Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu
Oleh:
NUR ADZIMAH
NIM : 1111044100072
(A H W A L S Y A K H S I Y Y A H)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2015 M
ABSTRAK
di Indonesia.
v
KATA PENGANTAR
اﻟﻠﮭﻢ ﺻﻞ وﺳﻠﻢ, أﺷﮭﺪ أن ﻻ اﻟﮫ اﻻ ﷲ و أﺷﮭﺪ أن ﻣﺤﻤﺪا ﻋﺒﺪه ورﺳﻮﻟﮫ,اﻟﺤﻤﺪ ﷲ رب اﻟﻌﺎ ﻟﻤﯿﻦ
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah menciptakan
serta salam penyusun sanjungkan untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
ajarannya.
Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
kesungguhan, serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung
sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah
vi
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan
2. Bapak Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. dan Bapak Arif Furqon, MA, selaku
Jakarta.
3. Ibu Dr. Hj. Azizah. MA, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada lingkungan
perkuliahan.
6. Ibu Dra. Hj. Rokhanah, S.H., M.H., selaku Ketua Pengadilan Agama
7. Doa dan harapan penulis panjatkan kepada adinda Imaduddin dan Nurus
menyelesaikan skripsi.
vii
8. Tidak lupa Sahabatku tercinta Muhammad Syamsul Hadi yang senantiasa
10. Semua teman-teman Peradilan Agama Angkatan 2011 yang tidak dapat
Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan
yang berlipat ganda. Sungguh, hanya Allah SWT yang dapat membalas
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Oleh karena itu, kritik dan saran
Nur Adzimah
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR................................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ix
BAB I : PENDAHULUAN
E. Studi Review..................................................................................... 13
Madzhab Hanbali)
A. Pengertian Saksi................................................................................ 16
A. Pengertian Saksi................................................................................ 35
ix
B. Syarat-Syarat Saksi dalam Kasus Perceraian.................................... 44
POSITIF
C. Analisis Penulis................................................................................. 62
BAB V : PENUTUP
A. KESIMPULAN................................................................................. 65
B. SARAN-SARAN .............................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 68
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kedamaian dalam hidup maka disamping cinta yang di berikan oleh Allah
SWT pada manusia, harus ada prinsip bahwa perkawinan adalah suatu
ikatan yang kuat dan selamanya, bukan hanya dalam waktu tertentu saja,
oleh karena itu perkawinan harus dilandasi atas dasar kerelaan dan
dihindari dan dapat dengan mudah pula untuk ditangani seandainya terjadi,
semua berawal dari prinsip saling mengerti dan memahami satu sama lain
1
2
diliputi oleh berbagai hal yang tidak baik, saling mencaci, membenci dan
diperlukan untuk menerapkan hukum secara tepat, benar dan adil bagi
pihak-pihak yang berperkara. Oleh karena itu para pihak yang berperkara
1
Raihan Rosyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (jakarta: PT.Raja Grapindo
Persada,2000),h.29.
3
Menurut ketentuan pasal 163 HIR, pasal 283 R.Bg dan pasal 1865
memiliki nilai yang berbeda antara yang satu dengan yang lain sehingga
berbeda.
ditentukan, menurut ketentuan yang terdapat dalam pasal 164 HIR, 284
R.Bg dan pasal 1866 KUHPerdata. Ada lima jenis alat bukti dalam perkara
yang dapat diajukan diantarannya: Alat bukti tulisan (surat), alat bukti
saksi, alat bukti persangkaan, alat bukti pengakuan dan alat bukti sumpah.3
2
Retno Wulan Sutanto dan Iskandar Oerip Kartawinata, Hukum Acara Dalam Praktek,
(Bandung: Mandar Maju,1995), Cet,ke-1,h.28.
3
Abdurrahman, Hukum Acara Perdata,(Jakarta: Universitas Tri Sakti,2001) Cet,ke-5,h.82
4
Sesuai dengan ketentuan alat bukti diatas, selain alat bukti berupa
dilakukan.
pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara.4
Selain itu dalam hukum Islam pun terdapat banyak ayat al-Qur’an
a. Ikrar (pengakuan)
b. Syahadah (saksi)
4
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty,1977),
Cet,ke-1, h.168
5
Subekti dan Tjitrosudibio, kitab undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradya
Paramita, 2004) Cet.XXXIV.h.481.
5
c. Yamin (sumpah)
hanya akan membahas pada alat bukti saksi (syahadah) khususnya pada
tentang suatu peristiwa atau keadaan yang ia lihat, dengar dan ia alami
laki, namun masih ada problem yang dihadapi perempuan, yaitu masalah
kesaksiannya yang dianggap setengah dari kaum laki-laki. Hal inilah yang
6
Sualaikin Lubis, dkk, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, h.138-139.
