Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh
Sayyidi Jindan
NIM.1110048000018
Penelitian ini dilakukan karena banyaknya harta wakaf yang jauh dari pengawasan
langsung oleh Pemerintah serta banyaknya hal-hal yang dikesampingkan dari
peraturan-peraturan yang mengatur harta wakaf, dimulai dari pendaftarannya
hingga kepada perubahan status harta wakaf yang dilakukan oleh orang-orang
yang tidak berkepentingan atas harta wakaf sehingga menimbulkan sengketa harta
wakaf seperti kasus yang saya analisis dalam penelitian ini.
Hasil penelitan ini adalah bahwa perubahan status harta/tanah wakaf adalah dapat
dilakukan yang mana diawali dengan melakukan jual beli terlebih dahulu untuk
tanah wakaf dan setelah itu hasilnya dibelikan tanah pengganti sebagai penukar
tanah wakaf sesuai prosedur dan peraturan tanah wakaf dan hal ini harus
dilakukan oleh orang-orang yang berkepentingan, terutama Nadzir dan apabila hal
tersebut dilanggar, Undang undang secara tegas akan mengenakan sanksi apabila
ada yang melanggar termasuk contohnya yang ada dalam putusan yang saya
analisis untuk penelitian ini.
Pembimbing : 2
KATA PENGANTAR
Dan Hukum Positif (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor Perkara
mengikuti ajaran beliau hingga hari Akhir. Dialah Nabi utusan Allah swt yang
terakhir dan tiada Nabi setelahnya. Kemuliaannya lebih utama dari pada manusia
dan makhluk lainnya, Dialah manusia pilihan yang paling bertakwa dan paling
taat akan perintah-perintah Allah swt, Rasul yang sangat mencintai umatnya, ridha
Allah swt agar bisa hidup berdampingan dengan Rasulullah saw di surga
dan cobaan. Skripsi ini rasanya sebuah pencapaian monumental yang membuat
v
Penulis juga sadar sepenuhnya bahwa diri ini berutang budi kepada banyak
pihak yang telah berkontribusi langsung maupun tidak langsung dalam penulisan
skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada para pihak yang telah menanamkan jasa baik berupa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, Penulis ingin
1. Dr. Phil. JM. Muslimin, M.A Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
2. Dr. Djawahir Hejazziey, S.H, M.A. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan
Hidayatullah Jakarta.
vi
pengorbanan dan cinta kasihnya baik berupa moril dan materil, serta doa
terimakasih, kakak ucapkan untuk dua adikku yang imut-imut dan cantik-
cantik adinda Hilallia Fitri dan adinda Nazwa Salsabillah yang telah
ini.
Majelis Ratib Al attas), Alhabib Abdullah bin Fahmi bin Alwi Al athas
(Bekasi Timur) dan Alhabib Ali bin Abdul Aziz bin Jindan (Pimpinan
Majelis Alkhairiyyah Ibnu Jindan) atas motivasi yang telah diberikan baik
penyelesaian skripsi ini dan tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada
8. Terima kasih penulis ucapkan juga untuk sahabatku Enji sairih H.Seman
vii
tercinta yang senantiasa menebarkan benih-benih keceriaan dalam pelangi
Besar harapan bagi Penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa
dankekurangan, tentunya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu,dengan tangan terbuka dan kerendahan hati Penulis akan sangat berterima
Akhirnya, hanya kepada Allah swt. juga kita memohon agar apa yangtelah
kita lakukan menjadi suatu investasi yang sangat berharga dan kelak bermanfaat
dari ilmu pengetahuan yang kita dapat baik dalam agama, dunia dan akhirat.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
D. Akibat Hukum Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak
Milik Menurut UU No.5 Tahun 1960 tentang UUPA........ 57
E. Penyelesaian Perselisihan Tanah Wakaf ............................ 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 71
B. Saran ................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
benda tidak bergerak yang penguasaannya berada pada negara, manfaat dari
1
Wabah Zhuhaili, Al-Fiqhu al-Islam wa ‘Adillatuhu (Damaskus : Dar al-Fikr al-
Mu’ashir), h. 7599
2
Rachmandi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
hal.77
1
2
undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria, yaitu sebagai berikut:
adalah perbuatan yang suci, mulia dan terpuji sesuai dengan ajaran agama
Islam. Berhubungan dengan itu maka tanah yang hendak diwakafkan itu harus
3
Imam Suhadi, Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima
yasa, 2002), hal.2.
3
betul-betul merupakan milik bersih dan tidak ada cacatnya dari sudut
kepemilikan.4
Apabila terjadi sengketa wakaf hal tersebut diatur dalam pasal 62 Undang-
No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama diatur sah atau tidaknya barang
wakaf, sengketa tentang apakah barang wakaf sudah dijual, digadaikan atau
kepada orang yang menerima wakaf untuk tujuan wakaf (Nazir). Perikatan
adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antara dua orang
atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak dan pihak lain
sesuai dengan tujuannya, tanah wakaf tersebut dapat dijual oleh nazir.
4
Ibid.,hal.5.
5
R.Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung:Binacipta,1987, Cet.IV), hal.1.
4
penjualannya wajib dibelikan tanah lain yang nilai dan manfaatnya harus
sama dengan harta wakaf awal yang dijual. Jika perikatan terjadi maka secara
Konsensualisme.
Perbuatan tersebut batal demi hukum, karena objek jual beli adalah harta
wakaf. Menurut Pasal 1335 dan 1337 BW, persetujuan tidak akan
yang telah diwakafkan tidak dapat dilakukan perubahan atau penggunaan lain
dari pada yang dimaksud dalam ikrar wakaf. Penyimpangan dari ketentuan
a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh
wakif;
6
Ibid.,hal.4.
7
Rachmandi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
hal.71.
5
baik dari keluarga wakif, pihak pemerintah, maupun orang-orang yang tidak
bertanggung jawab dengan tidak memperhatikan syarat dan tata cara yang
berlaku .
