Andi pergi ke rumah Saksi Budi
Sirait Als Komplek (Terdakwa dalam berkas perkara terpisah) dan setelah
m
ub
bertemu selanjutnya Saksi Andi berkata “ganja abang ada” lalu Saksi Budi
Sirait Als Komplek menjawab “ada” lalu Saksi Budi Sirait Als Komplek
ka
ep
bertanya “mau beli banyak” lalu Saksi Andi berkata “tidak bang” sambil
ah
kepada Saksi Budi Sirait als Komplek dan setelah itu Saksi Budi Sirait Als
s
Komplek menerima uang tersebut dan langsung masuk ke dalam rumahnya
M
ne
ng
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sedangkan Terdakwa bersama Saksi Andi menunggu di depan rumahnya.
si
Kemudian tidak berapa lama Saksi Budi Sirait Als Komplek keluar dari
ne
ng
narkotika jenis ganja kepada Saksi Andi, lalu Terdakwa bersama Saksi Andi
pergi mendatangi Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek dan setelah itu
do
gu Terdakwa bersama Saksi Andi kembali ke rumah di Jalan Alpokat dengan
In
A
Dedek. Kemudian sekira pukul 11.00 WIB, pada saat Terdakwa bersama
Saksi Andi dan Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek melintas di Jalan Jenderal
ah
lik
Sudirman Kelurahan Gading Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjungbalai
ub
mendapat informasi dari masyarakat dan menemukan barang bukti berupa 1
(satu) bungkus kertas koran diduga berisi narkotika jenis ganja dari selipan
ka
ep
celana bagian belakang yang dipakai oleh Saksi Andi dan setelah itu
Petugas Kepolisian melakukan pengembangan dan berhasil menangkap
ah
R
Saksi Budi Sirait Als Komplek di rumahnya. Selanjutnya Petugas Kepolisian
si
membawa Terdakwa serta barang bukti berupa 1 (satu) bungkus kertas
ne
ng
koran diduga berisi narkotika jenis ganja dengan berat kotor 41,77 (empat
puluh satu koma tujuh puluh tujuh) gram dan 1 (satu) unit betor merk Suzuki
do
gu
Thunder warna biru tanpa nomor plat polisi ke Kantor Polres Tanjungbalai
untuk dapat diproses sesuai hukum yang berlaku oleh karena Terdakwa tidak
In
memiliki ijin untuk permufakatan jahat menawarkan untuk dijual, menjual,
A
Narkotika Golongan I.
lik
ub
ep
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
ditandatangani oleh Zulni Erma
si
dan Deliana Naiborhu, S,Si,
ne
ng
pemeriksaan dengan
mengingat sumpah jabatannya
do
gu serta diketahui
In
A
Tarigan, M.Si Waka
lik
Medan (terlampir dalam berkas
ub
pemeriksaan sebagai berikut :
Bukti
ep
Thin Layer
Chromatography
ah
si
Fast Blue Salt B Test
ne
ng
do
KESIMPULAN :
gu
Bahwa Barang Bukti yang dianalisis milik Terdakwa Terdakwa Anak dan
In
A
Andi adalah positif ganja dan terdaftar dalam Golongan I (satu) nomor urut
lik
tentang Narkotika.
ub
dan diancam pidana sesuai dengan Pasal 114 ayat (1) Jo Pasal 132
ka
ne
ng
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
ATAU :
si
KEDUA :
ne
ng
----Bahwa ia Terdakwa Terdakwa Anak bersama-sama dengan teman-
temannya yakni Saksi Andi dan Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek (masing-
do
gu masing Terdakwa dalam berkas perkara terpisah) ataupun masing-masing
In
A
Februari 2015 sekira pukul 11.00 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain
dalam bulan Februari 2015 bertempat di Jalan Jenderal Sudirman Kelurahan
ah
lik
Gading Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjungbalai atau setidak-tidaknya
pada suatu tempat lain yang masih termasuk di dalam daerah Hukum
m
ub
Pengadilan Negeri Tanjungbalai yang masih berwenang memeriksa dan
ep
melawan hukum, menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,
R
tanaman berupa 1 (satu) bungkus kertas koran diduga berisi narkotika
si
jenis ganja dengan berat kotor 41,77 (empat puluh satu koma tujuh
ne
ng
do
gu
lik
ub
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sampai di Jalan Damai Ujung
si
selanjutnya betor yang
ne
ng
Junaidi Abdullah Als Dedek
berhenti, lalu Terdakwa
do
gu bersama
sedangkan
Saksi
Saksi
Andi turun
Junaidi
In
A
Abdullah Als Dedek menunggu
lik
bersama Saksi Andi pergi ke
ub
Komplek (terdakwa dalam
ep
setelah bertemu selanjutnya
Saksi Budi Sirait Als Komplek
ah
R
memberikan 1 (satu) bungkus
si
kertas koran diduga berisi
ne
ng
do
gu
s
Junaidi Abdullah Als Dedek.