7
Raihan A.Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Edisi baru (Jakarta: Pt. Raja Grafindo
Persada, 2006), hlm.160
6
pelik, lebih-lebih apabila ia dalam keadaan benci dan marah atau ia dalam
keadaan gembira atau sedih karena sesuatu hal yang kecil. Lain halnya
matang.8
berbeda pendapat.
dan satu orang laki-laki dapat diterima dalam masalah yag berkaitan
dengan hak sipil, baik berupa harta maupun hak, atau yang berkaitan
dengan harta seperti nikah, talak, ‘iddah, wakaf, wasiat, ikrar, riba’, nasab.
yaitu perempuan tersebut memiliki kesaksian atas apa yang dilihat dan
kesaksian.9
8
Syaikh ‘Ali Ahmad al-Jurjawi, Hikmatu al-Tasyri’ wafalsafatuhu (Jeddah: al-Haramain)
juz I, h.162-163 dan juz II, h.154
9
Muhammad Jawad, Mughniyah, Fiqh Lima Madzhab (Ja’fari, Maliki, Hanafi, Syafi’i,
Hanbali), terj. Masykur AB dkk, jild IX (Jakarta: Lentera, 2002) h.58
7
masalah harta. Adapun yang terkait dengan harta seperti jual beli, sewa,
dan biasanya menjadi urusan kaum laki-laki seperti nikah, rujuk, talak,
10
Abdul Khalik, Fiqh an-Nisai fi Dhou’i al-‘Arba’ah, (Damaskus: Daar al-Kitab al-arba’ah,
(Damaskus: Daar al-Kitab al-‘Arabi, 1414H), Hlm. 344
8
keperempuanan. Atau dalam hal hanya perempuan saja yang bisa dilihat
dan mengalaminya.11
Islam, ternyata hal itu berlainan. Prioritas menjadi saksi adalah seorang
lelaki. Hal ini seperti dimaktubkan oleh Imam Syafi’i dan Imam Malik.
menghendaki lelaki menjadi saksi, jika tidak ada, barulah dua orang
kerap kali hanya terdapat saksi perempuan saja tanpa didampingi oleh
laki-laki, hal ini tentu saja tidak sesuai sebagaimana yang tertera dalam al-
Peradilan Agama.
karena itu sangat menarik bagi penulis untuk mengulangi lebih dalam
11
Lia Aliyah al-Himmah, Kesaksian Perempuan: Benarkah separoh Laki-laki?, (Jakarta:
Rahima, 2008), hal.24
12
Mahkamah, “Bolehkah Perempuan bersaksi di Pengadilan ? ini jawaban Imam Malik”.
Artikel diakses pada 11 februari 2014.
9
1. Pembatasan Masalah
perceraian.
2. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
perceraian.
2. Manfaat Penelitian
hukum positif.
Agama.
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
saja.
13
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press,1986) h.201
12
14
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (jakarta: Kencana, 2005) Cet ke-1, h.96.
13
4. Teknik Penulisan
E. Studi Review
beberapa karya tulis berupa skripsi. Akan tetapi penelitian penulis berbeda
dalam Pernikahan Tinjauan terhadap Imam Syafi’i dan Hanafi”. Skripsi ini
Islam.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab adalah sebagai berikut :
Daftar Pustaka
BAB II
A. Pengertian Saksi
dengan kata lain. Karena setelah nash telah mensyaratkan lafal ini dan al-
Quran memerintahkan dengan lafal ini, dan juga pada kalimat ini lebih
1
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, j-9, cet 4, (Suariah: Dar al-Fikr:
Damsyiq-Suriah, 2002) h.6028
2
Sayid Abu Bakr al-Dimyati, I’anatu al-Thalibin, j 3-4, cet-4, (Beirut-Libanon: Ihya’ al-
Turas al-‘Araby,) h.274
16
17
ﻵ إﻟَﮫَ إﻻَ ھُ َﻮ َواﻟ َﻤﻠَﺌِ َﻜﺔٌ َوأ ُوﻟُﻮأ اﻟ ِﻌﻠﻢِ ﻗﺎ َ ﺋِﻤﺎ َ ﺑِﺎﻟﻘِﺴ ِﻂ ﻵ,
(18 : اِﻟَﮫَ إﻻَ ھُ َﻮ اﻟ َﻌﺰِﯾ ُﺰ اﻟﺤﻜِﯿ ُﻢ )ال ﻋﻤﺮان
3
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, jilid 14 (PT Al-Maarif: Bandung, 1989), h.55.