Hal tersebut terjadi dalam sebuah kasus yang penulis angkat dalam
hukum karena prosedur atau tata caranya tidak sesuai dengan aturan yang
No.41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kasus jual-beli tanah wakaf tersebut terjadi
di Medan di mana tanah wakaf tersebut dijual oleh Syekh Ali Oemar
Syekh Oemar Salmin Bahadjadj yang didirikan oleh orang tua tergugat 1
keturunan Arab dan umumnya bagi penduduk muslim di Medan yang berdiri
diatas tanah wakaf paman dari tergugat II yang bernama Syekh Abdullah bin
Islamiyah diwakafkan oleh Abdullah Salmin Bahadjadj,, dan hal perkara ini
1. Pembatasan Masalah
Agar penulisan skripsi ini dapat mencapai hasil yang baik dan
judul skripsi sehingga masalah-masalah yang diteliti tidak begitu luas atau
keluar dari pembahasan skripsi ini. Penulis dalam menyusun skripsi ini
7
2. Rumusan Masalah
kasus jual beli tanah wakaf yang dilakukan Yayasan Syekh Oemar
Islamiyah
D. Metode Penelitian
metode atau tata cara tertentu, sistematis artinya suatu penelitian harus
Dan pada dasarnya sesuatu yang dicari dalam penelitian ini tak lain
adalah “pemahaman” apabila kita sudah paham tentu kita mengetahuinya yang
1. Jenis Penelitian
8
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI,1986), h.43
9
1945, Pasal 33 ayat (4) UUD 1945, Pasal 34 ayat (1) UUD 1945, UU
Indonesia.
9
Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. dkk. Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). h. 31
10
Peter, Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2007),Cetakan Ketiga, h.93.
10
3. Sumber data
diperoleh dari bahan yang tersedia, yakni data sekunder karena jenis
a. Bahan Hukum Primer: UU No.5 Tahun 1960, Pasal 29 ayat (2) UUD
1945, Pasal 33 ayat (4) UUD 1945, Pasal 34 ayat (1) UUD 1945, UU
Tahun 1977.
dengan perwakafan
11
4. Analisis Data
komprehensip.
penalaran yang berawal dari hal yang umum untuk menetukan hal yang
6. Tekhnik Penulisan
E. Sistematika Penulisan
11
Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. dkk. Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). h. 54
12
Peter, Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2007),Cetakan Ketiga, h.93.
13
TIM Penyusun FSH, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Pusat Peningkatan dan
Jaminan Mutu(PPJM), 2012.
12
diuraikan :
BAB I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari 5 sub-bab,yaitu (a) latar belakang masalah, (b)
Hukum Positif
Bab ini terdiri dari 2 sub bab, yaitu (a) Perwakafan Perspektif
BAB III : Perbuatan Menjual Tanah Wakaf Dalam Perspektif Hukum Islam
Bab ini terdiri dari 5 sub bab, yaitu (a) Jual-beli Tanah Wakaf
Bab ini terdiri dari 2 sub bab, yaitu (a) Posisi Kasus dan
BAB V : Penutup
Bab ini terdiri dari 2 sub bab, yaitu (a) kesimpulan (b)saran
BAB II
Kata wakaf berasal dari bahasa Arab al-waqf bentuk masdar dari
“berhenti” jika dihubungkan dengan ilmu baca Al-Qur‟an atau ilmu tajwid
mengambil nafas sementara, dari mana harus dimulai dan dimana harus
sesuatu benda yang kekal zatnya dan dapat dimanfaatkan dijalan kebaikan.
1
Op. Cit., h.7599
2
Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah (Beirut: Daar El-Fikr, 1981) Cet.III., Jilid.III,.h.738.
14
15
diantaranya:
Artinya:
artian bahwa orang yang berwakaf boleh saja mencabut wakafnya kembali
mengikat apabila:
mengikat
3
Hasbiyallah,. M. Amin Ibnu Abidin, Al-Mukhtar, (Beirut:Daar el-Fiqr, 1992) Juz 10 h
332
16
Daruqutni).
mengikuti benda tidak bergerak dan ini ada dua macam: (1) barang
dinar(uang).
2. Menurut Malikiyah:4
Artinya :
4
Praja, Juhaya S, Perwakaf di Indonesia; Sejarah, Pemikiran, Hukum dan
Perkembangannya, (Bandung : Yayasan Piara, 1995)h.,18.
17
berjangka waktu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh orang yang
berwakaf.”
Menurut teori Imam Malik wakaf itu mengikat dalam arti lazim,
tidak mesti dilembagakan secara abadi dalam arti mu‟abbad dan boleh saja
itu tidak boleh ditarik ditengah perjalanan dengan katalain, si wakif tidak
boleh menarik ikrar wakaf sebelum habis tenggang wakaf waktu yang
telah ditetapkannya. Harta itu berstatus milik si wakif, akan tetapi si wakif
selama masih masa waktunya belum berakhir. Jika dalam shigat atau ikrar
wakaf itu si wakif tidak menyatakan dengan tegas waktu perwakafan yang
Imam Malik dalam hal ini adalah Hadits Ibn Umar yang berbunyi :
18
Artinya :
milik si wakif berdasarkan kasus Ibn Umar sebagai pemilik benda yang
menjual harta wakaf itu yang tidak/kurang mempunyai nilai manfaat hasil
atau manfaat yang sama sesuai dengan apa yang dikehendaki si wakif.
Pendapat ini akan nampak sebagai paham hukum yang dianut dalam
3. Menurut Syafi‟iyyah:6
5
Praja, Juhaya S,, Perwakafan di Indonesia; Sejarah, Pemikiran, Hukum dan
Perkembangannya, (Bandung : Yayasan Piara, 1995) h.18.
6
Muhammad Khotibi Syarbini, Mughni al-Muhtaz, (Mesir : Musthafa al-Babi al-Halaby,
Tt) Juz 2, h.376.
19
Artinya :
4. Menurut Hanabilah
Artinya :
Artinya :
7
Al-Imam, Syafi‟I, Al-Umm, (Beirut : Darul Fikr,Tt) Jilid 3 h, 512.
8
Wabah, Zhuhaili, Fiqh al-Islam Wa „Adilatuhu, (Beirut : Daar El-Fikr, Tt) Juz 2 h.152
9
Imam Taqiuddin, Kifayatul Akhyar,. Bab Kitabul buyu‟, Fashl Waqf
20
س
ُ ْع ُی ْم ِكنُمَبٍنحَب
ُ الِنْتِفَب
ٕ ْصِهھِٔبوْعَیْنِھِبَقبَء َم َع ِبھِب
ْ َطعِٔب
ْ َصزُفِبِق
َ َص َز ِفعَهى َزقْبَتِھِفِىبنت
ْ َم
10
ٍجوْدٍمُبَبح
ُ ْمَو
Artinya:
mengandung makna yang sama. Perbedaan yang ada hanya dalam hal-hal
10
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, Paradigma Baru Wakaf di
Indonesia, cet.II,
(Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat
Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, 2005), h.139.