M
ne
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Wib pada saat Terdakwa
si
bersama Saksi Andi dan Saksi
ne
ng
melintas di Jalan Jenderal
Sudirman Kelurahan Gading
do
gu Kecamatan Datuk Bandar Kota
In
A
Kepolisian datang melakukan
penangkapan setelah
ah
lik
mendapat informasi dari
ub
barang bukti berupa 1 (satu)
ep
berisi narkotika jenis ganja dari
selipan celana bagian
ah
R
belakang yang dipakai oleh
si
Saksi Andi dan setelah itu
ne
ng
do
gu
Kepolisian membawa
ah
s
Thunder warna biru tanpa
M
ne
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Polres Tanjungbalai untuk
si
dapat diproses sesuai hukum
ne
ng
Terdakwa tidak memiliki ijin
untuk permufakatan jahat
do
gu memiliki,
In
A
Narkotika Golongan I dalam
bentuk tanaman.
ah
lik
• Berdasarkan Berita Acara
ub
Bukti Narkotika Puslabfor
Bareskrim Polri Cabang Medan
ka
ep
No. Lab. 1327/NNF/2015
tertanggal 13 Februari 2015
ah
R
yang dibuat dan
si
ditandatangani oleh Zulni Erma
ne
ng
do
gu
pemeriksaan dengan
mengingat sumpah jabatannya
In
serta diketahui dan
A
lik
ub
Chromatography
s
M
ne
ng
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
R
1. BAB I Positif Positif Ganja
si
ne
ng
KESIMPULAN :
do
gu Bahwa Barang Bukti yang dianalisis milik Terdakwa Terdakwa Anak dan
In
Andi adalah positif ganja dan terdaftar dalam Golongan I (satu) nomor urut
A
8 Lampiran Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009
ah
tentang Narkotika.
lik
----Perbuatan Terdakwa Terdakwa Anak tersebut sebagaimana diatur
m
ub
dan diancam pidana sesuai dengan Pasal 111 ayat (1) Jo Pasal 132
ep
tentang Narkotika jo Lampiran I Undang-undang Republik Indonesia
ah
si
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ---------------------------------------------
ne
ng
do
gu
ub
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 111 ayat (1) Jo
ka
s
M
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa ZULKIFLI Alias ZUL
si
dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun penjara, denda
ne
ng
pelatihan kerja, dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan.
do
gu 1 (satu) bungkus kertas koran berisi narkotika jenis ganja dengan berat
kotor 41,77 (empat puluh satu koma tujuh puluh tujuh) gram, 1 (satu) unit
In
A
becak motor merk SUZUKI THUNDER tanpa Nomor Polisi atau BK,
lik
4. Menetapkan agar Terdakwa, membayar biaya perkara sebesar
ub
ka
dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya disamping itu Terdakwa
R
si
Anak masih muda diharapkan masih dapat merubah dirinya menjadi lebih baik
dimasa yang akan datang dan adanya kesanggupan ibu kandung dan kakek
ne
ng
do
gu
berikut:
m
ub
MENGADILI:
ka
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana
si
penjara selama 2 (dua) tahun dan denda sejumlah Rp1.000.000.000,00
ne
ng
dibayar diganti dengan pelatihan kerja selama 4 (empat) bulan;
do
gu Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
In
A
5. Menetapkan barang bukti berupa:
1 (satu) bungkus kertas koran berisi narkotika jenis ganja dengan berat
ah
lik
kotor 41,77 (empat puluh satu koma tujuh puluh tujuh) gram, 1 (satu) unit
becak motor merk SUZUKI THUNDER tanpa Nomor Polisi atau BK,
m
ub
dipergunakan dalam perkara lain;
ka
R
Membaca surat-surat:
si
1. Akte permintaan banding yang dibuat oleh : MARADEN SILALAHI, SH.
ne
ng
do
gu
lik
ub
s
M
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
4. Akta penyerahan Memori Banding kepada Penasihat Hukum Terdakwa Anak
si
yang dibuat SUBE΄TI Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri Tanjung Balai
ne
ng
5. Relaas Pemberitahuan untuk mempelajari berkas perkara yang dibuat oleh
MARADEN SILALAHI, SH. Panitera Pengadilan Negeri Tanjung Balai
do
gu tanggal 24 Maret 2015 ditujukan kepada Jaksa Penuntut Umum dan
In
A
hari sebelum pengiriman berkas perkara ke Pengadilan Tinggi Medan;
ah
lik
Menimbang, bahwa keberatan Jaksa Penuntut Umum sebagaimana
dalam Memori Banding pada pokoknya sebagai berikut :
m
ub
ka
si
Terdakwa Terdakwa Anak selama 2 (dua) tahun dan denda sejumlah
ne
ng
Pelatihan Kerja ; yang sangat berbanding jauh sekali dengan apa yang
do
gu
lik
ub
dijatuhkan sudah sesuai dengan apa yang ditentukan dalam Pasal yang
ep
ne
ng
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
sehingga Hakim memutus tidak sampai dari 2/3 tuntutan Penuntut Umum
si
atau kurang dari setengah Tuntutan Jaksa Penuntut Umum ;
ne
ng
Bahwa Putusan Hakim Anak pada Pengadilan Negeri Tanjung Balai
tersebut di atas tidak memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
do
gu - Bahwa benar akibat Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai
In
A
masyarakat yang berkembang pada saat ini apalagi Pemerintah
lik
- Bahwa benar akibat rendahnya putusan yang dijatuhkan oleh Hakim
Anak pada Pengadilan Negeri Tanjung Balai tersebut sehingga tidak
m
ub
memberikan efek jera kepada Terdakwa ;
ka
si
semakin banyak anak-anak yang terjerumus dalam kasus Narkotika
ne
ng
do
gu
telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut cara-cara serta syarat-syarat
In
yang ditentukan dalam undang-undang, oleh karena itu permohonan banding
A
lik
ub
Hakim Tingkat Pertama secara tepat dan benar oleh karena itu keberatan -
ep
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
perkara tersebut, Terutama Memori Banding Jaksa Penuntut Umum, maka
si
Pengadilan Tinggi sependapat dengan pertimbangan Hakim Tingkat Pertama
ne
ng
bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya
dan pertimbangan Hukum Hakim Tingkat Pertama tersebut telah tepat dan
do
gu benar, sehingga diambil alih dan dijadikan sebagai pertimbangan Pengadilan
Tinggi Sendiri dalam memutus perkara ini dalam tingkat Banding ;-------------------
In
A
-------Menimbang, bahwa dengan mengambil alih pertimbangan - pertimbangan
lik
tanggal 16 Maret 2015 Nomor : 2/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Tjb. haruslah
dikuatkan ;-------------------------------------------------------------------------------------------
m
ub
ka
si
dipidana, maka Terdakwa harus pula dibebani untuk membayar biaya perkara
dalam kedua tingkat peradilan ; -------------------------------------------------------------
ne
ng
-------Memperhatikan Pasal 111 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) UU RI Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika Jo. UU RI No. 11 Tahun 2012 tentang
do
gu
Sistem Peradilan Pidana Anak, dan UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
serta Peraturan Hukum lain yang berhubungan dengan perkara ini ;----------------
---------------------------------M E N G A D I L I ----------------------------------
In
A
lik
ub
Kami : RUSTAM IDRIS, SH. Hakim Anak pada Pengadilan Tinggi Medan yang
ne
ng
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
memeriksa dan mengadili perkara ini, putusan mana diucapkan pada hari itu
R
juga dalam suatu persidangan yang terbuka untuk umum, oleh Hakim Anak
si
tersebut dibantu oleh Hj. DIANA SYAHPUTRI NASUTION, SH. Panitera
Pengganti pada Pengadilan Tinggi Medan, tanpa dihadiri Jaksa Penuntut Umum
ne
ng
mau pun Terdakwa ; ------------------------------------------------------------------------------
do
gu ttd.
In
A
ah
lik
m
ub
ka
ep
ah
si
ne
ng
do
gu
In
A
ah
lik
m
ub
ka
ep
ah
s
M
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16