18
sungguh terjadi.4
اﻟﺸﮭﺎدة ﻋﺒﺎرة ﻋﻦ ﺻﺪق ﻓﻲ ﻣﺠﻠﺲ اﻟﺤﻜﻢ ﺑﻠﻔﻆ اﻟﺸﮭﺎدة ﻻﺛﺒﺎت ﺣﻖ ﻋﻠﻰ اﻟﻐﯿﺮ
laki) atau syahidah (saksi perempuan) yang terambil dari kata musyahadah
dimaksud adalah manusia yang hidup. Dalam hal kesaksian para ahli
kesaksian itulah yang hak menjadi jelas.6 Pengertian al-bayyinah dalam al-
Qur’an, as-sunnah dan perkataan para sahabat Nabi saw adalah nama bagi
4
Hafidz Dasuki, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,1999), Cet ke-1
h.202
5
Abdur Rahman Umar, Kedudukan Saksi dalam Peradilan Menurut Hukum Islam,
(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), Cet. Ke-1 h.50
6
Roihan A.Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), Cet. Ke-9 h.152
7
Abd. Rahman Umar, Kedudukan Saksi Dalam Peradian Menurut Hukum Islam,h.38
19
kesaksiannya yaitu orang yang adil dan tidak mengkatagorikan saksi harus
dari pihak keluarga sedarah atau diluar dari pihak keluarga, akan tetapi
yang ditekankan dari ayat tersebut adalah sifat keadilan seseorang dalam
memberikan kesaksiannya.
tentang apa yang diketahui dengan lafaz “aku menyaksikan atau aku telah
menyaksikan”.
(ucapan kesaksian) untuk menetapkan suatu hal atas diri orang lain. Dalam
pengertian tersebut dikatakan yang menyangkut atas diri orang lain, sebab
Hukum Kesaksian
dikhawatirkan ada hak yang diabaikan meskipun dia tidak diminta untuk
... َوَﻣ ْﻦ ﻳَ ْﻜﺘُ ْﻤﻬَﺎ ﻓَِﺈﻧﱠﻪُ آﺛِ ٌﻢ ﻗَـ ْﻠﺒُﻪُ وَاﻟﻠﱠﻪُ ﺑِﻤَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن َﻋﻠِﻴ ٌﻢ...
8
Asadullah al-Faruq, Hukum Acara Peradilan Islam, (Jakarta : PT. Buku Kita, 2009), h.45-
46.
21
swt.
ْ وَ ا ْﺳﺘَ ْﺸ ِﮭﺪُوا َﺷﮭِﯿ َﺪﯾْﻦِ ﻣِﻦْ رِﺟَ ﺎﻟِ ُﻜ ْﻢ ﻓَﺈ ِنْ ﻟَ ْﻢ ﯾَﻜُﻮﻧَﺎ رَ ُﺟﻠَﯿْﻦِ ﻓَﺮَ ُﺟ ٌﻞ وَ اﻣْﺮَ أَﺗَﺎنِ ِﻣﻤﱠﻦ..
maka saksi tidak boleh mengambil imbalan atas kesaksiannya kecuali jika
1. Berakal dan Baligh. maka tidak boleh menerima kesaksian orang yang
tidak berakal, seperti; orang gila, orang mabuk, dan anak kecil. Karena
Dasarnya firman Allah Swt dalam Surat Al-Nahl (16) ayat 75:
... ٍﺿَ ﺮَبَ ﷲُ ﻣﺜﻼً ﻋَﺒﺪًا ﻣَﻤﻠُﻮ ﻛًﺎ ﻻً ﯾَﻘ ِﺪ ُر َﻋﻠَﻲ ﺷَﺊ
3. Islam. Ulama fikih sepakat seorang saksi harus muslim. Tidak diterima
ْل ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ
ٍ ﺻﻴﱠ ِﺔ اﺛْـﻨَﺎ ِن ذَوَا َﻋﺪ
ِ ْت ِﺣﻴ َﻦ اﻟ َْﻮ
ُ ﻀ َﺮ أَ َﺣ َﺪ ُﻛ ُﻢ اﻟْﻤَﻮ
َ ﻳَﺎ أَﻳﱡـﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آ َﻣﻨُﻮا َﺷﻬَﺎ َدةُ ﺑَـ ْﻴﻨِ ُﻜ ْﻢ إِذَا َﺣ
ْت ﺗَ ْﺤﺒِﺴُﻮﻧَـ ُﻬﻤَﺎ ِﻣ ْﻦ
ِ ْض ﻓَﺄَﺻَﺎﺑَـ ْﺘ ُﻜ ْﻢ ُﻣﺼِﻴﺒَﺔُ اﻟْﻤَﻮ
ِ ﺿ َﺮﺑْـﺘُ ْﻢ ﻓِﻲ اﻷر
َ أ َْو آ َﺧﺮَا ِن ِﻣ ْﻦ ﻏَْﻴ ِﺮُﻛ ْﻢ إِ ْن أَﻧْـﺘُ ْﻢ
َْﺴﻤَﺎ ِن ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ إِ ِن ا ْرﺗَـ ْﺒﺘُ ْﻢ ﻻ ﻧَ ْﺸﺘَﺮِي ﺑِ ِﻪ ﺛَ َﻤﻨًﺎ َوﻟ َْﻮ ﻛَﺎ َن ذَا ﻗـ ُْﺮﺑَﻰ وَﻻ ﻧَ ْﻜﺘُ ُﻢ َﺷﻬَﺎ َدة
ِ ﺑَـ ْﻌ ِﺪ اﻟﺼﱠﻼةِ ﻓَـﻴُـﻘ
اﻟﻠﱠ ِﻪ إِﻧﱠﺎ إِذًا ﻟَ ِﻤ َﻦ اﻵﺛِﻤِﻴ َﻦ
ﻓَِﺈ ْن ﻋُﺜِ َﺮ ﻋَﻠَﻰ أَﻧﱠـ ُﻬﻤَﺎ ا ْﺳﺘَ َﺤﻘﱠﺎ إِﺛْﻤًﺎ ﻓَﺂ َﺧﺮَا ِن ﻳَـﻘُﻮﻣَﺎ ِن َﻣﻘَﺎ َﻣ ُﻬﻤَﺎ ِﻣ َﻦ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ا ْﺳﺘَ َﺤ ﱠﻖ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ُﻢ اﻷ ْوﻟَﻴَﺎ ِن