21
ْحتَىبنْ ِب َز َتنَبنُوانَن
َ حبُونَمِمَبتنفِقوا
ِ يءٍ ِمنْتنفقواوَمَبُت
ْ َعَهِی ٌمبِھِبنهَھَ َف ِإَنش
(٢٩:٣ /)عمزانبل
Artinya:
ُسبِیهِفِیأَمْوَانَھُمْینفقونَبَنذِینَ َم َثم
َ حَبتٍ َك َمثَهِبنهَ ِھ
َ ْسنَببَِهسَبْ َعأَنْبَ َتت
َ سنْبَُهتٍكُهِفِی
ُ ُحَبتٍمِب َئت
َ
kurang dari 73 kata, namun cukup bagi penulis dalam skripsi ini
lipat.
22
: ٔ ھ
ٔ : ٕ ٕ
( ) ٔ
Artinya :
: ل
َ عنْ ِببْنِعُ َم َز َرضِیَبنهھُ َعنْھُمَبقَب
َ
: ل
َ َٔاصَببَعُ َمزَُٔا ْرضًب ِبخَیْ َب َز َفبَٔتَىبنَنبَِیصَهَىبنهھُعََهیْھِ َوسَهَمَیُسْ َتٔبْ َم َز ِفیْھَب َفقَب
س ِعنْ ِذیْ ِمنْھُفَمَب َتبْٔ ُمزُ ِنیْ ِبھِ؟فَ َقبنَهَھُ َز
ُ ال َقطُھُؤَانْ َف
َٔ صبْمَب
ِ ٔخیْ َبزَنَمَْب
َ صبْ ُت َٔب ْرضًب ِب
َ یَب َرسُوْنَبنه ِھبِٕنِیٔب
صذَ َقبِھَبعُ َمزُٔاَنَھَبالَتُبَبعُ َو
َ َف َت.ص َذقْتَبِھَب
َ ح َبسْ َت َبصْهَھَب َو َت
َ شئْ َت
ِ ْسُوْنُبنه ِھصَهَىبنه ُھعَهَیْھِ َوسََهبِٕن
: ل
َ فَقَب. ُالتُ ْورَث
َ َالتُوْ َھبُو
َ
ح
َ الجُنَب
َ ضیْ ِف
َ س ِبیْهِبنهھِ َوبْنِبنسّ ِبیْهِوَان
َ ص َذ َقبِھَبفِىبنْفُ َقزَاءِ َوفِىبنْ ُقزْبَى َوفِىبن ِز َقَببِوَفِى
َ َو َت
(ل)رواھبنبخبرىومسهم
ٍ عَهَى َمنْوَِنیَھَبأَنْ َیبْٔكُهَ ِمنْھَببِبنْمَ ْعزُوْفِوَُیطْعِمُ َغ ْیزَمُتَمَ ِو
Artinya:
12
“Dari Ibnu Umar RA, berkata : bahwa sahabat Umar RA
memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian ia menghadap kepada
Rasulullah SAW untuk memohon petunjuk dan bertanya : Yaa Rasulullah
sesungguhnya aku mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, suatu harta
yang belum pernah aku dpaatkan sama sekali yang lebih baik bagiku
selain tanah itu, lalu apa yang hendak kau perintahkan kepadaku? Maka
jawab Nabi Muhammad SAW jika engkau suka tahanlah pangkalnya dan
11
Imam Abi al-Husain Muslim al-Hijjaj, Shahih Muslim, (Mesir: Dar al-Hadits al-Qahirah
1994),jilid 6,hal.95.
12
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar el-Fikr t,th.), Juz 3, h.196.
23
yang merupakan benda yang tidak bergerak, ada juga Hadits yang
dari Abu Hurairah dan diriwayatkan oleh Bukhari yang berbunyi sebagai
berikut :
: ل
َ ضىَبنهھُ َعنْھُقَب ِ عنْ َببِى ُھ َز ْی َزةَ َرَ
, سبِیْهِبنه ِھ ِبیْمَبنًبوَاحْ ِتسَببًب
َ َمنِْبحْ َتبَسَفَزْسًبفِى:قبََن َزسُوْنُبنه ِھصَهَىبنهھُعََهیْھِوَسَهّم
(ث)رواھبنبخزى ٌ حسَنَب َ ِفیْمِ ْیزَانِ ِھ,ُ َوبَوَْنھ, ُشبَعَھُ َو َرفْ َثھ
ِ ف ِبَن
Artinya :
dalam hal ini kuda, tapi jika ditinjau dari fungsi hewan itu di zaman Nabi
yaitu sebagai hewan yang tercepat, maka dapat disimpulkan bahwa wakaf
13
Ibid.,hal.198.
24
Uraian Hadits di atas mengarah pada adanya dua bentuk benda wakaf,
yaitu benda bergerak yang disebut al-manqul atau al-musya‟ dan benda
yang tidak bergerak yang bisa disebut al‟aqar.14 Dari beberapa Hadits di
hukum dengan cara melepaskan hak kepemilikannya atas asal barang dan
dikemukakan pengertian rukun dan syarat baik dari segi etimologi maupun
sesuatu.15
yang tergantung adanya hukum dengan adanya sesuatu tersebut, dan tidak
adanya sesuatu itu mengakibatkan tidak ada pula hukum, namun dengan
adanya sesuatu tidak mesti pula adanya hukum. Hal ini sebagaimana
keberadaan suatu hukum tergantung pada keberadaan sesuatu itu , dan dari
14
Juhaya S. Praja, Perwakafan di Indonesia, Sejarah, Pemikiran, Hukum dan
Perkembangannya (Bandung: Yayasan piara, 1995), h.13.
15
Kamal Muchtar, Ushul Fiqh, Jilid I, Yogyakarta: PT.Dana Bhakti Wakaf, 1995, h.34.
25
a. Perwakafan benda itu tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu saja,
itu berada pada badan hukum yang bersangkutan sesuai dengan tujuan
suatu peristiwa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sebabnya
16
Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, Cairo: Dar al-Fikr al-„Arabi, 1958, h.59.
26
wasiat.
integral dari disiplin itu sendiri. Atau dengan kata lain rukun adalah
sebagai berikut :
Syarat wakif adalah sehat akalnya, dalam keadaan sadar, tidak dalam
adalah sempurna harta yang diwakafkan.18 Dalam versi pasal 215 (2)
KHI jo. pasal 1 (2) PP 28/1977 dinyatakan : “Wakif adalah orang atau
telah dewasa dan sehat akalnya serta yang oleh hukum tidak
17
Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia, Yogyakarta:
Pilar Media, 2006, h.25.
18
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1997,
h.493.
27
untuk jangka waktu yang lama, tidak habis sekali pakai.Pemanfaatan itu
haruslah untuk hal-hal yang berguna, halal dan sah menurut hukum.Kedua,
harta yang diwakafkan itu haruslah jelas wujudnya dan pasti batas-batasnya
beban.Keempat, harta yang diwakafkan itu dapat berupa benda dapat juga
menolong keluarganya sendiri sebagai wakaf keluarga (waqf ahly), atau untuk
28
murni, bisa juga untuk sarana sosial keagamaan lainnyayang lebih besar
manfaatnya.
Menurut Abu Yahya Zakariya, menyerahkan wakaf kepada orang yang tidak
keberhasilan tujuan dan manfaat wakaf itu sendiri.Alangkah ruginya, jika niat
benda miliknya (ps. 1 (3) PP No. 28/1977 jo. ps. 215 (3) KHI).Pernyataan
atau ikrar wakaf ini harus dinyatakan secara tegas baik lisanmaupun
qabul. Mereka itu antara lain adalah al-Mawardi, bahkan al-Baghawi dan
Sayyid Syabiq:
diwakifi.”
218 KHI: (1). Pihak yang mewakafkan atau wakif tanahnya mengikrarkan
dengan disaksikan oleh minimal dua orang saksi(2). Dalam keadaan tertentu,
Penerima Wakaf adalah orang yang ahli memiliki seperti syarat bagi orang
Karenanya tidak sah berwakaf kepada anak yang masih dalam kandungan
ibunya, begitu juga kepada hamba sahaya. Tidak sah wakaf kalau tidak disebutkan
“saya wakafkan kebun ini” tanpa disebutkan kepada siapa kebun itu diwakafkan.
Jika kita menggali Syari‟at Islam, akan ditemukan bahwa tujuan Syari‟at
dan kararkter yang beraneka ragam .Dari sinilah, kemudian timbul kondisi dan
kaya, cerdas, bodoh, kuat dan lemah, dibalik semua itu tersimpan hikmah, dimana
Allah memberi kesempatan kepada yang kaya menyantuni yang miskin, yang
cerdas membimbing yang bodoh dan yang kuat menolong yang lemah.Yang
22
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 1997.
31
upaya mendekatkan diri kepada Allah, sehingga interaksi antar manusia terus
terjalin.23
Artinya
oleh seseorang harus memberi manfaat langsung atau tidak langsung kepada
Islam mengajarkan bahwa di dalamnya melekat hak fakir miskin yang harus
aturan yang telah ditentukan yakni melalui infak, sedekah, wasiat, hibah, dan
Artinya:
“dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS.Adz-
Dzariat,51:19)
terhadap orang lain merupakan sikap yang tidak disukai Allah SWT. Agama
23
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf: Kajian Kontomporer Pertama
dan Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf Serta Penyelesaian atas Sengketa Wakaf
(Jakarta: IIMAN Press , 2003), h.83.
32
Maksudnya, sedekah atau wakaf yang dikeluarkan , sepanjang benda wakaf itu
lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai dengan
ajaran Islam.
2004 tentang wakaf untuk memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan
dalam pasal 22, bahwa harta benda wakaf hanya dapat diperuntukan bagi
sarana dan kegiatan ibadah, sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan,
bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa, kemajuan
wakaf adalah mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf
pelaksanaanya, agar fungsi wakaf sesuai dengan tujuan wakaf, maka objek
4. Macam-macam Wakaf
keluarga atau wakaf ahli yang disebut juga wakaf khusus dan wakaf umum
a. Wakaf Keluarga
juga wakaf khusus) adalah wakaf yang khusus diperuntukkan bagi orang-
orang tertentu, seorang atau lebih, baik ia keluarga wakif maupun orang
lain.
kalau wakaf keluarga itu berupa tanah pertanian. Maksud semula sama
24
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, ( Jakarta: UI-PRESS,
2012), h.89.
34
dengan wakaf umum, untuk berbuat baik pada orang lain dalam rangka
setelah wakif meninggal dunia, dan (2) Wakaf keluarga itu dijadikan alat
Islam.
atau wakaf umum inilah yang paling sesuai dengan ajaran Islam dan yang
itu dapat dilihat antara lain tanah-tanah yang berdiri masjid seperti; Masjid
Kauman Cirebon wakaf dari Sunan Gunung Jati, Masjid Demak dari
Raden Patah, Masjid Agung Banten Wakaf dari Syekh Hassanudin Sultan
Banten I dan lainnya. Hal ini menunjukan bahwa pada zaman kesultanan
36
Islam Indonesia sudah ada pengaturan harta wakaf sekalipun masih pada
Nomor 435, yang termuat dalam Bijbbland 1905 Nomor 6196 tentang
edaran ini tidak diatur secara khusus tentang wakaf, tetapi tidak melarang
akan dibangun di atas masjid atau tempat ibadah lainnya harus seizing
Pemerintah Hindia-Belanda.
sholat
25
Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Produk Perwakafan di Indonesia: UU No.41 Tahun
2004, (Yogyakarta:Pilar Media 2003), h.40-43.
37
pemeliharaan harta wakaf (khusus benda tak bergerak yang berupa tanah
26
Racmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
hal.11.
38
beragama, khususnya bagi umat Islam yang beragama Islam dalam rangka
terkandung sumber acuan dalam hal ibadah baik hubungan antara manusia kepada
Allah maupun manusia dengan manusia. Sumber acuan tersebut yakni adalah Al-
menyesuaikan antara hukum dengan zaman, perlu adanya penjelasan yakni baik
dalam hal mu’amalah, munakahat dan lain sebagainya yang berkaitan dengan hal
bersumber dari pendapat Imam Syafi’i, hal ini bukan berarti pendapat Imam
39
40
Syafi’i tidak diminati penduduk Muslim Indonesia tetapi dalam kaitan dengan
dari pendapat Imam Syafi’i dan sebagian lagi dari ijtihad (pendapat) para
Wakaf yang produktif adalah wakaf yang memberikan manfaat yang besar
kepada masyarakat/ dalam hal kemaslahatan orang banyak sesuai dengan tujuan
wakaf. Dalam hal jual beli harta/tanah wakaf memang pada dasarnya banyak
Tahun 2004 mutlak tidak diperbolehkan tanah wakaf untuk diperjual belikan,
namun ada pengecualian yang dapat memperbolehkannya. Dalam hal jual beli
harta/tanah wakaf menurut Islam akan dijelaskan dari beberapa pendapat para
mengingkari hal ini, berkata Abu Yusuf “:tidak diperbolehkan harta wakaf
untuk diperjual belikan tanpa kecuali”, dan Imam Muhammad salah seorang
sahabat Abu Yusuf berkata : “apabila harta wakaf telah rusak, maka secara
2. Pendapat Kedua : Tidak boleh menjual wakaf sama sekali, walaupun diganti
dengan yang lebih baik atau lebih banyak manfaatnya, selama aset wakaf
41
tersebut tidak terputus manfaatnya. Ini adalah pendapat Imam Malik dan
Imam Syafi’I.
dengan membedakan barang wakaf yang bergerak dan yang tidak bergerak.
syarat ini, kita boleh menjual buku-buku wakaf yang berisi bermacam
disiplin ilmu jika terlihat usang, rusak, dan tidak dapat dipergunakan lagi.