ﺸﻬَﺎ َدﺗُـﻨَﺎ أَ َﺣ ﱡﻖ ِﻣ ْﻦ َﺷﻬَﺎ َدﺗِ ِﻬﻤَﺎ َوﻣَﺎ ا ْﻋﺘَ َﺪﻳْـﻨَﺎ إِﻧﱠﺎ إِذًا ﻟَ ِﻤ َﻦ اﻟﻈﱠﺎﻟِﻤِﻴ َﻦ
َ َْﺴﻤَﺎ ِن ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ ﻟ
ِ ﻓَـﻴُـﻘ
Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu
menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah
(wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau
dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam
perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu
tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu
mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-
ragu: "(Demi Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan
harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib
kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah;
sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang
yang berdosa".
Jika diketahui bahwa kedua (saksi itu) memperbuat dosa, maka dua
orang yang lain di antara ahli waris yang berhak yang lebih dekat
kepada orang yang meninggal (memajukan tuntutan) untuk
24
Islam, orang yang kita ridhai tentulah dari ahli agama kita, bukan
(wilayah) antara kita dan mereka dengan agama, tidak pula sahaya
yang dikuasai tuannya, orang fasik juga bukan orang yang kita ridhai,
kita hanya ridha terhadap orang-orang kita (Islam) yang adil, merdeka,
buta, karena saksi harus tahu apa yang ia saksikan, tahu isyarat
melihat.
10
Muhammad bin Idris al-Syafi’i, al-Umm, j-3 (Beirut-Le-Libanon: Dar al-Ma’rifah), h.226
25
umumnya makna ayat mengenai saksi. Dan karena orang buta yang
6. Adil. para ulama sepakat mensyaratkan saksi harus adil, tidak diterima
durhaka/membangkang.
Sumpah Saksi
jelas. Maka dari itu kesaksian harus diperkuat dengan sumpah. Dalam
kalian diterima. Pendapat ini dianut oleh Ibnu Nujaim al-Hanafy. Menurut
tidak pula hakim yang memungkiri keputusan hukum dan tidak pula orang
yang diberi wasiat atas penafian hutang pada pihak yang memberikan
11
Ibid., j-4, h.85
27
wasiat. Orang yang memungkiri pernikahan juga tidak perlu diminta untuk
bersumpah, termasuk dalam perkara cerai, rujuk, ila’, nasab, qishas, dan
tuduhan zina, karena itu semua bukan harta, dan tidak dimaksudkan untuk
ﺳﺒِﯿﻼ
َ َﷲُ ﻟِ ْﻠﻜَﺎﻓِﺮِﯾﻦَ َﻋﻠَﻰ ا ْﻟﻤُﺆْ ِﻣﻨِﯿﻦ
وَ ﻟَﻦْ ﯾَﺠْ َﻌ َﻞ ﱠ...
selain mereka, karena alasan darurat bahkan bisa saja dalam keadaan
ِ ْذَوَا َﻋﺪْلٍ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ أَوْ آﺧَ ﺮَانِ ﻣِﻦْ َﻏ ْﯿ ِﺮ ُﻛ ْﻢ إِنْ أَ ْﻧﺘُ ْﻢ ﺿَ ﺮَ ْﺑﺘُ ْﻢ ﻓِﻲ اﻷر
ض ﻓَﺄ َﺻَﺎﺑَ ْﺘ ُﻜ ْﻢ
إِنِ ارْ ﺗَ ْﺒﺘُ ْﻢ ﻻ ِت ﺗَﺤْ ﺒِﺴُﻮﻧَ ُﮭﻤَﺎ ﻣِﻦْ ﺑَ ْﻌ ِﺪ اﻟﺼﱠﻼ ِة ﻓَﯿُﻘْﺴِ ﻤَﺎن
ِ ْﻣُﺼِ ﯿﺒَﺔُ ا ْﻟﻤَﻮ
12
Aris Bintana, Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-Qadha. (Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada)
28
Ibnu abbas membenarkan, bahwa bagi orang yang akan mati dan
dua orang muslim yang adil, jika tidak ada seorang pun orang Islam, Allah
tidak membeli kesaksian dengan harga yang sedikit. Ibnu Mas’ud pernah
penggugat memintanya.13
hak-hak kebenaran apa yang telah terjadi, maka hakim bisa menegakkan
keadilan.