Namun sebaliknya, kita tidak boleh menjual buku-buku itu selama masih
bisa digunakan.
Dasar yang mereka gunakan sebagai pijakan adalah bahwa penjualan akan
wakaf yang tidak atau kurang bermanfaat dengan tanah lain yang lebih
2) Benda wakaf itu berupa benda bergerak dan kondisinya tidak sesuai
1
Al-Kabisi, Hukum Wakaf: Kajian Kontemporer Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan
Pengelolaan Wakaf Serta Penyelesaian atas Sengketa Wakaf, h.366-368.
2
Muhammad Abu Zahrah, al-Waqf, Cet II (Beirut: Dar Al-Fikr, 1971), h.171.
3
Mughniyah, al-ahwal al-Syakhsiyah ala al-Mazahib al-Khamsah, h.333.
43
kelompok:
dan hanya bisa dimanfaatkan untuk kayu bakar, maka penerima wakaf
dijual.
wakaf tidak berfungsi lagi, seperti masjid yang roboh, atau masyarakat
riwayat lain.
Dalil Pertama : Atsar Umar bin Khattab ketika sampai kepadanya berita
Saad bin Abi Waqqas gubernur Kufah untuk memindahkan masjid yang
Peristiwa ini diketahui oleh para sahabat, dan tidak ada satupun dari
mereka.
mengurangi kerusakan yang ada, maka hal itu dibolehkan karena sesuai
4
Al-Kabisi, Hukum Wakaf: Kajian Kontemporer Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan
Pengelolaan Wakaf Serta Penyelesaian atas Sengketa Wakaf, h.371-373.
45
wajib diganti dengan yang sama, jika tidak ada kebutuhan mendesak
dibolehkan menggantikannya dengan yang lebih baik, hal itu karena ada
Berkata Ibnu Uqail : “Wakaf itu sifatnya langgeng, jika tidak bisa
paling tidak kita menjaga maksud (dari wakaf itu sendiri), yaitu
pemanfaatan yang terus menerus dengan barang lain, yaitu dengan cara
diganti, karena kalau tetap mempertahankan aset wakaf yang sudah tidak
berfungsi lagi, justru malah tidak sesuai dengan tujuan (wakaf) itu
sendiri”.
Pendapat ketiga ini lebih kuat, karena sesuai dengan tujuan wakaf itu
perubahan atau penggunaan lain dari pada yang dimaksud dalam ikrar
46
a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh
wakif;
cq. Kepala Bidang melalui Kepala KUA dan Kepala Kanwil Depag
tersebut pada ayat (1) secara hierarkis kepada kepala Kanwil Depag
(3) Kepala Kanwil Depag cq. Kepala Bidang diberi wewenang untuk
(1) Dalam hal ada permohonan perubahan status tanah wakaf Kepala Kanwil
Kepala Daerah cq. Kepala Sub Dit Agraria (sekarang Kantor Badan
menurut hukum.
perubahan status tanah-tanah yang diwakafkan dapat dilakukan begitu saja oleh
48
sudah tentu akan menimbulkan reaksi dalam masyarakat, terutama dari mereka
pembatasan yang ketat dan disamping itu maksud perubahan status harus terlebih
dahulu mendapat izin dari Menteri Agama atau Kepala Kantor Wilayah
28 Tahun 1977, pada dasarnya terhadap tanah milik yang telah diwakafkan tidak
dimaksud dalam Ikrar Wakaf seperti halnya Jual-beli tanah wakaf. Dalam hal ini
tidak berarti dalam hal-hal tertentu tidak dapat dilakukan perubahan perwakafan
tanah milik.
Tahun 1977 ditentukan, bahwa penyimpangan dari ketentuan tersebut dalam ayat
(1) hanya dapat dilakukan terhadap hal-hal tertentu setelah terlebih dahulu
5
Rahmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.95.
6
Ibid.,h.95.
49
a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti yang diikrarkan oleh
wakif;
a. dijadikan jaminan;
b. disita;
c. dihibahkan;
d. dijual;
e. diwariskan;
f. ditukar; atau
untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR)
terjadi transaksi jual-beli , yang mana hasil penjualan tersebut di belikan tanah
tentang Pelaksanaan UU No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf, bahwa nilai dan
a. harta benda penukar memiliki Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sekurang-
b. harta benda penukar berada di wilayah yang strategis dan mudah untuk
dikembangkan.
Agama Nomor 1 Tahun 1978, perubahan status tanah wakaf dapat diizinkan
adanya transaksi jual-beli tanah wakaf adalah dinilai bukan dari luas tanah
tersebut melainkan dari segi nilai dan manfaat. Tata cara penukaran terhadap
harta benda wakaf yang akan diubah statusnya, diatur dalam Pasal 51 PP
prosedur penukaran terhadap benda wakaf yang akan diubah statusnya adalah
sebagai berikut:
51
Surat Keputusan.
didunia ini tidak ada satupun yang abadi. Menurut kodratnya sesuatu akan
52
atau lingkungannya, atau bisa juga dikarenakan adanya perubahan rencana tata
guna tanah, tata ruang atau rencana pembangunan daerah atau nasional.Perubahan
peruntukan hak menurut hukum agraria nasional, selain dapat dilakukan melalui
cara dengan jual beli, tukar menukar, hibah, wasiat, warisan, dan lain-lainnya,
lebih besar dan lebih banyak dinikmati oleh masyarakat, juga sesuai dengan
maksud dari pada fungsi sosial dari pada hak atas tanah yang dianut hukum
ditentukan dalam Pasal 21 ayat 1 jo. Pasal 21 ayat 2 UUPA saja yang dapat
diatur dalam Pasal 49 ayat 3 dimana perwakafan tanah dilindungi dan diatur
7
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak-Hak Atas Tanah , Prenada Media, (Jakarta: Prenada
Media, 2004), h.79.
53
bahwa pada dasarnya terhadap tanah milik yang telah diwakafkan tidak dapat
dilakukan peruntukan atau penggunaan lain daripada yang dimaksud dalam ikrar
wakaf.9
Untuk itulah, maka di atur dalam UU No.5 Tahun 1960 tentang UUPA
Pasal 49 ayat 3 jo. PP No.28 Tahun 1977 jo. Permandagri No.6 Tahun 1977 jo.
PMA No.1 Tahun 1978 dan lain-lain, dimana hanyalah perwakafan hak milik
umum atau kepentingan peribadatan lainnya (wakaf sosial, bukan wakaf ahli).
fungsi sosial, yang berarti pula hak-hak tersebut harus mampu memenuhi satu
atau lebih kepentingan masyarakat. Oleh Karen itu hukum agraria nasioanal kita
tidak menganut sistem adanya suatu hak mutlak atas tanah. Hak milik sekalipun
dibatasi oleh:
8
Muhammad Yamin, Beberapa Dimensi Filosofis Hukum Agraria (Medan: Pustaka Bangsa
Press,2003), h.8.
9
Usman Suparman, Hukum Perwakafan Di Indonesia ( Jakarta: Darul Ulum Press, 2002), h.218.
54
sebagai kepentingan pribadi atau keluarga (wakaf ahli), tidaklah termasuk ruang
kepentingan seseorang pribadi atau keluarga (wakaf ahli), maka untuk tidak
dunia, mengingat wakaf tidak dapat dirubah peruntukannya, baik dengan cara jual
beli, hibah, warisan dan lain-lainnya, maka wakaf tersebut harus dianggap hibah.
untuk usaha dalam bidang keagamaan dan sosial, diakui dan dilindungi. Badan-
badan tersebut dijamin pula akan memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan
dan usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial.10 Pada Pasal 49 ayat 3 UUPA
Peraturan Pemerintah.11
Pasal 23 UU No. 5/1960 tentang UUPA pada ayat 1 menyatakan bahwa hak
10
Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan ( Jakarta: Prestasi Pustaka, 2003), h.58.
11
Ibid.,h.58.
55
mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebasan hak
tersebut. Pasal 26 ayat 1 UU No.5 Tahun 1960 tentang UUPA menyatakan bahwa
Menurut Pasal 7 Permenegria/ Kepala BPN No.9 Tahun 1999 tentang tata
cara pemberian dan pembatalan hak atas tanah negara dan hak pengelolaan
meyatakan bahwa sepanjang mengenai hak milik yang dipunyai badan hukum
keagamaan. Badan hukum nasional dan badan hukum lain yang ditunjuk oleh
pemerintah. Hak guna usaha dan yang lainnya yang menurut sifatnya harus
dipertegas kembali dengan ketentuan Pasal 134 yang menyatakan bahwa izin
peralihan atau perubahan peruntukan hak atas tanah diperlukan hanya untuk hak
12
Ibid.,h.49.
13
Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan ( Jakarta: Prestasi Pustaka, 2003), h.50.
14
Peraturan Menteri Agraria (Permenegria)/ Kepala BPN No. 9/1999
56
milik yang dipunyai oleh badan hukum keagamaan, badan hukum sosial dan
badan hukum lain yang ditunjuk oleh pemerintah, hak guna usaha, hak pakai
tanah diatas tanah negara dan hak-hak lain yang didalam sertifikatnya dicatat
memerlukan izin.
UUPA. Perubahan peruntukan hak milik atas tanah yang dimiliki oleh badan-
hak milik atas tanah, harus memerlukan izin dari pihak yang berwenang.
dialihkan ketempat yang lain dan yang lain sebagainya, dimana perubahan
tersebut yang akan dilakukan mempunyai dasar hukum, yaitu diantaranya sebagai
berikut :
1. Pada PP No.28 Tahun 1977 yakni dalam pasal 11 ayat 1, ayat 2 dan ayat 3.
2. Pada PMA No.1 Tahun 1978 yakni dalam pasal 12 ayat 1, ayat 2 dan ayat 3
Selain dasar hukumnya juga ada alasan perubahan dan tukar menukar yaitu
sebagai berikut:
1. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti yang dikeluarkan oleh
3. Karena status tanah wakaf dapat di izinkan diberikan penggantian yang senilai
bahwa barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan dalam Pasal 15 dipidana
15
Departemen Agama RI, Manajemen Perwakafan Tanah Milik , Departemen Agama RI Pusat
Pendidikan dan Latihan Kerja, Jakarta, 1995, hal.6
16
Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2003), h.58.
58
dalam Pasal 5 yakni mengenai tentang Ikrar Wakaf, Nadzir dan Saksi, Pasal 6
ayat 3 yakni mengenai tentang pendaftaran dan pengesahan nadzir, pasal 7 ayat 1
yakni tentang kewajiban nadzir, Pasal 9 yakni tentang tata cara perwakafan tanah,
Pasal 10 yakni tentang pendaftaran tanah wakaf hak milik, Pasal 11 yakni tentang
rupiah).17
tersebut dilakukan oleh atau atas nama badan hukum, maka tuntutan pidana
dijatuhkan, baik terhadap badan hukum maupun terhadap mereka yang memberi
atau penanggung jawab dalam perbuatan atau kelalaian atau terhadap kedua-
atas tanah dijeniskan seperti perubahan peruntukan tanah wakaf yang tidak sesuai
prosedur ketentuan yang berlaku, dan yang lainnya sebagai tindak pidana
pelanggaran yakni perbuatan melanggar hukum. Hal ini dapat dibuktikan dengan
pelaksanaan perwakafan atas tanah yang tanpa dilakukan dan atau dicatatkan
17
Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia ( Jakarta : Darul Ulum Press, 2002), h.88-89.
59
sebagai perbuatan melawan hukum (tindak pidana), karena disaat itu perbuatan
Bukti lainnya adalah dari bentuk sanksi pidananya itu sendiri yang
lebih dari Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah). Bentuk sanksi pidana semacam ini
mencapai mufakat dan di ayat dua (2) dijelaskan pula, apabila penyelesaian
sengketa sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) tidak berhasil, sengketa dapat
secara musyawarah, harus disertai dengan bukti tertulis sejak permulaan, yaitu
dari surat pemberitahuan untuk para pihak, Berita Acara Rapat dan selanjutnya
yang sempurna.
18
Taufiq Hamami, Perwakafan Tanah Dalam Politik Hukum Agraria Nasional (Jakarta: PT. Tatanusa,
2003), h.207.
60
yang secara nyata menyangkut hukum perdata dan hukum pidana diselesaikan
Agung Nomor 163 K/Sip/1963 tertanggal 22 Mei 1963 yang menganggap soal
wakaf yang berasal dari Hukum Islam, di Indonesia sudah dapat dianggap
meresap dalam hukum adat. Kemudian Putusan Mahkamah Agung Nomor 152
dengan mana suatu barang atau barang-barang telah dikeluarkannya atau diambil
dari kemanfaatan atau kegunaannya dalam lalu lintas maysarakat semula, guna
kepentingan seorang atau orang-orang tertentu atau guna maksud atau tujuan yang
Pengadilan Agama tetap berpedoman pada tata cara penyelesaian perkara yang
19
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia ( Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.97.