13
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, j-9, cet 4, (Suariah: Dar al-Fikr:
Damsyiq-Suriah, 2002) h.6028
30
wanita). Perempuan dewasa atau putri dewasa, lawan jenis pria. Di dalam
ajaran Islam, wanita didudukkan pada posisi dan kedudukan yang sejajar
dengan pria. Sebagaimana pria, wanita juga adalah makhluk Allah SWT
14
Wiwi Siti Sajaroh, Gender Dalam Islam, dalam Tim Penulis PSW UIN Jakarta, ed,
Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: PSW UIN-Jakarta-McGill Project,2003), h.205
15
Asgar Ali Engineer pada Kata Pengantar, dalam Moh. Yasir Alimi, Jenis Kelamin Tuhan:
Lintas Batas Tafsir Agama, (Yogyakarta: Lkis,2002),
16
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta: Balai
Pustaka, 2007) Cet,ke-III, h.856
31
negara akan baik dan jika rusak, maka negara akan rusak. Selanjutnya
dihormati dalam konsepsi Islam. Sebab, pada telapak kaki wanita terletak
surga. Kaum wanita disebut pula dengan kaum hawa. Nama ini diambil
dari nama Ibunda manusia (Siti Hawa-Istri Nabi Adam as). Secara fisik
(kodrati), wanita lebih lemah dari pada pria. Mereka memiliki perasaan
yang sangat lembut dan halus. Wanita juga lebih banyak menggunakan
bidang. Namun jelas, bahwa perbedaan ini tidak ada hubungannya dengan
17
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam 5, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), Cet.III,
h.186
18
Hasbi Indra, dkk, Potret Wanita Sholeha, (Jakarta: Peanamadani, 2004) Cet,ke-IV h.1
19
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Agama, h.250-251
32
dibandingkan laki-laki.
Dalam masalah perdata seperti nikah, rujuk, dan sejenisnya terdapat dua
pendapat.
- 20
. ﻻ ﺛﺠﻮز ﺷﮭﺎده اﻟﻨﺴﺎء ﻓﻲ اﻟﻄﻼق واﻟﻨﻜﺎح واﻟﺤﺪود واﻟﺪ ﻣﺎء: ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﻗﺎل
Malik, dan Imam Ahmad bin Hanbal.21 Mensyaratkan pula saksi harus
tidak sah sebagaimana hadist riwayat Abdul Razaq dan Zuhri yang
20
Hadits Riwayat Abd. Razaq, Kanzul ‘Amali, juz 8, No. 15405, h.329
21
Ibrahim Hosein, Fiqh Perbandingan:dalam Masalah Nikah, Talaq, Rujuk, dan Hukum
Kewarisan, (Jakarta: Balai Pustaka Islam Yayasan Ihya Ulumuddin, 1971) jillid 2, h.184
33
saksi boleh dari perempuan yakni dua orang perempuan dan satu laki-
وَا ْﺳﺘَ ْﺸ ِﻬﺪُوا َﺷﻬِﻴ َﺪﻳْ ِﻦ ِﻣ ْﻦ ِرﺟَﺎﻟِ ُﻜ ْﻢ ﻓَِﺈ ْن ﻟَ ْﻢ ﻳَﻜُﻮﻧَﺎ َر ُﺟﻠَْﻴ ِﻦ ﻓَـ َﺮ ُﺟ ٌﻞ وَا ْﻣ َﺮأَﺗَﺎ ِن ِﻣ ﱠﻤ ْﻦ ﺗـ َْﺮﺿ َْﻮ َن ِﻣ َﻦ...
Imam Ahmad bin Hanbal, dan Imam Syafi’i, ada juga sebagian ulama
22
Ibn Rusd, Bidayah al-Mujtahid, (Beirut: Daar Ahya al-Kitab al-‘Arabiyah,tt) juz 2, h.348
34
Hanifah.
bayi yang baru lahir, cacat-cacat yang ada pada perempuan maka
pendapat jumhur ulama. Dalam masalah teriakan bayi yang baru lahir,
mutlak, dalam arti harus ada laki-laki, karena menurut beliau adalah
melihat.23
23
Utsman Hasyim, Teori Pembuktian Menurut Fiqh Jinayah Islam, (Yogyakarta: Andi
Offset, 1984), h.95
BAB III
A. Pengertian Saksi
dan terdakwa.1
penyaksian langsung.