BAB IV
1. Duduk Perkara
Arabiyah Islamiyah yang merupakan bagian dari tanah wakaf yang diwakafkan
oleh Syekh Abdullah Salmin Bahadjadj selaku wakif dan pendiri gedung tersebut.
Luas tanah yang diwakafkan oleh Syekh Abudllah semula adalah 1640 m2,
sedangkan luas tanah sekaligus gedung madrasah adalah 820 m2 sisanya dibangun
Masjid.
Namun pada tahun 1951 ketika Syekh Abdullah pulang ke Irak, tanah
wakaf masjid tersebut dijual oleh Syekh Oemar yakni adik kandung Syekh
Abdullah (Wakif). Sehingga tanah wakaf yang semula 1640 m2 setelah dijual
tersisa 830 m2. Pada tahun 1935 sampai dengan 1956 pengurus Madrasah
tersendat-sendat.
perbuatan yang telah menjual tanah wakaf milik kakaknya yang semula masjid.
62
63
dengan penyesalan tersebut pada Tahun 1956 Syekh Oemar membuat Surat wasiat
dengan Akta No.9 Tahun 1956 kepada ahli warisnya yang bertujuan untuk
Arabiyah Islamiyah.
Pada tahun 1963, Yayasan tersebut berdiri dan sebagai ketuanya adalah
Syekh Oemar. Namun dengan berdirinya yayasan tersebut, dengan maksud dan
Oemar meninggal. Keadaan semakin memburuk ketika Syekh Ali anak Syekh
Oemar menjadi ketua Yayasan Syekh Oemar bin Salmin Bahadjadj, dimana
Madrasah semakin diabaikan dan dengan melawan hukum pada tahun 1997 tanpa
diteliti terlebih dahulu tanah wakaf tersebut atas permohonan Syekh Ali Oemar
Medan dan dengan sengaja tanah wakaf tersebut dialihkan oleh Syekh Ali dalam
bentuk Akta Jual-Beli. Alasan tersebut dilakukan oleh Syekh Ali karena Madrasah
adalah bagian dari yayasan atau harta kekayaan milik yayasan, tanpa
permohonan kasasi dari para Pemohon Kasasi, yaitu:Yayasan Syekh Oemar Bin
Salmin Bahdjadj, Ir. Ali Oemar Salmin Bahdjadj, Every, Lim Sun San alias Halim
Tjipta Sanjaya, Oei Giok Leng, dan Go Tiong Tjho. Diwajibkan Para Pemohon
64
Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp
K/Pdt/2002.
Ulama mengenai perbuatan menjual tanah/ harta wakaf. Dalam kaitannya dengan
pendapat ulama terutama imam madzhab Fiqh sebagian ada yang melarangnya
wakaf itu sendiri bersifat abadi, sehingga kondisi apapun benda wakaf tersebut
harus dibiarkan sedemikian rupa. Dasar yang digunakan oleh mereka adalah
hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, di mana dikatakan bahwa benda
wakaf tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak boleh diwariskan.
melarang perubahan status wakaf, sementara ada alasan kuat untuk itu, maka kita
rusak dan tidak bisa dimanfaatkan lagi. Dasar yang mereka gunakan adalah
65
tindakan sahabat Umar bin Khatab ra yang memindahkan Masjid Kufah yang
lama dijadikan pasar bagi para penjual kurma. Ini adalah penggantian tanah
Umar dan Utsman pernah membangun Masjid Nabawi tanpa mengikuti kontruksi
pasal 225 Buku III. Penyimpangan dari ketentuan dimaksud hanya dapat
persetujuan tertulis Dari kepala Kantor Urusan Agama berdasarkan saran dari
a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh
wakif;
sewaktu waktu bisa terjadi istibdal Masjid atau keharusan penjualan harta/ tanah
wakaf Karena disebabkan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) ataupun untuk
1
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf: Kajian Kontemporer Pertama dan
Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf serta Penyelesaian atas Sengketa Wakaf.
Penerjemah Ahrul Sani Faturrahman, dkk KMPC (Jakarta: Dompet Dhuafa Republika dan IIMaN
Press, 2004), h.380-381.
2
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.95.
66
dengan menjual tanah wakaf yang telah hilang fungsinya dapat dilakukan dengan
menjualnya dan dibelikan lagi dengan tanah wakaf yang baru dengan nilai
minimal sama dengan tanah wakaf yang semula sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
wakaf yang dilakukan oleh tergugat yakni Syekh Ali Umar Salmin Bahadjadj
selaku ketua Yayasan Syekh Oemar Bin Salmin Bahdjadj adalah melanggar
keadaan sehat dan berakal tergugat melakukan penjualan tanah wakaf dengan akta
Medan.
tidak membuktikan secara pasti tanah wakaf tersebut adalah wakaf sari Syekh
Pengadilan Tinggi, Majelis hakim menolak eksepsi dari Tergugat I sampai dengan
wasiat yang dibuat oleh Syekh Oemar Salmin Bahdjadj (orang tua tergugat II),
tanah wakaf. Dalam hal Mahkamah Agung memberikan putusan adalah benar
yaitu salah satunya adalah menguatkan adanya Surat Wasiat No.9 tangal 4 April
1956 yang mana Syekh Oemar dalam membuat wasiat adalah cakap dalam hukum
serta berakal. Karena wasiat itu merupakan perjanjian sepihak, maka haruslah
wasiat itu dibuat oleh seorang sudah cakap bertindak hukum (KHI Pasal 194 ayat
1), sebab wasiat yang dibuat seorang yang gila atau rusak akalnya (sedang mabuk)
adalah batal.3
tanah wakaf Putusan Mahkamah Agung Nomor Perkara :995 K/Pdt/2002 adalah
perkara tersebut, demikian pula menurut hukum positif penjualan tanah wakaf
yang dilakukan oleh tergugat adalah melawan hukum. Dengan adanya persamaan
akibat hukum yang penulis analisis ini baik hukum Islam maupun hukum positif
3
Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan (Jakarta:
Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam,
2012), h.94.
68
wakaf di Indonesia lebih banyak mengambil teori dan praktik dari Madzhab
Dalam Pasal 6 Peraturan BWI No.1 Tahun 2008 yang berhak untuk
mengajukan permohonan tukar ganti kepada Menteri melalui KUA adalah Nazhir.
Nazhir dalam hal perubahan status harta wakaf termasuk jual beli adalah yang
berperan penting, hal ini juga didukung dalam pasal 12 ayat 1 Peraturan Menteri
Agama No.1 Tahun 1978 dan Pasal 51 PP No.42 Tahun 2006. Maka dari kasus
dan bukan pula yang berkepentingan atas penjualan tanah wakaf dan prosedur
penjualan tanah wakaf dan meminta Kepala Kantor Pertanahan untuk menerbitkan
Sertifikat Hak Guna Banguna termasuk dalam kategori penggalapan tanah yang
mana dari penyimpangan perbuatan menjual tanah wakaf yang tidak sesuai
Tahun 1977.
Dalam Pasal 24 PP No.40 Tahun 1996 Hak Guna Bangunan atas tanah
Hak Milik terjadi dengan pemberian oleh pemegang Hak Milik dengan akta yang
dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah.4 Dari penjelasan pasal tersebut penulis
Medan adalah adanya dukungan akta yang dibuat oleh Notaris PPAT. Dalam
kasus ini mereka tersebut adalah Tergugat VII,VIII dan IX atau Para Turut
Termohon Kasasi.
4
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia (Jakarta: Djambatan, 2007), h.80.
69
memperhatikan salah satu Asas Pelaksanaan Tugas Jabatan Notaris yang Baik
yaitu Asas Kecermatan. Yang mana bagian dari Asas kecermatan adalah
memeriksa bukti surat yang berkaitan dengan keinginan atau kehendak para pihak
tersebut.5 Disisi lain, jika tindakan (Notaris) seperti merugikan para pihak, maka
para pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut Notaris yang bersangkutan
dengan kualifikasi sebagai suatu tindakan hukum yang merugikan para pihak.
Para pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti
rugi, dan bunga kepada Notaris.6 Penggugat maupun tergugat III,IV,V dan VI
yang mana para tergugat merupakan pembeli tanah tersebut, karena pada dasarnya
pembeli adalah beritikad baik dengan tidak mengetahui bahwasannya tanah yang
mereka beli adalah tanah wakaf dan dengan keluarnya Putusan Mahkamah Agung
menyatakan batal demi hukum akta jual-beli, maka baik penggugat maupun para
tergugat yang dirugikan dalam hal ini dapat melakukan penuntutan kepada
Notaris.
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah menjelaskan bahwa
Hak Guna Bangunan hapus karena dibatalkan oleh pejabat yang berwenang yang
pemegang Hak Pengelolaan atau Pemegang Hak Milik sebelum jangka waktu
hukum yang tetap.7 Dari penjelasan pasal tersebut dengan keluarnya Judex Facti/
5
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia ( Bandung: Refika Aditama, 2009), h.37.
6
Ibid,.h.38.
7
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia (Jakarta: Djambatan, 2007), h.84.
70
Putusan Pengadilan Tinggi Medan dan Putusan Mahkamah Agung jelas bahwa
memiliki kekuatan hukum tetap untuk menyatakan batal HGB atas Nama Yayasan
tidak membuktikan secara pasti tanah wakaf tersebut adalah wakaf sari Syekh
Pengadilan Tinggi, Majelis hakim menolak eksepsi dari Tergugat I sampai dengan
wasiat yang dibuat oleh Syekh Oemar Salmin Bahdjadj (orang tua tergugat
II).Wasiat akan dipandang sah apabila dibuat secara tertulis. 8 Dalam kaitannya
wasiat yang dibuat Syekh Oemar adalah membangun yayasan untuk memberi
dari keturunannya sendiri, dan membuat segala pekerjaan kebajikan khairat Islam.
wasiat serta di buat akta wasiat No.9 Tahun 1956 dan didukung dengan keluarnya
adanya penjelasan dari surat wasiat tersebut, Madrasah Arabiyah Islamiyah adalah
8
Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan (Jakarta:
Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam,
2012), h.66.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebelumnya, yakni ketentuan menjual tanah wakaf baik dalam Hukum Islam
maupun Hukum Positif adalah dilarang, namun hal ini bukanlah ketentuan yang
mutlak atau tidak dapat diberikan pengecualian. Dalam Hukum Islam banyak
penjualan tanah wakaf diawali dari para Imam Mazhab seperti Maliki, Syafi’i,
Pasal 225 Kompilasi Hukum Islam ditentukan, bahwa benda yang telah
diwakafkan tidak dapat dilakukan perubahan atau penggunaan lain dari pada yang
dimaksud dalam ikrar wakaf. Penyimpangan dari ketentuan dimaksud hanya dapat
saran dari Majelis Ulama Kecamatan dan Camat setempat dengan alasan:
a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh wakif;
Pasal 40 UU Nomor 41 Tahun 2004 Tahun 2004 tentang Wakaf perubahan status
harta wakaf termasuk didalamnya dilakukan jual-beli, hibah, waris dan lain
71
72
menjual tanah wakaf serta prosedur dalam tata cara perubahan status harta wakaf
termasuk menjual tanah wakaf dalam Pasal 51 Peraturan Pemerintah No.42 Tahun
2004, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hukum Islam dan hukum Positif
memperbolehkan penjualan tanah wakaf sesuai prosedur yang berlaku guna untuk
mencapai tujuan wakaf yang baik dan produktif untuk kesejahteraan dan
Arabiyah Islamiyah, menurut hukum Islam dan hukum positif adalah tidak
1. Tanah yang dijual tergugat adalah tanah wakaf yang masih berjalan sesuai
keponakan wakif yang tidak ada kepentingan/ hak sedikitpun atas wakaf
tersebut.
berada dibawah pengelolaan wakaf, Bahwa hal ini didukung oleh wasiat
Sech Oemar dengan Surat Wasiat No.9 tangal 4 April 1956 yang telah
73
B. Saran
1. Pola fikir Nazhir sebagai pengurus wakaf harus up to date atau mengikuti
hal penjualan tanah wakaf kita dapat berpindah Mazhab atau mengikuti
yang ada, jangan sampai ada pihak-pihak, baik dari pemerintah, ahli waris
Daud Ali, Mohammad. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI-
PRESS, 2012.
Muljadi, Kartini dan Widjaja, Gunawan. Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta: Prenada
Media, 2004.
Sabiq, Sayyid. Fiqhus sunnah. Beirut: Dar al-Kitab al-„Arabi, 1981, jilid III.
Wadjdy, Farid dan Mursyid. Wakaf dan Kesejahteraan Umat (Filantropi Islam
yang Hampir Terlupakan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Yamin, Muhammad. Beberapa Dimensi Filosofis Hukum Agraria. Medan:
Pustaka Bangsa Press, 2003.