1
Anando Santoso, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika, 1995), Cet.ke-1
h..303
2
Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara dan Hukum Positif,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004) Cet. Ke-1 h.73
35
36
menerapkan suatu hak terhadap orang lain. Dengan kata lain saksi
muka sidang atas apa yang dilihat sendiri oleh saksi tentang duduk perkara
yang disengketakan.4
keadaan yang ia lihat, dengar dan ia alami sendiri, sebagai bukti terjadinya
orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara yang dipanggil di
persidangan.6
3
Roihan A.Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), Cet. Ke-9 h.55
4
Ropaun Rambe dan A.Mukri Agafi, Implementasi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Perca,
2001), Cet. Ke-2 h.174
5
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Penagdilan Agama, (Cet,6 : Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2005)h. 165.
6
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Liberty,1998), h.
112.
37
faham saling mempercayai antara satu sama lain. Dalam perkara bahwa
tulisan atau akta saja. Akan tetapi jalan yang dapat ditempuh untuk
yang bukan salah satu pihak dalam perkara yang dipanggil dipersidangan. 7
kesaksian.
Tata cara pemeriksaan saksi diatur dalam pasal 139-152 HIR yaitu:
1. Saksi ditunjuk oleh pihak yang berkepentingan atau oleh hakim karena
kepada hakim agar saksi yang diperlukan itu dipanggilkan oleh juru
(2) HIR).
4. Saksi dipanggil keruang sidang seorang demi seorang (pasal 144 ayat
(1) HIR).
- Namanya,
- Pekerjaannya,
- Umurnya,
8
Roihan A.Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (PT.Raja Grafindo Persada: Jakarta,
2002), cet,kesembilan. H. 160.
39
- Apakah ia makan gaji atau jadi pembantu dirumah salah satu pihak
untuk mengetahui ;
itu.
sebenarnya dan tidak lain pada yang sebenarnya (pasal 147 HIR),
Para pihak minta kepada hakim agar hal-hal yang dianggap penting
itu ditanyakan kepada saksi. Hakim menimbang apakah hal itu relevan
meneruskan pertanyaan itu kepada saksi, dan jika tidak relevan maka
9. Saksi yang telah diperiksa, tetap duduk berada dalam ruang sidang
agar supaya ;
10. Keterangan tentang saksi dan segala keterangan saksi serta jalannya
perkara.
9
Aris Bintana, Hukum Acara Peradilan Agama dalan Kerangka Fiqh Al-Qadha, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada 2012) h. 60.
42
HIR)
d. Jika saksi tersebut telah dipanggil untuk kedua kalinya dan juga
yang dikeluarkan untuk itu dengan sia-sia tersebut (pasal 141 ayat
(1) HIR).
telah dilarang oleh Mahkamah Agung dan hal itu dapat diterapkan pasal
140 dan 141 HIR di atas, yaitu supaya saksi membayar ganti rugi biaya
yang telah dikeluarkan untuk itu. Atau jika kesaksian yang dapat diberikan
hakim sebagai orang yang arif dan bijaksana tentunya dapat memberikan
keterangan antara saksi yang satu dengan saksi lainnya ada kesamaan atau
10
Sarwono, Hukum Acara Perdata: Teori dan Praktik, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), Cet-
II, h.255-256.
44
berperkara, atau karena suatu peristiwa telah lama terjadinya dan utuh,
diberikan.
tidak mesti dua orang saksi, pembuktian bisa dengan pengakuan suami-
istri, dengan sumpahnya, dengan akta nikah, dan lain-lain. Status saksi
bukti bahkan bisa juga sekaligus sebagai syarat hukum dan syarat
11
Sudikno, Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty,1997),
cet,1, h. 166
45
kemajuan, demikian pula dalam hal kesaksian wanita dan orang yang
bahwa saksi harus laki-laki semua dan Islam semua, jika ternyata dengan
saksi dari segi jenis kelamin, sifat dan berapa jumlah ideal, perbedaan
agama tidak menjadi halangan untuk menjadi saksi. Prinsip utama dalam
hukum acara Peradilan Agama adalah juga hukum acara yang berlaku di
12
A Raihan Rosyid, , Hukum Acara Peradilan Agama. (Jakarta: PT.Raja Grapindo
Persada,2000).
13
ibid, h.163
14
Abdul Manan. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama.
(Jakarta: yayasan Al-Hikmah, 2000).
46
persidangan.
tahun keatas, atau sudah pernah kawin dan tidak pernah sakit
ingatan.
3) Tidak unus testi nulus testis; artinya satu saksi bukan saksi. Saksi
atau lainnya.
Supaya saksi-saksi yang diajukan oleh para pihak dapat didengar sebagai
alat bukti maka harus memenuhi syarat-syarat formil dan materiil. Syarat
g. Sehat akalnya
h. Memberikan keterangan secara lisan, sesuai dengan pasal 144 ayat (1)
HIR
169 HIR.15
15
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, h. 165-166.
48
satu pihak.
dan saudara perempuan dari suami atau istri dari salah satu pihak.
mengenai hal demikian yang dipercayakan padanya, pasal 146 ayat (1)
HIR.
Sumpah Saksi
agamanya, hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 175 RBg/147 HIR.
Bagi saksi yang beragama Islam rumusan atau lafal sumpah itu
berbunyi sebagai berikut: “Demi Allah, saya bersumpah bahwa saya akan
menerangkan yang benar dan tidak lain dari pada yang sebenarnya”.
tangan kanannya setinggi telinga serta merentangkan jari telunjuk dan jari
49
berikut;
“saya bersumpah bahwa saya akan menerangkan yang benar dan tidak lain
yang sah dan dapat diterima oleh hakim dilingkungan Peradilan Agama.
Hanya saja, yang harus dipenuhi oleh hakim Pengadilan Agama adalah
syarat ketelitian dan seksama menilai segala hal-hal dan keadaan saksi-
dipercaya atau tidak guna mendukung fakta yang diajukan para pihak yang
beragama Islam.
C. Fungsi Saksi dan Kekuatan Hukum Alat Bukti Saksi dalam Kasus
Perceraian
16
M.Taufik Makaro, Pokok-pokok Hukum Acara Perdata. (Jakarta; PT Rineka Cipta,
2004).h.107
50
itu sesuai dengan nuraninya. Hakim tidak terikat dengan keterangan saksi.
170 HIR).
untuk menerangkan dengan cara begini atau begitu, tentang perlakuan atau
adat dan kedudukan saksi, dan pada umumnya segala hal yang dapat
menyebabkan saksi itu dapat dipercaya atau tidak (pasal 172 HIR). Unus
testis nulus testis (Pasal 169 HIR/306 RBg). Artinya satu saksi bukan
saksi. Saksi yang hanya seorang diri belum dapat dijadikan dasar
sebab itu harus disempurnakan dengan alat bukti lain, seperti sumpah atau
lainnya.
51
Dalam bahasa fiqh disebut Istifadhoh. Pada dasarnya tidak ada larangan
alasan perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus (pasal 145 ayat
(2) HIR, pasal 76 ayat (1) UU No. 7 tahun 1989 dan pasal 22 PP
No.9/1975).
salah satu pihak yang mengingkari dapat dijadikan alat bukti yang sah.
langsung peristiwa hukumnya dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah
surat atau tulisan tidak ada atau kurang lengkap untuk mendukung atau
dimuka sidang pengadilan, ada juga saksi-saksi itu sengaja diminta untuk
dilangsungkan.
dapat ditegakkan.
17
Sarwono,Hukum Acara Perdata: Teori dan Praktik, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011).
h.255.
53
yang kuat.
benar tentang kebenaran yang disampaikan oleh saksi tersebut, suatu hal
diperiksa itu belum dianggap jika hakim belum yakin terhadap kebenaran
dengan seksama cara hidup saksi-saksi yang diajukannya, adat istiadat dan
kebiasaan jelek sehingga tidak dapat dipercaya atau memiliki reputasi baik
18
Aris Bintana, Hukum Acara Peradilan Agama dalan Kerangka Fiqh Al-Qadha, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada 2012).
54
memengaruhi sikap saksi dan apa yang mendorong saksi itu menerangkan
agama, suku bangsa, organisasi politik & masyarakat atau pun dari segi
hanya sebatas mengenai teknis, hak-hak, siapa saja yang boleh menjadi
kedudukan saksi laki-laki maupun saksi perempuan sama dan tidak ada
laki-laki. Hal ini mengindifikasikan tidak ada perbedaan antara saksi laki-
Ulama dan Hukum Positif ada dua, yang pertama, memiliki fungsi
kesaksian yang sama yaitu: “Saksi merupakan alat bukti yang sangat
yang dilihat, didengar dan diketahui secara langsung oleh saksi tersebut
para pihak.
55
56
sidang.
yang diperlukan.
6. Cakap hukum
bisa melihat betapa ketika kemunculan fiqh dalam peradaban Arab sangat
kental dengan budaya patriarkhi, yang melahirkan fiqh yang tidak adil dan
semakin egaliter.
1
Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (jakarta:
Ciputat Press, 2002), Cet, ke-2, h.214
57
orang perempuan berdasarkan pada QS. Al-Baqarah: 282, namun hal ini
dari dua orang saksi; bila tidak ada ada dua orang saksi, maka seorang
lelaki dan dua orang perempuan. Yang demikian ini adalah dalam urusan
harta benda.
dibandingkan laki-laki.2
َ )أﻟَﯿﺲ: ﻋﻦ أﺑﻲ ﺳﻌﯿﺪ اﻟﺨﻀﺮي أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻞ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل ﻟﻠﻨﺴﺎ
.( ) ﻓَ َﺪﻟِﻚَ ﻣِﻦ ﻧُﻘﺼَ ﺎنِ ﻋَﻘﻠِﮭَﺎ: َ ﻗَﺎل, ﺑَﻠَﻰ: َﺷﮭَﺎ َدةُ اﻟﻤَﺮأ ِة ﻣِﺜﻞَ ﻧِﺼﻒِ َﺷﮭَﺎ َد ِة اﻟﺮَ ﺟُﻞِ ( ﻗُﻠﻨَﺎ
3
.()رواه اﻟﺒﺨﺎري
Artinya: Dari Abi Said Al-Khudhri ra. Bahwa Nabi SAW bersabda kepada
para wanita,..“Bukankah kesaksian seorang wanita itu setengah dari
kesaksian seorang laki-laki?” Para sahabat wanita menjawab : “ya”
“yang demikian itu karena (wanita) kekurangan akalnya.” (HR.Bukhari).
naluri lalai yang selalu takut untuk mendekati hal-hal yang berbau
Jumlah saksi : dua saksi laki-laki dewasa atau satu laki-laki dan
2
Lia Aliyah al-Himmah, Kesaksian Perempuan: Benarkah separoh laki-laki?, (Jakarta :
Rahima, 2008).
3
Shahih Bukhari, Kitab Shahih Bukhari Juz 2 Syahadatin Nisa,( Beirut-Lebanon: Dar al-
Kotob al-Ilmiyah, 1998) h.195-196.
59
orang perempuan karena lebih pelupa “jika yang satunya lupa yang lain
dengan harta seperti; jual beli, sewa, hibah, wasiat, gadai dan kafalah.
rujuk, talak, hiwalah, pembunuhan sengaja, hudud selain zina, tidak boleh
Kebenaran yang diambil untuk seseorang dari yang lain tidak boleh
kurang kesempurnaannya, yaitu tidak boleh diterima jika kurang dari dua,
sesuai perintah Allah sebagaimana persaksian dalam talak, rujuk, dan jual
beli. Saksi perempuan tidak boleh kecuali bersama laki-laki dan harus dua
orang atau lebih. Apabila jumlah saksi sempurna sesuai perintah Allah,
yang diatur hanya sebatas mengenai teknis, hak-hak, siapa saja yang boleh
menjadi saksi dan kewajiban menjadi saksi, tidak diatur secara spesifik
60
kedudukan saksi laki-laki maupun saksi perempuan sama dan tidak ada
dengan laki-laki, mereka boleh melakukan apa saja yang dilakukan oleh
di muka hakim.
kaum laki-laki.
peradilan agama terkait dengan alat bukti saksi bersumber dari HIR, pasal
saksi berdasarkan jenis kelamin, dalam pengertian bahwa baik saksi laki-
terdapat dalam nash al-Quran surah Al-Baqarah ayat 282 bahwa jika tidak
pemahaman mereka bahwa awal turunnya ayat ini pada zaman di mana
dengan perempuan yang ada pada saat ini dengan berkembangnya zaman
hukum acara yang berlaku. Dimana pembuktian bisa terima selama saksi
hukum acara yang berlaku. Jadi berapa pun yang akan menjadi saksi jika
dia tidak mengetahui peristiwa atau dalil-dalil yang digugatkan maka itu
mamenuhi syarat formil dan materiil. Seperti: dewasa, berakal, adil, cakap,
terdapat dalam hukum acara yaitu; 2 orang saksi sedang memenuhi syarat
formil dan materiil itulah yang dianggap saksi, memang jika lebih banyak
saksi itu lebih bagus, namun jika banyaknya saksi tidak memenuhi syarat
C. Analisis Penulis
laki- laki. Jadi pendapat imam Syafi’i tersebut tidak bisa diterapkan lagi
karena pada dasarnya kesaksian seorang saksi itu tidak dipengaruhi oleh
jenis kelamin, tetapi yang lebih penting saksi tersebut memang benar-
benar memenuhi syarat- syarat materil dan formil sebagai saksi, yaitu:
g. Sehat akalnya
64
h. Memberikan keterangan secara lisan, sesuai dengan pasal 144 ayat (1)
HIR
atau dikuatkan dengan alat bukti lain, sebagaimana pasal 169 HIR.
Jadi pada intinya jika syarat formil dan materil diatas sudah
terpenuhi maka kesaksian orang tersebut dapat diterima, baik dia laki- laki
perkaranya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
laki dan dua orang perempuan tidak sah sebagaimana hadis riwayat
saksi boleh dari perempuan yakni dua orang perempuan dan satu laki-
laki.
saksi perempuan menurut pendapat Para Ulama dan Hukum Positif ada
dua, yang pertama, memiliki fungsi kesaksian yang sama yaitu: “Saksi
65
66
secara lisan di muka sidang atas apa yang dilihat, didengar dan
faktor, diantaranya:
dibandingkan laki-laki.
B. Saran-saran
2. Disarankan kepada hakim untuk lebih tegas dan lebih teliti dalam
DAFTAR PUSTAKA
Aris Bintana, Hukum Acara Peradilan Agama dalan Kerangka Fiqh Al-
Qadha. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2012.